Anda di halaman 1dari 14

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA - GAGASAN TERTULIS

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

PERMAINAN TRADISIONAL SEBAGAI UPAYA MENYIAPKAN MANUSIA


UNGGUL DAN BERKEMAMPUAN SOLUTIF DI ERA GLOBALISASI

Disusun oleh :

Wasista Hadi Wijaya (2006 06 061)

DESAIN KOMUNIKASI VISUAL


FAKULTAS SENIRUPA DAN DESAIN
INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR
2010
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini. Karya tulis ini disusun
dalam rangka mengikuti perkuliahan Ilmu Sosial Budaya Dasar dan Program Kreativitas
Mahasiswa-Gagasan Tertulis (PKM-GT).
Karya tulis ini mengambil topik mengenai Permainan Tradisional Sebagai Upaya
Menyiapkan Manusia Unggul dan Berkemampuan Solutif di Era Globalisasi. Tulisan
ini dibuat agar pembaca dapat Memberikan informasi bahwa permainan tradisional bisa di
jadikan kurikulum tambahan sebagai upaya pencegahan terhadap penyimpangan sosial pada
anak-anak .
Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Drs. D. A. Tirta
Ray selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan dalam
penyusunan karya tulis ini, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa hasil tulisan ini tidak akan sempurna. Akan tetapi terlepas
dari segala kekurangan yang ada, penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang memerlukan.

Denpasar, Juli 2010

Penulis
I. PENDAHULUAN

1.1 Perumusan Masalah


Pendidikan adalah usaha transfer pengetahuan sehingga membentuk
pengembangan potensi diri seseorang yang pada akhirnya mampu bertahan di
kehidupan nyata. Pada hakikatnya pendidikan merupakan kebutuhan dasar manusia
yang nantinya membentuk peradaban dengan intelektualitas.
Sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 UU Sisdiknas, fungsi pendidikan
nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.
Namun pada kenyataannya fungsi pendidikan yang tercantum dalam pasal
tersebut seolah-olah hanya menjadi slogan semata. Nama pendidikan telah tercoreng
dengan semakin maraknya tindakan kekerasan mental dan fisik yang dilakukan
dengan tidak terpuji dan jauh dari sikap intelektual siswa yang berpendidikan. Hal
ini kebanyakan pengaruh dari lingkungan yang dewasa ini cendrung menyimpang
dari normal sosial dan norma hukum.
Maraknya permainan-permainan moderen sedikit banyak menyumbang
dampak negatif psikologi generasi muda bangsa yang notabene sebagai calon
pemegang amanat pembangunan negara. Kurangnya ketertarikan anak-anak
terhadap permainan edukatif (tradisional) sangatlah berpengaruh pada pendidikan
anak.
Permainan tradisional adalah permainan yang dimainkan oleh anak-anak
Indonesia dengan alat-alat yang sederhana, tanpa mesin, bahkan ada yang hanya
bermodal ‘badan sehat’. Maksudnya, asalkan anak tersebut sehat, maka ia bisa ikut
bermain. Jenis permainan ini.juga sering disebut ‘dolanan’. Bila dianalisa dari
komponen kebudayaan, mengandung tiga komponen utama yaitu idea, prilaku, dan
peralatan. Ketiga komponen tersebut pada umumnya digolongkan kedalam tiga
kerangka dasar yang merupakan aspek-aspek kebudayaan.
1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Mengulas gambaran permainan tradisional.
2. Mengulas dampak permainan tradisional terhadap psikologi anak.
3. Mengulas persepsi masyarakat terhadap permainan tradisional.
4. Menganalisis nilai luhur dari permainan tradisional

1.3 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan ini adalah sebagai berikut ;
1. Memberikan informasi bahwa permainan tradisional merupakan permainan yang
layak untuk dibudayakan/dilestarikan untuk menyiapkan manusia yang unggul
dan berkemampuan solutif di era globalisasi.
2. Memberikan informasi bahwa permainan tradisional bisa di jadikan kurikulum
tambahan sebagai upaya pencegahan terhadap penyimpangan sosial pada anak-
anak .
II. TELAAH PUSTAKA

2.1 Hakikat Permainan Tradisional


Permainan tradisional adalah permainan yang dimainkan oleh anak-anak
Indonesia dengan alat-alat yang sederhana, tanpa mesin, bahkan ada yang hanya
bermodal ‘badan sehat’. Maksudnya, asalkan anak tersebut sehat, maka ia bisa ikut
bermain. Jenis permainan ini.juga sering disebut ‘dolanan’. Bila dianalisa dari
komponen kebudayaan, mengandung tiga komponen utama yaitu idea, prilaku, dan
peralatan. Ketiga komponen tersebut pada umumnya digolongkan kedalam tiga
kerangka dasar yang merupakan aspek-aspek kebudayaan.
Permainan tradisional bukanlah permainan yang tanpa makna melainkan
permainan yang penuh nilai-nilai dan norma-norma luhur yang berguna bagi anak-
anak untuk memahami dan mencari keseimbangan dalam tatanan kehidupan. Oleh
karena itu, permainan tradisional yang diciptakan oleh leluhur bangsa ini pun
berdasar atas banyak pertimbangan dan perhitungan. Hal ini karena leluhur kita
mempunyai harapan agar nilai-nilai yang disisipkan pada setiap permainan tersebut
dapat dilaksanakan anak-anak dalam setiap tindakan dan perbuatannya dengan
penuh kesadaran atau tanpa adanya paksaan.
Jenis-jenis permainan tradisional rakyat seperti:
• Matembing

• Macingklak

• Macepetan

• Makering-keringan

• Magandu-ganduan

• Metajok

• DLL
2.2 Hakikat Manusia Unggul
Buku stephen R. Covey berjudul “The 8th Habit: From Effectivenees to
Greatnes”, telah menjadi pemicu diskusi tentang budaya unggul akhir-akhir ini.
Para cerdik cendikia pun ribut mencari apa yang sebenarnya keunggulan dalam diri
kita bangsa Indonesia dan apa memang ada keunggulan itu. Tidak main-main,
bahkan bapak presiden merasa perlu menyampaikan kepada rakyatnya untuk
melahirkan budaya unggul dalam bangsa ini.
Untuk melahirkan budaya unggul, terlebih dahulu manusia harus bisa
menjawab tantangan yang ada dalam dirinya sendiri. Manusa unggul tidak lahir dari
situasi statis, melainkan dari proses sosial yang dinamis penuh dengan tantangan
untuk dipecahkannya. Tidak saja dalam menentukan talenta (bakat) terbaik dalam
diri seseorang, melainkan upaya yang teuus menerus untuk menjadi manusia yang
lebih (over atau surplus).
Oleh karena itu melahirkan manusia unggul jangan di salah pahami hanya
dengan pengertian lulus dengan prestasi cumlaude, meloloskan siswa-siswa
berprestasi yang mampu merengkuh juara olimpiade fisika, matematika, atau kimia!
Akan tetapi menjad manusia unggul bisa dimiliki oleh siapa saja yang mampu
menemukan dan mengelolah kekuatan dirimenuju keunggulan lebih (surplus), yaitu
dengan menemukan dan menajamkan potensi kekuatan/keunggulan sehingga
dengan kelebihannya itu menghasilkan sesuatu yang lebih (surplus) dari pada orang
lain pada umumnya.
III. METODE PENULISAN

3.1 Kerangka Pemikiran Penulisan


Kerangka pemikiran karya tulis ini dimulai dari mengulas faktor-faktor penyebab
penyimpangan sosial oleh anak, persepsi masyarakat, dampak perminan tradisonal terhadap
anak-anak dan upaya-upaya yang bisa dilakukan mencegah kepunahan permainan
tradisional. Ulasan ini juga disertai dengan data yang mendukung sehingga mampu
menghasilkan solusi permasalahan yang optimal.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu literatur-literatur yang
dikeluarkan oleh lembaga-lembaga yang terkait dengan isu-isu yang terjadi di masyarakat
seperti artikel, buku dan tulisan yang berhubungan dengan topik pembahasan.

3.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data


Diawali dengan pengumpulan data dari artikel, majalah, buku-buku, dan internet.
Kemudian data yang diperoleh dianalisis sehingga menghasilkan alternatif model solusi.
Analisis dampak, faktor pendukung pelestarian permainan tradisional dan persepsi massa
dilakukan secara kualitatif deskriptif.
Permainan
Faktor tradisional Aktor

Dampak

Anak-anak Dewasa

Manusia unggul &


solutif
Gambar 1. Kerangka Pemikiran

IV. ANALISIS DAN SINTESIS

4.1 Faktor-faktor Pendukung Pelestarian Permainan Tradisional.


Permainan tradisional sangat berperan dalam penanaman unsur-unsur nilai,
norma dan aturan tertentu pada anak-anak. Ditingkat sosialisasi permainan
merupakan media interaktif yang intensif, kerja sama bahkan pertentangan.
Sedangkan ditingkat kepribadian permainan berfungsi untuk memenuhi hasrat
bermain bagi anak-anak, variasi pergaulan, dorongan naluri dan perasaan (sudharta,
I made 1992:01}
Beberapa ahli psikologi juga berpendapat bahwa dalam permainan
tradisional sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Dengan
bermain bersama, anak-anak dilatih untuk bisa saling menghargai bahwa setiap
orang memiliki karakter dan nasib yang berbeda-beda. Sesama manusia harus hidup
tolong-menolong dengan bergotong-royong. Selain itu, pada setiap tahap permainan
ini anak-anak sudah melatih diri untuk bersikap ulet, jujur, setia kawan, dan disiplin
agar dapat mencapai apa yang dicita-citakan. Suatu kenyataan yang tidak dapat
dipungkiri bahwa permainan tradisional ini akan banyak memberi pengaruh bagi
masa depan bangsa. Rasa senang dapat dialami oleh setiap orang, kaya atau miskin,
orang kota atau desa dan berlaku dari dulu, sekarang, dan seterusnya sampai waktu
tak terhingga. Nilai-nilai luhur yang tersirat didalamnya bisa melekat pada pemain-
pemainnya, yakni anak-anak yang kelak akan meneruskan perjuangan
mempertahankan bangsa ini., sebenarnya permainan tradisional ini penting
dilakukan oleh anak-anak zaman sekarang. Selain untuk memperoleh manfaat yang
tidak bisa didapat dari permainan modern, juga untuk mendapatkan wacana lain
yang bisa membuat hidup anak lebih kreatif. permainan tradisional merupakan
identitas suatu daerah dan bangsa yang harus dilestarikan
Dalam era globalisasi seperti sekarang ini anak-anak Indonesia khususnya di
Bali ini sudah banyak melupakan permainan tradisional. perkembangan teknologi
yang serba canggih merupakan fakor utama yang membuat anak cendrung
memainkan permainan modern. Berbagai kemudahan ditawarkan dari
telekomunikasi, akses internet yang semakin mudah dan sampai kepada permainan
anak-anak yang serba otomatis. Memang dampak tersebut dapat dirasakan oleh
orang banyak dan dapat memberikan identitas bahwa bangsa ini tidak ketinggalan
jaman dalam hal teknologi. Kita dapat melihat anak-anak sekarang lebih menyukai
permainan yang serba elektronik yang memberikan kemudahan, tidak perlu
bersusah-susah membuat atau mencari teman untuk bermain, cukup mereka pergi ke
mall atau arena bermain sudah dapat bermain sepuasnya asalkan mempunyai uang
yang cukup.
Kita dapat melihat jenis permainan anak-anak jaman sekarang dari play
station, video game, mobil-mobilan yang digerakkan dengan remote control, boneka
yang dapat berbicara layaknya manusia dan masih banyak lagi. “Permainan zaman
sekarang cendrung mengajari anak untuk konsumtif dan tidak kreatif tidak seperti
zaman dahulu, anak-anak cendrung dituntut untuk kreatif membuat mainan sendiri”
tutur pak Made Taro kata-kata itu memang sangat beralasan karena pada
kenyataannya anak-anak lebih senang memainkan permainan modern yang
cendrung merusak moral dan tradisi bangsa, sehingga anak-anak pada umumnya
lupa akan permainan tradisional yang sederhana tetapi dapat memberikan pelajaran
kepada anak untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya, pada akhirnya permainan
tradisional akan punah dan hanya menjadi kenangan masyarakat jika hal ini terus
terjadi.

4.3 Persepsi Masyarakat terhadap Permainan tradisional.


Dalam era globalisasi seperti sekarang ini anak-anak Indonesia khususnya di
Bali ini sudah banyak melupakan permainan tradisional. perkembangan teknologi
yang serba canggih merupakan fakor utama yang membuat anak cendrung
memainkan permainan modern. Berbagai kemudahan ditawarkan dari
telekomunikasi, akses internet yang semakin mudah dan sampai kepada permainan
anak-anak yang serba otomatis. Memang dampak tersebut dapat dirasakan oleh
orang banyak dan dapat memberikan identitas bahwa bangsa ini tidak ketinggalan
jaman dalam hal teknologi. Kita dapat melihat anak-anak sekarang lebih menyukai
permainan yang serba elektronik yang memberikan kemudahan, tidak perlu
bersusah-susah membuat atau mencari teman untuk bermain, cukup mereka pergi ke
mall atau arena bermain sudah dapat bermain sepuasnya asalkan mempunyai uang
yang cukup.
Kita dapat melihat jenis permainan anak-anak jaman sekarang dari play
station, video game, mobil-mobilan yang digerakkan dengan remote control, boneka
yang dapat berbicara layaknya manusia dan masih banyak lagi. “Permainan zaman
sekarang cendrung mengajari anak untuk konsumtif dan tidak kreatif tidak seperti
zaman dahulu, anak-anak cendrung dituntut untuk kreatif membuat mainan sendiri”
tutur pak Made Taro (Pakar permainan tradisional di bali) kata-kata itu memang
sangat beralasan karena pada kenyataannya anak-anak lebih senang memainkan
permainan modern yang cendrung merusak moral dan tradisi bangsa, sehingga anak-
anak pada umumnya lupa akan permainan tradisional yang sederhana tetapi dapat
memberikan pelajaran kepada anak untuk bersosialisasi dengan teman sebayanya,
pada akhirnya permainan tradisional akan punah dan hanya menjadi kenangan
masyarakat jika hal ini terus terjadi.

4.4 Dampak Permainan Tradisional Terhadap Anak-anak dan Dewasa serta


Upaya Pelestarian.
Sejak kecil biasanya seorang anak diharapkan orang tuanya untuk mempunyai
nilai yang bagus di sekolah. Setelah lulus sekolah, mereka diharapkan mendapatkan
pekerjaan yang dapat membantunya meraih “masa depan yang cerah” dan gaji yang
tinggi. Namun apa yang terjadi bila kenyataan tidak demikian? Dalam aturan
permainan tradisional sangat menjunjung tinggi Fair Play (permainan yang sportif
dan adil) hal ini merupakan mindset yang di tanam dalam hati sanubari anak-anak
agar selalu berjiwa sportif dan bersaing dengan sehat. Gambaran lain adalah dalam
setiap permainan tradisional persaingan secara sportif menghasilkan semangat dari
sebuah permainan yaitu kalah ataupun menang setiap anak merasa bahagia dan siap
mengahadapi kondisi kalah ataupun menang, ini menunjukan bahwa dalam era
globalisasi seperti ini ketika mereka dewasa mereka bisa bersaing dengan sehat dan
siap mengahadapi kaeadaan sulit sehingga mudah untuk bangkit dan kembali dalam
persaingan dengan kebulatan tekad dan kebesaran hati sehinngga tumbuh manusia
dewasa yang unggul dengan kecerdasan intelektual dan emosinal yang tinggi.
Memang tidak bisa di bayangkan jika permainan tradisional punah karena
maraknya permainan modern. Sedikit gambaran tentanng permainan moderen yaitu
ketika maraknya permainan “Smack Down” yang notabene bukanlah permainan
yang seharusny tidak dimainkan anak-anak sehingga hal tersebut dipraktekkan
terhadap teman sebayanya kemudian berujung kepada kekerasan. Dari pengalaman
tersebut agaknya semua lapisan masyarakat perlu menelaah kembali betapa
pentingnya nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam permainan tradisional. Dalam
pemikiran sederhana penulis, peran sarana pendidikan sangat penting dalam
melestarikan permainan tradisional, hal ini merupakan tindakan awal yang harus
dilakukan oleh setiap lembaga pendidikan tingkat dasar di berbagai wilayah di
Indonesia. Adapun kelanjutannya bisa diadakan olimpiade atau kompetisi permainan
tradisional sewilayah propinsi ataupun tingkat nasional sebagai upaya negara dalam
pelestarian prmainan tradisional.
DAFTAR PUSTAKA

Hasan Alwi, 2002.Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Hendratman Hendi,Graphics Desain. Bandung: PenerbitInformatika
Kusmiati A.R.1999. Teori Dasar Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Djambatan.
Moelong, Lexy. 2001. Metode Penelitian Kwalitatif. Bandung: PT.Remaja.
Poerwadarminta, W.J.S, 1983.Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Poerwadarminta, W.J.S. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Poerwadarminta, W.J.S. 1998. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Ruwiyanto, Wahyudi, Manajemen Sistem Pendidikan Nasional dalam Rangka Peningkatan
Ketahanan Nasional,1997, Jakarta, Balai Pustaka
Sachari,Agus .1986. Paradigma Desain Indonesia. Jakarta:CV. Rajawali.
Susanto, Astrid. 1986. Filsafat Komunikasi. Bandung: Bina Cipta.
Sadily H,1984 Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Sarwono,Jonathan dan Lubis,Hary.2007.MetodeRisetUntukDesainKomunikasi
Visual.Yogyakarta: Penerbit Andi.
Taro Made.1992 Mari Bermain. Bali: Upada sastra
Windy Novia S.Pd, Kamus Umum Bahasa Indonesia,Kashiko.

Anda mungkin juga menyukai