Anda di halaman 1dari 24

Laporan Audit Program

FPPD
Februari 2004 - Januari 2005

Tim audit:
Ismail Amir
Farid HR
Tujuan audit program:
• Melihat secara umum maupun kritis bentuk, sifat,
kekuatan dan kelemahan lembaga/organisasi dari sisi
internal maupun eksternal.
• Melihat secara umum kontribusi program terhadap
visi, misi dan struktur organisasi.
• Melihat secara kritis kontribusi FPPD terhadap
inovasi gerakan pembaharuan desa.
• Melihat secara kritis capaian program sesuai dengan
proposal yang telah disepakati.
• Melihat secara kritis dampak hasil program terhadap
peningkatan kapasitas partisipan forum.
Hasil Audit Program FPPD
Visi:
• Menjadi arena belajar pengembangan pembaharuan
desa yang terpercaya untuk mewujudkan masyarakat
desa yang otonom dan demokratis.

Misi:
• Meningkatkan keterpaduan gerak antar pihak
untuk pembaharuan desa.
Nilai–nilai dasar
1. Menghormati keputusan bersama,
2. Solidaritas,
3. Tanggung gugat, dan
4. Menghargai Perbedaan
• Visi dan missi FPPD ini semakin mengkristal
dan memperoleh legitimasi setelah lokakarya
tentang prakarsa pembaharuan desa di Hotel
Brongto – Yogyakarta
• Lokakarya merekomendasikan 3 hal penting
sebagai mandat FPPD :
– Penguatan civil society,
– demokratisasi dan
– good governance
Tujuan FPPD
• FPPD tidak merumusan tujuan yang terumuskan
secara spesifik.
• Dari proposal dan kegiatan yang dilakukan,
dapat disimpulkan, tujuan FPPD:
Menjadi tempat belajar, berkomunikasi, berinteraksi,
berkolaborasi berbagai kalangan yang interes dengan
desa serta mengembangkan ide-ide tentang pembaharuan
desa
Struktur organisasi
Partisipan FPPD

KOMITE PENGARAH

KOMITE PELAKSANA
1. Koordinator
2. Fasilitator : a) Studi dan Advokasi Kebijakan
b) Pengembangan Metode & Peningkatan Kapasitas
c) Jaringan & Dukungan Program Aksi

SEKRETARIAT
ADMINISTRASI & KEUANGAN
Pengurus FPPD
Komite Pengarah Komite Pelaksana Administrasi
1. Sutoro Eko 1. Haryo Habirono 1. Erni Herawati
2. Prof. Dr. Mubyarto 2. Bambang Hudayana (Kepala Kantor)
3. Prof. Dr. Syarif (Fasilitator Studi dan 2. Alif (Kitchen Cabinet)
Ibrahim Advokasi Kebijakan) 3. Sukasmanto
4. Dr. Pradjarta 3. Rossana Dewi (Bendahara)
5. Dr. Hans Antlöv (Fasilitator Jaringan & 4. Adri Warsena
Dukungan Program (Operator Komputer)
6. Susmanto Aksi)
7. M. Akib Patta 5. Asruri (Kasir)
4. Warno Hadiwinarno 6. M.Tri Sumirat (Office
8. Nissa Wargadipura (Fasilitator Boy)
9. H. Subito Pengembangan
Metode & 7. Sulis Tiawan
10. Rochmanuddin (Satpam)
Peningkatan
11. E.B. Sitorus
Kapasitas)
12. Ir. Tumpal P. Saragi
Bentuk dan sifat organisasi
• persis sama dengan saudara tuanya FPPM
• bersifat terbuka bagi para pemerhati maupun
aktivis desa
• sangat dipengaruhi oleh perkembangan eksternal
Kekuatan Forum:
• Partisipan forum terdiri dari berbagai unsur yang mempunyai
kompetensi dan perhatian pada pembaharuan desa.
• Mudah memupuk modal sosial, karena desa selalu identik dengan
kemiskinan dan keterbelakangan.
• Mempunyai struktur dan governance organisasi yang transparan.
• Mempunyai pengurus forum yang tinggi komitmennya terhadap
pembaharuan desa.
• kapasitas dan Kapabilitas SC dan OC yang memadai dan cukup
dikenal secara lokal dan nasional. sehingga mempunyai akses
yang bagus dengan berbagai elemen pegiat pembaharuan desa
baik pemerintah, NGO dan lembaga donor.
• Dukungan fasilitas kantor yang memadai.
• Mempunyai sistem pendokumentasian yang baik
• Sebagai ruang (wadah) belajar bersama.
• Sifat programnya responsif terhadap isu eksternal..
Kelemahan Forum:
• Belum ada perencanaan strategis lembaga untuk jangka panjang
dan jangka pendek.
• belum mempunyai statuta organisasi.
• Membutuhkan waktu untuk saling menyesuaikan diri.
• Keterikatan partisipan terhadap forum longgar.
• Lemahnya kontrol partisipan terhadap institusi FPPD.
• Sulit memfokuskan gerakan karena partisipannya sangat variatif.
• Pengembangan pembelaan/keberpihakan pada desa lamban.
• Lebih lamban dalam melakukan perubahan karena ketika harus
mengambil sikap sering dilematis.
• Yang terlibat dalam even diskusi, seminar dan lokakarya lebih
banyak para elit
Program FPPD
1. Pengembangan jaringan informasi-komunikasi
2. Fasilitasi kajian pembaruan desa
3. Fasilitasi inovasi pembaruan desa
4. Fasilitasi penguatan kapasitas pelaku
5. Advokasi & Kampanye
6. Penguatan sistem pendukung FPPD
• Secara umum semua program FPPD dapat
dilaksanakan dengan baik, tidak ada program
yang tidak terimplementasikan. Terdapat
beberapa kegiatan yang belum dilaksanakan pada
tahun pertama dan rencana dilanjutkan pada
tahun ke dua.
Hubungan Isu dg Program
Grafik hubungan antara Keg. Internal, Aktivitas dan Isu Eksternal

25

20

15

10

0
1 2 3

Kuartal
Keg. Internal Kegiatan FPPD Isu Eksternal
Perkembangan Kegiatan FPPD

LoKa Brongto LoKa Advokasi


(Prakarsa & gerakan Denpasar UU 22/99
Pembaharuan desa) (memperkuat
desentralisasi desa)

LoKa PMD Riset


(Penentuan Kolaboratif
program prioritas) ADD
Keterkaitan antar program

FPPM Modul APBDes

LoKa Advokasi UU
LoKa Brongto Denpasar 22/99

Riset
LoKa PMD
Kolaboratif
ADD
• Sebagian besar program yang dilaksanakan oleh FPPD sesuai
dengan visi dan misinya, yaitu menjadi arena belajar
pengembangan pembaharuan desa yang dapat ditunjukkan
dengan banyaknya kegiatan forum dalam bentuk desiminasi
wacana dan kesadaran Pembaharuan Desa melalui
pengembangan jaringan informasi-komunikasi, peningkatan
kapasitas melalui fasilitasi kajian, inovasi pembaruan desa, dan
advokasi kebijakan.
• Keterlibatan FPPD sebagai pelaku langsung advokasi undang-
undang 32/2004 mencemaskan sebagian partisipan, bahwa
FPPD akan keluar dari visi dan misinya semula, bukan sebagai
ruang belajar melainkan sebagai pelaksana langsung (eksekutor).
Kesimpulan & Rekomendasi
Kelembagaan
• FPPD sanggup menempatkan perannya sebagai arena belajar berbagai
pemangku kepentingan pembaharuan desa.
• Kesan elitis dan terlalu akademis masih dirasakan sebagian partisipan Æ
dominannya partisipan yang elitis (akademisi dan LSM, Pemerintah), dan
minimnya pelibatan organisasi rakyat desa.
• Memperhatikan kondisi ini FPPD kedepan perlu memperbaiki proporsi
peserta maupun mengembangkan kegiatan-kegiatan pengembangan
kapasitas yang langsung menyentuh aras masyarakat desa

• Visi dan misi organisasi telah difahami dengan baik di internal forum,
namun belum oleh partisipan FPPD (masih muncul harapan dan tuntutan
yang berlebihan dari partisipan terhadap peran FPPD).
• Oleh karena itu penting bagi FPPD untuk selalu memberikan pemahaman
visi dan misi secara terus menerus kepada paritisipan pada setiap even
kegiatan.
• Nilai-nilai dasar (Menghormati keputusan bersama, Solidaritas,
Tanggung Gugat, dan Menghargai Pendapat), belum sepenuhnya
mampu menjadi rujukan mengawal dinamika internal organisasi.
• Diperlukan komitmen yang kuat dari para anggota SC, OC,
maupun sekretariat, untuk selalu melakukan aksi-refleksi
bersama agar nilai-nilai dasar tersebut benar-benar melembaga
dalam etika kerja baik internal maupun eksternal.
• FPPD potensial untuk memperoleh kepercayaan publik dalam
gerakan pembaharuan desa di Indonesia,
• Tidak adanya statuta organisasi yang mengatur hubungan kerja,
hak dan wewenang, potensi tersebut menjadi kurang optimal.
• Pada masa-masa yang akan datang, pembagian tugas, wewenang
dan tanggung jawab yang jelas dari masing-masing pejabat forum
menjadi kebutuhan utama agar kinerja individu maupun
organisasi dapat diukur dengan baik.
Program
• Kondisi forum yang sangat cair dan terbuka sangat
berpengaruh terhadap pengembangan program maupun
kegiatan-kegiatan FPPD. FPPD cukup responsif terhadap
perkembangan yang ada yang menyangkut tentang desa.
• Baik program maupun kegiatan yang dikembangkan FPPD
mempunyai kontribusi cukup positif terhadap visi dan misi
organisasi sebagai arena belajar dan memadukan gerak antar
pihak untuk pembaruan desa.
• Program/kegiatan yang dikembangakan masih tumpang tindih
dengan kegiatan pembaharuan desa yang dilakukan oleh
lembaga lain sehingga terkesan mengulang-ulang.
• Program-program yang dikembangkan oleh FPPD dengan apa
yang dikerjakan oleh para pegiat pembaharuan desa harus
saling memperkuat dengan cara meningkatkan koordinasi dan
kolaborasi.
• Secara umum semua kegiatan FPPD dapat dilaksanakan dengan
baik, dan sesuai target schedule. Beberapa kegiatan memang belum
dilaksanakan pada tahun pertama ini karena direncanakan
dilanjutkan pada tahun ke dua.
• Tidak adanya goals dan obyektives yang melingkupi seluruh
program yang dirumuskan oleh forum di dalam logical framework
membuat ketercapaian tahapan tujuan program dalam periode
tertentu tidak dapat diukur.
• Kegiatan-kegiatan yang dikembangkan membentuk untaian yang
runtut dan saling mendukung satu sama lain.
• Dua kegiatan besar FPPD advokasi UU 22/99 dan riset
kolaboratif serta satu modul APBDes, adalah hasil dari rangkaian
tiga lokakarya besar di Yogyakarta, Jakarta dan Bali.
• FPPD menghasilkan banyak lesson learned maupun best practices seperti
Riset ADD, melibatkan berbagai stakeholders, Modul, Konsultasi Publik
UU No. 32/2004 di 12 daerah, maupun SE Mendagri tentang ADD.
Pengalaman positif di atas harus dipelihara sehingga kemenangan
pembaharuan desa dirasakan oleh konstituen dan partisipan lain. Hasil
yang dicapai di atas juga kurang terpublikasikan dengan baik, baik
melalui buletin maupun web site yang ada.
• UU No. 32/2004 suka maupun tidak suka desa akan menghadapi
problem seperti mandegnya proses demokratisasi desa, intervensi
negara ke desa melalui sekdes, lemahnya manajemen pembangunan
pengelolaan anggaran di desa, lemahnya perencanaan di desa, dll. Oleh
karena itu sangat penting melakukan terus-menerus pemikiran-
pemikiran dan pembahasan-pembahasan menghadapi kemungkinan
tersebut. Secara khusus antara SC dan OC FPPD belum berbuat apa-
apa terhadap keadaan ini (diberlakukannya UU No. 32/2004).
Walaupun ada 3 skenario awal menghadapi revisi UU No. 22/99
namun adanya perbedaan sikap di internal pengurus, akhirnya
pembahasan belum dilanjutkan hingga sekarang.
• Isu pembaharuan desa tidak semuanya hanya bersentuhan
langsung dengan UU No. 32/2004, sehingga mendorong melalui
kebijakan perencanaan mulai tingkat nasional hingga tingkat desa
perlu dilakukan.
• Isu dan wacana yang berkembang dalam kegiatan forum
dirasakan bermanfaat oleh para partisipan (LSM, Tokoh Desa,
dll). Partisipan mengakui yang didapatkan dari forum
memberikan inspirasi baru pada gerakan pembaharuan desa yang
ditindak lanjuti di tempatnya masing-masing.
• Sayangnya peserta forum yang berasal dari organisasi rakyat
sangat minim, sehingga gaungnya FPPD masih di kalangan elit,
belum menyentuh di akar rumput.
• Sebaiknya dikembangkan pula program-program yang mampu
melibatkan unsur dan pelaku langsung di desa yang masih belum
tersentuh.
Saran Partisipan
– Perlunya FPPD mengembangkan jaringan ke berbagai daerah
sehingga isunya tidak terlalu jawa sentris.
– Perlunya FPPD menginvestasikan ilmunya langsung ke
masyarakat desa melalui pelatihan dan pengembangan modul.
– FPPD perlu lebih imbang dalam membangun masyarakat
Indonesia dan bersama-sama membangun sistem bersama
baik dengan unsur pemerintah maupun non pemerintah.
Tidak selalu berseberangan dengan pemerintah.
– FPPD perlu membahas pula melibatkan tokoh agama,yang
selama ini belum dilibatkan, bagaimana membahas sosok desa
dari kaca mata agama. Disamping itu masih perlu
mengimbangkan komposisi partisipan dari sisi jumlah (LSM,
Perti, Pemerintah, DPRD/Parpol).
– FPPD perlu meningkatkan kekompakan baik di dalam
maupun di luar. Menjadi komunikator antar lembaga.
– FPPD perlu memperbaiki peran sebagai certer of idea dalam
bidang pembaharuan desa dan lembaga isu.

Anda mungkin juga menyukai