Mantra Pletora
Kuhormati segenggam darah hitam yang menderas, muncrat di samping palingmu, untuk
menerbangkan sacral hingga terbit petala surga yang juga membiaskan benang syahdu
lagu-lagu, kusingkirkan bekas serentetan darah itu
Membeku, kental dalam pintalan gema gemuruh suasana jeritan amputasi hati
Kau tau,
Sampah mungil di lembar kabut tengah malam itu,
Kusibak dengan seutas makna dalam baskom yang retak
Rowo-rowo manunggaling
Panyuran sutro kencono
Seisining jagat kang kaguncang
Patrine manah ing pangerso
Dedalon kanthi jiwo nelongso
Sketsa Isak
Raungan Jiwa
Kumohon!
Madukanlah isimu….
Jangan kau empedukan samar senyap
Pada pwnggalan malam
Bunga senja yang tadi sore
Dan bariskan manis….
Untuk malam
Waktu Yang Berskala
Ternyata,
Dalam waktu memang berskala
Kian terkoyak oleh mereka seribu tangan
Dan lisan yang mencericit-cicit
Dengan mantra seperti tikus
Di Kemudian Malam
‘07
Apa maksudmu?
Desember ‘08
Gelantung Mimpi
Selaput Mantra
bagi : A.M Ridlwan
Kang,
aku heran, goresanmu penuh luka, penuh penyakit,
hanya lekuk-belekuk searah wangi tintamu
dengan sederat garis-garis kertas tipis di ujung empat cekung mata
tak mampu menyusup buah antologi begundal koral.
Kang,
Suara apa yang mampu mengeruk selaput mantra, dalam usaha
Aku benar kagum
Karena sempat kuhampiri darma mushafmu
Di laci kemarin itu
Tak ada bekas usia senja
Dan kemudian, semuanya menyapa
Teras eltase pada sudut timbar
September, ‘08
Sayatan Namamu
Bagi : H-O Sambeng
Itulah namamu
‘08
Kau sembrono
Kau lancang
Kau rakus
Pulanglah Bapakku!
Lekas pulang
Balada Hati
Bagi : Ibnati Imran
Neng,
Andai panjenengan mampu meraba suara gemericik ragaku, pastinya juga akan menjerit
seperti aliran muara belantara geladak telapak hati
Entah kenapa dalam linkar siku saja aku terlelap
Ini merupakan suatu alamat bahwa hatiku terlalu paradok
Dengan sekoci yang panjenengan layarkan melalui nafas angin
Neng,
Apa panjenengan juga mampu bersaksi pada kecipak anganku yang selalu mencengkram
raut senyum mungilmu
Pastikan bahwa neng tidak buta dalam sela gaduh di antara gelombang kebimbangan
Neng,
Coba bukalah kamus jiwaku pada halaman tertentu, bila perlu torehkan saja, luruhkan
satu persatu di kamus itu muhal dijelaskan bahwa: intensitas kendali pikiran terlalu
ruwet, aku benar tak mau dicekoki sederet makna yang merayap-rayap, mendera jiwa
hingga bersendawa luka