Anda di halaman 1dari 12

M. Hidayatullah from www.resumehidayat.blogspot.

com

Al Razi
Makalah ini diajukan untuk memenuhi
tugas mata kuliah filsafat islam

Dosen Pengampuh :
M. Fahmi , M. Hum.

FAKULTAS TARBIYAH
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM SUNAN AMPEL SURABAYA
2010
M. Hidayatullah from www.resumehidayat.blogspot.com

KATA PENGANTAR

Segala sanjung syukur kami panjatkan kepada Allah , hidayah dan

inayahnya sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Sholawat salam semoga senantiasa mengalir bagi baginda sang

pembawa risalah suci, Rasulillah Muhammad SAW sehingga kita dapat

merasakan Ni’matnya iman dan islam melalui Qoul-qoulnya. .

Kami menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam

penyusunan makalah ini dan masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu kepada para pembaca, penyusun mengharapkan saran dan kritiknya

atas kekurangan pada makalah ini.

Tak lupa kami ucapkan kepada Bpk. Fahmi M.Hum dan kepada

semua pihak yang telah membantu terselesainya makalah ini. Semoga

makalah ini dapat membantu mahasiswa dalam proses pembelajaran

khususnya dan kepada pembaca pada umumnya.

Penyusun
M. Hidayatullah from www.resumehidayat.blogspot.com

DAFTAR ISI

Kata pengantar ……………………………………………………… i-ii

Daftar Isi ……………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahir dan Karyanya

B. Filsafat Al -Razi

1. Lima Kekal / Qodim

2. Akal Kenabian dan Wahyu

BAB III PENUTUP

DAFTAR PUSTAKA
M. Hidayatullah from www.resumehidayat.blogspot.com

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Al-Razi adalah seorang yang terkenal pada dasarnya ia mempunyai banyak
murid yang belajar kepadanya, metode penyampaian pemikirannya adalah
bersistem pengembangan daya intelektual. Ia juga terkenal sebagai seorang
dokter yang dermawan dan penyayang kepada pasiennya. Ia seorang filosof yang
rajin belajar dan menulis oleh karena itu ia banyak menghabiskan waktunya
bersama murid dan pasiennya, disamping belajar dan menulis konon
keseriusannya dalam belajarlah salah satu penyebab katarak yang dideritanya. Ia
dikenal seorang pemberani dalam manentang beberapa kepercayaan islam yang
fundamental, atas dasar sikap yang dipilihnya sebagai seorang rasionalis dan
pendukung pandangan kaum Naturalis kuno, sehingga ia banyak mendapat
kecaman dan caci maki dari pengarang.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana bibiografi Al-Razi ?
b. Apa saja karya-karya yang dihasilkan Al-Razi ?
c. Bagaimana ajaran filsafat Al-Razi ?

C. Tujuan
• Penyusunan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bibiografi dan
karya filsafat Al-Razi
• Untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Islam
M. Hidayatullah from www.resumehidayat.blogspot.com

BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Lahir dan Karyanya.


Nama lengkap Al-Razi adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Yahya
Al-Razi. Dalam wacana keilmuan barat dikenal dengan sebutan Rhazes. Ia
dilahirkan di Rayy, sebuah kota tua yang masa lalu bernama Rhogge, dekat
Teheran, Republik Islam Iran pada tanggal 1 Sya’ban 251 M / 865 M.
Ada beberapa nama tokoh lain yang juga dipanggilkan Al-Razi yakni
Abu Hatim Al-Razi, Fakhrudin Al-Razi, dan Najmudin Al-Razi, oleh karena
itu untuk membedakan Al-Razi, sang filosof ini dari tokoh-tokoh lain, perlu
ditambahkan dengan sebutan Abu Bakar yang merupakan nama Kun-Yah-
nya (gelarnya).1
Pada masa mudanya ia pernah menjadi tukang intan, penukar uang,
dan pemain kecapi. Kemudian ia menaruh perhatian yang besar terhadap ilmu
kimia dan meninggalkannya setelah matanya terserang penyakit akibat
eksperimen-eksperimen yang dilakukannya. Setelah itu ia beralih dan
mendalami ilmu kedokteran dan filsafat.
Al-Razi terkenal sebagai seorang dokter yang dermawan, penyayang
kepada pasien-pasiennya. Karena itu ia sering memberikan pengobatan
Cuma-Cuma kepada orang miskin. Namun ungkapan Abdul. Latif
Muhammad Al-‘Abd terlalu berlebihan yang mengatakan bahwa Al-Razi
tidak memiliki harta sampai ia meninggal dunia. Kenyataan ia sering pulang
pergi antara Baghdad dan Rayy. Hal ini menunjukkan bahwa ia masih
mempunyai uang. 2
Disipliln ilmu Al-Razi meliputi ilmu falak, matematika, kimia, dan
filsafat. Ia lebih terkenal sebagai ahli kimia dan ahli kedokteran dibanding
sebagai seorang filosof. Ia sangat rajin menulis dan membaca, agaknya inilah
yang menyebabkan penglihatannya berangsur-angsur melemah dan akhirnya

1
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal 113
2
Ibid, hal 114
M. Hidayatullah from www.resumehidayat.blogspot.com

buta total. Akan tetapi ia menolak untuk diobati dan mengatakan pengobatan
akan sia-sia belaka karena sebentar lagi akan meninggal.
Sebagai orang yang terkenal pada dasarnya, Ia mempunyi banyak
murid yang belajar kepadanya. Metode penyampaian pemikirannya adalah
bersistem pengembangan daya intekektual. Apabila ada seorang murid yang
bertanya maka pertanyaan itu tidak langsung dijawabnya melainkan
dilemparkan kembali kepada murid- murid lainnya yang terbagi beberapa
kelompok .
Apabila kelompok pertama tidak bisa memecahkannya maka
pertanyaan itu dilemparkan kepada kelompok kedua dan begitu seterusnya.
Sehingga apabila tidak ada yang sanggup, Maka Al-Razi sendiri yang
menjawabnya. Diantara muridnya yang cerdas adalah Abu bakar Ibnu Qorin
Al-Razi yang kemudian menjadi seorang dokter. Al-Razi jika bersama murid-
muridnya atau pasiennya, ia selalu menggunakan waktunya untuk menulis
dan belajar. Kemungkinan hal itu sebagai salah satu indikasi dari kebutaan
matanya. 3
Al-Razi seorang filosof yang rajin belajar dan menulis sehingga tidak
mengherankan ia banyak menghasilkan karya tulis dalam autobiografinya
pernah ia katakan, bahwa ia telah menulis tidak kurang dari 200 buah karya
tulis dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan. Karya tulisnya dalam bidang
kimia yang terkenal ialah kitab Al-Asrar yang diterjemahkan kedalam bahasa
latin oleh Geard Fo Cremon. Dalam bidang medis karyanya yang terbesar
ialah Al-Hawi yang merupakan ensiklopedia ilmu kedokteran,diterjemahkan
kedalam bahasa latin dengan judul Continens yang tersebar luas dan menjadi
buku pegangan utama dikalangan kedokteran Eropa sampai abad 17 M.4
Bukunya dibidang kedokteran juga ialah Al-Mansuri Liber Al Mansoris 10
jilid disalin kedalam berbagai bahasa barat sampai akhir abad XV M. Kitab
Al-Judar Wa Al-Hasbah tulisannya yang berisikan analisis tentang penyakit
cacar dan campak beserta pencegahannya diterjemahkan orang kedalam
berbagai bahasa barat dan terakhir kedalam bahasa inggris pada tahun 1847

3
Ibid, hal 116
4
Harun Nasution, Filsafat dan Misticisme dalm Islam, Jakarta, Universitas Indonesia, 1993, hal 243
M. Hidayatullah from www.resumehidayat.blogspot.com

M. Dan dianggap buku bacaan wajib ilmu kedokteran barat. Kemudian buku-
bukunya yang lain ialah Al-thibb al-Ruhani, al-sirah al-falsafiah, dan lainnya.
Sebagian karya tulisnya telah dikumpulkan menjadi satu kitab yang bernama
al-Rasa’il Falsafiyyat yang yang banyak dikutip dalam buku ini.

B. Filsafat Al- Razi


1. Lima Kekal / Qodim
Al-Razi adalah seorang rasionalis murni, hal itu tampak dalam
halaman pendahuluan karyanya, al-Thibb al-Ruhani, ia menulis : “ Tuhan,
segala puji bagi-Nya yang telah memberi akal agar dengan-Nya kita dapat
memperoleh sebanyak-banyaknya manfaat; inilah karunia terbaik Tuhan
kepada kita. Dengan akal kita melihat segala yang berguna bagi kita dan yang
membuat hidup kita baik, dengan akal kita dapat mengetahui yang gelap,
yang jauh, dan yang tersembunyi dari kita. Suatu pengetahuan tertinggi yang
dapat kita peroleh Jika akal sedemikian mulia dan penting, maka kita tidak
boleh melecehkannya, kita tidak boleh menentukannya. Sebab ia adalah
penentu, atau mengendalikannya. Sebab ia adalah pengendali atau
memerintahnya, sebab ia adalah pemerintah tetapi kita harus merujuk
kepadanya dalam segala hal dan menentukan segala masalahnya: kita harus
sesuai dengan perintahnya.5
Filsafat Al-razi terkenal dengan ajarannya lima yang kekal, yakni al-
Bari T’ala (Allah Ta’ala) al-Nafs al-Kulliyyat (jiwa universal), al-Hayuli al-
Ula (Materi pertama), al-makan al-Muthlaq (tempat/ruang absolut), dan al-
Zaman al-Muthlaq (masa absolut).6
Allah adalah Maha Pencipta Pengatur seluruh alam ini. Alam
diciptakan Allah bukan dari tiada , tetapi dari sesuatu yang telah ada karena
itu, alam semestinya tidak kekal, sebab penciptaan disini dalam arti disusun
dari bahan yang telah ada.
Untuk memperkuat pendapatnya tentang kekekalan materi pertama,
Al-Razi memajukan dua argumen. Pertama, adanya penciptaan

5
Ibid, hal 246
6
Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam, Jakarta, Gaya Media Pratama, 1999, hal 26
M. Hidayatullah from www.resumehidayat.blogspot.com

mengharuskan pencipta materi yang diciptakan oleh pencipta yang kekal


tentu kekal pula. Kedua, ketidak mungkinan pencipta dari Creatio ex nihilo.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa alam diciptakan Allah
dari bahan yang sudah ada, yakni materi pertama yang telah ada sejak azali.
Bahwa materi bersifat kekal karena ia menempati ruang, maka ruang juga
kekal.7
Sebagaimana ruang, waktu atau zaman juga dibedakan Al-razi
antara waktu muthlak (tak terbit) dan bersifat waktu mahshur (terbatas) untuk
yang pertama ia disebut dengan al-dahr, kadim dan substani yang bergerak
atau mengalir ( jauhar yajri ). Sementara itu, waktu mahshur adalah waktu
yang berlandaskan pada pergerakan planet-planet, perjalanan bintang-bintang
dan mentari. Waktu terbatas ini tidak kekal, yang ia sebut dengan al-Wagt.
Dengan demikian, waktu mutlak atau absolut, menurut al-razi sudah
ada sebelum adanya waktu terbatas ini yang terkait dengan gerakan bola
bumi.
2. Akal Kenabian dan wahyunya
Harus diakui bahwa akal merupakan substansi sangat penting yang terdapat
dalam diri manusia sebagai cahaya (nur) dalam hati. Cahaya ini, menurut Al-
razi bersumber langsung dari allah, sebagai utusan-utusan untuk
menyadarkan manusia dari kebodohannya.
Al-Razi dikenal sebagai seorang rasionalis, bahkan dapat memperoleh
pengetahuan tentang Allah, oleh sebab itu, manusia tidak boleh menyia-
nyiakan dan mengekangnya, tetapi harus memberikan kebebasan padanya dan
harus merujuknya dalam segala hal.
Harun Nasution menyimpulkan dari gagasan-gagasan Al-razi tersebut,
yakni a. tidak poercaya pada wahyu b. Al-qur’an bukan mukjizat c. tidak
percaya pada nabi-nabi d. adanya hal-hal yang kekal selain dari Allah.
Alasan-alasan Al-Razi dalam menolak kenabian sebagai berikut ;
a. Bahwa akal sudah memadai untuk membedakan antara yang baik dan yang
buruk, yang benar dan yang jahat, yang berguna dan yang tak berguna.

7
Nasution, Falsafat dan Misticisme, hal 18
M. Hidayatullah from www.resumehidayat.blogspot.com

Melalui akal manusia dapat mengetahui tuhan dan mengatur kehidupan kita
sebaik-baiaknya, kemudian mengapa masih dibutuhkan nabi?
b. Tidak ada keistimewaan bagi beberapa orang untuk membimbing semua
orang. Sebab setiap orang lahir dengan kecerdasan yang sama perbedaannya
bukanlah karena pembawaan alamiah, tetapi karena pengembanagan dan
pendidikan (eksperimen).
c. Para nabi saling bertentangan, apabila mereka berbicara atas nama satu
Tuhan mengapa implementasi mereka terhadap pertentangan? Setelah
menolak kenabian kemudian Al-Razi mengkritik agama secara umum.: Ia
menjelaskan kontradiksi-kontradiksi kaum Yahudi Kristen ataupun Majusi.
Pengikatanmanusia terhadap agama adalh karena meniru dan kebiasaan,
kekuasaan ulama yang mengabdi Negara dan manifestasilahiriah agam,
upacara-upacara dan peribadatan yang mempengaruhi mereka yang sederhana
dan Naif.
Berakaitan dengan sanggahan terhadap wahyu dan Nabi sebagai
pembawa berita eskatologis (alam keakhiratan), seperti kematian. Bagi Al-
Razi, kematian bukanlah suatu hal yang perlu ditakuti, karean bila tubuh
hancur, maka ruh juga hancur. Setelah mati, tak sesuatupun terjadi pada
manusia, karena ia tidak merasakan apa-apa lagi. Selama hidupnya, manusia
selalu merasa sakit selamanya. Sebaiknya orang yang menggunakan nalar
menghindari rasa takut mati, karena bila ia mempercayai kehidupan lain
maka, ia tentu gembira, sebab melalui mati ia pergi kedunia lain yang lebih
baik. Bila ia percaya bahwa tiada sesuatupun setelah mati, maka ia tidak perlu
cemas. Betapapun orang yang tidak perlu merasa cemas akan kematian,
karena tiadk ada alasan untuk merasa cemas.8
Ditegaskan buku Harun Nasution yang berjudul Falsafah dan
Misticisme dalam islam memuat ketidak percayaan Al-Razi kepada kenabian,
agama, dan wahyu. Namun, setelah ia membaca buku-buku karya Al-Razi
seperti al-thibb al-Ruhani dan yang lainnya penulis sodorkan saat itu (1989)
ia berpesan bila saudara yang menulis Al-Razi, maka tulislah sebagai buku-
buku ini, sedangkan saya (Harun Nasution) menulis seperti dalam buku diatas
8
Mustofah, Filsafat Islam, Bandung, Pustaka Setia, 1998, hal, 124
M. Hidayatullah from www.resumehidayat.blogspot.com

karena saya belum menemukan sumber-sumber seperti ini. Realisasi dari


pesan Harun Nasution tentang Al-razi ini dapat penulis saksikan sendiri
selama penulis membantunya ( asistennya) dalam mata kuliah pemikiran
dalam islam di pasca sarjana IAIN Imam Bonjol Padang sejak tahun 1994
sampai ia wafat Jum’at 18 September 1998,
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tidak cukup bukti untuk
membenarkan tuduhan terhadap Al-Razi. Sebaiknya, penulis berkeyakinan
bahwa ia adalah seorang intelektual muslim yang percaya kepada Nabi da
Wahyu. 9

BAB III

9
Ibid, hal 127
M. Hidayatullah from www.resumehidayat.blogspot.com

KESIMPULAN

Nama lengkap Al-Razi adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Yahya


Al-Razi, dilahirkan di Rayy sebuah kota tua yang masa lalu bernama Rhogge
dekat Teheran Republik Islam Iran pada tanggal 1 Sya’ban 251 M/ 865 M.
Nama kunyahnya (gelarnya) adal Abu Bakar.
Pada masa mudanya Al-Razi pernah menjadi tukang intan, penukar
uang, dan pemain kecapi. Ia juga terkenal sebagai seorang dokter dermawan
penyayang kepada pasiennya.
Al-Razi termasuk seorang filosof yang rajin belajar dan menulis inilah
yang menyebabkan penglihatannya berangsur-angsur lemah dan akhirnya
buta total akan tetapi ia menolak untuk diobati dengan mengatakan
pengobatan akan sia-sia belaka karena sebentar lagi dia akan meninggal.
Al-Razi adalah seorang rasionalis murni hal itu tampak dalam hal
pendahuluan karyanya. Filsafat Al-Razi terkenal dengan ajarannya lima yang
kekal, yakni al-Bari Taala, al-Nafs al-Kulliyat, al-Hayuli al-Ula, al-makan al-
muthlak, al-zaman al-muthlak.
Al-Razi dikenal sebagai seorang rosionalis murni, akal menurutnya
adalah karunia Allah yang terbesar untuk manusia. Dengan akal manusia
dapat memperoleh manfaat sebanyak-banyaknya bahkan dapat memperoleh
pengetehuan tentang allah. Oleh karena itu manusia tidak boleh
mengekangnya tetapi harus memberi kebebasan padanya dan harus
merujuknya dalam segala hal. .
DAFTAR PUSTAKA

ZAR, Sirojuddin, Haji, Filsafat Islam : Filosof dan Filsafatnya. ( Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada, 2007. )

Nasution, Hasyimsyah, Filsafat Islam ( Jakarta : Gaya Media Pratama, 1999 )

Mustofa, H.A. Filasafat Islam : ( Bandung , Pustaka Setia )


M. Hidayatullah from www.resumehidayat.blogspot.com

Nasution, Harun, Falsafat dan Misticisme dalam Islam, Jakarta,Universitas


Indonesia, 1993

Anda mungkin juga menyukai