a selalu menjadi perhatian orang tua. Tak terkecuali kondisi kesehatannya. Banya k orang tua senang melihat bayi atau anak kecil yang gendut atau berpipi tembem, bertingkah lucu dan menggemaskan. Namun kondisi anak yang demikian jika dibiark an bisa berlanjut menjadi obesitas (kegemukan). Obesitas merupakan salah satu manifestasi terjadinya lipidemia, meskipun tidak s emua kasus kegemukan disertai hiperlipidemia atau tidak semua penderita hiperlip idemia bertubuh gemuk. Hiperlipidemia pada anak didefinisikan sebagai kelainan atau gangguan pada kadar lemak darah yang terjadi pada anak usia 2-19 tahun. Batasan umur tersebut berda sarkan pertimbangan bahwa anak dibawah usia 2 tahun kadar lemaknya masih belum m enetap akibat tingginya kebutuhan kolesterol, antara lain untuk pertumbuhan sel otak. Sedangkan diatas 19 tahun sudah dikategorikan dewasa. Hiperlipidemia sering dikenal juga sebagai hiperlipoproteinemia, karena sebelum mengalami sirkulasi dalam darah, lemak harus berikatan dengan protein membentuk lipoprotein. Sehingga semakin banyak lemak yang dikonsumsi akan menyebabkan sema kin banyaknya lipoprotein yang terbentuk. Dua jenis lipoprotein yang banyak dike nal adalah low density lipoprotein (LDL) yaitu lemak yang berikatan dengan prote in berdensitas rendah, dan high density lipoprotein(HDL) yaitu lemak yang berika tan dengan protein berdensitas tinggi. Kolesterol dalam darah akan mengalami sirkulasi dalam bentuk kolesterol LDL dan HDL. Kolesterol LDL sering disebut kolesterol jahat karena dapat menyebabkan pen yumbatan pembuluh darah dan mengakibatkan serangan jantung. Sedangkan HDL dikena l sebagai kolesterol baik karena berfungsi menyapu kolesterol bebas pembuluh dar ah dan mampu mempertahankan kadar trigliserida darah dalam kisaran normal. Hiperlipidemia pada anak sesungguhnya tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pad a orang dewasa, yaitu merupakan factor resiko terjadinya kelainan kardiovasikule r. Secara umum, hiperlipidemia dapat dibagi menjadi 2 sub-kategori, yaitu hiperk olesterolemia (kadar kolesterol tinggi) dan hipertrigliserida (kadar trigliserid a tinggi). Secara praktis, kriteria yang digunakan untuk penentuan adanya hiperl ipidemia pada anak adalah terdapatnya peningkatan kadar kolesterol total melebih i 200 mg/dl atau peningkatan kadar kolesterol LDL melebihi 130 mg/dl. Kelebihan lemak dalam darah akan menimbulkan suatu proses kompleks pada pembuluh darah. Mulai dari terjadinya plaque (penimbunan lemak) dalam pembuluh darah, pe rlekatan monosit, agregasi platelet, dan pembentukan trombus. Berbagai proses te rsebut akhirnya dapat menyebabkan terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Akibatn ya, organ-organ yang disuplai pembuluh darah akan mengalami kekurangan atau peng hentian suplai darah. Kondisi inilah yang pada akhirnya akan bermanifestasi seba gai penyakit jantung koroner, stroke atau penyakit vaskuler lainnya. Untuk mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan, mengontrol pertumbuhan anak merupakan tindakan paling bijaksana. Monitoring pertumbuhan balita dapat dilaku kan dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Sedangkan pada anak usia 6-18 t ahun dapat menggunakan standar national center of health statistic (NCHS) yang d ianjurkan WHO. Selain itu perlu pula dilakukan pemeriksaan kadar kolesterol darah pada anak yan g memperlihatkan manifestasi klinis hiperlipidemia, yaitu jika terdapat gejala x anthoma (penumpukan lemak kekuningan) pada telapak tangan dan kelopak mata, xant homa tuberosum (penonjolan lemak pada pergelangan tangan), arcus cornea (lingkar an putih pada kornea mata), obesitas, maupun anak dengan keluhan klinis penyakit -penyakit kardiovaskuler. Pemeriksaan kadar kolesterol juga perlu dilakukan pada anak yang mempunyai kelua rga (orang tua atau kakek/nenek) menderita penyakit jantung koroner sebelum usia 55 tahun, mempunyai orang tua dengan kadar kolesterol total melebihi 240 mg/dl atau menderita kelainan kadar lemak darah. Juga pada anak yang menderita diabete s ataupun hipertiroiism (kadar hormone tiroid rendah. Selain hal-hal tadi, mengatur pola makan, mengontrol berat badan dan olah raga s ecara teratur perlu dilakukan agar anak terhindar dari hiperlipidemia. Jangan bi asakan anak mengkonsumsi makanan instan atau fastfood secara berlebihan. Makan y ang demikian, kaya akan asam lemak jenuh, tapi miskin serat, sehingga akan menin gkatkan kadar kolesterol darah dan memicu terjadinya hiperlipidemia. (fom: Ambar Rukmini, Dosen Ilmu Gizi Prodi Teknologi Pangan, Universitas Widya M ataram Yogyakarta)