Anda di halaman 1dari 4
sx CL Clon auc Bane - 15.Dalam rangka mewujudkan paradigma sehat dan memperkuat promosi Kesehatan di kabupaten/kota, provinsi, dan pusat, perlu diupayakan pengorganisasian promosi kesehatan yang memadai, sehingga mampu menampung tugas-tugas yang dibebankan, mengelola sumber daya yang dibutuhkan, dan mengakses seluruh program kesehatan yang didukungnya. B. STRATEGI Agar kebijakan nasional tersebut di atas dapat diterapkan, maka ditetapkan strategi peningkatan promosi kesehatan nasional sebagai berikut: 1. Pengembangan Kebijakan Promosi Kesehatan Daerah. Strategi ini dilaksanakan dalam rangka mengupayakan adanya landasan hukum yang memperkuat penyelenggaraan promosi kesehatan di daerah. Sebagai tindak lanjut penetapan Kebijakan Promosi Kesehatan Nasional ini, di setiap daerah harus diupayakan terbitnya peraturan perundangan-undangan daerah tentang Kebijakan Promosi Kesehatan setempat. 2. Peningkatan Sumber Daya Promosi Kesehatan. Strategi ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan SDM, dana, dan sumber daya lain yang diperlukan untuk penyelenggaraan promosi kesehatan. Peningkatan SDM dilaksanakan dengan mengutamakan peningkatan kemampuan tenaga-tenaga kesehatan yang berada di garis depan, yaitu Puskesmas (perawat, bidan, sanitarian, dan lain-lain), Rumah Sakit, dan sarana kesehatan lain, di bidang pemberdayaan masyarakat. Di samping itu ditingkatkan pula jumlah dan kualitas pejabat-pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat, baik di garis depan, maupun di Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota, di Dinas Kesehatan Provinsi, dan di Departemen Kesehatan. Pengembangan jejaring advokasi serta peningkatan ketepatan, jumiah dan kemampuan para advokator dalam rangka promosi kesehatan juga harus diperhatikan. Agar efektif, advokasi dilakukan dengan mengedepankan tenaga-tenaga kesehatan yang menguasai benar permasalahan (professional). Dengan demikian, peran organisasi-organisasi profesi kesehatan dalam advokasi sangat besar. Peningkatan dana dilaksanakan dalam rangka meningkatkan pembiayaan untuk kegiatan promosi kesehatan, baik di kabupaten/kota maupun di [esl Gielcn Daunte en, provinsi, dan pusat. Peningkatan pembiayaan promosi kesehatan melalui Anggaran Pembiayaan dan Belanja Daerah (APBD) di kabupaten/kota dan provinsi dilakukan dengan advokasi kepada Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Peningkatan pembiayaan promosi kesehatan pusat dan daerah melalui Anggaran Pembiayaan dan Belanja Negara (APBN) dilakukan dengan advokasi kepada Dewan Perwakilan Rakyat, Departemen Keuangan, dan pihak-pihak terkait lainnya. Peningkatan pembiayaan promosi kesehatan melalui sumber-sumber lain dilakukan dengan advokasi dan kemitraan kepada penyandang dana dan pihak-pihak lain. Sedangkan peningkatan sumber daya lain akan dilakukan seiring dengan peningkatan dana atau sumber daya pembiayaan promosi kesehatan. . Pengembangan Organisasi Promosi Kesehatan. Strategi ini dilaksanakan baik di kabupaten/ kota, provinsi, maupun pusat, dalam rangka mengupayakan posisi yang sesuai bagi unit pengelola promosi kesehatan agar mampu menampung tugas-tugas yang dibebankan, mampu mengelola sumber daya yang dibutuhkan, dan mampu mengakses seluruh program kesehatan yang didukungnya. Bilamana posisi ini telah dapat dicapai, maka pengembangan organisasi diarahkan untuk upaya-upaya peningkatan manajemen dan kinerja promosi kesehatan. |. Integrasi dan Sinkronisasi Promosi Kesehatan. Strategi ini dilaksanakan dengan terlebih dulu menyusun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) Integrasi Promosi Kesehatan Dalam Program Kesehatan. Juklak ini sedapat mungkin jelas merinci rancangan (design) promosi kesehatan untuk berbagai tatanan (setting) yang sesuai dari antara tatanan yang ada (tatanan rumah tangga, tatanan institusi pendidikan, tatanan tempat kerja, tatanan tempat-tempat umum, dan tatatan sarana kesehatan). Juklak tersebut disusun oleh Pusat Promosi Kesehatan bersama dengan seluruh unit pengelola program kesehatan di Departemen Kesehatan, dengan mendapat masukan dari daerah. Pedoman ini akan digunakan di garis depan, di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, maupun di Dinas Kesehatan Provinsi dan di Departemen Kesehatan dalam penyelenggaraan promosi kesehatan. Dengan strategi ini juga akan diupayakan agar kegiatan-kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dapat tepat didukung oleh atau sinkron dengan kegiatan-kegiatan Bina Suasana dan Advokasi, melalui perencanaan dan penjadwalan yang paripurna dan terpadu. 23 KEBIJAKAN NASIONAL PROMOSI KESEHATAN Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat tidak saja terbatas kepada pemberdayaan individu (termasuk pasien) dan keluarga, melainkan juga pemberdayaan kelompok kelompok masyarakat melalui pengorganisasian dan penggerakan masyarakat (community organization dan community development). Di dalam strategi ini tercakup revitalisasi kader-kader kesehatan dengan mengembangkan sistem manajemen kader yang sesuai. . Pendayagunaan Data dan Pengembangan Sistem Informasi Promosi Kesehatan. Strategi ini dilaksanakan dalam rangka peningkatan kualitas perencanaan dan perancangan promosi kesehatan, guna mewujudkan promosi kesehatan yang berdasar kepada fakta (evidence-based). Dengan strategi ini akan ditingkatkan pencatatan dan pelaporan serta cara-cara lain (misalnya penyelenggaraan survei dan pemanfaatan hasil-hasil survei) dalam rangka pengembangan sistim informasi promosi kesehatan. Termasuk dalam strategi ini adalah penyusunan dan pengembangan Profil Promosi Kesehatan Kabupaten/ Kota, Profil Promosi Kesehatan Provinsi, dan Profil Promosi Kesehatan Indonesia. . Peningkatan Kerjasama dan Kemitraan. Strategi ini dilaksanakan dalam rangka meningkatkan promosi kesehatan dalam mencegah dan menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang memeriukan kerjasama lintas sektor khususnya HIV/AIDS, penyalahgunaan napza, masalah rokok, dan masalah-masalah kesehatan akibat bencana/pengungsian. Strategi ini juga dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kemitraan terutama dengan tokoh-tokoh masyarakat (termasuk tokoh agama, tokoh politik, budayawan, selebriti, dan lain-lain), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), serta kalangan wartawan, jurnalis, dan reporter (baik media massa cetak, radio maupun televisi). Dalam hal ini termasuk pengembangan kemitraan petugas-petugas promosi kesehatan dengan petugas-petugas hubungan masyarakat (humas) yang umumnya memiliki akses cukup besar kepada LSM dan media massa. Kemitraan tersebut khususnya dalam kegiatan Bina Suasana dan Advokasi, walaupun tidak tertutup pula peluang bagi Pemberdayaan Masyarakat. Selain itu, strategi ini juga dimaksudkan dalam rangka peningkatan jejaring kemitraan promosi kesehatan, baik secara nasional, maupun di tingkat regional dan global. 24 PaO Sone aos sau UF INDONESIA Sa 7. Pengembangan Metode, Teknik dan Media. Strategi ini dilaksanakan dalam rangka menemukan metode-metode, teknik, dan media pemberdayaan masyarakat, bina suasana, dan adovokasi serta kemitraan yang sesuai dengan ciri-ciri tertentu masyarakat, baik dari segi geografi, sosial, budaya, maupun ekonomi dan politik. Di samping itu strategi ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pendayagunaan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dalam promosi kesehatan. Termasuk dalam kerangka ini adalah pendayagunaan internet dan jaringan berbasis web (web-based network). 8. Fasilitasi Peningkatan Promosi Kesehatan. Strategi ini dilaksanakan terutama sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan daerah kabupaten/ kota, yang merupakan titik berat otonomi daerah, dalam penyelenggaraan promosi kesehatan. Fasilitasi daerah kabupaten/ kota dilaksanakan oleh provinsi bersama-sama dengan pusat, melalui pendekatan yang sistematis dan perencanaan yang baik. Pendekatan dapat dilakukan melalui pembentukan daerah-daerah percontohan yang kemudian direplikasi ke daerah-daerah lain.

Anda mungkin juga menyukai