Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Laporan kemajuan ini merupakan hasil kegiatan lapangan yang berlangsung dari
tanggal 10 Mei sampai dengan 8 Juni 2004. Data yang diperoleh merupakan data
yang diambil dari lapangan meliputi data pengamatan dan pengukuran ditambah
dengan data sekunder dari instansi yang terkait di Kabupaten Kepulauan Sangihe
yang disajikan dalam Bab IV Hasil Penyelidikan.
Selama kegiatan lapangan dan penyusunan laporan ini tim dibantu oleh beberapa
fihak, untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
3. Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Sulawesi Utara beserta staf.
KATA PENGANTAR i
BAB I
PENDAHULUAN
Perbatasan di wilayah laut harus ditarik dari garis dasar yang berada di
pulau-pulau kecil karena di daerah tersebut di tempati oleh pulau-pulau kecil,
sebagai contoh Kepulauan Sangir Talaud yang berbatasan dengan Filipina,
pulau di selatan Sipadan dan Ligitan (Malaysia), dan Pulau Batek yang
berbatasan dengan Timor Leste.
Identifikasi potensi sumber daya alam termasuk energi dan sumber daya
mineral di daerah perbatasan penting selain untuk inventarisasi kekayaan
lam yang nantinya akan berdampak pada ekonomi, juga dapat memperkuat
bukti kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia di daerah tersebut.
Maksud kegiatan identifikasi potensi energi dan sumber daya mineral pulau-
pulau kecil Sangir-Talaud, Sulawesi Utara adalah untuk menginventarisasi
keterdapatan sumber daya mineral di daerah tersebut, khususnya yang
terdapat di pantai dan dasar laut yang kemudian akan dievaluasi jenis dan
penyebarannya agar dapat diketahui penyebaran dan jenis potensi sumber
PENDAHULUAN 1
daya mineral dan energi di daerah ini.
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyediakan data dasar geologi kelautan
dalam hal ini berupa potensi sumber daya mineral dan energi yang meliputi
jenis dan penyebarannya.
Sasaran akhir dari kegiatan ini adalah memberi masukan kepada para
pengambil keputusan khususnya yang berkaitan dengan penyelesaian
masalah di daerah perbatasan, dimana data geologi dapat dijadikan salah
satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
PENDAHULUAN 2
1.5 KEMANFAATAN PENYELIDIKAN
Manfaat yang akan didapat adalah mengetahui potensi sumber daya mineral
dan energi sebagai bagian dari rona awal kondisi sumber daya alam di
Kabupaten Kepulauan Sangihe sehingga dapat dipergunakan sebagai bahan
pertimbangan sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah dan dalam
relineasi batas wilayah laut Indonesia dengan negara tetangga.
1.6 LUARAN
Hasil yang akan didapat dari kegiatan ini adalah laporan Identifikasi Potensi
Energi dan Sumberdaya Mineral Pulau-Pulau Kecil Sangir-Talaud, Sulawesi
Utara yang dilengkapi dengan peta-peta antara lain : peta kedalaman dasar
laut (batimetri), peta karakteristik pantai, peta sebaran sedimen permukaan
dasar laut, peta keterdapatan sumber daya mineral yang semuanya tersusun
dalam format Sistem Informasi Geografis sehingga mudah untuk diedit dan
perbaharui.
PENDAHULUAN 4
BAB II
GEOLOGI REGIONAL
Batuan Gunungapi Biaro dihasilkan oleh aktivitas volkanik pada akhir Neogen
yang disebabkan oleh penunjaman Lempeng Maluku di bawah Busur Sangihe
(Samodra, 1994). Satuan Gunungapi Biaro berupa perulangan breksi gunungapi
dan lava, bersisipan tuf lapili dan batupasir tufan. Breksi gunungapi berkemas
terbuka dan terpilah buruk, didominasi oleh komponen andesit dan basal.
Sebagian lavanya amigdaloid bersusunan andesit-basal dengan kenampakan
struktur bantal. Beberapa sisipan tuf lapili lapuk mempunyai tebal 2-3 m. Batupasir
tufan yang berukuran sedang-kasar berstuktur perarian sejajar dan tak berfosil.
Korelasinya dengan satuan sejenis di lengan utara Sulawesi memberi kesan
umurnya adalah Miosen Akhir-Pliosen Awal. Lingkungan pengendapannya adalah
darat-peralihan. Tebal satuan lebih dari 300 m.
GEOLOGI REGIONAL 5
2.2 BATUAN GUNUNGAPI SAHENDARUMAN
Formasi Pintareng terdiri dari konglomerat, pasir kerikilan, pasir, lanau dan
lempung hitam bersisipan tuf. Batuan sedimen kasar kaya kepingan batuan asal
gunungapi. Konglomerat di S. Pintareng mengandung fosil vertebrata jenis
Stegodon sp. B. cf. trigonocephalus yang diduga berumur Plistosen Akhir.
Kepingan fosil yang ditemukan berupa geraham atas, tulang tumit, tulang jari,
tulang rahang, dan gading kanan. Kayu tersilika setempat dijumpai pada lapisan
konglomerat yang sangat kasar. Pasir kerikilan secara berangsur berubah menjadi
pasir kasar dan lanau. Lempung mempunyai warna beragam dari hitam hingga
agak kuning, setempat kaolinan mengandung lensa pasir kasar. Sebagian sisipan
tuf bersifat pasiran. Sebagian satuan berfasies darat (sungai terayam) tebalnya
sekitar 100 m.
GEOLOGI REGIONAL 6
2.4 BATUAN GUNUNGAPI AWU
Sistem retakan pada Kala Plistosen memberi jalan untuk terjadinya terobosan
andesit dan diorit (Batuan Terobosan) yang menyebabkan terjadinya mineralisasi
(Samodra, 1994). Kegiatan penunjaman masih terjadi hingga sekarang,
ditunjukkan oleh aktivitas volkanisme Gunungapi Awu yang menghasilkan Batuan
Gunungapi Awu yang masih berlangsung hingga sekarang (Samodra, 1994).
Batuan gunungapi Awu tersusun oleh aglomerat, lava, tuf, timbunan awan panas,
endapan jatuhan dan lahar. Batuan yang dihasilkan oleh gunungapi aktif Awu di P.
Sangihe Besar yang letusannya berjenis Saint Vincent dan Vulkano. Lava
bersusunan andesit yang terkekarkan meniang dan melembar juga bersumber
dari beberapa kerucut parasiter, misalnya G. Tahuna. Endapan awan panas
meliputi daerah sekitar kawah, lembah, dan beberapa pantai, seperti di Mitung
dan Bahu. Daerah laharan meliputi lembah-lembah Laine, Kalekuba, Muade,
Beha, Patung, Tonggenaha, Apendakile, Biwai, Pato, Sura, Maselihe, Sarukadel,
Melebuhi-Akembala, dan Kolongan.
2.5 ALUVIUM
Endapan aluvium berupa kerakal, kerikil, pasir, dan lanau asal gunungapi,
lempung, lumpur dan kepingan koral. Merupakan endapan sungai, rawa, dan
pantai. Dataran aluvium yang luas terdapat di Tabuka Utara.
Struktur geologi yang terdapat di Kep. Sangihe – talaud berupa lipatan berarah
timurlaut-baratdaya. Gaya yang bekerja di daerah ini diduga berasal dari
penunjaman Lempeng Maluku ke arah barat di bawah Busur Sangihe. Tunjaman
ini adalah bagian dari tunjaman ganda yang melibatkan Busur Sangihe di barat
dan Busur Halmahera di timur. Data kegempaan menunjukkan lajur Benioff di
bawah Busur Sangihe menerus ke bawah hingga kedalaman lebih dari 600 km.
GEOLOGI REGIONAL 7
terobosan yang dijumpai di daerah ini terbentuk oleh sistem retakan dan
menyebabkan mineralisasi pada Plio-Plistosen (Samodra, 1994). Beberapa
sumber daya mineral yang telah diidentifikasi oleh Samodra (1994) antara lain
emas, perak, besi, tembaga, timbal dan seng, serta mineral sulfida (pirit dan
kalkopirit). Emas terdapat di daerah Lapango dan Binebase. Emas letakan
didulang oleh penduduk setempat di daerah Lapango dan Sowaeng. Hematit
dijumpai di Sowaeng, G. Bukide dan Bukit Bahu (P. Siau).
GEOLOGI REGIONAL 8
BAB III
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIKAN
Cara pengukuran sistem GPS dilakukan secara down load data posisi,
dengan menggunakan minimum 7 (tujuh) satelit. Cara mengkorelasi antara
posisi GPS dengan fix point pada rekaman yaitu dengan menggunakan titik
ikat pasang surut sebagai base station. Sistem koordinat pada peta dasar di
lapangan ini sudah dikaitkan dengan sistem koordinat Bakosurtanal, dengan
pengukuran datum survei menggunakan WGS 84.
3.2 HIDRO-OSEANOGRAFI
Pasang surut (pasut) adalah proses naik turunnya muka laut secara
hampir periodik karena gaya tarik benda-benda angkasa, terutama
bulan dan matahari. Pengukuran pasang surut dilaksanakan dengan
A(t) : S0 + ∑ An cos(wt.Gn)
A(t) : Amplitudo
S0 : Tinggi paras air laut rata-rata di atas titik nol rambu amat
An : Amplitudo komponen harmonik pasang surut
Gn : Fase komponen harmonik pasang surut
N : Konstanta yang diperoleh dari perhitungan astronomis
wt : Waktu
Tipe pasang surut ditentukan oleh frekuensi air pasang dan surut
setiap hari. Secara kuantitatif, tipe pasang surut suatu perairan dapat
ditentukan oleh perbandingan antara amplitudo (tinggi gelombang)
unsur-unsur pasang surut tunggal utama dan unsur-unsur pasang
surut ganda utama. Perbandingan ini dinamakan bilangan Formzahl
yang mempunyai persamaan:
A(O1) + A(K1)
Harga indeks Formzahl (F) =
A(M2) + A(S2)
Dari data tersebut kemudian dipilih angin-angin kuat pada setiap arah
METODA DAN PERALATAN PENYELIDIKAN 12
angin dari bulan Januari sampai Desember dengan kecepatan lebih
dari 10 knot karena dianggap dapat membangkitkan gelombang laut
(Bretschneider, 1954 ; P.D. Komar, 1974).
3.3 GEOFISIKA
E=D-C+d
dengan :
3.3.2 Seismik
9. Jika hasil ayak basah lebih dari 20 gram (lebih dari 20%) sampel
diambil 20 gram untuk dipipet, jika kurang dari 15 gram sampel
tidak dipipet
ANALISA AAS
1. Timbang contoh.
4.2 HIDRO-OSEANOGRAFI
Oleh : Ai Yuningsih
S0 M2 S2 N2 K2 K1 O1 P1 M4 MS4
A(cm) 220.3 54.2 45.2 9.8 10.4 12.1 19.2 4.0 0.6 1.9
Dimana :
Tipe pasang surut ditentukan dari bilangan Formzahl (F) yang dihitung
dari persamaan :
Dari data tersebut kemudian dipilih angin-angin kuat pada setiap arah
angin dari bulan Januari sampai Desember dengan kecepatan lebih
dari 10 knot karena dianggap dapat membangkitkan gelombang laut
(Bretschneider, 1954 ; P.D. Komar, 1974).
4.3 GEOFISIKA
4.3.1 Pemeruman
Oleh: C. Purwanto
Sekuen A
Sekuen B
Garis pantai bagian selatan mempunyai teluk dan tanjung yang jauh
lebih banyak dibandingkan kawasan utara. Kawasan ini juga
mempunyai lebih banyak pulau, punggungan, dan lembah-lembah
sungai.
Pasir
Pasir kerikilan
Oleh : Hartono
Hasil analisa terhadap 33 contoh yang diambil dari dasar laut (SBL)
diperoleh hasil sebagai berikut:
Besar butir berkisar antara pasir sangat halus sampai pasir sangat
kasar. Di daerah sebelah selatan penyelidikan terdiri dari fragmen
batugamping dengan kehadiran sekitar a (30-50%) sampai D (75%).
Sisanya merupakan fragmen cangkang foraminifera, terumbu karang
dan lain-lain dengan kehadiran c (5 – 30%) sampai a (30 – 50%).
Diperkirakan genesa dari contoh-contoh tersebut merupakan mineral
autigenik – biogenik yang terbentuk di laut.
Di daerah utara, terdiri dari pasir kuarsa dan mineral berat (opak dan
transparan) dengan jumlah sekitar c (5 – 30%) sampai A (50 –75%).
Genesa mineralnya merupakan mineral detrital
Mineral Magnetit
Mineral Augit
Mineral Hornblenda
Mineral Diopsid
Mineral Rutil
Mineral Rutil termasuk grup Rutil dengan komposisi kimia TiO2 hampir
60%, berwarna kuning gelap, coklat, merah dan hitam, berbentuk
kolom, mempunyai Berat Jenis 4,2-4,3. Mineral Rutil terdapat di
batuan beku dan batuan metamorfosa.
Mineral Hipersten
Mineral Biotit
Mineral Hematit
Mineral Limonit
Mineral Dolomit
Mineral bawaan
Pasir besi
Mineral industri pasir besi umumnya tersebar di sepanjang pantai timur laut
P. Sangihe Besar. Selain itu terdapat pula di P. Tagulandang, di sebelah
barat laut P. Sangihe Besar. Pasirnya berwarna abu-abu kehitaman,
berukuran halus-sangat halus, berbentuk membundar-membundar tanggung,
tersusun oleh mineral mafik, mengandung mineral hematitnya berkisar
hingga 60%.
Jika ditinjau pola sebarannya di pantai, diduga endapan ini merupakan hasil
pengendapan sungai-sungai yang merupakan tempat aliran lahar ketika G.
Awu meletus tahun 1966 yang kemudian terayak oleh gelombang dan arus
laut.
Tras merupakan bahan hasil letusan gunungapi yang berbutir halus dan
mengandung Silikon Oksida (SiO2) yang telah mengalami proses pelapukan
hingga derajat tertentu (Riyanto dan Harsodo, 1993). Secara internasional
tras dikenal sebagai Puzzolan yaitu kata yang berasal dari Puzzuoli, sebuah
desa dekat kota Napoli, Italia, tempat bahan galian ini pertama diketemukan.
Endapan tras dapat berlaku sebagai bahan penganti semen yang murah
apabila dicampur dengan kapur padam dan air. Sifat semen ini akibat
terdapatnya oksida silikon amorf (SiO2) dan oksida aluminium (Al2O3) dalam
tras yang bersifat asam yang mudah bersenyawa dengan air dan kapur.
Terdapat hubungan antara ukuran butir dangan daya tahan tekan bahan
galian ini setelah pencampuran dengan kapur dan air yaitu semakin halus
ukuran semakin tinggi daya tahan tekannya. Keunggulan semen puzzolan
dibanding semen portland antara lain tahan terhadap air laut, pemuaian dan
penyusutan sangat kecil (Riyanto dan Harsodo, 1993).
Bahan galian industri ini umumnya tersebar di pesisir utara bagian barat dan
timur berupa bongkah-bongkah. Bahan galian ini banyak dimanfaatkan
penduduk setempat untuk campuran pembuatan batubata dan genteng.
Kenampakan di lapangan berupa lapukan dengan kondisi sangat rapuh,
mudah diremas dengan tangan, berwarna kelabu muda kecoklatan sampai
putih kekuningan, berbutir halus sampai kasar, mengandung kerikil andesit,
berlapis, dengan struktur berangsur. Komponen batuapung dalam tras ini
berukuran pasir sangat kasar, kerikil hingga kerakal.
Agregat di daerah selidikan didominasi pasir serta kerikil dan kerakal. Pasir
mempunyai penyebaran yang luas dari arah barat hingga ke timur P.
Sangihe Besar meliputi daerah Kolongan, Beha, Kendahe dan sekitarnya.
Daerah ini merupakan daerah tempat banjir lahar ketika G. Awu meletus
pada tahun 1966. Pasir ini berpotensi sebagai bahan galian C karena
penyebarannya di sepanjang sungai aliran lahar tersebut sehingga dapat
merupakan sumber material bangunan.
Berdasarkan analisis besar butir pasir gunungapi ini tersusun terutama dari
fraksi pasir dengan prosentase mulai dari 85% hingga 100%. Pasirnya
berupa pasir berwarna hitam, berukuran sedang-kasar, terpilah baik,
berbentuk membundar-membundar tanggung, tersusun oleh fragmen batuan
dan pecahan cangkang. Selain fraksi pasir dijumpai juga fraksi kerikil, fraksi
lanau dan lumpur belum dijumpai. Kerikil prosentasenya sekitar 1% hingga
15%. Berdasarkan analisa mineral berat pasir ini mengandung mineral
Hematit antara 6% hingga 19,8%.
Batuapung
Andesit dan basal adalah batuan beku yang terjadi akibat pembekuan
magma intermedier sampai basa di permukaan bumi. Batuan ini bertekstur
porfiritik sampai afanitik, umumnya berwarna abu-abu sampai hitam,
mempunyai Berat Jenis 2,3 – 2,7 dengan kuat tekan antara 600 – 2400
kg/cm2. Keterdapatannya dapat berupa retas, sill, aliran permukaan atau
sebagai komponen lahar gunungapi.
Kegunaan andesit dan basal terutama untuk bahan bangunan (agregat) dan
batu hias (ornamental stone).
Data potensi energi merupakan data sekunder hasil dari data dan informasi
dari Dinas Pertambangan dan Energi, Kabupaten Kepulauan Sangihe,
Propinsi Sulawesi Utara.
Kebutuhan akan listrik coba dipenuhi dengan akan dan sedang dibangun sel-
sel surya yang memanfaatkan tenaga surya di daerah Bowang Baru,
Kecamatan Tahuna, P. Lipang di bagian timur laut P. Sangihe, dan P.
Kalama di sebelah selatan P. Sangihe.
6.1 KESIMPULAN
Untuk pantai sebelah barat arah angin yang paling berpengaruh pada
proses dinamika pantai adalah angin utara, timur laut, timur, dan
tenggara. Sedangkan untuk pantai sebelah timur arah angin yang
berpengaruh adalah arah baratlaut, utara, timur laut, timur, dan tenggara.
Kondisi morfologi dasar laut Perairan Sangihe tergambar dari pola kontur
yang mengikuti garis pantai dengan kedalaman dasar laut yang terukur –
100 m sampai –10 m memperlihatkan pola yang rapat dan terjal. Jarak
1,4 km dari garis pantai sudah mencapai kedalaman 100 m atau lebih.
Hal ini disebabkan karena pulau-pulau di perairan Sangir-Talaud
Terdapat dua karakteristik pantai yaitu: zona garis pantai bagian utara
dicirikan dengan sedimentasi aktif endapan laharik dan aluvium pantai.
Konfigurasi garis pantai relatif rendah menunjukkan daratn lebih muda
atau aktif dikontrol oleh aktifitas G. Awu. Zona garis pantai selatan
dicirikan oleh jenis sedimen lebih beragam, kehadiran tumbuhan bakau,
nipah , dan koral. Konfigurasi pantai lebih tinggi dengan banyaknya teluk
dan tanjung. Sedimentasi pantai lebih stabil. Kontrol utama adalah fluktusi
curah hujan dan faktor oseanografi.
Secara umum pantai bagian utara Sangihe Besar ditutupi oleh pasir
berwarna kelabu kehitaman, berukuran halus, membundar tanggung dan
terpilah baik, tersusun sebagian besar (>90%) oleh oksida besi (magnetit
atau hematit). Pasir yang merupakan hasil letusan Gunungapi Awu ini
biasanya dijumpai di sekitar mulut sungai yang banyak dijumpai di daerah
ini. Sedangkan pantai bagian selatan pada umumya ditutupi oleh pasir
berwarna kecoklatan hingga putih, berukuran halus hingga sedang,
Contoh sedimen yang diambil dari daerah pantai (PSB) mempunyai besar
butir yang berkisar antara pasir sangat halus sampai pasir sangat kasar.
Sebagian besar terdiri dari mineral berat opak dan transparan.
Khususnya untuk contoh PSB-22 dan PSB-30, sebagian besar terdiri dari
fragmen batugamping.
Seluruh contoh tidak mengandung unsur Rubidium (Rb) dan Barium (Ba).
Kandungan unsur Strotium (Sr) antara 560 ppm hingga 120 ppm.
Kandungan unsur Zirkonium (Zr) antara 20 ppm hingga 13 ppm.
Kandungan Yttrium (Y) antara 27 ppm sampai 11 ppm. Adanya unsur-
Beberapa bahan galian industri yang teramati adalah pasir besi, tras, dan
batuapung. Sedangkan bahan galian C berupa agregat yang terdiri atas:
pasir gunungapi, kerikil, dan kerakal.
Potensi energi yang ada berupa panas bumi, energi surya, dan tenaga air
sungai.
6.2 SARAN
Belum adanya peta potensi sumberdaya mineral dan energi secara detil
maka diperlukan upaya inventarisasi sumberdaya tersebut.
Bearman, Gerry (ed), 1989, Oceaon Circulation, Poen University, United Kingdom,
England.
Darman, H., and Sidi, F.H. (eds), 2000, An outline of the Geology of Indonesia,
Jakarta, IAGI
Dolan, R., Hayde, B.P., Hornberger, G., Zieman, J and Vincent, M.K., 1975.
Classification of coastal landform of the Americas. Zethschr
Geomorphology, In Encyclopedia of Beaches and Coastal Environment.
Folk, R.L., 1980. Petrology of sedimentary rocks, Hemphill publishing Co, Austin,
Texas.
Lapedes, Daniel N., 1978. Encyclopedia of the geological sciences, Mc. Graw-Hill,
Inc.
Riyanto, A., dan Harsodo, 1993, Bahan Galian Industri Tras, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tenaga Pertambangan (PPPTM), Bandung.
Samodra, Hanang, 1994., Peta Geologi Lembar Sangihe dan Siau, Sulawesi,
Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung.
Wyrtti, K., 1961, The oceanography of South Asia Waters, Naga Report, New
York, USA.
DAFTAR PUSTAKA 58