Anda di halaman 1dari 22

IDEA YOGYAKARTA

Jalan Kaliurang Km.5 Gang Tejomoyo


CT III/3 Yogyakarta

ANALISIS RAPBD
KAB.GUNUNG KIDUL
TAHUN 2010
ANALISIS RAPBD GUNUNG KIDUL TAHUN 2010

I. Pendahuluan
Rencana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (RAPBD) tahun 2010 Kabupaten
Gunung Kidul rencananya akan disahkan oleh DPRD Gunung Kidul pada tanggal
31 Desember 2010 untuk menjadi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Sebelum ditetapkan masyarakat berhak memberikan masukan atas dokumen
RAPBD yang berisi Rencana pembangunan tahunan Kabupaten Gunung Kidul.
RAPBD Gunung Kidul disusun berdasarkan nota kesepakatan KUA-PPAS yang
telah disetujui disetujui bersama antara eksikutif ( penyelenggara pemerintahan )
dan legislative (Pengawas pemerintahan ). Format RAPBD Gunung Kidul sesuai
dengan Permendagri No 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolahan
Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Permendagri No 59 tahun
2007, selain itu juga mengacu Permendagri No 25 tahun 2009 tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah tahun anggaran 2010.

Pada tanggal 17 Desember 2009, DPRD Kab.Gunungkidul mengadakan rapat


paripurna jawaban eksekutif atas pemandangan umum fraksi-fraksi DPRD
Kab.Gunungkidul terhadap rancangan Perda APBD Tahun anggaran 2010. Secara
umum, jawaban eksekutif atas pemandangan umum fraksi-fraksi optimis
terhadap keberhasilan pencapaian RPJMD, meskipun dibebani belanja pegawai
yang sangat tinggi, karena untuk pencapaian RPJMD tidak hanya didanai dari
APBD kabupaten, namun juga APBD propinsi, dana dekonsentrasi serta dana
tugas pembantuan serta dana-dana yang langsung dikelola oleh masyarakat. Hal
yang perlu dicermati adalah bagaimana pemilahan program-program yang
bertujuan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pengentasan
kemiskinan, baik yang didanai oleh APBD APBD kabupaten, namun juga APBD
propinsi, dana dekonsentrasi serta dana tugas pembantuan serta dana-dana
yang langsung dikelola oleh masyarakat.

II. Posisi Analisis


Analisis ini merupakan bagian dari proses memudahkan masyarakat membaca
anggaran daerah. Upaya ini dilakukan untuk mendorong partisipasi masyarakat
dalam proses penganggaran. Selain itu, upaya transparansi anggaran juga
menjadi bagian yang tak terpisahkan agar RAPBD menjadi bagian dari dokumen
yang harus dibuka kepada public.

Dengan menggunakan metode cross check dengan data yang ada/dimiliki oleh
kabupaten Gunungkidul. Selain itu, persoalan warga yang ditangkap selama
proses pendampingan warga di beberapa dusun dan desa juga menjadi bahan
untuk mendapatkan informasi langsung atas kebutuhan warga. Usulan-usulan
musrenbang desa tahun 2009 juga menjadi bahan yang ditangkap sebagai bahan
untuk melakukan analisis.

Metode lain yang digunakan adalah dengan melihat ketentuan yang ada dalam
aturan perundangan yang ada misalnya UU tentang sistem pendidikan nasional
dan PP 72 tahun 2995 tentang desa. Aturan inilah yang dapat mendorong

7
pemerintah daerah untuk mengalokasikan anggaran yang memadai untuk sector
tertentu.

Keterbatasan analisis ini adalah pada upaya menangkap keseluruhan kebutuhan


warga karena hanya di beberapa dusun dan desa saja yang bisa dipetakan.
Demikian halnya dengan usulan musrenbang hanya di beberapa dusun dan desa
saja yang memungkinkan ditangkap dan dituangkan dalam analisis.
Analisis ini dilakukan secara sektoral dengan beberapa pendekatan misalnya
dengan pendekatan (mainstreaming) gender, kemniskinan dan pengurangan
risiko bencana yang diperhatikan dalam setiap analisisnya.

III. Analisis Pendapatan


Komponen pendapatan terdiri dari 5 bagian yaitu bagian sisa anggaran tahun
2009 atau yang di sebut SiLPA tahun anggaran 2009, PAD (Pendapatan Asli
Daerah ), dana perimbangan , Pinjaman Daerah, dan lain-lain penerimaan yang
syah. Pendapatan menjadi tolok ukur seberapa besar daerah itu akan dapat
mengalokasikan belanjanya.

Tabel 1 : Perbandingan pendapatan APBD Gunung Kidul 2008-20101


PENDAPATAN TAHUN 2008 TAHUN 2009 TAHUN 2010
Pendapatan 25.239.545.458 31.950.621.272 39.384.344.800
Asli Daerah
Dana 490.535.621.940 606.911.930,000 632.127.535.542
perimbangan
Lain-lain 38.718.181.000 70.638.960.400 69.052.025.100
pendapatan
yang syah
TOTAL 650.655.344.555 709.501.511.672 740.563.905.442
PENDAPATAN

PAD merupakan
sumber
pendapatan yang
berasal salah dari
potensi Sumber
Daya Alam (SDA),
dan masyarakat
sekitar di wilayah
kabupaten Gunung
Kidul. Pendapatan
Asli Daerah (PAD)
yang dikelola oleh
pemerintah
kabupaten
Gunungkidul dikumpulkan dari pajak dan retribusi yang dilakukan oleh 14 SKPD,
termasuk RSUD yang sekarang menjadi BLUD. Apabila dilihat dari jumlah
pendapatan asli daerah penyumbang terbesar adalah restribusi dan pajak serta
pendapatan lain-lain yang dikelola oleh DPPKAD sebesar Rp 17.261.422.075,80 ,
dimana mencapai 43,83% dari total PAD.
1
Diolah dari Dokumen APBD Gunungkidul Tahun 2008 dan Tahun 2009, dokumen RAPBD Gunungkidul
Tahun 2010.
7
Penyumbang PAD berikutnya adalah retribusi pelayanan kesehatan yang dikelola
oleh RSUD dan Dinas kesehatan mencapai Rp 16.986.084.000,00 atau 43,13%
dari total PAD. Dari tahun ke tahun, retribusi kesehatan selalu naik Dengan
demikian upaya meningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) diharapkan akan
membantu meningkatkan alokasi belanja public (belanja langsung). Peningkatan
PAD akan ada peningkatan kapasitas masyarakat, namun dengan peningkatan
PAD yang di dongkrak dari sector kesehatan berpotensi menambah kerentanan
masyarakat, karena akan menambah beban masyarakat dalam mengakses
layanan kesehatan. Oleh karena itu, penting kiranya memperhatikan perbaikan
layanan disektor kesehatan.

II. Perimbangan Daerah : Bukti masih sentralistiknya distribusi


anggaran
Dana perimbangan menjadi sangat berarti bagi daerah karena prosentasinya
yang cukup besar di banding dengan pendapatan lainya. Prosesntasi dana
perimbangan tekah ditentukan jelas dalam UU No 33 tahun 2004 tentang
perimbangan keuangan pusat dan daerah . Tujuan adanya dana perimbangan
menurut UU No 33 tahun 2004 adalah mengurangi kesenjangan fiscal antara
pemerintah dengan pemerintah daerah dan antar pemerintah daerah ,
pemerintah daerah lainnya. Di balik semua itu disparitas yang cukup besar
antara dana perimbangan dengan PAD memunculkan kekhawatiran adanya
resentralisasi pemerintahan.

Tabel 2. Dana Perimbangan dalam APBD Gunungkidul Tahun 2008-2010


Dana Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010
perimbangan
Dana bagi hasil Rp Rp 23.483.165.100
21.422.868.097 23.898.500.400

Dana alokasi Rp Rp 521.294.000.00


umum 504.395.750.000 508.220.110.000 0

Dana alokasi Rp Rp 77.574.200.00


khusus 60.897.000.000 71.523.000.000 0

TOTAL Rp Rp Rp
586.697.618.097 610.641.610.400 622.341.365.100

Tabel 3. Daftar sumber-sumber PAD selain dari sektor kesehatan


Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010
Pajak Rp.4.000.000.000,0 Rp.4.800.000.000,0 Rp.5.800.000.000,0
penerangan 0 0 0
jalan
Restribusi jasa Rp.429.685.000,00 Rp.303.750.000,00 Rp.20.560.000,00
pemotongan
hewan
Restribusi Rp.121.180.000,00 Rp. 121.180.000,00 Rp125.780.000,00
Sampah

Terlihat dalam table tersebut bahwa pada anggaran tahun 2008 restribusi jasa
pemotongan hewan menghasilkan Rp 429.685.000,00, tetapi pada tahun 2009

7
mengalami penurunan menjadi Rp 303.750.000,00 dari tahun 2008-2009
mengalami penurunan sekitar 35,13%. Untuk restribusi sampah dari tahun 2008-
2009 mengalami stagnasi hanya mendapat restribusi Rp 121.180.000,00 tapi
untuk tahun 2010 sedikit mengalami kenaikan menjadi Rp 125.780.000,000,
anggaran tahun 2009-2010 diperkirakan mengalami kenaikan sekitar 1,12 %,
sementara itu restribusi pajak penerangan jalan tiap tahunnya mengalami
kenaikan.

III. Analisis Belanja

Kebijakan anggaran adalah instrument penting yang dimiliki oleh Negara untuk
menjalankan kewajiban Negara (state obligation). Kebijakan anggaran adalah
ranah strategis untuk mengukur seberapa jauh pemenuhan dan penghargaan
terhadap hak-hak asasi warga Negara tercapai.

Ada 2 aspek pemenuhan hak asasi yang harus dijunjung tinggi oleh pemerintah
yaitu progresive realization dan full use of maximum available
resource.Progressive realization berarti kewajiban pemerintah untuk secara
terus menerus meningkatkan pemenuhan hak dasar rakyat. Perwujudannya
dalam kebijakan anggaran berupa kewajiban pemerintah untuk terus menerus
meningkatkan jumlah anggaran yang dilaokasikan untuk kesejahteraan social.
Kenaikan ini merupakan kenaikan riil bukan berdasarkan kenaikan untuk
menyesuaikan inflasi. Sedangkan full use of maximum available resource
memiliki makna kewajiban bagi pemerintah untuk menggunakan semaksimal
mungkin sumber-sumber ekonomi yang dimilikinya untuk pemenuhan hak asasi
rakyat. Realisasinya dalam kebijakan anggaran adalah kewajiban bagi
pemerintah untuk semaksimal mungkin menggunkan sumber pendapatan
anggaran pemerintah bagi pembelanjaan terkait dengan pemenuhan hak asasi
manusia seperti pendidikan, kesehatan, pangan, pekerjaan, dan lain-lain.

Apabila melihat konvensi Wina 1993, dalam melaksanakan program


pembangunan pemerintah harus mengambil sikap. Apakah ia sekedar
menghormati, melindungi, memfasilitasi, ataukah memenuhi hak-hak warga
Negara. Pendekatan yang diambil juga harus menegaskan bahwa program yang
dibuat bukan sekedar berdasarkan kebutuhan tetapi merupakan layanan public
yang harus dilakukan sebagai hak warga Negara yang tak dapat ditunda
pelaksanaannya. Layanan ini perlu memperhatikan kesetaraan (tanpa
membedakan mereka yang berada di istana atau daerah terpencil bahkan daeah
yang secara akses atas layanan hak dasar minim harus mendapat prioritas),
ketidak terpisahan (tidak ada prioritas dalam memenuhi hak dasar warga, namun
masih sulit dilaksankana karena keterbatasan anggaran), standar kinerja
(pelaksanaan layanan harus dapat diukur), partisipasi (keterlibatan warga dalam
setiap proses), pemberdayaan (program yang dibuat bukan dalam kerangka
melemahkan posisi warga yang lemah) dan akuntabilitas (menggunakan fasilitas
hukum untuk menuntut hak warga dan mendorong pelaksana kebijakan untuk
membuat program yang akuntabel)

a. Agregat umum

Sejak tahun 2007, format belanja langsung dan tidak langsung dikenalkan ke
daerah dimana sebelumnya memakai belanja publik dan aparatur. Namun kita
bias melihat secara jelas belanja pegawai yang selalu meingkat setiap tahunnya.

7
Tahun 2010 tidak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Alokasi anggaran
pegawai menyerap 69 % dari total belanja APBD atau sebesar
Rp.524,374,337,622.00. Artinya seluruh DAU Rp 521.294.000.000 masih harus ditambah
Rp 3,080,337,622 digunakan untuk menutup kebutuhan gaji pegawai plus honorarium.

Tabel 4. agregat belanja dalam RAPBD 2010


Keterangan Jumlah
Belanja pegawai Rp.495.262.247.772,
80
Belanja bunga Rp.
77.000.000,00
Belanja hibah Rp.
13.987.850.000,00
Belanja bantuan sosial Rp.
17.148.852.250,00
Belanja bagi hasil kepada pemerintah desa Rp.
2.994.745.680,00
Belanja bantuan keuangan kepada pemerintah desa Rp.
37.561.040.000,00
Belanja tidak terduga Rp.
1.000.000.000,00
BELANJA TIDAK LANGSUNG Rp.568.022.735.70
2,80

Belanja pegawai Rp.


29.112.089.850,00
Belanja barang dan jasa Rp.
70.953.875.330,00
Belanja modal Rp.
90.421.877.650.00
BELANJA LANGSUNG Rp.190.487.842.83
0,00
JUMLAH BELANJA Rp.758.510.578.53
2,80
SURPLUS/DEFISIT (Rp.
17.946.673.090,00
)
Dengan adanya kenaikan jumlah belanja pegawai yang selalu meningkat dari
tahun ke tahun, pemerintah kabupaten kabupaten Gunungkidul perlu mengambil
kebijakan untuk melakukan rasionalisasi pegawai, dan sebagaimana yang
disampaikan oleh pemerintah kab.Gunungkidul di Tahun 2010 tidak ada
rekruitmen CPNS, dan akan dikaji tentang jumlah pegawai di Kab.Gunungkidul
berdasarkan kebutuhan dan fungsinya.

b. Bidang kesehatan
Kesehatan merupakan hak dasar masyarakat yang menjadi tanggung
jawab secara konstitusional, pemenuhan pelayanan kesehatan terhadap
masyarakat telah diatur rinci, tetapi pada kenyataannya justru persoalan
pemenuhan hak dasar akan pelayanan kesehatan masyarakat menjadi
permasalahan yang cukup bermasalah selama ini. Saat ini institusi pelayanan
public dakam konteks kesehatan seperti Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) di
era desentralisasi data ini telah berubah fungsi dan perannya menjadi sarana
pelayanan kesehatan yang bersifat komersial dengan menjadikannya sebagai
salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) bagi pemerintah dearah.
Munculnya kebijakan otonomi daerah telah mendorong pihak pemerintah untuk
7
berupaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), sebagai upaya untuk
kebutuhan belanja daerah. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah
daerah Gunung Kidul adalah dengan cara mengubah RSUD yang sebelumnya
bernaung di bawah Dinas Kesehatan sebagai lembaga pemerintah yang
berfungsi sebagai lembaga pelayanan public di rubah menjadi Badan Layanan
Umum (BLU). Dengan demikian setelah status RSUD menjadi BLU secara
otomatis didorong untuk bisa mencukupi kebutuhan operasional yang kemudian
berakibat adanya kenaikan restribusi pelayanan kesehatan yang diatur dengan
Peraturan Daerah (PERDA) No 6 tahun 2007.

Tabel 5.Perbandingan belanja dinas kesehatan tahun 2008 -2009-2010


Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010
Rasio belanja dinas 51.230.154.00 52.569.230.94 Rp.44.706.2297
kesehatan terhadap 0 6 49
total belanja APBD 7, 7, 5,8
44% 10% 9%
Rasio belanja langsung 23.380.526.000 Rp17.689.028.3 Rp
dengan total belanja 3, 96 12.958.568.700
dinas kesehatan 40% 2, 1,7
39% 1%

Tahun 2008 dan tahun 2009, rasio belanja dinas kesehatan terhadap total
belanja APBD relative tidak jauh berbeda, hanya selisih 0,34%. Namun, dalam
RAPBD Gunungkidul 2010, rasio belanja dinas kesehatan terhadap total belanja
APBD mengalami penurunan sekitar 2,81%. Peyebab turunnya belanja dinas
kesehatan, jika dilihat dalam rasio belanja langsung terhadap total belanja di
dinas kesehatan dalam RAPBD 2010 mengalami penurunan dari tahun ke tahun,
yaitu 1,01%,dan tahun 2010 turun sebesar 0,68%. Perlu dilihat penurunan
apakah karena derajat kesehatan masyarakat Gunungkidul relative lebih
baik,sehingga belanja langsung dikurangi.

Di tahun anggaran 2010 ini pemerintah kabupaten Gunung kidul merencanakan


penganggaran untuk kudapan PMTAS sebesar Rp 2.025.000.000,00,tetapi alokasi
anggaran ada di DPPKAD dalam bentuk bantuan kepada dinas kesehatan.
Program dinas kesehatan Tahun 2009

Program APBD 2009


(Rupiah)
Obat dan perbekalan kesehatan 1,920,800,000.00
Pengembangan posyandu
Perbaikan gizi masyarakat
Pengawasan & pengembangan KESLING
Penaggulangan TBC
Penanggulangan HIV/AIDS
Pencegahan dan penanggulangan flu burung 398,857,000.00
(tahun 2009 namanya program pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular)
Pengadaan alat-alat kedokteran 143,600,000.00
2,670,150,000.00
Total 5,133,407,000.00

7
7
Tabel 6.Belanja Program Dinas kesehatan
Uraian Tahun 2010
pengembangan kegiatan sayang ibu 28.950.000
deteksi tumbuh kembang balita 25.090.000
program promosi kesehatan dan pemberdayaan 604.985.000
masyarakat
pemberdayaan berbasis usaha kesehatan berbasis 47.815.000
masyarakat
program perbaikan gizi masyarakat 487.620.000
penanggulangan kurang energi protein,anemia gizi 253.640.000
besi,gangguan akibat kekurangan yodium(GAKY)
pengembangan posyandu 457.500.000
program pengadaan, peningkatan dan perbaikan 976.900.000
sarana prasarana puskesmas/pustu
Program pengembangan lingkungan sehat 221.900.000

Alokasi anggaran Tahun 2010 untuk Program penanggulangan kurang energi


protein,anemia gizi besi,gangguan akibat kekurangan yodium(GAKY), menurun
dibandingkan dengan alokasi anggaran untuk program yang sama di tahun 2009
yaitu Rp. 306.995.000, menurun sejumlah Rp.53.355.000, hal ini perlu ada
penjelasn mnegapa ada penuruan yang cukup siginfikan, mengingat persoalan
gizi buruk berkaitan dengan kecukupan kebutuhan gizi(protein, bitamin, dan zat-
zat yang diperlukan oleh tubuh. Selain itu, perlu dilhat berapa target pencapaian
MDG’s 2015 untuk pengurangan angka balita gizi buruk dan angka kematian
bayi. Program peningkatan derajat kesehatan bayi hanya terlihat dalam deteksi
tumbuh kembang balita dengan nilai Rp.25.090.000.

Jika dilihat dari belanja program yang langsung ke masyarakat, rasio belanja
tersebut terhadap total belanja langsung sekitar 40%. Meskipun nilai
prosentasenya relative cukup baik, namun beberapa program tersebut yang
langsung dinikmati oleh masyarakat hanya sekitar 5% dari total belanja langsung
di dinas kesehatan. hal ini mengindikasikan jika sector kesehatan masih kurang
mendapatkan perhatian dari pemerintah, padahal kesehatan adalah hak dasar
yang wajib dipenuhi.Hal yang patut diapresiasi adalah adanya honor bagi kader
posyandu di Gunungkidul yang mencapai angka Rp.400 juta lebih.

Dalam konteks pengurangan risiko bencana, Dinas kesehatan telah


mengantisipasi beberapa kemungkinan KLB yang terjadi di Gunungkidul dalam
program PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR

Tabel 7. Program Pencegahan dan Penanggulangan penyakit menular


Tahun 2010
URAIAN JUMLAH (Rp)
program pencegahan dan 399.475.000
penanggulangan penyakit menular
peningkatan imunisasi 54.800.000
penanggulangan TBC 49.950.000
pengendalian penyakit malaria 4.775.000
pengendalian penyakit kusta 7.475.000
pengendalian penyakit demam 236.275.000

7
berdarah
pencegahan dan penanggulangan flu 28.850.000
burung
pengendalian penyakit ISPA 7.250.000
penanggulangan HIV/AIDS 8.125.000

c. Sektor Pendidikan

Pendidikan juga merupakan kebutuhan dasar masyarakat yang harus dipenuhi


oleh pemerintah, bagaimana komitmen pemerintah daerah dalam pemenuhan
hak dasar masyarakat di bidang pendidikan dapat di lihat dari seberapa besar
alokasi anggaran untuk pendidikan .

Komitmen Kabupaten Gunungkidul untuk meningkatkan angka melek huruf pada


usia dibawah 10 tahun patut diapresiasi. Data susenas 2007 – 2008 menunjukkan
hal itu. Terjadi peningkatan dari 76,4 ke 76,6 % peningkatan angka melek huruf
usia dibawah 10 tahun.

Tabel 8. Rasio belanja pendidikan terhadap total belanja APBD


Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010
Rasio anggaran Rp 295.842213457 Rp 381.697.738.732 Rp 427.431.171.446
pendidikan 42,97 % 51,62% 56,35%
terhadap total
belanja APBD
Radio anggaran Rp 61.950.583.187 Rp 78.915.491.350 Rp381.967.738.732
langsung dinas 22,90% 10,66% 11,16%
pendidikan
terhadap belanja
non kedinasan
APBD
Rasio belanja Rp 61.950.583.187 Rp 78.915.491.350 Rp 233.873.630.270
langsung dengan 26,94% 26,04% 24,70 %
belanja tidak
langsung dinas
kesehatan

Jika mengacu pada UU No 20 tahun 2003 tentang sistim pendidikan nasional


dimana merelomendasikan 20% dari APBD untuk belanja non kedinasan .Format
APBD sesuai dengan pemendagri No 13 tahun 2006 harus dilihat kembali mana
anggaran yang diperuntukan bagi dinas mana yang dipergunakan untuk belanja
non kedinasan . Kategori belanja langsung dan tidak langsung hanya
diperuntukan bagi belanja dinas dan belanja program .Dakam belanja program
masih banyak yang dibayarkan kepada aparatur (pegawai honorer maupun PNS)

Pada tahun 2010 pemerintah gunung kidul mengalokasikan beberapa program


pendidikan masyarakat yang lebih beragam dari tahun sebelumnya. table berikut
merupakan rujukan ragam anggaran yang diprogramkan untuk masyarakat.

Tabel 9.Bantuan pendidikan untuk masyarakat


URAIAN Tahun 2009 Tahun 2010
Bantuan PKBM Rp 130.000.000,00 Rp 40.000.000,00

Bantuan operasional Rp 5.000.000,00 Rp 4.000.000,00


forum PKBM

7
Penyenggraan EHB Rp 28.000.000,00 Rp 29.500.000,00
kesetaraan paket A,B dan
C
Penyelenggaraan EHB Rp 13.000.000,00 Rp 4.000.000,00
kesetaraan paket A,B,C
persiapan kelompok
Bantuan ujian nasional Rp 13.000.000 Rp 16.000.000,00
kesetaraan paket A,B dan
C
TK Swasta Rp 270.000.000 _
Alat APE untuk TK Rp 54.000.000 _

Bahasa bantuan dalam APBD perlu dilihat kembali untuk menunjukan bahwa
APBD adalah hak masyarakat fungsi pemerintah adalah sebagai pengelola,
apalagi dalam hal pendidikan, mencerdaskan kehidupan bangsa adalah tanggung
jawab pemerintah sesuai dengan tujuan Negara yang termaktub dalam
pembukaan UUD 1945.

Tabel 10.Perbandingan beasiswa


Program Tahun 2009 Tahun 2010
Bantuan bea siswa bakat dan 43.200.000,00 18.000.000,00
berprestasi SD/MI
Bantuan bea siswa bakat dan 75.000.000,00 35.000.000,00
berprestasi SMP/ MTs
Bantuan bea siswa bakat dan 45.000.000,00 25.000.000,00
berprestasi SMA/ SMK
Bantuan motivasi bagi warga buta 250.000.000
huruf
Beasiswa retrifel SMP/MTs 180.000.000
Beasiswa retrifel SMA/SMK 60.000.000
Bantuan pendidikan murah 9.318.255.000

Program bantuan beasiswa, jika dilihat dari table 10 ada perubahan di RAPBD
2010. Bantuan beasiswa bakat dan berprestasi mengalami penurunan, namun
bantuan beasiswa bagi siswa miskin dari SD-SMA dialokasikan cukup besar yaitu
Rp.500 juta, hal ini menunjukkan komitmen dari pemerintah daerah untuk
memenuhi hak dasar masyarakat sector pendidikan. Namun demikian, bantuan
motivasi bagi warga buta huruf hanya dialokasikan di tahun 2009, sementara itu
di tahun 2010 tidak ada. Penting kiranya untuk memperhatikan warga yang
masih buta huruf, karena angka buta huruf di Gunungkidul masih cukup tinggi. Di
sisi yang lain, juga ada bantuan pendidikan murah di tahun 2009 yang relative
besar, yaitu Rp.9,3 milyar, namun di RAPBD 2010 tidak ada bantuan pendidikan
murah.

7
Bantuan beasiswa perlu ditekankan pada proses-proses affirmative
action yang mengedepankan rpioritas kepada siswa perempuan. Hal ini
melihat paparan data susenas 2006-2007, angka partisipasi sekolah di Kab.
Gunungkidul laki-laki dan perempuan menunjukkan ketimpangan. Terjadi
penurunan pada angka partisipasi sekolah perempuan dibawah umur 10 tahun
sebesar 2,9 % serta peningkatan perempuan yang tidak sekolah lagi / putus
sekolah sebesar 1,7 % .
Program PAUD, beberapa program seperti pengembangan lembaga PAUD tidak
dianggarkan lagi di tahun 2010, APE untuk PAUD juga tidak ada di tahun 2010.
Perlu ada penjelasan mengapa tidak dialokasikan di tahun 2010, apakah karena
lembaga sudah berkembang cukup baik, APE sudah lengkap sehingga kebutuhan
untuk program tersebut dirasa cukup. Disisi yang lain, adanya insentif bagi
pengelola PAUD patut untuk diapresiasi dan hendaknya dipertahankan di tahun
tahun berikutnya.

d. Sektor Pertanian dan Peternakan

Peran utama penyangga perekonomian Gunung Kidul adalah pertanian lahan


tandus dan sector peternakan. Sector pertanian mencapai 34,9 % dari PDRB
Gunung Kidul dan menyerap 34 % tenaga kerja . Sayangnya urusan pertanian
dan peternakan menjadi urusan pilihan di daerah ini ,prosentasi belanja sector
ini dibanding belanja APBD secara keseluruhan hanya 2% .Angka yang jauh
dari cukup untuk sector yang diandalkan warga menjadi sumber pengahsilan
utama

Tabel 11.Belanja dinas pertanian 2008 ,2009, 2010


Belanja Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010
Dinas pertanian Rp Rp 7.378.502.165 Rp.
10.999.386.380 6.140.492.691
Belanja lansung Rp Rp 4. Rp
9.001.841.100 783.022.250 3.611.018.000
Belanja tidak Rp Rp Rp.
langsung 1.997.545.280 2.595.479.915 2.529.474.691

Penyusunan
alokasi anggaran
terlihat lebih
baik di
bandingkan
dengan SKPD
yang lain karena
di dinas
pertanian
belanja langsung
lebih besar di
banding dengan belanja tidak langsung tetapi bila dilihat dari tahun anggaran
tahun 2008 , tahun anggaran 2009 dan tahun anggaran 2010 mengalami
penurunan. Meskipun perlu dilihat berapa alokasi belanja langsung yang
langsung dinikmati oleh masyarakat dalam hal ini petani dan peternak.

7
Di bawah ini beberapa program yang ditujukan untuk masyarakat .Mulai dari dari
program pelatihan, kelembagaan petani penyediaan saprodi dan bibit unggul
pertanian dan perkebunan . Program ini untuk mengatasi persoalan kekeringan
yang melanda Gunung Kidul sampai persoalan rawan pangan telah dilokasikan.

Tabel 12. Program peningkatan ketahanan pangan 2010


Kegiatan/Program JUMLAH
Peningkatan kelembagaan tani Rp
5.565.000,00
Peningkatan ketahanan pangan pertanian dan Rp
perkebuanan 736.958.000,00
Pengembangan intensifikasi tanaman padi palawija Rp
178.940.000,00
Pengembangan deversifikasi tanaman Rp
127.110.000,00
Pengembangn pembinihan /pembibitan Rp 42.938.000,00
Pengembangan sistim informasi pasar Rp 20.440.000,00
Peningkatan produksi , produktivitas dan mutu produk Rp
144.880.000,00
Pendampingan pengeloahan lahan dan air Rp
107.170.000,00
Peningkatan pemasaran hasil produksi pertanian dan Rp 12.805.000,00
perkebunan
Peningkatan penerapan tehnologi tepat guna pertanian Rp
dan perkebunan 2.603.140.000,00
Pelatihan penerapan tehnologi pertanian /perkebunan Rp 12.440.000,00
modern bercocok tanam
Peningkatan produksi pertanian /perkebunan sertifikasi Rp 26.605.000,00
bibit unggul pertaniaan d/ perkebunan

Untuk sector peternakan, program untuk peningkatan produksi hasil peternakan


alokasi anggarannya cukup besar yaitu lebih d ari Rp.1 Milyar. Kegiatan yang
dilakukan salah satunya adalah pengembangan pelayanan kesehatan hewan
terpadu, distribusi bibit ternak ke masyarakat dan ada pendampingan dan
penguatan modal kelompok yang nilainya relative kecil yaitu hanya sekitar Rp.5
juta. Table berikut menunjukkan kegiatan-kegiatan untuk sector peternakan

Tabel 13.program dinas peternakan dalam RAPBD Gunungkidul Tahun 2010

Kegiatan/ Program Alokasi anggaran 2010


Pencegahan dan penanggulangan penyakit Rp 98.091.000,00
ternak
Pelanan Laboraturium kesehatan hewan Rp 21.885.000,00
Pengembangan pelayanan kesehatan hewan Rp 9.390.000,00
terpadu
Pelayanan penanggulangan penyakit menular Rp 4.575.000,00
ternak
Pembuatan peta penyakit ternak Rp 2.000.000,00
Peningkatan produksi hasil peternakan Rp 1.152.245.000,00
Pembibitan dan perawatan ternak Rp 806.585.000,00

7
Pemdistribusian bibit ternak ke masyarakat Rp 109.350.000,00
Pengadaan sarana dan prasarana iseminasi Rp 185.850.000,00
pembuatan dan embrio transfer
Pembinaan pengelolaan ternak pemerintah Rp 10.390.000,00
Fasilitasi dan pemberdayaan permodalan usaha Rp 22.445.000,00
peternakan
Peningkatan pemasaran hasil produksi Rp 30.025.000,00
peternakan
Peningkatan intensifikasi PAD Rp 20.500.000,00
Pameran dan promosi pembangunan di bidang Rp 76.645.000,00
peternakan
Peningkatan produksi, produktifitas dan mutu Rp 49.670.000,00
ternak
Pemberian rekomendasi pemberian HO Rp 2.290.000,00
Pembinaan dan pengembangan usaha pola Rp 4.155.000,00
kemitraan
Pendampingan dan penguatan modal kelompok Rp 5.060.000,00

e. WOMEN BUDGET ( anggaran untuk kelompok perempuan )

Anggaran untuk kelompok perempuan diulas dalam bahasan tersendiri karena


kelompok perempuan seringkali menjadi kelompok kelas 2 dalam struktur sosial
ekonomi masyarakat. Kelompok perempuan kebanyakan bekerja dengan
berbagai urusan di beberapa wilayah . Mulai urusan terkait dengan reproduksi
( melahirkan, menyesui, dll) juga wilayah produksi dan social. Sayangnya
seringkali wilayah produksi banyak didominasi oleh pekerjaan domestic yang
tidak terukur dengan uang sebagai penghasilan. Anggaran dan untuk penerima
manfaat kelompok perempuan tersebar dalam beberapa program .

Terkait dengan anggaran untuk kelompok perempuan, Keputusan Menteri Dalam


Negeri No 132 tahun 2003, tentang Pedoman Umum Pelaksanaan
Pengarusutamaan Gender di Daerah, BAB 111 pasal 9 ayat 1 telah menegaskan
bahwa:
“Segala pembiayaan yang diperlukan bagi pelaksanaan pengarusutamaan
gender di daerah dibebankan kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN), dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk
masing-masing Provinsi, Kabupaten dan Kota sekurang-kurangnya minimal
sebesar 5 % (lima persen) dari APBD Provinsi, Kabupaten dan Kota.

Tabel 14.Bantuan social dan organisasi untuk kelompok perempuan dan


anak
Kegiatan 2008 2009 2010
Pendampingan korban 20.000.000,00 5.000.000,00 15.000.000,0
kekerasan perempuan dan 0
anak
Pendampingan korban 10.000.000,00 10.000.000,00 5 000.000,00
KDRT forum penanganan
korban kekerasan
PKK (kecamatan & 117.640.000,0 114.000.000,00 104.000.000,
kabupaten 0 00
Penguatan kelembagaan 15.000.000,00 15.000.000,00 -
pengutamaan gender dan

7
anak
Bantuan operasional 10.000.000 5.000.000
forum penanganan
kekerasan thd perempuan
dan anak
Bantuan kepada 25.000.000 20.000.000
gabungan organisasi
wanita
Total 162.640.000, 154.000.000,0 119.000.000,
00 0 00

Tabel 11 mengindikasikan bahwa dari tahun ke tahun, anggaran untuk


perempuan dan anak mengalami penurunan yang cukup siginifikan. Padahal jika
dilihat dari PAD, perempuan adalah penyumbang PAD yang cukup besar melalui
retribusi kesehatan dan retribusi pasar. Perlu ada realokasi anggaran untuk
perempuan, dimana sekurang-kurangnya 5% dari total belanja APBD
prop/kab/kota diluar belanja pegawai, dan belanja barang/jasa.

Tabel 15.Program dan kegiatan pemberdayaan perempuan tahun 2010


URAIAN JUMLAH
Program keserasian kebijakan peningkatan kualitas Rp 8.350.000,00
anak dan perempuan
- pelaksanaan sosialisasi yang terkait dengan
keseteraan gender ,pemberdayaan dan
perlindungan .
Program peningkatan kualitas hidup dan perlingdungan Rp 12.040.000,00
perempuan
- penyusunan system perlindungan bagi
perempuan
Program peningkatan peran serta dan kesetaraan Rp 11.720.000,00
gender dalam pembangunan
- kegiatan pembinaan organisasi perempuan
Program Keluarga berencana Rp 427.796.000,00
- penyediaan pelayanan KB dan alat kontrasepsi
bagi keluarga miskin

Pertumbuhan penduduk dan keluarga berancana


Pertumbuhan penduduk yang
PERTUMBUHAN PENDUDUK meningkat dari tahun ketahun
ditunjukkan dalam tabel disamping
690,000
ini. Peningkatan ini tidak bisa
685,000
685,210
diabaikan begitu saja sebagai
683,443 suatu proses pertumbuhan
681,554
680,000
679,317 alamiah.
677,088 Menekan pertumbuhan dan
675,000
672,651
674,856
meningkatkan derajat kesehatan
670,000 670,433 menjadi suatu hal yang significant
untuk dilakukan. Apabila upaya ini
665,000 tidak dilakukan maka kemungkinan
baby booming akan terjadi tiap
660,000
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun tahunnya di Kab. Gunungkidul. Hal
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 inilah yang perlu diperhatikan oleh
pemerintah untuk menghadapi tingkat penghidupan dan derajat kesehatan
warga secara lebih baik. Patut diapresiasi bahwa dalam RAPBD Kab.Gunungkidul

7
mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk program keluarga berencana
yaitu Rp.427.796.000. Namun demikian, perlu diperhatikan meliputi apa saja
program keluarga berencana, apakah dengan meningkatkan akseptor pria,
karena selama ini partisipasi laki-laki dalam mendukung program KB masih ckup
rendah.
f. ANGGARAN UNTUK PENGENTASAN KEMISKINAN

Index kemiskinan Gunungkidul menurut data Human Development Index UNDP-


Bappenas-BPS, tahun 2004 menempati urutan ketiga setelah kota Yogya dan
Sleman.Namun Index Pembangunan manusia menempati urutan terahir diantara
kabupaten dankota lain di Yogyakarta. Bahkan menempati peringkat ke-140
diantara kab dan kota seluruh Indonesia.
Melihat data statistik tersebut, sudah saatnya anggaran ditujukan untuk
pengentasan kemiskinan. Karena hanya dengan program pengentasan
kemiskinna tanpa adanya peningkatan anggaran dari tahun sebelumnya, tidak
akan artinya bagi pengentasan kemiskinan di Gunungkidul.
Strategi untuk mengurangi kemiskinan & merevitalisasi sektor pertanian,
kehutanan, kelautan, ekonomi pedesaan. Dalam jangka menengah dan jangka
panjang, strategi penanggulangan kemiskinan juga bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas dan kualitas masyarakat, pada tingkat komunitas untuk
berkontribusi terhadap pembangunan lokal.

Tabel 13. DATA KELUARGA MISKIN tahun 2007


PENDUDUK STATUS KELUARGA
RUMA
H HAMP SAN
KECAMATAN PERE
TANG LAKI- IR GAT
MPUA MISKIN
GA LAKI
N
MISKI MISK
N IN
1 Panggang 7.450 12.888 13.612 1.877 1.546 607
2 Purwosari 4.852 9.009 9.742 1.060 420 275
3 Paliyan 7.990 14.649 15.288 2.679 1.893 628
4 Saptosari 9.259 17.406 18.025 1.557 2.894 1.536
5 Tepus 8.675 16.164 17.550 1.624 1.452 1.474
6 Tanjugsari 7.403 12.786 13.601 1.483 1.501 869
7 Rongkop 7.494 14.111 14.801 1.971 1.447 744
8 Girisubo 6.887 11.495 12.275 1.502 1.066 508

9
Semanu 15.18 26.307 27.304 3.862 2.438 868
3

10
Ponjong 12.69 25.248 25.895 3.323 1.943 1.140
6

11
Karangmojo 13.83 24.304 25.478 3.773 2.950 1.479
9

12
Wonosari 20.31 37.247 38.270 3.714 1.720 1.061
9

13
Playen 14.59 26.123 27.272 3.671 2.617 1.373
1

14 Patuk 8.601 14.207 14.626 2.783 783 203


15 Gedangsari 10.37 18.245 18.711 3.212 2.060 677

7
8

16 Nglipar 8.267 14.646 15.143 2.316 1.744 685


17 Ngawen 7.728 15.529 15.918 2.918 1.279 1.020

18
Semin 14.26 25.048 26.287 2.975 2.689 1.833
6
185.8 335.41 349.7 46.30 32.442 16.9
JUMLAH 78 1 99 0 80
24,9 17,44 9,13
PROSENTASE
% % %
Sumber: Gunungklidul dalam Angka 2008

Tabel 16. Anggaran untuk program pengentasan kemiskinan


KEGIATAN 2008 2009 2010
Bantuan beasiswa siswa miskin sekolah 23.4
dasar 00.000
Bantuan beasiswa siswa miskin SMP 65.
000.000
Bantuan beasiswa siswa miskin 411.6
SMA/SMK 00.000
Pendampingan program PNPM 7.800.000.00 8.700.000.000
0
Pendampingan program P2KP 1.250.000.00 -
0
Peningkatan kemampuan berusaha bagi 72.000.0 40.000.000 -
gakin melalui stimulan USEP KM 00
pertumbuhan
Bantuan dinas kesehatan: Bantuan gakin 250.000.000 650.000.000 800.000.000
Bantuan pendistribusian beras bagi 450.000.000
gakin dari titik distribusi desa ke titik
penerima manfaat

Anggaran untuk pengentasan kemiskinan, terutama untuk bantuan gakin sektor


kesehatan mengalami kenaikan yaitu menjadi Rp.800 juta, hal ini patut
diapresiasi, namun perlu diperhatikan implementasi di lapangan, apakah tepat
sasaran atau tidak, dan memang diberikan kepada yang betul-betul berhak
mendapatkan bantuan tersebut.

g. Kelompok rentan (difabel, yatim piatu dan lansia)


Sebagai bagian dari warga masyarakat, kelompok difable adalah kelompok yang
sering dilupakan dalam proses penganggaran daerah. Meskipun jumlah difable
relatif tidak banyak dibandingkan dengan warga non difable, namun keberadaan
mereka tidak bisa diabaikan. Jumlah warga difable di Propinsi DIY mencapai
3.102.530 jiwa (1,27%). Data terakhir menunjukkan warga difable di Propinsi DIY
mencapai 5%, Di Gunungkidul terdapat 1564 anak cacat dan 4778 penyandang
cacat (BPS Gunungkidul 2005). Jumlah tersebut nampaknya belum berimplikasi
positif dalam kebijakan anggaran. Selain difabel, kelompok yang perlu mendapat
perhatian adalah yatim/piatu/yatim-piatu. Dari Data BPS 2005, jumlah anak asuh
cenderung mengalami kenaikan . Padahl jumlah panti asuhan yang menampung
terbatas.

7
Perbandingan Panti asuhan dan anakasuh di
Gunungkidul 2004-2005

800
700
600
500
400 722
300 597
200
100
9 9
0
Panti anak asuh Panti anak asuh
asuhan asuhan

2004 2005

Dengan kondisi diatas, respon yang diberikan oleh pemerintah melalui anggaran
dengan bantuan sosial adalah:

Tabel 16. Bantuan sosial untuk kelompok rentan

Gambar diatas mengindikasikan dalam RAPBD Gunungkidul 2010, tidak ada


alokasi dana stimulant untuk kelompok penyandang cacat serta jaminan social
lanjut usia terlantar. Perlu ada realokasi anggaran bagi kelompok rentan yang
selama ini sering terabaikan dalam proses perencanaan dan penganggaran.

h. Alokasi dana desa dan beberapa anggaran yang masuk desa

Peraturan pemerintah
No 72 tahun 2005
tentang pasal 68
bagian C
menyebutkan bahwa
sumber pendapatan
bagian dari dana
perimbangan
keuangan pusat dan
daerah yang di terima
oleh kabupaten kota
untuk desa paling
7
sedikit 10% ( sepuluh
perseratus) yang
pembagiannya untuk
setiap desa secara
proposional yang
merupakan alokasi
dana desa.

Apabila kita telusuri dakam APBD tahun 2008 Rp 16 Milyard rupiah, tetapi tahun
anggran 2009 menurun cukup dratis ADD hanya dianggarkan Rp 9 Milyar dan
semakin lama dari tahun 2008, 2009 dan tahun 2010 mengalami penurunan,
ADD untuk tahun 2010 ADD hanya dianggarkan sebesar Rp 5 Milyar. Alasan
penurunan ADD yang terus menerus terjadi diantaranya adalah adanya
pendampingan dana PNPM. Padahal komitmen pendampingan dana PNPM ini
berbeda dengan komitmen ADD yang seharusnya dialokasikan.

i. Dana Kebencanaan

Bencana alam adalah salah satu kejadian luar biasa yang perlu diperhatikan .
Kejadian ini tidak diinginkan , namun apabila sudah datang tidak ada yang
dapat menolak . Ada beberapa yang datangnya tidak bisa dipredeksi , seperti
gempa bumi misalnya, tetapi ada bencana alam yang terjadi setiap tahun
yang melanda di suatau wilayah seperti banjir, kekeringan . Melihat
kenyataan yang terkadang unpredictable maka kesiapan untuk
memenimalisir resiko (Disaster Risk Reduction) amat penting dilakukan .
salah satunya adakah dalam mempersiaplan anggaran untuk meminimalisir
resiko terbut. Gunung kidul adalah sakah satu daerah yang rawan bencana .
Beberapa program antisipasif untuk mengatasi kekeringan sedikit banyak
sudah dilaksanakan oleh dinas pekerjaan umum seperti pembangunan
pompa air . Selain itu juga dinas pertanian mempersiapkan lumbung padi
untuk mengatasi rawan pangan akibat kekeringan .
Program antisipasi terdapat beberapa yang sifatnya kuratif seperti santunan
bantuan penyelematan dan alinya Namun kesiapan untuk program kuratif ini
lebih banyak di tujukan untuk bencana laut . untuk mengantisipasi bencana
seperti gempa bumi , putting beliung atau yang lainya nampaknya belum ada
persiapan yang berarti.

Tahun 2009 Tahun 2010


Bantuan Linmas inti 27.000.000,0 27.000.000,00
Kecamatan 0
Bantuan linmas inti desa 108.000.000,0 108.000.000,00
0
Bantuan pelaksanaan HUT 7.500.000, 7.500.000,00
linmas 00

7
Bantuan satuan korban 100.000.000, 140.000.000,00
bencana alam 00
Bantuan PBP kecamatan 20.000.000, 18.000.000,00
00
Bantuan untuk ormas 60.000.000,00 40.000.000,00
Bantuan pencarian 12.500.000,00 12.500.000,00
,penyelamatan, evaulasi
korban
Bantuan uang duka dan 25.000.000,00 15.000.000,00
atau penguburan mayat
korban laka
laut/wisatawan dan
pengiriman korban

7
IV. Kesimpulan dan Rekomendasi
1. Harus dipastikan bahwa alokasi dana jatuh tepat sasaran.
2. Ruang Partisipasi masyarakat dalam proses penganggaran harus dibuka
lebar oleh pemerintah.
3. Peningkatan PAD perlu memperhatikan dampak bagi masyarakat, apakah
semakin dekat dengan pemenuhan hak masyarakat atau semakin
menjauhkan. Apakah menimbulkan kerentanan atau mampu
melindungi masyarakat.
4. Sektor kesehatan
a. Kenaikan retribusi kesehatan dari tahun ke tahun harus diimbangi
dengan kualitas layanan kesehatan.
b. Kecenderungan penurunan belanja langsung dinas kesehatan dari
tahun ke tahun perlu ada penjelasan, apakah karena derajat
kesehatan masyarakat Gunungkidul meningkat, atau ada alokasi
anggaran dari pusat yang mendukung peningkatan derajan
kesehatan masyarakat, atau karena keterbatasan anggaran.
c. Program peningkatan gizi masyarakat Program penanggulangan
kurang energi protein,anemia gizi besi,gangguan akibat kekurangan
yodium(GAKY),dimana alokasi anggarannya turun sebesar Rp.53juta
perlu ada penjelasan, dan jika memungkinkan adai peningkatan
alokasi untuk program tersebut.
d. Adanya alokasi anggaran untuk honor kader posyandu perlu
dipertahankan dan ditingkatkan di tahun berikutnya, mengingat
kader posyandu sangat berperan dalam upaya meningkatkan
kesehatan,terutama ibu dan bayi/balita.
5. Sector pendidikan
a. Kenaikan rasio belanja pendidikan terhadap total belanja APBD yang
selalu meningkat dari tahun ke tahun patut mendapatkan apresiasi,
bahkan dalam RAPBD Gunungkidul Tahun 2010 belanja dinas
pendidikan mencapai lebih dari 56% terhadap total belanja APBD.
b. Dalam RAPBD Gunungkidul Tahun 2010, anggaran motivasi bagi
buta huruf dimana tahun sebelumnya sebesar Rp.250.000.000, di
tahun 2010 tidak ada alokasi anggaran sama sekali.
c. Bantuan pendidikan murah tahun 2009 yang mencapai lebih dari
Rp.9 Milyar, di dalam RAPBD 2010 tidak muncul kembali.
d. Perlu ada penjelasan mengapa tidak dialokasikan di tahun 2010,
apakah karena lembaga sudah berkembang cukup baik, APE sudah
lengkap sehingga kebutuhan untuk program tersebut dirasa cukup.
Disisi yang lain, adanya insentif bagi pengelola PAUD patut untuk
diapresiasi dan hendaknya dipertahankan di tahun tahun
berikutnya.
6. Kelompok rentan dalam lingkaran kemiskinan (anak, perempuan, lansia,
diffabel) harus dipastikan mendapatkan alokasi cukup:
a. Alokasi anggaran yang langsung bisa dirasakan mafaatnya oleh
perempuan kurang dari 1% dari total belanja APBD.
b. Alokasi anggaran untuk kelompok rentan, di tahun 2010 ada alokasi
anggaran yang hilang aitu untuk kelompok penyandang cacat,
padahal di tahun sebelumnya ada alokasi sebesar Rp.20.000.000,
dimana alokasi tersebut pun sudah sangat minim, justru malah
dihilangkan.
7. Perlu mengurangi anggaran aparatur yang boros

7
a. Adanya kebijakan tidak ada rekruitmen pegawai baru di tahun 2010
patut diapresiasi
b. Perlu ada kajian rasionalisasi pegawai berdasarkan tugas poko dan
fungsinya.
8. Perlu mempertimbangkan pengeluaran yang sama itemnya untuk warga
dan aparatur (premi askes untuk gakin= 800 juta sedangkan untuk
bantuan pilkada= Rp.12,185 Milyar dan partai politik= Rp.900 juta
untuk tahun 2009)

Anda mungkin juga menyukai