Di sebuah padang rumput terdapat seekor gajah, karena tubuhnya yang besar, dia selalu
meremehkan/menyakiti binatangbinatang kecil lainnya. Binatangbinatang kecil sangat takut
kepadanya, oleh sebab itu gajah menjadi sombong.
Pada suatu hari, sehabis makan karena tidak ada pekerjaan, gajah berjalanjalan dengan santai di
padang rumput. Gajah menundukkan kepalanya berjalan pada saat itu dia melihat ada seekor semut
yang sedang sibuk bekerja.
Ketika semut sedang sibuk bekerja tidak hatihati dia tersandung jatuh oleh sebatang rumput.
“Hai mahluk kecil, sungguh kasihan engkau.” Gajah menghentikan langkahnya dengan tertawa
mengejeknya.
Semut kecil mengangkat kepalanya, memandang mahluk yang besar bagaikan gunung ini “Apakah
engkau sedang berbicara dengan saya, tuan Gajah?”
“Iya.” Gajah dengan tertawa mengejek melanjutkan berkata :”sejujurnya saya katakan, engkau sungguh
sangat mungil, sebatang kecil rumput saja dapat membuatmu jatuh tunggang langgang, ai… sungguh
kasihan .”
“Saya memang kecil.” Semut dengan jujur menjawab, “tetapi saya tidak merasa saya perlu dikasihani,
setiap barang yang ada didunia ini mempunyai harganya masingmasing, apa yang membuatmu
sombong begitu? Apakah engkau sombong karena bentuk tubuh dan kekuatanmu.”
Gajah tertawa dengan terbahakbahak :”mahluk kecil yang menyedihkan, tahukah engkau? dipadang
rumput ini singa yang paling galakpun ketika melihat saya akan menghindar, dengan belalai saya, saya
dapat mencabut pohon yang paling besar dengan akarakarnya, dan itu tidak memerlukan tenaga,
apakah engkau bisa melakukannya?”
“Tuan gajah, itu memang saya tidak bisa melakukannya, kami semut sebenarnya memang sangat kecil,
seluruh keluarga semut kami berkumpul beratnya tidak bisa dibandingkan dengan satu kakimu yang
besar ini, kami tidak bisa seperti kamu mencabut sebatang pohon dengan akarakarnya juga tidak bisa
menakuti seekor singa, tetapi tenaga kami belum tentu lebih kecil daripada tenagamu.”
Gajah dengan sombong tertawa keras –keras :”ha…ha..ha…ini adalah lelucon yang paling lucu yang
pernah saya dengar, ha…haa… haa.. semut berani beradu tenaga dengan gajah! dengan sebelah kaki
saya saja dapat memijak kalian sampai hancur lebur!”
“Tuan, engkau hanya mengandalkan tubuhmu yang besar. Mencabut sebatang pohon besar dapat
engkau lakukan hanya dengan belalaimu, tetapi, jika pohon itu sebesar 5 orang baru bisa memeluknya
Apakah dengan belalaimu engkau dapat mencabutnya? Dan Jika engkau merasa tenagamu cukup besar,
dapatkah engkau menghancurkan titi papan di sungai ini?
Gajah mengangkat kepalanya berpikir tentang pohon besar yang hanya bisa dipeluk oleh 5 orang, dan
memandang titi papan di sungai, lalu dia menggeleng kepalanya berkata : ”kalau yang ini, saya tidak
bisa melakukannya.”
“Tetapi, kami komunitas semut bersatu dapat membuat pohon besar ini lapuk dan tumbang, dan dapat
menghancurkan titi papan disungai juga. Walaupun kami kecil, tidak mempunyai tubuh dan tenaga
besar sepertimu, tetapi kami bisa melakukan hal yang tidak bisa engkau lakukan. Jika hendak
menghancurkan dunia, tenaga kami sebagai semut lebih besar daripada engkau tuan gajah! Apakah
engkau berhak meremehkan mahluk yang lebih kecil daripadamu?”
Gajah yang sombong ini tanpa berkata sepatah katapun membalikkan badan meninggalkan tempat itu.
Mulai saat itu, gajah yang sombong merubah sifatnya yang sombong, tidak meremehkan dan
menyakitkan mahluk kecil lagi, tidak menganggap remeh kepada tenaga mahluk yang lebih kecil lagi.
Pada dasarnya, kita hanya memandang bagian luar seseorang yang bertubuh besar, meremehkan orang
yang bertubuh lemah, tetapi belum tentu orang yang bertubuh lemah tenaganya kalah dengan orang
yang bertubuh besar. (Erabaru/hui)
ANAK KATAK HIJAU YANG NAKAL
Dahulu kala di sebuah kolam yang luas tinggalah seekor anak katak hijau dan ibunya. Anak katak
tersebut sangat nakal dan tidak pernah mengindahkan katakata ibunya. Jika ibunya menyuruhnya ke
gunung, dia akan pergi ke laut. Jika ibunya menyuruhnya pergi ke timur, dia akan pergi ke barat.
Pokoknya apapun yang diperintahkan ibunya, dia akan melakukan yang sebaliknya.
“Apa yang harus kulalukan pada anak ini” pikir ibu katak. “Kenapa dia tidak seperti anakanak katak
lain yang selalu menuruti kata orang tua mereka.”
Suatu hari si ibu berkata, “Nak, jangan pergi keluar rumah karena di luar sedang hujan deras. Nanti kau
hanyut terbawa arus.”
Belum selelsai ibunya berbicara, anak katak tersebut sudah melompat keluar sambil tertawa
gembira,”hore…banjir aku akan bermain sepuasnya!”
Setiap hari ibu katak menasehati anaknya namun kelakuan anak katak itu bahkan semakin nakal saja.
Hal itu membuat ibu katak murung dan sedih sehingga dia pun jatuh sakit. Semakin hari sakitnya
semakin parah.
Suatu hari ketika dia merasa tubuhnya semakin lemah, ibu katak memanggil anaknya,”Anakku, kurasa
hidupku tidak akan lama lagi. Jika aku mati, jangan kuburkan aku di atas gunung, kuburkanlah aku di
tepi sungai.”
Ibu katak sebenarnya ingin dikubur di atas gunung, namun karena anaknya selalu melakukan yang
sebaliknya, maka dia pun berpesan yang sebaliknya.
Akhirnya ibu katak pun meninggal. Anak katak itu menangis dan menangis menyesali kelakuannya,
“Ibuku yang malang. Kenapa aku tidak pernah mau mendengarkan katakatanya. Sekarang dia telah
tiada, aku sudah membunuhnya.”
Anak katak tersebut lalu teringat pesan terakhir ibunya. “Aku selalu melakukan apapun yang dilarang
ibuku. Sekarang untuk menebus kesalahanku, aku akan melakukan apa yang dipesan oleh ibu dengan
sebaikbaiknya.”
Maka anak katak itu menguburkan ibunya di tepi sungai.
Beberapa minggu kemudian hujan turun dengan lebatnya, sehingga air sungai di mana anak katak itu
menguburkan ibunya meluap. Si anak katak begitu khawatir kuburan ibunya akan tersapu oleh air
sungai. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke sungai dan mengawasinya.
Di tengah hujan yang lebat dia menangis dan menangis. “Kwongkwongkwong. Wahai sungai jangan
bawa ibuku pergi!”
Dan anak katak hijau itu akan selalu pergi ke sungai dan menagis setiap hujan datang. Sejak itulah
kenapa sampai saat ini kita selalu mendengar katak hijau menangis setiap hujan turun. (Erabaru/hui