Anda di halaman 1dari 5

Keperawatan & kecemasan pada lansia

Keperawatan Jiwa pada Lansia 


Saat ini sudah dapat diperkirakan bahwa 4 juta lansia di Amerika mengalami gangguan kejiwaan seperti
demensia, psikosis, Penggunaan alcohol kronik, atau kondisi lainnya. Hal ini menyebabkan perawat dan
tenaga kesehatan professional yang lain memiliki tanggung jawab yang lebih untuk merawat lansia
dengan masalah kesehatan jiwa dan emosi. Kesehatan mental pada lansia dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti status fisiologi dan psikologi, kepribadian, sosial support, sosial ekonomi dan pola hidup.
Peran Perawat Jiwa Lansia
Perawat yang bekerja dengan lansia yang memiliki gangguan kejiwaan harus menggabungkan
keterampilan keperawatan jiwa dengan pengetahuan gangguan fisiologis, proses penuaan yang normal,
dan sosiokultural pada lansia dan keluarganya. Sebagai pemberi pelayanan perawatan primer, perawat
jiwa lansia harus pandai dalam mengkaji kognitif, afektif, fungsional, fisik, dan status perilaku.
Perencanaan dan intervensi keperawatan mungkin diberikan kepada pasien dan keluarganya atau
pemberi pelayanan lain.
Sebagai konsultan, perawat jiwa lansia mengkaji penyediaan perawatan lain pada lansia untuk
mengidentifikasi aspek tingkah laku dan kognitif pada perawatan pasien. Praktek perawat ahli jiwa
lansia yang telah lulus menempuh pendidikan spesialis di bidang ini dan mungkin akan bekerja di agensi
untuk membantu pegawai dalam menjalankan program terapeutik untuk senior dengan gangguan
psikiatrik atau perilaku. Perawat jiwa lansia harus memiliki pengetahuan tentang efek pengobatan
psikiatrik pada lansia. Mereka dapat memimpin macam-macam kelompok seperti orientasi, ,
remotivasi, kehilangan dan kelompok sosialisasi dimana perawat dengan tingkat ahli dapat memberikan
psikoterapi.

Teori Penuaan 
Gerontologis tidak setuju tentang adaptasi penuaan. Tidak ada satu teoripun dapat memasukan semua
variable yang menyebabkan penuaan dan respon individu terhadap hal itu. Secara garis besar teori
penuaan dibagi menjadi teori biologis, teori psikologis, dan teori sosiokultural.
1. Teori Biologis 
a. Biological Programming Theory
Teori program biologis merupakan suatu proses sepanjang kehidupan sel yang terjadi sesuai dengan sel
itu sendiri. Teori waktu kehiduan makhluk memperlihatkan adanya kemunduran biologis, kognitif, dan
fungsi psikomotor yang tidak dapat dihindari dan diperbaiki, walaupun perubahan diet atau hipotermi
dalam waktu yang lama dapat menunda proses tersebut.

b. Wear and Tear Theory


Teori wear and tear ini menyatakan bahwa perubahan struktur dan fungsi dapat dipercepat oleh
perlakuan kejam dan diprlambat oleh perawatan. Masalah-masalah yang berkaitan dengan penuaan
merupakan hasil dari akumulasi stres, trauma, luka, infeksi, nutrisi yang tidak adekuat, gangguan
metabolik dan imunologi, dan perlakuan kasar yang lama.Konsep penuaan ini memperlihatkan
penerimaan terhadap mitos dan stereotif penuaan.
c. Stress-Adaptasi Theory
Teori adaptasi stres ini menegaskan efek positif dan negatif dari stres pada perkembangan
biopsikososial. Sebagai efek positif, stres menstimulasi seseorang untuk melakukan sesuatu yang baru,
jalan adaptasi yang lebih efektif. Efek negatif dari stres bisa menjadi ketidakmampuan fungsi karena
perasaan yang terlalu berlebihan. Stres sering di asumsikan dapat mempercepat proses penuaan. Stres
dapat mempengaruhi kemampuan penerimaan seseorang, baik secara fisiologi, psikologis, sosial dan
ekonomi. Hal ini dapat berakibat sakit atau injuri.

2. Teori psikologis,
a. Erikson’s Stage of Ego Integrity
Teori Erikson tentang perkembangan manusia mengidentifikasi tugas yang harus dicapai pada setiap
tahap kehidupan. Tugas terakhir, berhubungan dengan refleksi tentang kehidupan seseorang dan
pencapaiannya, ini diidentifikasi sebagai integritas ego. Jika ini tidak tercapai maka akan
mengakibatkan terjadinya gangguan.
b. Life Review Theory
Pada lansia, melihat kembali kehidupan sebelumnya merupakan proses yang normal berkaitan dengan
pendekatan terhadap kematian. Reintegrasi yang sukses dapat memberikan arti dalam kehidupan dan
mempersiapkan seseorang untuk mati tanpa disertai dengan kecemasan dan rasa takut. Hasil diskusi
terakhir tentang proses ini menemukan bahwa melihat kembali kehidupan sebelumnya merupakan salah
satu strategi untuk merawat masalah kesehatan jiwa pada lansia.
c. Stability of Personality
Perubahan kepribadian secara radikal pada lansia dapat mengakibatkan penyakit otak. Para peneliti
menemukan bahwa periode krisis psikologis pada saat dewasa tidak akan terjadi pada interval regular.
Perubahan peran, perilaku dan situasi membutuhkan respon tingkah laku yang baru. Mayoritas lansia
pada studi ini memperlihatkan adaptasi yang efektif terhadap kebutuhan ini.

3. Teori Sosiokultural
a. Disengagement Theory
Postulat pada teori ini menyatakan bahwa lansia dan penarikan diri dari lingkungan sosial merupakan
bagian dari proses penuaan yang normal. Terdapat stereotype yang kuat dari teori ini termasuk ide
bahwa lansia merasa nyaman bila berhubungan dengan orang lain seusianya.
b. Activity Theory
Teori aktivitas berpendapat bahwa penuaan harus disertai dengan keaktifan beraktifitas sebisa
mungkin. Teori ini memperlihatkan efek positif dari aktivitas terhadap kepribadian lansia, kesehatan
jiwa, dan kepuasan dalam hidup.
c. The Family in Later Life
Teori keluarga berfokus pada keluarga sebagai unti dasar perkembangan emosi seseorang. Teori ini
berpendapat bahwa pusat proses siklus kehidupan adalah perubahan sistem hubungan dengan orang
lain untuk medukung fungsi masuk, keluar dan perkembangan anggota keluarga. Gejala fisik, emosi,
dan sosial dipercaya merupakan repleksi dari masalah negosiasi dan transisi pada siklus kehidupan
keluarga.

Pengkajian Pasien Lansia


Pengkajian pasien lansia menyangkut beberapa aspek yaitu biologis, psikologis, dan sosiokultural yang
beruhubungan dengan proses penuaan yang terkadang membuat kesulitan dalam mengidentifikasi
masalah keperawatan. Pengkajian perawatan total dapat mengidentifikasi gangguan primer. Diagnosa
keperawatan didasarkan pada hasil observasi pada perilaku pasien dan berhubungan dengan kebutuhan.

Wawancara
Hubungan yang penuh dengan dukungan dan rasa percaya sangat penting untuk wawancara yang positif
kepada pasien lansia. Lansia mungkin merasa kesulitan, merasa terancam dan bingung di tempat yang
baru atau dengan tekanan. Lingkungan yang nyaman akan membantu pasien tenang dan focus terhadap
pembicaraan.
Keterampilan Komunikasi Terapeutik
Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan dan lama
wawancara. Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan dengan pemunduran
kemampuan untuk merespon verbal. Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar
belakang sosiokulturalnya. Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia kesulitan
dalam berfikir abstrak. Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan memberikan
respon nonverbal seperti kontak mata secara langsung, duduk dan menyentuk pasien.
Melihat kembali kehidupan sebelumnya merupakan sumber data yang baik untuk mengidentifikasi
masalah kesehatan pasien dan sumber dukungan. Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-
tanda kepribadian pasien dan distress yang ada. Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien
memahami tujuan atau protocol wawancara pengkajian. Hal ini dapat meningkatkan kecemasan dan
stres pasien karena kekurangan informasi. Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan
mendengarkan dengan cermat dan tetap mengobservasi.
Setting wawancara
Tempat yang baru dan asing akan membuat pasien merasa cemas dan takut. Lingkungan harus dibuat
nyaman. Kursi harus dibuat senyaman mungkin. Lingkuangan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi
lansia yang sensitif terhadap suara berfrekuensi tinggi atau perubahan kemampuan penglihatan.
Data yang dihasilkan dari wawancara pengkajian harus dievaluasi dengan cermat. Perawat harus
mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga pasien atau orang lain yang sangat mengenal
pasien. Perawat harus memperhatikan kondisi fisik pasien pada waktu wawancara dan faktor lain yang
dapat mempengaruhi status, seperti pengobatan media, nutrisi atau tingkat cemas.

Fungsi Kognitif
Status mental menjadi bagian dari pengkajian kesehatan jiwa lansia karena beberapa hal termasuk :
1. Peningkatan prevalensi demensia dengan usia.
2. Adanya gejala klinik confusion dan depresi.
3. Frekuensi adanya masalah kesehatan fisik dengan confusion.
4. Kebutuhan untuk mengidentifikasi area khusus kekuatan dan keterbatasan kognitif .

Status Afektif
Status afektif merupakan pengkajian geropsikiatrik yang penting. Kebutuhan termasuk skala depresi.
Seseorang yang sedang sakit, khususnya pada leher, kepala, punggung atau perut dengan sejarah
penyebab fisik. Gejala lain pada lansia termasuk kehilangan berat badan, paranoia, kelelahan, distress
gastrointestinal dan menolak untuk makan atau minum dengan konsekuensi perawatan selama
kehidupan.
Sakit fisik dapat menyebabkan depresi sekunder. Beberapa penyakit yang berhubungan dengan depresi
diantaranya gangguan tiroid, kanker, khususnya kanker lambung, pancreas, dan otak, penyakit
Parkinson, dan stroke. Beberapa pengobatan da[at meningkatkan angka kejadian depresi, termasuk
steroid, Phenothiazines, benzodiazepines, dan antihypertensive. Skala Depresi Lansia merupakan
ukuran yang sangat reliable dan valid untuk mengukur depresi.

Respon Perilaku
Pengkajian perilaku merupakan dasar yang paling penting dalam perencanaan keperawatan pada lansia.
Perubahan perilaku merupakan gejala pertama dalam beberapa gangguan fisik dan mental. Jika
mungkin, pengkajian harus dilengkapi dengan kondisi lingkungan rumah. Hal ini menjadi modal pada
faktor lingkungan yang dapat mengurangi kecemasan pada lansia.
Pengkajian tingkah laku termasuk kedalam mendefinisikan tingkah laku, frekuensinya, durasi, dan
faktor presipitasi atau triggers. Ketika terjadi perubahan perilaku, ini sangat penting untuk dianalisis.

Kemampuan fungsional
Pengkajian fungsional pada pasien lansia bukan batasan indokator dalam kesehatan jiwa. Dibawah ini
merupakan aspek-aspek dalam pengkajian fungsional yang memiliki dampak kuat pada status jiwa dan
emosi.
Mobilisasi
Pergerakan dan kebebasan sangat penting untuk persepsi kesehatan pribadi lansia. Hal yang harus
dikaji adalah kemampuan lansia untuk berpindah di lingkungan, partisipasi dalam aktifitas penting, dan
mamalihara hubungan dengan orang lain. Dalam mengkaji ambulasi , perawat harus mengidentifikasi
adanya kehilangan fungsi motorik, adaptasi yang dilakukan, serta jumlah dan tipe pertolongan yang
dibutuhkan. Kemampuan fungsi

Activities of Daily Living


Pengkajian kebutuhan perawatan diri sehari-hari (ADL) sangat penting dalam menentukan kemampuan
pasien untuk bebas. ADL ( mandi, berpakaian, makan, hubungan seksual, dan aktifitas toilet)
merupakan tugas dasar. Hal ini sangat penting dalam untuk membantu pasien untuk mandiri
sebagaimana penampilan pasien dalam menjalankan ADL.
The Katz Indeks
Angka Katz indeks dependen dibandingkan dengan independen untuk setiap ADL seperti mandi,
berpakaian, toileting, berpindah tempat , dan makan. Salah satu keuntungan dari alat ini adalah
kemampuan untuk mengukur perubahan fungsi ADL setiap waktu, yang diakhiri evaluasi dan aktivitas
rehabilisasi.

Fungsi Fisiologis
Pengkajian kesehatan fisik sangat penting pada pasien lansia karena interaksi dari beberapa kondisi
kronis, adanya deficit sensori, dan frekuensi tingkah laku dalam masalah kesehatan jiwa. Prosedur
diagnostic yang dilakukan diantaranya EEG, lumbal; funksi, nilai kimia darah, CT Scan dan MRI. Selain
itu, nutrisi dan pengobatan medis juga harus dikaji.
Nutrisi
Beberapa pasien lansia membutuhkan bantuan untuk makan atau rencana nutrisi diet. Pasien lansia
yang memiliki masalah psikososial memiliki kebutuhan pertolongan dalam makan dan monitor makan.
Perawat harus secara rutin mengevaluasi kebutuhan diet pasien. Pengkajian nutrisi harus dikaji lebih
dalam secara perseorangan termasuk pola makan rutin, waktu dalam sehari untuk makan, ukuran porsi,
makanan kesukaan dan yang tidak disukai.
Pengobatan Medis
Empat faktor lansia yang beresiko untuk keracunan obat dan harus dikaji yaitu usia, polifarmasi,
komplikasi pengobatan, komorbiditas.
Penyalahgunaan Bahan-bahan Berbahaya
Seorang lansia yang memiliki sejarah penyalahgunaan alcohol dan zat-zat berbahaya beresiko
mengalami peningkatan kecemasan dan gangguan kesehatan lainnya apabila mengalami kehilangan dan
perubahan peran yang signifikan. Penyalahgunaan alcohol dan zat-zat berbahaya lainnya oleh seseorang
akan menyebabkan jarak dari rasa sakit seperti kehilangan dan kesepian.
Dukungan Sosial
Dukungan positif sangat penting untuk memelihara perasaan sejahtera sepanjang kehidupan, khususnya
untuk pasien lansia. Latar belakang budaya pasien merupakan faktor yang sangat penting dalam
mengidentifikasi support system. Perawat harus mengkaji dukungan sosial pasien yang ada di
lingkungan rumah, rumah sakit, atau di tempat pelayanan kesehatan lainnya. Keluarga dan teman
dapat membantu dalam mengurangi shock dan stres di rumah sakit.
Interaksi Pasien- Keluarga
Peningkatan harapan hidup, penurunan angka kelahiran, dan tingginya harapan hidup untuk semua
wanita yang berakibat pada kemampuan keluarga untuk berpartisipasi dalam pemberian perawatan dan
dukungan kepada lansia. Kebanyakan lansia memiliki waktu yang terbatas untuk berhubungan dengn
anaknya. Masalah perilaku pada lansia kemungkinan hasil dari ketiakmampuan keluarga untuk
menerima kehilangan dan peningkatan kemandirian pada anggota keluarga yang sudah dewasa.

http://nutrisijiwa.blogspot.com/2008/04/keperawatan-jiwa-pada-lansia.html

Anda mungkin juga menyukai