Anda di halaman 1dari 9

BAB IV

PERS

Kompetensi dasar:
Setelah memperoleh materi ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami dan
kemudian menjelaskan kembali tentang definisi wartawan, tugas dan resiko
profesi wartawan, maksud penghargaan wartawan dan moralitas wartawan

Pendahuluan
Siapa pun para penulis dan jurnalis, terlebih lagi para penulis dan jurnalis
pemual, dituntut untuk dapat mengenali dan lebih jauh memahami tentang pers.
Hanya dengan begitu kita akan menuai sukses. Seperti pameo dalam dunia
militer, kenali senjata dan musuhmu sebelum kamu berperang. Bab ini akan
mengajak kita untuk mengenali lebih jauh berbagai topik penting yangberkaitan
dengan pers.

4.1 Pengertian Pers


Istilah pers sebenarnya berasal dari bahasa Belanda yang artinya menekan
atau mengepres. Kata pers ini merupakan padanan dari kata press dalam bahasa
Inggris yang juga berarti menekan atau mengepres. Secara harfiah pers atau press
mengacu pada pengertian komunikasi yang dilakukan dengan perantaraan barang
cetakan. Namun, sekarang kata pers atau press ini digunakan untuk merujuk
semua kegiatan jurnalistik, terutama kegiatan yang berhubungan dengan
menghimpun berita, baik oleh wartawan media elektronik maupun oleh wartawan
media cetak.
Secara umum pers mengandung dua arti, yakni secara luas dan secara
sempit. Pers dalam arti sempit yaitu menyangkut kegiatan komunikasi yang hanya

Etika Profesi; Menjadi Jurnalis Beretika 35


dilakukan dengan perantaraan barang cetakan. Sedangkan pers dalam arti kata
luas mengandung arti suatu lembaga kemasyarakatan yang menjalankan kegiatan
jurnalistik.
Secara Yuridis formal, seperti dinyatakan dalam pasal 1 ayat (a) UU
Pokok Pers No 40/1999, pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi
massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam
bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun
dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan
segala jenis saluran yang tersedia.
Dari pernyataan-pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa secara luas
pers merupakan lembaga kemasyarakatan yang kegiatannya melayani dan
mengatur kebutuhan hati nurani manusia selaku mahluk sosial dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam organisasinya, pers akan menyangkut segi-segi isi dan akibat
dari proses komunikasi yang melibatkannya.

4.2. Pers Yang Etis


Pers yang etis adalah pers yang memberikan informasi dan fakta yang
benar dari berbagai sumber sehingga khalayak pembaca dapat menilai sendiri
informasi tersebut. Kebebasan pers yang hadir sejak pemberlakuan UU No.
40/1999 tentang Pers memunculkan beragam reaksi dari comunitas pers dan
masyarakat. Bagi comunitas pers, kemerdekaan tersebut memberi jalan lapang
untuk membuat berita yang iritis dalam menyorot berbagai persoalan di
masyarakat. Redaksi pers bisa bekerja lebih bebas dan independen tanpa banyak
campur tangan pihak luar.
Di balik itu semua, muncul bermacam bentuk penyalahgunaan atas nama
kebebasan pers. Banyak perusahaan pers didirikan tanpa dukungan dana dan
sumber daya wartawan yang memadai. Lalu segala cara digunakan untuk

Etika Profesi; Menjadi Jurnalis Beretika 36


mempertahankan keberadaan perusahaan pers itu. Akibatnya terjadi banyak
pelanggaran terhadap kode etik jurnalistik serta pengedepanan kepentingan
golongan dan bisnis.
Berbagai penyalahgunaan atas nama kebebasan pers tersebut menjadi
dasar bagi sebagian masyarakat untuk menilai pers telah berbuat semena-mena.
Disinilah pentingnya berbicara tentang etika pers.
Etika Pers hakikatnya adalah etika dari semua orang yang terlibat dalam
kegiatan pers. Etika Pers:
1. Filsafat di bidang moral pers, yaitu bidang yang mengenai kewajiban-
kewajiban pers dan tentang apa yang merupakan pers yang baik dan pers
yang buruk, pers yang benar dan pers yang salah, pers yang tepat dan tidak
tepat waktu.
2. Ilmu atau studi tentang peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku
pers atau dengan kata lain, etika pers itu berbicara tentang apa yang
seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pers
itu.
3. Mempermasalahkan bagaimana seharusnya pers itu dilaksanakan agar
dapat memenuhi fungsinya dengan baik.
Berdasarkan aspek ini, kita dapat melihat betapa luasnya bidang etika pers.
Mulai dari pencarian berita, pengorganisasian data, sampai penulisan berita.
Kemudian persoalan siapa yang diwawancarai, pertanyaan-pertanyaan apa yang
akan diajukan, tema apa yang diambil, sudut mana yang dibidik, semata-mata
tidaklah sekadar persoalan teknis atau keahlian, tetapi juga persoalan etis.
Bila membahas etika pers atau etika profesi jurnalistik kita tidak akan bisa
lepas soal ”keharusan” yang melingkupi profesi jurnalis. Keharusan ini biasanya
dihubungkan dengan UU No. 40/1999 tentang pers dan juga kode etik jurnalistik
yang berlaku.

Etika Profesi; Menjadi Jurnalis Beretika 37


”Keharusan” ini dibahas dalam UU No 40/1999 Bab II, pasal 3 (fungsi pers),
pasal 4 (hak pers), pasal 5 (kewajiban pers), dan pasal 6 (peranan pers)

4.3. Fungsi dan Peranan Pers


• Fungsi Pers
Terdapat lima fungsi utama pers yang berlaku universal. Disebut universal,
karena kelima fungsi ini dapat ditemukan pada setiap negaradi dunia yang
menganut paham demokrasi, yakni:
1. Fungsi Informatif (to inform)
Fungsi pertama pers yang bertanggung jawab adalah fungsi informatif, yaitu
memberikan informasi, atau berita, kepada khalayak ramai dengan cara yang
teratur. Pers menghimpun berita yang dianggap berguna dan penting bagi
orang banyak kemudian menuliskannya dalam kata-kata. . Setiap informasi
yang disampaikan tentu harus memenuhi kriteria dasar suatu berita, yakni
aktual, akurat, factual, menarik atau penting, benar, lengkap-utuh, jelas-jernih,
jujur-adil, berimbang, relevan, bermanfaat, etis.
2. Fungsi mendidik (to educate)
Informasi yang disebarluaskan pers hendaknya dalam kerangka mendidik.
Fungsi sosial pers ini berarti pers harus mau dan mampu memerankan diri
sebagai guru bangsa. Pers setiap hari melaporkan berita, memberikan tinjauan
atau analisis atas berbagai peristiwa dan kecenderungan yang terjadi, serta
ikut berperan dalam mewarikan nilai-nilai luhur universal, nilai-nilai dasar
nasional, dan kandungan budaya lokal dari satu generasi ke generasi
berikutnya secara estafet.
3. Kontrol sosial (to influence)
Pers adalah pilar demokrasi keempat setelah legislatif, eksekutif, dan
yudikatif. Dalam kerangka ini, kehadiaran pers dimaksudkan untuk
mengawasi atau mengontrol kekuasaan legistlatif, eksekutif, dan yudikatif

Etika Profesi; Menjadi Jurnalis Beretika 38


agar kekuasaan mereka tidak menjadi korup dan absolut. Di negara-negara
yang menganut paham demokrasi, pers mengemban fungsi sebagai pengawas
pemerintah dan masyarakat (watchdog function). Pers juga harus bersikap
independent atau menjaga jarak yang sama terhadap semua kelompok dan
organisasi yang ada.
Salah satu fungsi pers yang dicantumkan dalam UU no 40/1999 tentang pers
adalah kontrol sosial. Fungsi kontrol sosial pers bisa dimaknai sebagai sikap
pers dalam melaksanakan fungsinya yang ditujukan terhadap perorangan atau
kelompok dengan maksud memperbaiki keadaan melalui tulisan yang
disalurkan secara langsung atau tidak langsung terhadap apartur pemerintahan
atau lembaga-lembaga masyarakat yang terkait sesuai dengan aturan hukum
yang berlaku
4. Rekreasi/Penghibur (to entertain)
Pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahan rekereasi yang
menyenangkan sekaligus yang menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.
Dalam hal ini, para wartawan menuturkan kisah-kisah dunia dengan hidup dan
menarik. Mereka menyajikan humor dan drama serta musik. Mereka
menceritakan kisah yang lucu untuk diketahui meskipun kisah itu tidak terlalu
penting.
5. Mediator (to mediate)
Mediator artinya penghubung, mediator atau fasilitator. Dengan fungsi
mediasi, pers mampu menghubungkan tempat yang satu dengan yang lain,
peristiwa yang satu dengan peristiwa yan lain, orang yang satu dengan
peristiwa yang lain, atau orang yang satu dengan orang yang lain pada saat
yang sama.
• Peranan Pers
Peran pers sangat bervariasi secara meluas di seluruh dunia. Peranan pers
Indonesia mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan sejarah negara dan

Etika Profesi; Menjadi Jurnalis Beretika 39


sistem politik yang berlaku pada setiap periode. Namun dalam segalah perubahan
dan perkembangan itu, pers Indonesia memiliki karakter yang konstan, yaitu
komitemen sosial politik yang sangat kuat
Menurut Pasal 6 UU No 40/1999, Pers Nasional melaksanakan peranan
sebagai berikut:
a. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui
b. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi
hukum, dan Hak Asasi Manusia, serta menghormati kebhinekaan.
c. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat,
dan benar.
d. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang
berkaitan dengan kepentingan umum.
e. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran.
Peranan per Indonesia mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan
sejarah negara dalam sistem politik yang berlaku pada setiap periode. Namun,
dalam segala perubahan dan perkembangan itu, pers Indonesia memiliki karakter
yang konstan, yaitu komitmen sosial politik yang kuat. Pers Indonesia sepanjang
sejrahnya, tidak pernah sekadar berisi berita-berita ringan yang misalnya, hanya
melaporkan kejadian di bidang kriminal, seks, sensasi, dan kejadian-kejadian
besar lainnya yang termasuk kategori spot news. Tema yang lebih menonjol
adalah berita dan analisis yang menyangkut kehidupan sosial, politik, ekonomi,
dan budaya. Pada umumnya, pers Indonesia termasuk kategori serius, hampir
tidak ada yang dimasukkan dalam kategori yellow paper. Kendati pun, penerbitan
koran jenis itu ada juga, namun tidak pernah merupakan yang representatif.
Peranan Pers dalam demokrasi modern, seperti di Amerika Serikat, Inggris,
Eropa, Kanada, dan Australia dilukiskan dengan baik di bawah apa yang
diistilahkan teori tanggung jawab sosial pers. Salah satu fungsi yang kontroversial
yang dilakukan pers di bawah model tanggung jawab sosial adalah bertindak

Etika Profesi; Menjadi Jurnalis Beretika 40


sebagai watchdog (anjing penjaga) terhadap pemerintah. Belakangan ini, pers
telah melaksanakan fungsi tersebut untuk menjadi watchdog terhadap kelompok
bisnis besar, juga lembaga.

4.3. Eksistensi Pers Sebagai Institusi Sosial


Eksistensi pers Indonesia dapat dilihat melalui dua jalan:
(1) dari tindakan profesional dan hasil kerja pelaku profesi yang menjalankan
kegiatan jurnalisme.
(2) sebagai institusi sosial.
Karena itu, setiap kali membicarakan keberadaan pers, kita dapat memilahnya
dalam dua tingkat. Tingkat pertama berupa tindakan personal yang memiliki
kaidah profesional. , yang hasilnya berupa penampilan (performance) media pers.
Manakala penampilan ini memiliki makna sosial, barulah kita memasuki tingkat
kedua, yaitu institusi sosial. Seluruh tindakan profesional menjadi dasar untuk
hadirnya media pers sebagai institusi sosial atau lembaga masyarakat.
Pers sebagai media komunikasi massa merupakan subsistem
kemasyarakatan dari sistem kemasyarakatan yang kompleks. Itulah sebabnya,
pertautan pelbagai komponen yang terlibat dalam misi pers semakin kompleks.
Pertama, pers sebagai lembaga dan media. Lembaga pers banyak pertautannya
dengan komponen lain seperti UUD 1945, UU Pokok Pers, perpajakan,
perburuhan, dan pembiayaan. Kedua, komunikator, yakni wartawan atau semua
orang yang terlibat dalam penerbitan pers seperti orang yang mengelola berita.
Ketiga, pesan yang disiarkan pers. Komponen ini dipandang cukup kompleks
disebabkan ia harus mengandung nilai yang mampu membangkitkan perhatian
dan memenuhi kepentingan khalayak pembaca.

Etika Profesi; Menjadi Jurnalis Beretika 41


Sebagai subsistem dari sistem kehidupan masyarakat, eksistensi pers
dalam statu masyarakat justru untuk memenuhi hajat masyarakat tersebut guna
memperoleh informasi secara terus menerus mengenai pelbagai peristiwa, baik
besar maupun kecil, yang terjadi. Karena itulah pers sebagai lembaga
kemasyarakatan atau instituís social “tidak mempunyai kehidupan mandiri,
melaikan dipengaruhi oleh lembaga kemasyarakatan lainnya dan hidup dalam
keterikatan unit organisasi, yaitu masyarakat tempat pers beroperasi. Cara
kerjanya, muatan, atau siarannya, tujuan serta cara melakukan social control.
Pendek kata, segal sasaran serta aktivitasnya bergantung pada falsafah yang
dianut masyarakatnya. (Wonohito dalam Sobur,2001:168)
Sayangnya, kita masih sulit bicara pers Indonesia sebagai suatu lembaga.
Menurut Rosihan Anwar, penyebab kita belum dapat sepenuhnya berbicara
tentang pers sebagai suatu lembaga adalah karena pers pada tahun-tahun
belakangan ini lebih banyak berorientasi ke atas, ke arah pemerintah daripada
berorientasi ke bawah, kepada rakyat (graasroot class).
Secara umum, para pengamat pers Indonesia juga melihat adanya masalah
yang dihadapi pers Indonesia dari segi kelembagaan. Hal yang Sangay terasa kini
hádala bahwa lembaga-lembaga pes mempunyai peranan yang bersifat “dualistis”.
Di satu pihak aspirasinya berorientasi kepada upaya memelihara komunikasi
manusia, yaitu harus ada kebebasan dan tanggung jawab yang diatur oleh undang-
undang serta kode etik profesi kewartawanan ; di lain pihak, lembaga-lembaga
pers harus tunduk kepada norma-norma komunikasi yang bersumber dari nilai-
nilai tradicional bangsa kita.
Terlepas dari persoalan itu, pers sebagai salah satu unsur media massa
yang hadir di tengah-tengah masyarakat, demi kepentingan umum harus sanggup
hidup bersama-sama dan berdampingan dengan lembaga-lembaga masyarakat
lainnya dalam suasana keserasian dan kebersamaan. Selain itu, dalam negara yang

Etika Profesi; Menjadi Jurnalis Beretika 42


sedang membangun, pers harus mampu membangun dirinya untuk dapat berperan
dan melaksanakan fungsinya bagi perkembangan masyarakat dan pembangunan.

Penutup
1. Jelaskan pengertian pers!
2. Jelaskan kriteria pers yang etis!
3. Jelaskan fungsi dan peranan pers
4. Jelaskan mengenai eksistensi pers sebagai institusi sosial!

Etika Profesi; Menjadi Jurnalis Beretika 43

Anda mungkin juga menyukai