Anda di halaman 1dari 70

PERBEDAAN TEKANAN DARAH SEBELUM DAN SESUDAH

TERPAPAR TEKANAN PANAS PADA PEKERJA BAGIAN


MOULDING PERUM PERHUTANI UNIT I
JAWA TENGAH SEMARANG
TAHUN 2007

SKRIPSI
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Pada Universitas Negeri Semarang

Oleh :
Edi Subagiyo
NIM. 6450403205

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
2007
ii

ABSTRAK

Edi Subagiyo.2007. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah


Terpapar Tekanan Panas pada Pekerja Bagian Moulding Perum
Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang. Skripsi. Jurusan Ilmu
Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri
Semarang.
Pembimbing:1.Drs. Herry Koesyanto, MS, II. Widya Harry Cahyati, SKM.M.Kes.
Kata Kunci : Tekanan Darah, Tekanan Panas, Tenaga Kerja Bagian Moulding.

Berdasarkan survei pendahuluan didapatkan keluhan subyektib dari 20


pekerja ruangan bagian Moulding bahwa 15 orang responden (75%) merasakan
panas pada saat bekerja, 16 orang (80%) responden merasakan cepat merasa haus
saat bekerja, dan 14 orang (70%) responden merasakan gangguan konsentrasi
menurun pada saat bekerja. Lingkungan panas berasal dari atap dan mesin proses
produksi, dengan kondisi seperti ini sangat membahayakan kesehatan tenaga
kerja. Iklim kerja yang melebihi 26,70C tidak hanya menggangu produktivitas
tetapi membahayakan kesehatan pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan tekanan darah tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar
tekanan panas bagian Moulding Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang
dan mengetahui bahawa tekanan darah sesudah terpapar tekanan panas pada
bagian Moulding Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang.
Jenis Penelitian Yang digunakan adalah explanatory dan metode yang
digunakan adalah cros sectional. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 46
orang dan sampel yang diambil adalah 31orang diperoleh dengan teknik restriksi.
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah Questemp,
Sphigmomanometer, Stetoskop, kuesioner, dan lembar pencatatan data. Data
penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh
melalui pengukuran tekanan darah dan pengukuran tekanan panas, selain itu dari
observasi dan wawancara. Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen
perusahaan yang terkait. Analisa statistik menggunakan uji Wilcoxon Match Pair
Test. Dari hasil penelitian menunjukkan rata-rata tekanan panas dengan ISBB
adalah 29,590C. Berdasarkan hasil uji statistik untuk tekanan darah arteri rata-rata
sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas didapatkan hasil nilai p = 0,025
dimana (p<0,05). Sedangkan untuk tekanan darah sistolik sebelum dan sesudah
terpapar tekanan panas didapatkan p= 0,02 dimana (p<0,05) dan tekanan darah
diastolik p= 0,297 dimana (p>0,05).
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan ada perbedaan
tekanan darah sistole dan tekanan darah arteri rata-rata pada pekerja sebelum dan
sesudah terpapar tekanan panas, dan tekanan darah sesudah terpapar tekanan
panas cenderung menurun dari pada sebelum terpapar tekanan panas, sedangkan
tekanan darah diastole tidak ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah
terpapar tekanan panas pada pekerja bagian Moulding Perum Perhutani Unit I
Jawa Tengah Semarang. Saran yang dapat diajukan pada pihak perusahaan adalah
lebih memperhatikan ruangan kerja bagian moulding dan bagi tenaga kerja
diwajibkan mengkonsumsi air minimal 5 gelas selama bekerja.
iii

ABSTRACT

Edi Subagiyo. 2007. Difference of blood presure before and afer hot presure
signed on Molding Workers of Perum Perhutani Unit I Central Java.Final
Prpject. Healthy society major, Physic Faculty , Semarang Stated University.
Tentors: 1. Drs. Herry Koesyanto, MS, II. Widya Harry Cahyati, SKM. M.Kes.
Clues: Flood Presure, Hot Presure, Moulding worker.

According to forword survei was found subjektive complain from 20


worker of molding room that is responden people (75%) fell hot when were
working, 16 responden people ( 80%) fell thisty fast when were working, and 14
responden people (70%) felt low concentration when were working. Hot
environment come from roof and production proces machine, by this condition it
dangers workers helthy. Work climate was more ever 26,70C that was only
distrubt productivity but also endangered worker healthy. This observation meant
to know differen of flood presure before and after hot presure signed on Molding
of Perum Perhutani Unit I semarang Central Java.and know that presure after hot
presure signed on Moulding Perum Perhutani Unit I Semarang Central Java.
Kind of observation use was explanatory and methode used was cros
sectional. Population number in this observation was 46 people and sample used
was 31 people were gotten from restiction. Instrument used in this observation
awere Questemp, Sphigmomanomater, Stetoskop, Kuesioner, and data note paper.
Data of this observation were gotten from prime data and secondary data. Prime
data were gotten by measuring flood presure and hot presure, beside that were
from abservation and enterview. While secondary data were gotten from
corporation documents. Staistic analysis used Wilcoxon Match Pair Test.From
this observation showed hot presire average by ISBB 29,590C. Statistic analisis
used statistic exam for average artery flood presure before and after hot presure
signed was gotten that P=0.025 where (P<0,05). While sistolic flood presure
before and after hot presure signed was gotten that P=0,02 where (P<0,05) and
diastolic flood presure was P=0,297 where (P>0,05).
From this observation and explanation can be conclud that there is
difference betwen sistole flood presure and average artery flood presure on
workers before and after hot presure signed and hod presure after being signed the
hot incline to go down.Than before being signed, while there is not difference
betwen flood presure before and after hot presure signed on moulding worker of
Brumbung wood process indutry Perum Perhutani Unit I Semarang Central Java.
Suggestion that can be given to corporation is thay should give more atention to
Moulding workers room and for workers is it is a must for them to consume water
at least 5 glases when are working
iv

HALAMAN PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu


Kesehatan Masyarakat fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Pada hari : Senin


Tanggal : 20 Agustus 2007

Panitia Ujian

Ketua Panitia Sekretaris,

Drs.Sutardji, MS dr. Oktia Woro KH, M.Kes


NIP.130 523 506 NIP. 131 695 159

Dewan Penguji,

1.Dra.ER. Rustiana, M.Si (Ketua)


NIP.131 472 346

2.Drs.Herry Koesyanto, MS ( Anggota)


NIP. 131 695 459

3.Widya Hary Cahyati, SKM.M.Kes ( Anggota)


NIP. 132 308 386
v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. “Tidak ada kata yang lebih kita takuti selain ketakutan itu sendiri”

(Franklin D.Roselvelt)

2. “Berpikirlah seperti orang yang bijaksana, namun berkomunikasilah dengan

bahasa rakyat” (William Butler Yeats)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini dipersembahkan kepada:

1. Bapak dan Ibu , “ Semoga aku menjadi

kebanggaanmu ”

2. Teman-temanku yang ada di rumah

3. Almamater
vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas pada

Pekerja Bagian Moulding Unit I Jawa Tengah Semarang’’.

Dalam penyelesaian skripsi ini, penulis telah banyak menerima arahan dan

bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu penulis mengucapkan terimakasih

kepada:

1. Atas nama Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang,

pembantu dekan Bidang Akademik, Bapak Khomsin, M.Pd atas ijin penelitian

yang diberikan.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan,

Universitas Negeri Semarang Ibu dr. Oktia Woro KH, M.Kes atas ijin

penelitian yang telah diberikan.

3. Sekretaris Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan

Universitas Negeri Semarang dan Pembimbing I Bapak Drs. Herry

Koesyanto, M.S yang telah memberikan arahan dan masukan selama

penyusunan skripsi ini.

4. Dosen Pembimbing II Ibu Widya Hary Cahyati, SKM. M. Kes yang telah

memberikan arahan dan masukan selama penyusunan skripsi ini.

5. Atas nama Kepala Biro SDM dan Umum Perum Perhutani Unit I jawa

Tengah Semarang, Bapak Ir. Bambang Budiarto yang telah memberikan ijin
vii

penelitian serta seluruh staf dan tenaga kerja bagian Moulding yang telah

menjadi responden dalam penelitian ini.

6. Bapak dan Ibu yang telah memberikan do’a restu, bimbingan, dan bantuan

baik material maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan

pendidikan dan skripsi ini.

7. Ibu Ulfa, SKM. M.Kes yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama

penyusunan skripsi

8. Bapak Sungatno yang telah membantu membuat surat ijin dalam penelitian,

sehingga skripsi ini dapat selesai.

9. Teman-temanku Noor Diansyah , Oki Hadi, Rini, dan lain-lain, terima kasih

atas bantuan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai.

10. Kakakku Ika Kurniasari SKM, yang telah memberikan semangat dan motivasi

selama penyusunan skripsi.

11. Yang membuat semangat dalam penyusunan skripsi, Suryani Mahasiswa

Fakultas Ekonomi angkatan 2003, sehingga skripsi ini dapat selesai.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas

segala bantuan yang telah diberikan.

Semarang, Juni 2007

Penulis
viii

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
ABSTRAK ..................................................................................................... ii
PENGESAHAN ............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR ................................................................................... vi
DAFTAR ISI.................................................................................................. viii
DAFTAR TABEL.......................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... . 1
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 4
1.4 Manfaat Hasil Penelitan ............................................................ 4
1.5 Keaslian Penelitian .................................................................... 5
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ......................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 7


2.1 Landasan Teori .......................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Tekanan Panas ..................................................... 7
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Panas ............... 7
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertukaran Panas ........... 8
2.1.4 Kesetimbangan Panas ............................................................ 10
2.1.5 Suhu Tubuh Manusia ............................................................. 11
2.1.6 Mekanisme Tubuh dalam Menghadapi Panas ....................... 12
2.1.7 Standar Iklim Kerja................................................................ 12
2.1.8 Pengukuran Tekanan Panas ................................................... 13
2.1.9 Efek Panans pada Manusia .................................................... 13
2.1.10 Gangguan Akibat Tekanan Panas ........................................ 14
2.1.11 Tekanan Darah ..................................................................... 15
ix

2.1.11.1 Nilai Tekanan Darah Normal............................................ 16


2.1.11.2 Metode Pengukuran Tekanan Darah................................. 16
2.1.11.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah ......... 17
2.1.11.4 Aliran Darah...................................................................... 19
2.1.11.5 Pengaruh Tekanan Panas terhadap Tekanan darah ........... 20
2.2 Kerangka Teori ......................................................................... 22
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...................................................... 23
3.1 Kerangka Konsep...................................................................... 23
3.2 Hipotesis Penelitian .................................................................. 24
3.3 Definisi Operasional ................................................................. 24
3.3.1 Variabel Penelitian................................................................. 24
3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian ................................................ 25
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 25
3.6 Instrumen Penelitian ................................................................. 26
3.7 Teknik Pengumpulan Data........................................................ 28
3.8 Teknik Analisa Data ................................................................. 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 31
4.1 Gambaran Umum Perusahaan................................................... 31
4.2 Visi dan Misi Perusahaan.......................................................... 31
4.3 Wilayah Kerja ........................................................................... 32
4.4 Pemungutan Hasil Hutan .......................................................... 32
4.5 Karakteristik Responden ........................................................... 32
4.6 Umur Responden ...................................................................... 33
4.7 Keluhan Responden .................................................................. 34
4.7.1 Keluhan Responden Akibat Tekanan Panas .......................... 34
4.7.2 Keluhan Responden Cepat Merasa Haus............................... 34
4.7.3 Keluhan Pening atau Pusing Akibat Tekanan Panas ............. 35
4.7.4 Keluhan Cepat Merasa Lelah................................................. 36
4.7.5 Keluhan Gangguan Konsentrasi Menurun............................. 37
4.7.6 Keluhan Pegal ........................................................................ 38
4.7.7 Sering Minum Air Putih ........................................................ 39
x

4.8 Hasil Penelitian ......................................................................... 40


4.8.1 Data Pengukuran Tekanan Panas........................................... 40
4.8.2 Hasil Pengukuran Tekanan Darah ......................................... 41
4.8.2.1 Hasil Perubahan Tekanan Darah Sisitolik dan Diastolik .... 43
4.8.2.2 Hasil Perubahan Tekanan Darah Arteri Rata-Rata ............. 44
4.9 Pembahasan............................................................................... 47
4.9.1 Analisa Karakteristik Responden........................................... 47
4.9.2 Analisa Keluhan Subyektif Responden ................................. 48
4.9.3 AnalisaTekanan Panas di Tempat Kerja ................................ 49
4.9.4 Analisa Perbedaan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah
Terpapar Tekanan Panas........................................................ 50
4.9.5 Analisa Tekanan Darah Sesudah Terpapar
Tekanan Panas Cenderung Menurun..................................... 52
4.9.6 Kelemahan Penelitian ............................................................ 53
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 54
5.1 Simpulan ................................................................................... 55
5.2 Saran ......................................................................................... 56
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 57
LAMPIRAN-LAMPIRAN.............................................................................. 58
xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Keaslian Penelitian............................................................................... 5


Tabel 2 Matrik Perbedaan Penelitian ................................................................ 6
Tabel 3 Tingkat Pekerjaan dan Kalori .............................................................. 9
Tabel 4 Standar Iklim Kerja berdasarkan Surat Kepetusan
Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-/MEN/1999.................................
..............................................................................................................12
Tabel 5 Nilai Tekanan Darah Normal...............................................................
.........................................................................................................................16
Tabel 6 Definisi Operasional ............................................................................
.............................................................................................................................24
Tabel 7 Distribusi Frekuensi Menurut Umur Responden Bagian Moulding
Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang .................................
..............................................................................................................33
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Menurut Keluhan Merasa Panas pada
Responden Bagian Moulding Perum Perhutani
Unit I Jawa Tengah Semarang ............................................................
..............................................................................................................34
Tabel 9 Distribusi Frekuensi Keluhan Cepat Merasa Haus Saat Bekerja
pada Responden bagian Moulding Perum Perhutani
Unit I Jawa Tengah Semarang ............................................................. 35
Tabel 10 Distribusi Frekuensi Menurut Keluhan Pusing atau Pening atau
Sakit Kepala Selama Bekerja pada Responden Bagian Moulding
Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang. ................................ 36
Tabel 11 Distribusi Frekuensi Cepat Merasa Lelah pada Responden
Bagian Moulding Peum Perhutani Unit I
Jawa Tengah Semarang........................................................................
..............................................................................................................37
Tabel 12 Distribusi Frekuensi Gangguan Penurunan Konsentrasi Saat
xii

Bekerja pada Responden Bagian Moulding Perum Perhutani Unit I


Jawa Tengah Semarang.......................................................................
..............................................................................................................38
Tabel 13 Distribusi Frekuensi Menurut Keluhan Pegal Selama Bekerja
pada Responden Bagian Moulding Perum Perhutani
Unit I Jawa Tengah Semarang ............................................................
..............................................................................................................39

Tabel 14 Distribusi Frekuensi Menurut Sering Minum Saat Bekerja


pada Responden Bagian Moulding Perum Perhutani Unit I
Jawa Tengah Semarang.......................................................................
..............................................................................................................40
Tabel 15 Hasil Pengukuran Tekanan Panas ........................................................
..............................................................................................................41
Tabel 16 Hasil Pengukuran Tekanan Darah Tenaga Kerja Antara
Sebelum Terpapar Tekanan Panas Dan Sesudah Terpapar
Tekanan Panas Bagian Moulding PerumPerhutani
Unit I Jawa Tengah Semarang. ...........................................................
42
Tabel 17 Distribusi Frekuensi Perubahan Tekanan Darah Antara Sebelum
Dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas pada Bagian Moulding
Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang ................................
43
Tabel 18 Hasil Pengukuran Tekanan Darah Arteri Rata-Rata Responden
Antara Sebelum dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas pada Pekerja
Bagian Moulding g Perum Perhutani
Unit I Jawa Tengah Semarang .......................................................... 45
Tabel 19 Distribusi Frekuensi Perubahan Tekanan Darah Arteri Rata-Rata
Tenaga Kerja Antara Sebelum dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas
Bagian Moulding Unit I Jawa Tengah Semarang ...............................46
xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Teori................................................................................. 22


Gambar 2 Kerangka Konsep ............................................................................. 23
Gambar 3 Distribusi Frekuensi Umur Responden ........................................... 33
Gambar 4 Distribusi Frekuensi Keluhan Responden Akibat Tekanan
Panas ................................................................................................ 34
Gamabr 5 Distribusi Frekuensi Keluhan Responden Cepat Merasa Haus........ 35
Gambar 6 Disribusi Frekuensi Keluhan Pusing/ pening pada Responden........ 36
Gambar 7 Disribusi Frekuensi Keluhan Cepat Merasa Lelah........................... 37
Gambar 8 Distribusi Frekuensi Gangguan Konsentrasi Menurun .................... 38
Gambar 9 Distribusi Frekuensi Keluhan Cepat Merasa Pegal
pada Responden .............................................................................. 39
Gambar 10 Distribusi Frekuensi Sering Minum pada Responden...................... 40
xiv

DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Tugas Pembimbing Skripsi ................................................................... 58


2. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan .................................. 59
3. Surat Penelitian dari Perusahaan .................................................................... 60
4. Surat Keterangan Penelitian .......................................................................... 61
5. Data Pengukuran Tekanan Darah................................................................... 63
6. Indeks Masa Tubuh Responden ..................................................................... 65
7. Analisis Data Penelitian ................................................................................. 66
8. Kuesioner Penelitian....................................................................................... 69
9. Data Hasil Pengukuran Tekanan Panas.......................................................... 71
10.Dokumentasi Penelitian ................................................................................ 72
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi dapat mengakibatkan bergesernya tenaga manusia

untuk kemudian digantikan dengan mesin atau peralatan lainnya.

Kesehatan kerja merupakan aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat

kerja (perusahaan, pabrik, kantor dan sebagainya) dan yang menjadi kajian dari

kesehatan kerja ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan

tersebut. Di samping itu, dalam kaitannya dengan masyarakat di sekitar

perusahaan, kesehatan kerja juga mengupayakan agar perusahaan tersebut dapat

mencegah timbulnya penyakit-penyakit yang diakibatkan oleh limbah atau produk

perusahaan tersebut, sedangkan upaya promotif berpedoman bahwa dengan

meningkatnya kesehatan kerja, akan meningkatkan produktivitas kerja (Soekidjo

Notoatmodjo,1997: 175).

Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara,

kecepatan udara dan suhu radiasi (Suma’mur, 1996:84). Sedangkan lingkungan

kerja adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti

temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, gerakan

mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain (Sritomo Wignjosoebroto, 2003:83).

Jika kita perhatikan “kenyamanan suhu” suatu ruangan, selama dalam

batas kenyamanan maka tidak akan menjadi masalah, namun jika sudah berada di

luar batas kenyaman maka akan menjadi sebuah bahan yang menarik untuk

diteliti.

1
2

Ketidaknyamanan dapat menjadi sebuah gangguan atau bahkan akan

menimbulkan efek-efek psikologis ataupun salah satu nyeri fisiologis tergantung

pada level dari proses pertukaran panasnya. Ketidaknyamanan akan menyebabkan

perubahan fungsional pada organ yang bersesuaian pada tubuh manusia. Menurut

Grandjean (1986) kondisi panas sekeliling yang berlebihan akan mengakibatkan

rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan meningkatkan jumlah angka

kesalahan kerja (Eko Nurmiyanto, 2003: 278).

Lingkungan kerja dibedakan menjadi dua, yakni lingkungan fisik dan

lingkungan sosial, dan keduanya sangat berpengaruh terhadap kesehatan kerja,

lingkungan fisik mencakup pencahayaan, kebersihan, kebisingan dan kegaduhan

kondisi bangunan dan sebagainya.

Demikian pula efek cuaca kerja kepada daya kerja, efisiensi kerja sangat

dipengaruhi oleh cuaca kerja dalam daerah nikmat kerja, jadi tidak dingin dan

kepanasan. Suhu nikmat demikian sekitar 24-260 C bagi orang-orang Indonesia.

Suhu dingin mengurangi efisiensi dengan keluhan kaku atau kurangnya

koordinasi otot sedangkan suhu panas mengurangi kelincahan, memperpanjang

waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, mengganggu kecermatan kerja

otak, mengganggu koordinasi syaraf perasa dan motoris serta memudahkan untuk

dirangsang (Suma’mur, 1996: 88-89).

Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri

ketika darah tersebut dipompa dari jantung ke jaringan (Arison Hull.1986:18).

Tekanan darah sangat bervariasi tergantung pada keadaan, akan meningkat saat

aktivitas fisik, emosi, dan stres dan turun dalam tidur (Huwon Dkk.2002:57)
3

Semakin tinggi tekanan darah akan semakin besar resikonya dan jika tekanan

darah lebih dari 160/90 mmHg akan memiliki faktor resiko penyakit jantung.

Perum Perhutani merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di

bidang pengolahan kayu di mana terdapat mesin yang dapat menimbulkan panas.

Berdasarkan survei pendahuluan didapatkan keluhan subyektib dari 20 pekerja

ruangan bagian Moulding bahwa 15 orang responden (75%) merasakan panas

pada saat bekerja, 16 orang (80%) responden merasakan cepat merasa haus saat

bekerja, dan 14 orang (70%) responden merasakan gangguan konsentrasi menurun

pada saat bekerja. Lingkungan panas berasal dari atap dan mesin proses produksi,

dengan kondisi seperti ini sangat membahayakan kesehatan tenaga kerja.

Keadaaan yang seperti itu suhu ruangan Perum Perhutani Industri

Pengolahan Kayu Brumbung bagian Moulding diperkirakan mempengaruhi

tekanan darah pada tenaga kerja. Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah

maka perlu melakukan penelitian pada tenaga kerja bagian Molding Perum

Perhutani Unit I Jawa Tengah di Semarang.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian untuk melihat perbedaan tekanan darah sebelum dan

sesudah terpapar tekanan panas pada pekerja bagian Moulding Perum Perhutani

Unit I Jawa Tengah di Semarang.


4

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan Umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan

tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas pada pekerja bagian

Moulding Industri Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa

Tengah di Semarang.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Untuk mengetahui gambaran tentang tekanan panas di bagian Moulding

Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang tahun 2007

1.3.2.2 Untuk mengetahui gambaran tentang tekanan darah sebelum dan sesudah

terpapar tekanan panas pada pekerja bagian Moulding Unit I Jawa Tengah

Semarang tahun 2007

1.3.2.3 Untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah

terpapar tekanan panas pada pekerja bagian Moulding Perum Perhutani

Unit I Jawa Tengah Semarang tahun 2007

1.3.2.4 Untuk mengetahui keluhan subyektif pada pekerja kaitannya dengan

tekanan panas tahun 2007

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

1.4.1 Bagi Dinas Kesehatan

Sebagai informasi awal untuk pemantauan kesehatan dan keselamatan

kerja sektor informal yang berhubungan dengan tekanan panas terhadap tekanan

darah.
5

1.4.2 Bagi Pekerja

Diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam kaitannya dengan

lingkungan kerja serta tindakan pengendalian, sehingga dapat meningkatkan

efisiensi kerja, produktivitas dan derajat kesehatan tenaga kerja secara optimal.

1.4.3 Bagi Peneliti

Mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar

tekanan panas pada pekerja bagian Moulding Perum Perhutani Unit I Jawa

Tengah di Semarang.

1.4.4 Bagi Jurusan IKM

Dapat dijadikan bahan informasi sebagai data dasar dalam penelitian di

bidang kesehatan dan keselamatan kerja khususnya kejadian mengenai tekanan

panas dan tekanan darah.

1.5 Keaslian Penelitian

Tabel.1
Keaslian Penelitian
Tahun
Judul Nama Rancangan Variabel Hasil
No. &Tempat
Penelitian Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian
1. Perbedaan Sera Tahun Explanatory V.Bebas= Terdapat
tekanan Oktivi 2006 di Kebisingan perbedaan
darah yanita Pt.Sai V.Terikat= yang
tenaga Apprel Tekanan bermakna
kerja antara Industries darah antara
sebelum Semarang V.Penggan tekanan darah
dan ggu=umur, sistole
sesudah gaya sebelum dan
pemaparan hidup,fakt sesudah
kebisingan or terpapar
bagian psikologis, kebisingan
Sandblast masa kerja, dengan nilai
PT.Sai kebisingan p=0.002 dan
Apparel ,status tekanan
Industries kesehatan, diastole
Semarang APD. dengan nilai
p=0,013
dimana
(p<0,05)
6

1.6 Matrik Perbedaan Penelitian

Tabel . 2
Matrik Perbedaan Penelitian

No Perbedaan Sera Oktiviyanita Edi Subagiyo

1 Judul Perbedaan tekanan darah tenaga Perbedaan tekanan darah


kerja antara sebelum dan sesudah sebelum dan sesudah
pemaparan kebisingan bagian terpapar tekanan panas
Sandblast PT.SAI APPAREL pada pakerja bagian
Industries semarang tahun 2006 Moulding Perum Perhutani
Unit I Jawa Tengah
Semarang tahun 2007
2 Tahun dan Tahun 2006 di PT. Apparel Tahun 2007 di Perum
Tempat Industries Semarang Perhutani Unit I jawa
penelitian Tengah Semarang
3 Rancangan Explanatory dengan pendekatan Explanatory dengan
Penelitian crosectional pendekatan crosectional
4 Variabel Variabel Bebas : Kebisisngan Variabel Bebas :tekanan
Penelitian Variabel Terikat: tekanan darah panas
Variabel Pengganggu: umur, gaya Variabel Terikat :
hidup, faktor psikologis, masa tekanan darah
kerja, kebisingan,status kesehatan, Variabel penggangu :
APD. umur, riwayat penyakit,
status gizi, minum obat,
kafein, alkohol, merokok

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

1.7.1 Ruang lingkup tempat


Penelitian ini dilaksanakan di Industri Pengolahan Kayu Brumbung bagian
Moulding Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah di Semarang.
1.7.2 Ruang lingkup waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2007.
1.7.3 Ruang lingkup materi

Penelitian ini hanya mencakup bidang kesehatan dan keselamatan kerja.


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian tekanan panas

Cuaca kerja adalah kombinasi dari suhu udara, kelembaban udara,

kecepatan gerakan dan suhu radiasi (Suma’mur, 1996: 84). Sedangkan lingkungan

kerja adalah semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja seperti

temperatur, kelembaban udara, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, gerakan

mekanis, bau-bauan, warna dan lain-lain (Sritomo Wignjosoebroto, 2003: 83).

Kombinasi suhu udara, kelembapan udara, kecepatan gerakan dan suhu radiasi

disebut tekanan panas (Suma’mur, 1996: 84).

2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan panas

2.1.2.1 “Indor climate”

Menurut Grandjean (1986) adalah suatu kondisi fisik sekeliling dimana

kita melakukan sesuatu aktifitas tertentu yang meliputi hal-hal sebagai berikut:

temperatur udara, temperatur permukaan sekeliling, kelembaban udara dan aliran

perpindahan udara (Eko Nurmianto.1996:271)

2.1.2.2. Aklimatisasi

WHO (1969) memberikan definisi aklimatisasi sebagai berikut:

aklimatisasi panas adalah istilah yang diberikan pada suatu keadaan penyesuaian

fisiologik yang terjadi pada seseorang yang biasanya hidup di iklim dingin,

kemudian berada di iklim panas (Depkes RI, 2003: MI-2.27).

7
8

Allan J. Ryan (1994) berpendapat bahwa aklimatisasi dapat dipertahankan

selama dua minggu, kemudian menghilang secara perlahan dalam beberapa bulan,

tergantung pada tiap individu. Tubuh dengan kondisi fisik yang baik dapat

mempertahankan periode aklimatisasi lebih lama (Depkes.2003:MI-29)

2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertukaran Panas

2.1.3.1 Konduksi

Konduksi adalah pertukaran panas diantara tubuh dan benda sekitar

dengan melalui sentuhan atau kontak. Konduksi dapat menghilangkan panas dari

tubuh apabila benda-benda di sekitar lebih dingin suhunya, dan menambah panas

kepada tubuh, manakala benda-benda sekitar lebih panas dari badan manusia.

2.1.3.2 Konveksi

Konveksi adalah pertukaran panas dari badan dengan lingkungan melalui

kontak udara dengan tubuh. Udara adalah penghantar panas yang kurang baik

tetapi dengan kontak dengan tubuh dapat terjadi pertukaran panas dengan tubuh

tergantung dari suhu udara dan kecepatan angin.

2.1.3.3 Radiasi

Radiasi memainkan peranan dalam pertukaran panas. Radiasi dapat

mengurangi atau menambah panas kepada tubuh manusia.


9

2.1.3.4 Penguapan

Manusia dapat berkeringat dengan penguapan di permukaan kulit atau

melalui paru-paru tubuh kehilangan panas untuk penguapan.

Untuk mempertahankan suhu tubuh maka,

M ± kond ± konv ± R-E = 0

M = Panas dari metabolisme

Kond = Pertukaran panas secara konduksi

Konv = Pertukaran panas secara konveksi

R = Panas radiasi

E = Panas oleh evaporasi

Menurut Suma’mur (1996:84) panas yang diakibatkan metabolisme sangat

tergantung dari kegiatan tubuh. Di bawah ini hubungan antara panas yang

dihasilkan oleh metabolisme dan kegiatan tubuh

British
Tingkat Pekerjaan Kegiatan Thermal Unit
(BTU)/Jam
Duduk,gerakan -gerakan kuat tangan
650-800
dan kaki
Berdiri, kerja ringan pada mesin atau
650-750
bongakar kadang-kadang jalan
Sedang Berdiri, kerja sedang pada mesin atau
750-1000
bongkar kadang-kadang jalan
Jalan-jalan, dengan mengangkat atau
1000-1400
mendorong beban yang sedang
beratnya
Berat Berat terus menerus 2000-2400
10

2.1.4 Kesetimbangan Panas

Pengaturan temperatur atau regulasi termal adalah suatu pengaturan secara

kompleks dari suatu proses fisiologis dimana terjadi kesetimbangan antara

produksi panas kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat di pertahankan secara

konstan.

2.1.5 Suhu Tubuh Manusia

Manusia adalah mahkluk yang hemotermal, dimana tubuh manusia

mempertahankan suhu tubuh walaupun suhu di sekitar berubah ubah. Suhu tubuh

normal rata-rata pada umumnya 37o C bila diukur peroral. Suhu optimal untuk

mempertahankan fungsi tubuh adalah 36,50C-390C di samping itu suhu tubuh

dipertahankan hampir menetap oleh sistem pengaturan suhu di mana suhu

menetap ini merupakan keseimbangan antara panas yang dibentuk oleh tubuh dan

lingkungan sekitarnya.

Pusat pengaturan suhu tubuh terletak pada hipotalamus mengatur suhu agar

tetap berkisar 370C. Keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas

menentukan besarnya suhu tubuh pada suhu lingkungan lebih panas dari suhu

netral maka metabolisme naik, akan tetapi kenaikan tersebut merupakan beban

bagi keseimbangan panas tubuh. Hal ini disebabkan karena terjadinya pengaktifan

mekanisme pengaturan suhu seperti frekuensi pernapasan pada kenaikan suhu

tubuh proses metabolisme lebih intensif.

Untuk mengetahui iklim kerja di suatu tempat kerja dilakukan pengukuran

besarnya tekanan panas (heat stress) salah satu caranya adalah mengukur indeks

suhu basah dan bola (ISBB):


11

- Untuk pekerjaan di luar gedung (ruang terbuka)

ISBB = 0,7 x suhu basah + suhu radiasi + 0,1 suhu kering

- Untuk pekerjaan di dalam gedung

ISBB = 0,7 x suhu basah + 0,3 x suhu radiasi

Hasil pengujian kemudian dibandingkan dengan standar. Standar iklim

kerja Indonesia ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Tenaga Kerja

Nomor: Kep-51/MEN/1999 (Sugeng Budiono, 2003: 38).

2.1.6 Mekanisme Tubuh dalam Menghadapi Panas

Menurut Sutarman, ada 3 cara tubuh dalam menghadapi panas:

1. Pengaturan peredaran darah

Keadaan udara lingkungan yang panas maka akan terjadi vasodilatasi

pembuluh darah tepi dan vasokontraksi pembuluh darah dalam tapi di

lingkungan dingin akan terjadi vasokontraksi pembuluh darah tepi dan

vasodilatasi pembuluh darah dalam.

2. Dengan memproduksi keringat dan mekanisme penguapan sehingga

menyebabkan penurunan suhu tubuh

3. Mengigil

Suhu udara yang dingin dengan menggigil akan menyebabkan

metabolisme dan produksi panas akan menurunkan laju metabolisme

tubuh.
12

2.1.7 Standar Iklim Kerja

Standar iklim di Indonesia ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan

Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999 yaitu

Tabel. 4
Standar Iklim Kerja berdasarkan Surat Kepetusan Menteri Tenaga Kerja
Nomor: Kep-/MEN/1999.
Pengukuran waktu kerja setiap
Indeks Suhu Basah&Bola (ISBB)0C
jam
Beban Kerja
Waktu kerja Waktu Istirahat
Ringan Sedang Berat
Beban kerja terus
menerus(8 jam/hr) - 30,0 26,7 25,0
75% 25% istirahat 28,0 28,0 25,9
50% 50% istirahat 29,4 29,4 27,9
25% 75% istirahat 37,2 31,1 30,0
(Sugeng Budiono, 2003:39).

2.1.8 Pengukuran Tekanan Panas

Pengukuran tekanan panas menggunakan “Questemp” yaitu suatu alat

digital untuk mengukur tekanan panas dengan parameter Indeks Suhu Basah dan

Bola (ISBB). Alat ini dapat mengukur suhu basah, suhu kering dan suhu radiasi.

Pengukuran tekanan panas di lingkungan kerja dilakukan dengan meletakkan alat

dengan ketinggian 1,2 m (3,3 kaki) bagi tenaga kerja yang berdiri dan 0,6 m (2

kaki) bila tenaga kerja duduk dalam melakukan pekerjaan. Pada saat pengukuran

reservoir (tandon) termometer suhu basah diisi dengan aquades dan waktu

adaptasi alat 10 menit.

2.1.9 Efek Panas pada Manusia

Suhu yang tinggi menyebabkan heat cramps, heat exchaustion dan heat

stroke.
13

2.1.9.1 Heat Cramps

Heat cramps terjadi sebagai akibat bertambahnya keringat yang

menyebabkan hilangnya garam natrium di dalam tubuh. Gejalanya antara lain:

kejang otot tubuh dan perut yang sangat sakit.

2.1.9.2 Heat Exchaustion

Heat exchaustion biasanya terjadi oleh karena cuaca yang sangat panas,

terutama mereka yang belum beraklimatisasi terhadap udara panas. Penderita

biasanya berkeringat sangat banyak, sedangkan suhu badan normal. Tekanan

darah menurun dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya. Si penderita akan

merasa lemah dan mungkin pingsan.

2.1.9.3 Heat Stroke

Karena pengaruh suhu panas yang sangat hebat, penderita kebanyakan


adalah laki-laki yang pekerjaannya berat dan bukan beraklimatisasi. Gejala-gejala
yang menonjol adalah suhu badan naik dan kulit kering dan panas
(Sugeng Budiono, 2003: 37).

2.1.10 Gangguan Akibat Tekanan Panas

Kelainan atau gangguan yang tampak secara klinis akibat gangguan

mekanisme pengatur suhu dibagi atas :

2.1.10.1 Millaria Rubra

Sering dijumpai di kalangan militer atau pekerja fisik lainnya yang tinggal

di daerah beriklim panas. Tampak adanya bintik papulovesikal kemerahan pada


14

kulit yang terasa nyeri bila kepanasan. Hal ini terjadi sering akibat sumbatan

kelenjar keringat dan terjadi relusi keringat disertai reaksi peradangan. Kelainan

ini dapat mengganggu tidur sehingga efisiensi fisiologis menurun dan

meningkatkan kelelahan komulatif. Keadaan ini merupakan faktor predisposisi

untuk terjadi kelainan yang lebih serius. Adanya kelainan kulit yang

mengakibatkan proses keringat dan evaporasi terhambat sehingga proses

penyesuaian tubuh terganggu. Keadaan ini memudahkan sengatan panas.

2.1.10.2 Kejang Panas

Dapat terjadi sebagai kelainan sendiri atau bersama dengan kelelahan

panas, kejang otot timbul secara mendadak terjadi setempat atau menyeluruh,

terutama pada otot-otot ekstrimitas dan abdomen. Penyebab utamanya adalah

karena defisiensi garam, kejang otot yang berat dalam udara.

2.1.10.3 Kelelahan Panas

Kelelahan panas timbul sebagai akibat kolaps sirkulasi darah perifer

karena dehidrasi dan defisiensi garam. Dalam usaha untuk menurunkan panas

aliran darah ke perifer bertambah, yang mengakibatkan pola produksi keringat

terhambat dan penimbunan darah perifer yang dipompa dari jantung ke organ-

organ lain tidak lancar sehingga timbul gangguan.

2.1.10.4 Sengatan Panas

Sengatan panas adalah suatu keadaan darurat mendekati dengan angka

kematian yang tinggi. Pada kelelahan panas mekanisme pengaturan suhu bekerja
15

berlebihan tetapi masih berfungsi sedangkan pada sengatan panas mekanisme

pengaturan suhu tubuh tidak berfungsi disertai pula dengan bertambahnya proses

evaporasi secara total.

2.1.11 Tekanan Darah

Darah termasuk golongan jaringan ikat dan merupakan media komunikasi

antar sel berbagai bagian tubuh dan dengan dunia luar (Jan Tambayong, 1999:96).

Tekanan darah adalah desakan darah terhadap dinding-dinding arteri ketika darah

tersebut dipompa dari jantung ke jaringan ( Alison Hull, 1986:18). Tekanan darah

sistolik adalah tekanan yang diturunkan sampai suatu titik dimana denyut dapat

dapat dirasakan. Sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan di atas arteri

brakialis perlahan-lahan dikurangi sampai bunyi jantung atau denyut arteri dengan

jelas dapat didengar dan titik dimana bunyi mulai menghilang.

Perbedaan tekanan antara sistole dan diastole disebut tekanan nadi dan

normalnya adalah 30-50 mmHg.

2.1.11.1 Nilai Tekanan Darah Normal ( dalam mmHg)

Tabel. 5
Nilai Tekanan Darah Normal.
No Usia Diastole Sistole
1 Pada masa bayi 50 70-90
2 Pada masa anak 60 80-100
3 Masa remaja 60 90-110
4 Dewasa muda 60-70 110-125
5 Umur lebih tua 80-90 130-150
(Evilyn, 1999:141-142).
16

2.1.11.2 Metode Pengukuran Tekanan Darah

2.1.11.2.1 Metode Auskultasi

Metode Auskultasi merupakan metode yang menggunakan suatu manset yang

dapat dipompa dihubungkan pada manometer air raksa (spigmomanomater)

kemudian dililitkan di sekitar lengan dan stetoskop diletakkan di atas arteri

brakialis pada siku, manset secara cepat dipompa sampai tekanan di dalamnya di

atas tekanan sistolik yang diharapkan dalam arteri brakialis. Arteri diokulasi oleh

manset, dan tidak ada suara terdengar oleh stetoskop. Kemudian tekanan dalam

manset diturunkan secara perlahan-lahan. Pada titik tekanan sistolik tepat

melampaui tekanan manset, semburan darah melewatinya pada tiap denyut

jantung, dan secara bersama terdengar dengan tiap denyut, bunyi detakan didengar

di bawah manset. Tekanan manset pada waktu bunyi pertama terdengar adalah

tekanan sistolik

2.1.11.2.2 Metode Palpasi

Metode palpasi merupakan metode yang mengunakan manset lengan dan

kemudian membiarkan tekanan turun dan tentukan tekanan pada saat denyut

radialis pertama kali teraba

2.1.11.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

Menurut Vita Health (2004:23) Tekanan darah normal itu sangat bervariasi

tergantung pada:

1. Aktivitas fisik
17

Aktivitas fisik dan kegiatan sehari-hari sangat mempengaruhi tekanan

darah

Semakin tinggi kegiatan fisik yang dilakukan tekanan darah semakin

meningkat.

2. Emosi

Perasaan takut, cemas, cenderung membuat tekanan darah meningkat.

3. Stres

Keadaan pikiran juga berpengaruh terhadap tekanan darah sewaktu

mengalami pengukuran.

4. Usia

Tekanan darah akan cenderung tinggi bersama dengan peningkatan

umur.

Sedangkan menurut Parsudi faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah:

1. Olah raga terutama yang menggunakan otot lengan.

2. Latihan kerja yang lama akan menurunkan tekanan sistolik yang

progresif sehingga mudah lelah.

3. Umur. Semakin tua tekanan sistolik semakin tinggi biasanya di

hubungkan dengan timbulnya arteiosklerosis kira-kira sepersepuluh

dan orang tua meningkat di atas 200 mmHg.

4. Seks. Pada wanita sebelum menopause 5-10 mmHg lebih rendah dari

pria seumurnya, tetapi setelah menopause tekanan darahnya tinggi.


18

5. Anemia berat akan menyebabkan viskositas darah turun 1-2,5 kali

viskositas normalnya 3 kali sehingga menyebabkan meningkatkan

beban kerja jantung yang akan menaikkan tekanan arteri.

6. Emosi, takut, cemas biasanya tekanan darahnya akan naik.

7. Penyakit ginjal, penyakit hipertensi akan menyebabkan suplai vaskuler

berkurang atau berkurangnya filtrasi glomerolus yang akan

menyebabkan hipertensi.

8. Pemakaian garam pada makanan. Respon individu terhadap pemakaian

garam sangat bervariasi, pembatasan garam sangat membantu dalam

mengontrol tekanan darah.

9. Merokok. Meskipun tidak terdapat hubungan merokok dalam

hipertensi namun merokok merupakan faktor risiko mayor terhadap

penyakit kardiovaskuler.

10. Minum alkohol. Mengkonsumsi alkohol secara berlebihan dapat

meningkatkan tekanan darah dan menyebabkan resistensi terhadap otot

anti hipertensi.

11. Kafein dapat meningkatkan tekanan darah secara akut namun secara

cepat ditoleransi oleh procesor effect.

12. Pemakaian obat-obatan tertentu seperti kontrasepsi oral dekongestan

hidung, obat anti flu dll karena jenis obat ini dapat meningkatkan

tekanan darah.
19

13. Faktor lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap tekanan darah

seperti suhu ruangan dan kebisingan karena dapat mempengaruhi

gangguan tidur dan efek syaraf otonom.

2.1.11.4 Aliran Darah

Aliran darah sangat berkorelasi dengan langsung dengan perbedaan

tekanan darah antara dua titik dalam sirkulasi, jika tahanan darah naik aliran darah

bertambah cepat dan bila tekanan darah turun aliran darah melambat sehingga

dapat dirumuskan:

Aliran darah (F)=Perbedaan tekanan darah (@P)


Tahanan perifer (R)
Di antara kedua faktor yang mempengaruhi aliran darah tahanan perifer

lebih penting, karena bila arterial melebar (tahanan periper turun) maka aliran

darah bertambah (Jan Tambayong, 1999:24). Tahanan aliran darah adalah tahanan

terhadap aliran dan sama dengan jumlah friksi yang dihadapi darah selama

beredar melalui pembuluh.

Menurut J.F. Gabriel Ada tiga sumber penting terhadap tahanan aliran darah yaitu

1. Viskositas darah

Makin besar viskositas makin sukar molekul-molekul saling susup-

menyusup dan makin sukar mempertahankan dan menggerakkan

cairan.

2. Panjang pembuluh darah

Makin panjang pembuluh darah darah makin besar tahanan aliran

darah
20

3. Diameter pembuluh darah

Makin kecil pembuluh darah makin besar friksi karena relatif lebih

banyak cairan yang kontak dengan dinding pembuluh.

Kecepatan aliran darah tergantung pada ukuran palung dari pembuluh darah.

Darah dalam aorta bergerak cepat dalam arteri kecepatan berkurang dan sangat

lambat pada kapiler. Tekanan darah dapat diketahui ketika darah kembali

mencapai pembuluh vena yang lebih besar dekat dengan jantung. Faktor lain yang

membantu aliran darah ke jantung meliputi:

1. Gerakan otot rangka mengeluarkan tahanan di atas vena.

2. Gerakan yang dihasilkan pernapasan dengan naik turunnya diafragma

yang bekerja sebagai pompa hisapan yang dikeluarkan oleh atrium

yang kosong sewaktu diastole menarik darah dari vena dan tahanan

darah arterial mendorong darah maju ( Syaifudin, 1997:62-63).

2.1.11.5 Pengaruh tekanan panas terhadap tekanan darah

Pengaruh tekanan panas dapat dibagi tiga yaitu:

1. Fisik

Panas menyebabkan zat cair, padat, dan gas mengalami pemuaian segala

arah.

2. Kimia

Kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan peningkatan temperatur.

Hal ini terlihat pada reaksi oksidasi akan meningkat dengan peningkatan
21

suhu. Ini sesuai dengan hukum Van Hoff yang menyatakan bahwa

permeabilitas membran sel akan meningkat sesuai dengan peningkatan

suhu. Pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme seiring dengan

peningkatan pertukaran antara zat kimia tubuh dengan cairan tubuh.

3. Biologis

Pengaruh panas terhadap biologis merupakan sumasi dari efek panas

terhadap fisik dan kimia. Adanya peningkatan sel darah putih secara total

dan fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi (pelebaran)

pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi (peredaran)

darah serta peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 di dalam

darah akan meningkat sedangkan Ph darah akan mengalami penurunan (J.F.

Gabriel, 1988:130).

2.2 Kerangka Teori

Tekanan panas Karakteristik responden


(Suma;mur.1996:84)
. Umur
. Status gizi
. Lama kerja
. Aklimatisasi
(Depkes RI.2003.MI:29

Suhu tubuh naik


(J.F.Gabriel.1988:130)

Vasodilatasi Keluhan Subyektif


pembuluh darah . Panas
(Sutarman.1991) . Haus
. Cepat merasa
lelah
. Konsentrasi
Tahanan perifer menurun
(Jan . Kaki merasa pegal
Riwayat
22

Gambar 1
Kerangka teori
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Tekanan Panas Tekanan Darah

Variabel Bebas Variabel Terikat

. Umur
. Riwayat penyakit
. Status gizi
. Minum obat
. Kafein
. Merokok

Variabel Pengganggu

Gambar 2
Kerangka Konsep

3.2 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan uraian hubungan tekanan panas dengan

tekanan panas bagian moulding maka dapat diajukan hipotesis dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut :

“ada perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas pada

pekerja bagian Moulding Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah di Semarang.

23
24

3.3 Definisi Operasional


Tabel. 6
Definisi Operasional
Variabel Definisi Satuan Skala

Tekanan panas Merupakan cuaca kerja dari 0C interval


kombinasi suhu udara,
kelembaban udara, kecepatan
gerak angin, suhu radiasi yang
di hubungkan dengan produksi
panas oleh tubuh diukur dengan
menggunakan Questemp.
Tekanan Darah Tekanan darah sistole dan mmHg Rasio
tekanan darah diastole sebelum
dan sesudah terpapar tekanan
panas pada bagian Mouding
Perum Perhutani Unit I Jawa
Tengah di Semarang dengan
menggunakan tensi meter dan
stetoskop.

3.3.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu yang dijadikan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang

dimiliki oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu

(Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 70).

3.3.1.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah tekanan panas.

3.3.1.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah

3.3.1.3 Variabel Pengganggu

Yang bertindak sebagai variabel pengganggu dalam penelitian ini adalah:

. Umur dikendalikan dengan memilih responden yang berusia < 50

tahun.

. Status gizi dikendalikan dengan memilih responden yang mempunyai

status gizi normal.

. Minum obat dikendalikan dengan memilih responden yang tidak

minum obat.
25

. Kafein dikendalikan dengan memilih responden yang tidak dalam

keadaan mengkonsumsi kafein.

. Merokok dikendalikan dengan memilih responden yang tidak merokok.

. Riwayat penyakit dikendalikan dengan memilih responden yang berada

dalam keadaan sehat, tidak menderita penyakit hipertensi, jantung dan

diabetes.

3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian

3.4.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode survai

analitik yang menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu suatu pendekatan

untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan etik

dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu

saat ( Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 145).

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian atau obyek yang diteliti

(Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 45). Dalam penelitian ini yang menjadi populasi

penelitian adalah seluruh pekerja bagian Moulding Perum Perhutani Unit I Jawa

Tengah di Semarang yang berjumlah 46 pekerja.

3.5.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan retriksi yang memenuhi syarat–

syarat karakteristik menjadi sampel. Adapun syarat-syarat tersebut adalah:

1. Umur : < 50 tahun

2. Status kesehatan : tidak sakit


26

3. Status gizi : normal

4. Kafein : tidak mengkonsumsi kafein

5. Rokok : responden yang tidak merokok

6. Riwayat penyakit : Tidak menderita penyakit hipertensi,

jantung dan diabetes. Jumlah sampel yang memenuhi kriteri retriksi

31 orang

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah alat untuk memperoleh data dari suatu

penelitian. Instrumen penelitian ini meliputi:

3.6.1 Questemp

Questemp digunakan untuk mengukur tekanan panas. Alat ini dapat

mengukur suhu basah, suhu kering dan suhu radiasi. Adapun cara penggunaannya

adalah:

1. Tekan tombol power

2. Tekan tombol 0C atau F untuk menentukan suhu yang digunakan

3. Tekan tombol globe untuk menentukan suhu bola

4. Tekan tombol dry bulb untuk mendapatkan suhu bola kering

5. Tekan tombol wet bulb untuk mendapatkan suhu bola basah

6. Tekan tombol Wet Bulb Globe Thermometer ( WBGT) untuk mendapatkan

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)

7. Catat hasil yang dibaca pada display

8. Tekan tombol power untuk mematikan

9. Diamkan 10 menit setiap selesai menekan salah satu tombol untuk waktu

adaptasi
27

10. Hasil pengukuran dibandingkan dengan standar iklim

3.6.2 Lembar Hasil Pengukuran

Lembar hasil pengukuran berisi pencatatan data tekanan panas dan

tekanan darah.

3.6.3 Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mengetahui identitas responden yang meliputi

nama, kondisi kesehatan serta mengetahui keluhan subyektif pekerja.

3.6.4 Tensi meter air raksa dan stetoskop, digunakan untuk mengukur tekanan

darah. Cara kerjanya adalah:

1. Lengan atas dibalut dengan kantung karet yang dapat dikembangkan

serta dibungkus manset yang dihubungkan denan pompa manometer

air raksa.

2. Kemudian dipompa sehingga tekanan naik kira-kira 200 mmHg.

3. Tempelkan stetoskop pada arteri bronkialis dan menurunkan tekanan

titik dimana terdengar suatu ketukan pertama ( fase 1) yang disebut

dengan tekanan sistolik.

4. Menurunkan tekanan secara terus menerus dan secara berlahan

sehingga suara ketukan menghilang (fase II) yang disebut dengan

diastolik.

5. Catat hasil yang didapat.


6. Manset dibuka.
7. Dilakukan penghitungan tekanan darah arteri rata-rata dengan
menggunakan rumus TR=TD+1/3 (TS-TD)
Dimana:
28

TR: Tekanan darah arteri rata-rata satuan mmHg


TD: Tekanan diastolik satuan mmHg
TS : Tekanan sistolik satuan mmHg

3.7 Teknik Pengumpulan Data

3.7.1 Data Primer

Data primer diperoleh melalui pengukuran dan kuesioner. Data primer

dalam penelitian ini meliputi:

3.7.1.1 Data tentang pengukuran tekanan panas di bagian Moulding Perum

Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang tahun 2007

3.7.1.2 Data tentang pengukuran tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar

tekanan panas pada Pekerja bbagian Moulding Perum Perhutani Unit I

Jawa Tengah Semarang tahun 2007

3.7.1.3 Data tentang identitas responden, meliputi nama, umur, jenis kelamin dan

kondisi kesehatan

3.7.1.4 Data tentang keluhan subyektif pekerja bagian Moulding Unit I Jawa

Tengah Semarang tahun 2007

3.7.2 Data Sekunder

Diperoleh secara tidak langsung melalui pihak lain. Sebagai data sekunder

dalam penelitian ini adalah catatan pelaporan tentang kondisi fisik lingkungan

kerja dan jumlah tenaga kerja.


29

3.8 Teknik Analisa Data

Data mentah yang telah dikumpulkan kemudian dianalisa agar

membuahkan arti yang berguna dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini

( Moh. Nasir, 1999: 405).

Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Editting = untuk memeriksa kelengkapan data yang diperoleh melalui

kuesioner dan wawancara.

2. Koding = memberikan kode pada masing-masing jawaban untuk

mempermudah pengolahan data

3. Entri data = proses pemindahan data ke dalam media komputer agar

diperoleh data masukan yang siap diolah

4. Tabulasi = mengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian,

kemudian dimasukkan dalam tabel yang sudah disiapkan

Dalam analisis data akan diteliti seberapa besar tekanan panas dengan

tekanan darah. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan dua cara yaitu:

3.8.1 Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan prosentase

dari tiap variabel ( Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 188).

3.8.2 Analisi Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap 2 variabel yang diduga berkorelasi

( Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 188).


30

Data dalam penelitian ini adalah tekanan panas (interval) dan tekanan darah

( ratio )

Setelah data dikumpulkan maka dilakukan entri data ke dalam komputer yang

selanjutnya dianalisis dengan cara menghubungkan antara tekanan panas dengan

tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar panas dengan menggunakan t-test
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

Perum Perhutani adalah Badan Usaha Milik Negara yang diberi tugas untuk

menyelenggarakan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan prinsip perusahaan

dalam wilayah kerjanya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

4.2 Visi dan Misi Perusahaan

4.2.1 Visi

Mejadi pengelola hutan tropis terbaik di dunia.

4.2.2 Misi

1. Mengelola hutan tropis dengan prinsip pengelolaan hutan lestari

bersama masyarakat.

2. Meningkatkan produktivitas, kualitas dan nilai sumberdaya hutan.

3. Mengoptimalkan mafaat hasil kayu, non kayu dan jasa lingkungan serta

potensi lainnya, dalam rangka meningkatkan pendapatan dan

keuntungan perusahaan serta kesejahteraan masyarakat (sekitar hutan).

4. Membangun sumberdaya manusia perusahaan yang bersih, bewibawa

dan profesional.

5. Mendukung dan berperan serta dalam pembangunan wilayah dan

perekonomian nasional.

31
31
32

4.3 Wilayah Kerja

Wilayah kerja Perum Perhutani meliputi luas kawasan hutan di pulau Jawa

dan Madura kecuali hutan di DKI Jakarta, DI Yogyakarta dan Hutan Suaka Alam,

yang tebagi di unit I Jawa Tengah, Unit II Jawa Timur dan Unit III Jawa Barat.

4.4 Pemungutan Hasil Hutan

Dalam Kegiatan eksploitasi hutan, sistem padat karya lebih diutamakan.

Hasil hutan dapat berupa hasil hutan kayu dan non kayu. Jenis-jenis hasil hutan

kayu berupa : kayu pertukangan (baik jati maupun non jati), kayu bakar, kayu

gergajian. Sedangkan dari non kayu berbentuk godorukem, terpentin, minyak

kayu putih dan benang sutera.

4.5 Karakteristik Responden

Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah hasil wawancara

dengan menyebarkan kuisioner pada semua tenaga kerja bagian mouding Industri

Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang

yang berjenis kelamin laki-laki.

Karakteristik responden yang lain adalah seluruh responden dalam keadaan

sehat, dengan riwayat kesehatan responden tidak pernah menderita penyakit

hepertensi, diabetes melitius, jantung dan ginjal. Selain itu juga tidak mempunyai

kebiasaan merokok, tidak minum alkohol, tidak mengkonsumsi obat-obatan, umur

responden kurang dari 50 tahun dan memiliki Indek Masa Tubuh (IMT) Normal.
33

4.6 Umur Responden

Dari hasil wawancara terhadap 46 orang tenaga kerja bagian Moulding

Industri Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

Semarang didapatkan sampel sejumlah 31 orang responden yang memiliki kriteria

umur 34-49 tahun. Adapun perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6.
Distribusi Frekuensi Menurut Umur Responden Bagian Mouding IPK
Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang
Umur (tahun) Frekuensi (orang) Prosentase (%)
34-36 1 3,2
37-39 2 6,4
40-43 6 19,3
44-46 11 35,4
47-49 11 35,4
Jumlah 31 100

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa umur responden antara 34-36 tahun

sebanyak 1 orang (3%), umur 37-39 tahun sebanyak 2 orang (6%), umur 40-46

tahun sebanyak 11 orang (36%), dan umur 47-49 tahun sebanyak 11 orang (36%).

Umur Responden
34-36 Th 37-39Th
3% 6%
47-49Th 40-43Th
36% 19%

44-46 Th
36%

Gambar 3.
Umur Responden
34

4.7 Keluhan Responden

4.7.1 Keluhan Responden Akibat Tekanan Panas

Berdasar hasil tanggapan responden menunjukkan bahwa sebagian besar

terganggu akibat tekanan panas yang berasal dari atap ruangan kerja bagian

Moulding, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 7.
Distribusi Frekuensi Menurut Keluhan Merasa Panas pada Responden
Bagian Moulding IPK Brumbung PerumPerhutani Unit I Jawa Tengah
Semarang
Keluhan Panas Frekuensi Presentase (%)
Ya 25 81
Tidak 6 19
Jumlah 31 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 25 orang (81%) responden

merasakan panas pada ruangan kerja bagian Moulding, sedangkan 6 orang (19%)

responden tidak merasakan panas.

Keluhan Akiibat Tekanan Panas


Tidak
19%

Ya
81%

Gambar 4.
Keluhan Responden Akibat Tekanan Panas

4.7.2 Keluhan Responden Cepat Merasa Haus

Keluhan responden saat bekerja akibat tekanan panas terjadi pada

responden. Lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut.


35

Tabel 8.
Distribusi Frekuensi Keluhan Cepat Merasa Haus Saat Bekerja pada
Responden bagian Moulding IPK Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa
Tengah Semarang
Cepat Merasa Haus Frekuensi(orang) Prosentase(%)
Ya 27 87
Tidak 4 13
Jumlah 31 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 27 orang (87%) responden

merasakan cepat haus pada saat bekerja.

Keluhan Responden Cepat Merasa Haus

Tidak
13%

Ya
87%

Gambar 5.
Keluhan Responden Cepat Merasa Haus

4.7.3 Keluhan Pening atau Pusing Akibat Tekanan Panas

Berdasarkan hasil tanggapan sebagian besar responden ternyata tidak

mengalami pusing, pening atau sakit kepala selama bekerja. Dari data hanya

48,3% saja yang mengalami keluhan tersebut.


36

Tabel 9.
Distribusi Frekuensi Menurut Keluhan Pusing atau Pening atau Sakit
Kepala Selama Bekerja pada Responden Bagian Moulding IPK Brumbung
Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang.
Keluhan Pusing/Pening/
Frekuensi (Orang) Prosentase (%)
Sakit Kepala
Ya 15 48,3
Tidak 16 51,7
Jumlah 31 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 15 orang (48,3%) responden

mengalami keluhan pusing atau pening atau sakit kepala saat bekerja, dan

sebanyak 16 orang (51,7%) responden tidak mengalami keluhan pusing atau

pening atau sakit kepala saat bekerja.

keluhan Pusing atau Pening atau Sakit Kepala

Ya 48.3%
Tidak 51,7%

Gambar 6.
Keluhan Pusing atau Pening atau Sakit Kepala pada Responden Saat Bekerja

4.7.4 Keluhan Cepat Merasa Lelah

Tekanan panas yang terjadi ternyata berpengaruh pada sebagian besar

responden yang merasa cepat lelah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut.
37

Tabel 10.
Distribusi Frekuensi Cepat Merasa Lelah pada Responden Bagian Moulding
IPK Brumbung Peum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang
Cepat Merasa Lelah Frekuensi (orang) Prosentase (%)
Ya 24 77,4
Tidak 7 22,6
Jumlah 31 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 24 orang (77,4%) responden

mengalami cepat merasa lelah pada saat bekerja, sedangkan 7 orang (22,6%)

responden tidak mengalami cepat merasa lelah pada saat bekerja

Keluhan Cepat Merasa Lelah

Tidak 22,6%
Ya 77,4%

Gambar 7.
Keluhan Cepat Merasa Lelah

4.7.5 Keluhan Konsentrasi Menurun

Tekanan Panas yang terjadi ternyata berpengaruh pada konsentrasi

responden saat bekerja hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
38

Tabel 11.
Distribusi Frekuensi Gangguan Penurunan Konsentrasi Saat Bekerja pada
Responden Bagian Moulding Perum Perhutani Unit I jawa Tengah
Semarang

Gangguan Konsentrasi Frekuensi (orang) Prosentase (%)


Ya 16 51,7
Tidak 15 48,3
Jumlah 31 100
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 16 orang (51,7%) responden

mengalami gangguan penurunan konsentrasi pada saat bekerja, sedangkan 15

orang (48,3%) responden tidak mengalami gangguan penurunan konsentrasi pada

saat bekerja.

Gangguan Konsentrasi

Tidak 48,3% Ya 57,7%

Gambar 8.
Gannguan Konsentrasi
4.7.6 Keluhan Pegal

Tekanan panas yang terjadi ternyata berpengaruh terhadap kenyamanan,

terbukti dari sebagian besar responden merasakan pegal pada saat bekerja. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.


39

Tabel 12.
Distribusi Frekuensi Menurut keluhan Pegal Selama Bekerja pada
Responden Bagian Moulding IPK Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa
Tengah Semarang
Keluhan Pegal Frekuensi (orang) Prosentase (%)
Ya 21 67,7
Tidak 10 32,3
Jumlah 31 100
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa 21 orang (67,7%) responden

mengalami keluhan cepat merasa pegal pada saat bekerja, sedangkan 10 orang

(32,3%) responden tidak mengalami keluhan cepat merasa pegal pada saat

bekerja.

Keluhan Pegal dan Kram

Tidak 32,3%
Ya 67,7%

Gambar 9.
Keluhan Pegal dan Kram

4.7.7 Sering Minum Air Putih

Tekanan panas yang terjadi ternyata berpengaruh pada kondisi responden,

terbukti dari sebagian besar responden sering minum air putih pada saat bekerja.

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.


40

Tabel 13.
Distribusi Frekuensi Menurut Sering Minum Saat Bekerja pada Responden
Bagian Moulding Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang.
Sering Minum Frekuensi (orang) Prosentase (%)

Ya 26 83,8

Tidak 5 16,2

Jumlah 31 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa 26 orang (82,8%) responden sering

minum pada saat bekerja, sedangkan 5 orang (16, 2%) responden tidak sering

minum pada saat bekerja.

Sering Minum

Tidak 16,2%
Ya 83,8%

Gambar XXX
Distribusi Frekuensi Sering Minum pada Responden
Gambar 10.
Keluhan responden sering minum

4.8 Hasil Penelitian

4.8.1 Data Pengukuran Tekanan Panas

Data pengukuran tekanan panas yang dilaksanakan pada tanggal 19 mei

2007 oleh petugas HIPERKES Semarang didapatkan hasil bahwa tekanan panas

di bagian Moulding Industri Pengolahan Kayu Brumbung Pertum Perhutani Unit I

Jawa Tengah Semarang adalah sebagai berikut:


41

Tabel 14.
Hasil Pengukuran Tekanan Panas
Tba Tk Tg ISBB
No Lokasi (Moulding)
(0C) (0C (0C) (0C)
Titik 1
1 26,9 32,4 33,8 28,97
(Penyambungan)
Titik 2
2 27,3 33,3 35,1 29,64
(Mesin Multi Bor)
Titik 3
3 27,5 33,8 35,6 29,93
(Mesin Tenon)
Titik 4
4 27,4 33,7 35,1 29,71
(Mesin Murtas)
Titik 5
5 27,3 33,6 35,3 29,70
(Mesin Sanding Master)
Rata-rata 29,59

Dari hasil pengukuran tekanan panas bagian Moulding IPK Industri

Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang

diperoleh nilai rata-rata tekanan panas yaitu 29,590C. Berdasarkan Nilai Ambang

Batas faktor fisik ditempat kerja tekanan panas diruang Moulding telah melebihi

Keputusan Menteri Tenaga kerja Nomor Kep./ Men/ 1999 bahwa Nilai Ambang

Batas untuk Ruangan kerja dengan waktu kerja 8 jam terus menerus ádalah

26,7OC

4.8.2 Hasil Pengukuran Tekanan Darah Tenaga Kerja Antara Sebelum


Terpapar Tekanan Panas dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas
Bagian Moulding Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang.

Pengukuran tekanan darah dilakukan terhadap 31 responden pada bagian

Mouding Industri Pengilahan Kayu Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa

Tengah Semarang, yang diukur sebelum terpapar tekanan panas dan sesudah

terpapar tekanan panas. Adapun hasil pengukuran tekanan darah dapat dilihat

pada tabel dibawah ini:


42

Tabel 15.
Hasil Pengukuran Tekanan Darah Tenaga Kerja Antara Sebelum Terpapar Tekanan Panas
Dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas Bagian Moulding IPK Brumbung Perum Perhutani
Unit I Jawa Tengah Semarang.
No NILAI TEKANAN DARAH
Responden Sistolik Diastolik
Sebelum Sesudah Selisih Sebelum Sesudah Selisih
1 120 110 -10 80 70 -10
2 120 125 +5 80 70 -10
3 150 140 -10 90 80 -10
4 130 110 -20 60 60 0
5 120 110 -10 60 70 +10
6 130 135 +5 80 75 -5
7 120 110 -10 70 60 -10
8 140 120 -20 90 70 -20
9 110 100 -10 75 70 -5
10 130 125 -5 100 100 0
11 130 140 +10 90 90 0
12 130 100 -30 80 70 -10
13 120 120 0 60 80 +20
14 110 90 -20 75 60 -15
15 140 145 +5 40 75 +35
16 130 95 -35 90 75 -15
17 130 120 -10 80 90 +10
18 110 110 0 80 70 -10
19 110 100 -10 70 60 -10
20 120 110 -20 70 70 0
21 110 120 +10 70 80 +10
22 125 120 -5 100 100 0
23 130 120 -10 80 60 -20
24 130 125 -5 80 70 -10
25 135 120 -15 90 75 -15
26 100 100 0 70 70 0
27 110 130 +20 80 90 +10
28 145 130 -15 80 80 0
29 130 125 -5 100 100 0
30 125 120 -5 70 90 +20
31 130 120 -10 70 100 +30
Jumlah 3870 3645 -225 2410 2380 -30
Rata-rata 124,83 117,58 -7,25 77.74 76.77 -0.96
Keterangan: - Penurunan tekanan darah
+ Peningkatan tekanan darah
0 Tekanan darah tetap
43

Dari hasil pengukuran tekanan darah responden bagian Moulding Industri

Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani Unit I Semarang Jawa Tengah

Semarang diperoleh rata-rata tekanan darah sistolik sebelum terpapar tekanan

panas 124,83 mmhg, dan sesudah terpapar tekanan panas adalah 117,58 mmhg

dengan sesisih sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas -7,25 mmhg.

Sedangkan rata-rata tekanan darah diastolik sebelum terpapar tekanan panas

adalah 77,74 mmhg, dan sesudah terpapar tekanan panas adalah 76,77 mmhg.

Dengan selisih sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas-0,96 mmhg.

4.8.2.1 Perubahan Tekanan Darah Sistolik Dan Diastolik pada Responden

Perubahan tekanan darah sistolik dan diastolik pada responden dalam


penelitian ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini:

Tabel 16.
Distribusi Frekuensi Perubahan Tekanan Darah Antara Sebelum Dan
Sesudah Terpapar Tekanan Panas pada Bagian Moulding Industri
Pengolahan Kayu Brumbung PerumPerhutani Unit I Jawa Tengah
Semarang
Tekanan
Perubahan Tekanan Darah
Darah
Meningkat Menurun Tetap
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
Sistolik 6 19,36 22 70,97 3 9,67
Diastolik 8 25,81 15 48,38 8 25,81

Dari hasil pengukuran tekanan darah sistolik menunjukan bahwa dari ke 31

responden tenaga kerja bagiam Moulding Industri Pengolahan Kayu Brumbung

Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang terdapat 6 orang (19,36%)

mengalami peningkatan tekanan darah, 22 orang (70,97%) mengalami penurunan

tekanan darah, dan 3 orang (9,67%) tidak mengalami perubahan tekanan darah

sistolik. Sedangkan untuk tekanan darah distolik menunjukkan bahwa terdapat 8

orang (25,81%) mengalami peningkatan tekanan darah, 15 orang (48,38%)


44

mengalami penurunan tekanan darah, dan 8 orang (25,81%) tidak mengalami

perubahan tekanan darah diastolik.

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tekanan darah tenaga kerja

tersebut bermakan atau tidak, maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan t-

test dengan syarat data terdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas data

kolmogorov smirnov didapatkan hasil data tekanan sistolik dan diastolik tidak

terdistribusi normal.Untuk itu digunakan uji wilcokson match pair test untuk

mengetahui perbedaan tekanan darah tenaga kerja bermakna atau tidak. Hasil uji

statistik perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas

pada tenaga kerja bagian Mouding Industri Pengolahan Kayu brumbung Perum

Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang, untuk tekanan darah sistolik memiliki P

value 0,002<0,05 berarti ada perbedaan tekanan darah yang bermakna antara

tekanan darah sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas di tempat kerja,

sedangkan hasil uji wicokson math pair test untuk tekanan diastolik sebelum dan

sesudah terpapar tekanan panas adalah p value 0,297>0,05 berarti tidak ada

perbedaan tekanan darah yang bermakna antara tekanan darah sebelum dan

sesudah terpapar tekanan panas di tempat kerja.

4.8.2.2 Perubahan Tekanan Darah Arteri Rata-Rata

Hasil pengukuran tekanan darah arteri rata-rata responden antara sebelum

dan sesudah terpapar tekanan panas adalah dengan rumus:

TR=TD+1/3(TS-TD)

Dimana: TR= tekanan darah arteri

TS= tekanan darah sistolik

TD= tekanan darah diastolik


45

Tabel 17.
Hasil Pengukuran Tekanan Darah Arteri Rata-Rata Responden Antara
Sebelum dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas pada Pekerja Bagian
Moulding Industri Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani Unit I
Jawa Tengah Semarang
No Tekanan Darah Arteri Rata-Rata (mmHg) Selisih
Responden Sebelum Sesudah
1 93,3 83,3 -10
2 93,3 88,3 -5
3 110 100 -10
4 83,3 76,6 -6.7
5 80 83,3 +3.3
6 96,6 95 -1.6
7 86,6 76,6 -10
8 106,6 86,6 -20
9 86,6 80 -6.6
10 110 108,3 -1.7
11 103,3 105,6 +2.3
12 95,6 80 -15.6
13 80 93,3 13.3
14 86,6 70 -16.6
15 73,3 86,6 +13.3
16 103,3 81,6 -21.7
17 95,6 100 +4.4
18 90 83,3 -6.7
19 83,3 73,3 -10
20 86,6 83,3 -3.3
21 83,3 93,3 +10
22 108,3 106,6 -1.7
23 96,6 80 -16.6
24 96,6 88,3 -8.3
25 101,6 91,6 -10
26 80 80 0
27 90 103,3 +13.3
28 101,6 96,6 -5
29 110 108,3 -1.7
30 88,3 96,6 +8.3
31 90 86,6 -3.4
Jumlah 2890,2 2766,2 -124
Rata-rata 93,23 89,23 -4
Keterangan : + peningkatan tekanan darah arteri rata-rata
- penurunan tekanan darah arteri rata-rata
0 tekanan darat arteri rata-rata tetap
46

Tabel 18.
Distribusi Frekuensi Perubahan Tekanan Darah Arteri Rata-Rata Tenaga
Kerja Antara Sebelum dan Sesudah Terpapar Tekanan Panas Bagian
Moulding Industri Pengolahan Kayu Brumbung Unit I Jawa Tengah
Semarang
Perubahan Tekanan DarahArteri Rata-Rata
Meningkat Menurun Tetap
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
7 22,58 23 74,20 1 3,22

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tekanan darah arteri rata-rata tenaga

kerja sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas sebanyak 7 orang (22,58%)

mengalami peningkatan, 23 orang (74,20%) mengalami penurunan tekanan darah,

sedangkan 1 orang (3,22%) tidak mengalami perubahan. Dengan rata-rata tekanan

darah arteri sebelum terpapar tekanan panas 93,23 mmhg dan sesudah terpapar

tekanan panas 89,23 mmhg, sehingga dapat dilihat bahwa rata-rata selisih tekanan

darah arteri rata-rata antara sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas adalah -4

mmhg.

Perubahan tekanan darah arteri rata-rata responden antara sebelum dan

sesudah terpapar tekanan panas pada tenaga kerja bagian Moulding Industri

Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang,

berdasarkan hasil uji t-test diperoleh p value 0,025 dimana (p <0,05) berarti ada

perbedaan tekanan darah arteri rata-rata yang bermakna antara tekanan darah

sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas ditempat kerja.


47

4.9 Pembahasan

4.9.1 Karakteristik Responden

Pemilihan responden berjenis kelamin laki-laki dikarenakan seluruh pekerja

bagian Moulding Industri Pengolahan Kayu Brumbung Perum Perhutani Unit I

Jawa Tengah Semarang berjenis kelamin laki-laki dan umur responden berkisar

antara 34-49 tahun, karena menurut Lany Gunawan (20001:6), tekanan darah

tinggi atau hipertensi pada umumnya terjadi pada manusia yang sudah berusia

setengah umur atau usia lebih dari 40 tahun. Karakteristik responden yang lain

adalah responden memiliki kondisi tubuh yang sehat dan tidak mempunyai

riwayat kesehatan baik responden sendiri maupun anggota keluarga yang

menderita penyakit hipertensi, ginjal, jantung, diabetes melitus, hal ini

dikarenakan kondisi di atas dapat berperan pada gangguan tekanan darah.

4.9.2 Keluhan Subyektif Responden

Data keluhan subyektif responden diambil untuk mengetahui adanya gejala

gangguan biologis tubuh akibat bekerja di lingkungan yang mempunyai tingkat

ISBB yang melebihi nilai ambang batas.

Keluhan subyektif dari 31 responden yang diteliti, meliputi sebanyak 25

orang responden (80,6%) mengalami keluhan merasakan panas saat bekerja, 27

orang responden (87%) mengalami keluhan cepat merasakan haus saat bekerja, 15

orang responden (48,3%) mengalami keluhan merasakan pening atau pusing saat

bekerja, 24 orang responden (77,4%) mengalami keluhan cepat merasakan lelah

saat bekerja, 16 orang responden (51,7%) mengalami keluhan gangguan


48

konsentrasi menurun saat bekerja, 21 orang responden (67,7%) mengalami

keluhan cepat merasakan pegal sat bekerja, dan 26 orang responden (83, 8%)

mengalami keuhan cepat merasakan haus saat bekerja.

Tekanan panas yang berasal dari atap dan mesin pengolahan kayu pada saat

beroperasi yang menimbulkan suhu yang ada di tempat kerja bagian Moulding

melebihi nilai ambang batas, dimana bisa menyebabkan heat cramps yaitu

hilangnya garam natrium di dalam tubuh, dan heat exchaustion dimana penderita

biasanya berkeringat sangat banyak dan suhu badan normal sedangkan tekanan

darah menrun dan denyut nadi lebih cepat dari biasanya,serta heat stroke dengan

gejala suhu badan naik dan kulit terasa kering dan panas (Sugeng Budiono,

2003:37).

Selain itu ganguan akibat tekanan panas bisa menyebabkan Millaria Rubra

dengan gejala adanya bintik kemerahan pada kulit yang terasa nyeri bila

kepananasan. Hal ini terjadi akibat sumbatan kelenjar keringat dan terjadi resolusi

keringat disertai reaksi peradangan. Kelainan ini dapat menggangu tidur sehingga

efisiensi fisiologis menurun dan meningkatkan kelelahan komulatif.

4.9.3 Tekanan Panas di Tempat Kerja

Dari hasil pengukuran tekanan panas di tempat kerja khususnya di

bagian Moulding Industri Pengolahan Kayu Brumbung Unit I Jawa Tengah

Semarang diperoleh rata-rata tekanan panas 29,590C, dengan demikian tekanan

panas di tempat kerja telah melebihi Nilai Ambang Batas (NAB) yang

diperkenankan menurut Kepmenaker Nomor : KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai


49

Ambang Batas faktor fisika di tempat kerja, yaitu 26,70C untuk waktu kerja 8 jam

terus menerus. Menurut Gandjean (1986) kondisi panas sekeliling yang

berlebihan akan mengakibatkan rasa letih dan kantuk, mengurangi kestabilan dan

meningkatkan jumlah angka kesalahan kerja (Eko Nurmiyanto, 2003: 278).

Tekanan panas berasal dari atap ruangan dan mesin pada saat beroperasi.

Pada tekanan panas yang melebihi Nilai Ambang Batas tersebut, tenaga kerja

bekerja dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 15.00, dengan waktu istirahat

selama 1 jam diantara 12.00 sampai 13.00. Berdasarkan surat keputusan

Kepmenaker Nomor : KEP-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas faktor

fisika di tempat kerja, tekanan panas 29,59 0C seharusnya waktu kerja 50% dan

waktu istirahat 50% jadi 4 jam kerja dan 4 jam istirahat dengan beban kerja

ringan.

4.9.4 Analisa Perbedaan Tekanan Darah Tenaga Kerja Antara Sebelum dan
Sesudah Terpapar Tekanan Panas Bagian Moulding Unit I Jawa Tengah
Semarang
Tekanan darah responden diukur dengan menggunakan

sphigmomanomater air rakasa, pengukuran dilakukan minimal 2 kali berturut-

turut antara sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas pada tenaga kerja di

bagian Moulding IPK Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang.

Dari hasil pengukuran tekanan darah yang telah dilakukan pada responden

didapatkan hasil yang dapat dilihat pada lampiran. Dari 31 responden yang diukur

tekanan darahnya terdapat sebanyak 6 orang responden yang tekanan darah

sistoliknya naik, 22 orang responden mengalami penurunan tekanan darah, dan 3


50

orang tidak mengalami perubahan tekanan darah sistolik. Sedangkan untuk

tekanan darah diastolik menunjukkan bahwa terdapat 8 orang mengalami

peningkatan tekanan darah, 15 orang mengalami penurunan tekanan darah, dan 8

orang tidak mengalami perubahan tekanan darah diastolik.Serta 7 orang

responden tekanan darah arteri rata-ratanya naik, 23 orang responden tekanan

darah arteri rata-ratanya turun, dan 1 orang responden tekanan darah arteri rata-

ratanya tidak mengalami perubahan atau tetap.

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan tekanan darah tenaga verja antara

sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas bagian Moulding Perum Perhutani

Unit I Jawa Tengah Semarang, maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan

uji Wicoxson Match Pair Test yang sebelumnya dilakukan pengujian normalitas

data.

Dari hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tekanan

darah sistolik yang bermakana pada responden di bagian Moulding Perum

Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang antara sebelum dan sesudah terpapar

tekanan panas. Penurunan tekanan darah ini disebabhan karena tekanan panas

yang terjadi di bagian Molding Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang

telah melebihi NAB yang diperbolehkan.

Sedangkan tekanan darah diastolik dari hasil uji statistik menunjukkan tidak

ada perbedaan yang bermakna pada responden tenaga kerja bagian Moulding

Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang antara sebelum dan sesudah

terpapar tekanan panas.


51

Dan tekanan darah arteri rata-rata dari uji statistik menunjukan ada

perbedaan yang bermakna pada responden tenaga kerja bagian Moulding Perum

Perhutani Unit I jawa Tengah Semarang.

Pebgukuran tekanan darah responden sebelum dan sesudah terpapar tekanan

panas ada yang meningkat, dan ada yang cenderung turun, bahkan ada pula yang

stabil.Untuk Tenaga kerja dalam hal ini yang mengalami kecenderungan tekanan

darahnya naik dikarenakan di bagian Moulding intesitas kebisingannya masih

tinggi yang akan meningkatkan tekanan darah pada tenaga kerja, dan ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan Sera Oktiviyanita (2006) yang menyatakan

bahwa tekanan darah pekerja akan meningkat akibat kebisingan yang melampaui

NAB.

Pengukuran tekanan darah responden sebelum dan sesudah terpapar tekanan

panas tidak mengalami perubahan atau stabil, hal ini disebabkan tenaga keja

sudah terbiasa oleh kondisi yang ada di bagian Moulding sehingga tekanan panas

yang ada di tempat keja bagian Moulding tidak begitu berdampak pada tenaga

kerja.

4.9.5 Tekanan Darah Tenaga Kerja Sesudah Terpapar Tekanan Panas


Cenderung Menurun dari pada Sebelum Terpapar Tekanan Panas Bagian
Moulding Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah tenaga kerja didapatkan hasil

yang bervariasi antara sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas. Hal ini bisa

dilihat pada lampiran. Setelah dilakukan uji statistik ternyata menunjukkan adanya

perbedaan tekanan darah arteri rata-rata sebelum dan sesudah terpapar tekanan
52

panas di bagian Moulding Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah semarang. Pada

hasil perubahan tekanan darah halaman 46 tekanan darah tenaga kerja sesudah

terpapar tekanan panas cenderung menurun dari pada sebelum terpapar tekanan

panas hal ini dikarenakan tekanan panas di bagian Moulding Perum Perhutani

Unit I Jawa Tengah Semarang 29,590C melebihi NAB. Dan ini sesuai dengan

teorinya Sutarman (1991), Keadaan udara lingkungan yang panas maka akan

terjadi vasodilatasi pembuluh darah yang menyebabkan tekanan darah akan

cenderung menurun. Sedangkan menurut (J.F.Gabriel,1988:130), menyatakn

pengaruh panas terhadap biologis merupakan sumasi dari efek panas terhadap

fisik dan kimia. Adanya peningkatan sel darah putih secara total dan fenomena

reaksi peradangan serta adanya dilatasi (pelebaran) pembuluh darah yang

mengakibatkan peningkatan sirkulasi (peredaran) darah serta penngkatan tekanan

kapiler. Tekanan 02 dan C02 di dalam darah akan meningkat sedangkan Ph darah

akan mengalami penurunan.

4.9.6 Kelemahan Penelitian

Kelemahan dalam penelitian ini adalah pengukuran tekanan darah tenaga

kerja yang seharusnya dilakukan minimal 10 menit sebelum bekerja , tetapi

karena terdapat tenaga kerja yang terlambat datang sehingga waktu

pengukurannya lebih dari 10 menit. Disamping itu juga masih terdapat faktor lain

yang mempengaruhi tekanan darah seperti faktor usia yang lebih dari 40 tahun

yang belum dikendalikan.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:

5.1.1. Tekanan darah tenaga kerja sesudah terpapar tekanan panas cenderung

menurun dari pada tekanan darah tenaga kerja sebelum terpapar tekanan panas

bagian Moulding IPK Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang.

5.1.2 Terdapat perbedaan yang bermakna antara tekanan darah sistolik tenaga

kerja sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas bagian Moulding IPK

Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang dengan p value 0,002

(p < 0,05)

5.1.3 Terdapat perbedaan yang bermakna antara tekanan darah arteri rata-rata

tenaga kerja sebelum dan sesudah terpapar tekanan panas bagian Moulding IPK

Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang dengan pvalue 0,025

(p< 0,05)

5.1.4 Tidak ada perbedaan yang bermakna antara tekanan darah diastolik tenaga

kerja sebelum dan sesudah terpapar tekanan Panas bagian Moulding IPK

Brumbung Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah Semarang.

53
54

5.2 SARAN

5.2.1 Bagi Perusahaan

5.2.1.1 Lebih meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja di perusahaan

khususnya tenaga kerja bagian Moulding Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah

Semarang dengan melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala.

5.2.1.2 Pengaturan jam kerja pada tenaga kerja lebih diperhatikan, karena pada

tekanan panas bagian Moulding 29.590C, bila dibandingkan dengan Nilai

Ambang Batas faktor físika Kepmenaker No:KEP.51/MEN/1991 hanya

diperkenankan pemajanan 4 jam kerja.

5.2.1.3 Perlu diperhatikan kondisi lingkungan kerja dengan memperbaiki exvan

houser

5.2.2 Bagi Tenaga Kerja

5.2.2.1 Tenaga kerja hendaknya menggunakan waktu istirahat dengan baik dan

diusahakan untuk mengurangi seminimal mungkin kontak dengan tekanan panas

dengan menggunakan ruangan yang yang iklim kerjanya tidak melebihi NAB .

5.2.2.1 Tenaga kerja perlu mengonkumsi air minimal 5 gelas per orang selama

bekerja, dengan tujuan untuk mencegah dehidrasi pada pekerja.


DARTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2003. Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Depkes RI:
Pusat Kesehatan Kerja.

Eko Nurmianto. 1996. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna
Wijaya.

Hull, Arison.1986.Fisiologi Kedokteran.Jakarta:EGC

Huwon Dkk.2002.Tekanan Darah.Jakarta: Gramedia Utama

I Dewa Nyoman Supariasi, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi.Jakarta: Buku


Kedokteran. EGC.

Imam Parsudi.1991. Dimensi Baru Pengelolaan Penderita Hipertensi .Semarang

Gabriel J.F.1988. Fisika Kedokteran. Jakarta.Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Pearce, Evelyn.1999.Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis.Jakarta:PT


Gramedia Utama

Sadoso Sumosardjuno. 1989. Olahraga dan kesehatan. Jakarta: Pustaka Kartini.

Soekidjo Notoatmodjo. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

---------------------------. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Sudigdo Sastroasmojo, Sofyan Ismail. 1995. Dasar-dasar Metodologi Penelitian


Klinis. Jakarta: Bina Rupa Aksara.

Sugeng Budiono. 2003. Bunga Rampai Hiperkes dan KK, Higiene Perusahaan
Ergonomi, Kesehatan Kerja, Keselamatan Kerja. Semarang: Universitas
Diponegoro.

Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: VC Alfabeta.

Suharsini Arikunto. 1999. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: PT Rineka Cipta.

-----------------------. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

55
56

Suma’mur P.K. 1996. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT


Gunung Agung.

..............................1994. Higene Perusahaan Kerja.Jakarta. Penerbit CV Mas


Agung.

Sritomo Wignosoebroto.2003.Ergonomi Studi Gerak dan Waktu Teknis Analisi


Untuk Peningkatan Produktivitas Kerja.Surabaya:Guna wijaya.

Sutarman. 1991. Fisika Dasar Buku Pegangan Kuliah Program D3 Hyperkes dan
Kesehatan Kerja. UNS. Solo.

Syaifuddin.1997. Anatomi Fisiologi untuk Siswa dan Perawat edisi 2. Jakarta


Penerbit Buku kedokteran EGC.

Tambayong, Jan.1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta:


Penerbit Kedokteran. EGC.

Vita Health. 2004. Hipertensi. Jakarta: Penerbit PT.Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai