Oil flow in
1
Peran penting perancangan alat penukar kalor:
Konsumsi energi di berbagai instalasi industri di banyak negara termasuk di Indonesia sudah demikian tinggi, dan
dari tahun ke tahun terus meningkat. Sumber energi bahan bakar yang biasa dipergunakan di industri adalah
bahan bakar minyak, gas alam, batubara, dan energi listrik. Bagian terbesar dari energi bahan bakar yang
dipergunakan di berbagai instalasi industri, seperti di industri penyulingan minyak dan gas bumi, pabrik kertas
dan pulp, industri kimia dasar, industri energi, dan lain lain, kemudian diproses dan ditransfer di dalam berbagai
peralatan penukar kalor sebelum akhirnya dibuang ke lingkungan.
Agar penggunaan energi tersebut di atas seefisien mungkin, dan agar kuantitas energi yang dibuang ke
lingkungan seminimal mungkin, maka peralatan penukar kalor yang dipergunkan harus memiliki kemampuan
mentransfer energi panas yang setinggi-tingginya, atau memiliki efektifitas perpindahan panasnya yang tinggi.
Oleh karena itu beragam upaya peningkatan efektifitas proses perpindahan energi panas di dalam peralatan
penukar kalor perlu mendapat perhatian yang serius apabila penghematan energi menjadi suatu prioritas.
Efektifitas perpindahan energi panas pada saat sebuah alat penukar kalor dipergunakan pada suatu instalasi
industri tidak saja bergantung kepada metoda pengoperasiannya tetapi sangat berkaitan erat dengan aspek
perancangannya.
Untuk memperoleh performance yang sebaik-baiknya maka alat penukar kalor harus dirancang dengan cara
yang seksama dan seoptimal mungkin. Oleh karena itu penguasaan metode perancangan sebuah alat penukar
kalor menjadi sangat penting karena akan memberikan kontribusi yang sangat besar kepada upaya peningkatan
performance instalasi industri, yang berarti juga kepada upaya penghematan energi terutama di sektor industri.
Pada bagian di bawah ini dibahas konsep dasar perancangan alat penukar kalor shell & tube, di mana tujuan
utamanya adalah menentukan dimensi utama alat penukar kalor; yaitu luas permukaan perpindahan panas yang
diperlukan untuk melakukan fungsi alat penukar kalor.
2
Konsep dasar perancangan APK
Dimensi utama alat penukar kalor atau jumlah tubes yang diperlukan dapat diestimasikan melalui besarnya luas
permukaan perpindahan panas yang harus tersedia di dalam APK. Besarnya parameter tersebut bergantung
kepada:
a. Beban termal atau laju pertukaran energi panas di dalam APK
b. Beda temperatur rata-rata di antara kedua fluida yang mengalir di dalam APK
c. Koefisien perpindahan panas global atau menyeluruh di dalam APK
Hubungan fungsional di antara ketiga parameter tersebut di atas dapat dinyatakan dengan persamaan:
Di mana:
Q : Beban termal atau laju pertukaran energi panas di dalam alat penukar kalor, ( W )
U : koefisien global perpindahan panas di dalam alat penukar kalor, ( W/m2K )
LMTD : beda temperatur rata-rata logaritmik, ( K )
Atotal : luas permukaan perpindahan panas total, ( m2 )
2. Beban termal atau laju pertukaran energi panas di dalam alat penukar kalor
Beban termal atau laju perpindahan energi panas di dalam alat penukar kalor, apabila APK dianggap
adiabatik, besarnya sama dengan laju energi panas yang dilepaskan oleh aliran fluida panas, Q h atau sama
dengan laju energi panas yang diterima oleh aliran fluida pendingin,Qc yang mana :
.(3)
3
dengan
mh : laju aliran massa fluida panas (kg/s)
cp,h : konstanta panas fluida panas pada tekanan konstan (J/kg.K)
Th,i : temperatur aliran fluida panas masuk APK (K)
Th,o : temperatur aliran fluida panas keluar APK (K)
Dan
.(4)
dimana,
mc : laju aliran massa fluida dingin (kg/s)
cp,c : konstanta panas fluida dingin pada tekanan konstan (J/kg.K)
Tc,i : temperatur aliran fluida dingin masuk APK (K)
Tc,o : temperatur aliran fluida dingin keluar APK (K)
3. Beda temperatur rata-rata di antara kedua fluida yang mengalir di dalam APK
Beda temperatur rata-rata di antara kedua fluida yang mengalir di dalam APK atau beda temperatur rata-
rata logaritmik dapat dievaluasi menggunakan persamaan:
Di mana
Bagi konfigurasi aliran parallel,
ΔT1 : beda temperatur fluida panas masuk APK dengan temperatur fluida dingin masuk APK
ΔT2: beda temperatur fluida panas keluar APK dengan temperatur fluida dingin keluar APK
Sedangkan bila konfigurasi alirannya berlawanan,
ΔT1 : beda temperatur fluida panas masuk APK dengan temperatur fluida dingin keluar APK
ΔT2: beda temperatur fluida panas keluar APK dengan temperatur fluida dingin masuk APK
Untuk APK dengan konfigurasi aliran yang lainnya, cross flow dan multi pass flow, persamaan tersebut di atas
dapat dipergunakan namun dengan menerapkan factor koreksi.
4
4. Koefisien perpindahan panas global atau menyeluruh di dalam APK
Koefisien global perpindahan panas bagi kedua aliran fluida di dalam alat penukar kalor, U dapat diestimasi
menggunakan persamaan:
1 1 1 1 ln( d o / d i ) 1 R fi R fo
= = = + + + + …………………………………(6)
UA UAi UAo hi Ai 2πkLN ho Ao Ai Ao
Di sini A adalah luas permukaan reference, harganya dapat dipilih sama dengan A i atau Ao. Pada umumnya A
didasarkan pada luas permukaan luar pipa, Ao sehingga:
1 1 ln( d o / d i ) 1 R fi R fo
= + + + + ……………………………………………………(7)
UAo hi Ai 2πkLN ho Ao Ai Ao
Atau
1 A A ln( d o / d i ) 1 Ao R fi
= o + o + + + R fo ……………………………………………………
U hi Ai 2πkLN ho Ai
(8)
dimana,
hi : koefisien perpindahan panas konveksi aliran di dalam pipa (W/m2K)
ho : koefisien perpindahan panas konveksi aliran fluida di luar pipa (W/m2K)
Ao : luas total permukaan perpindahan panas di luar pipa (m2), dengan Ao = π do L N
Ai : luas total permukaan perpindahan panas di dalam pipa (m2) dengan Ai = π di L N
k : konduktifitas termal bahan pipa (W/mK)
L : panjang pipa (m)
N : jumlah tube
5. Koefisien perpindahan panas konveksi aliran fluida di dalam dan di luar pipa
Besarnya koefisien perpindahan panas konveksi aliran fluida di dalam pipa, hi dapat diperoleh melalui
persamaan empirik yang berbentuk bilangan Nusselt, Nu seperti:
5
hi d i
Nu ≡ = 0.023 Re 0.8 Pr n ……………………………………………………………………….(9)
kf
Persamaan di atas berlaku untuk kondisi di mana terdapat perbedaan antara temperatur aliran utama dengan
temperatur permukaan yang cukup besar.
Pada persamaan tersebut harga konstanta n = 0,4 untuk keadaan di mana terjadi pemanasan ke dalam aliran
fluida di dalam pipa. Sedangkan apabila terjadi sebaliknya harga n = 0,3
Kemudian, di adalah panjang karakteristik aliran fluida di dalam pipa, dalam hal ini sama dengan diameter dalam
pipa, Re bilangan Reynolds, dan Pr bilangan Prandlt.
ρvd
Re = ………………………………………………………………………………………………
µ
(10)
dimana :
v : kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)
ρ : massa jenis fluida (kg/m3)
μ : viskositas dinamik fluida (Ns/m2)
Kecepatan rata-rata aliran fluida di dalam pipa, V dapat ditentukan dari persamaan laju aliran massanya:
mc = ρ ⋅ A ⋅ V …………………………………………………………………………………………(12)
Di mana:
ρ: massa jenis fluida, kg/m3
A: luas penampang aliran fluida di dalam pipa, m2
6
Koefisien perpindahan panas fluida yang mengalir di permukaan luar pipa, ho dapat diestimasi besarnya melalui
persamaan laju perpindahan panas konveksi antara aliran fluida dengan permukaan luar pipa:
Qo = ho Ao (Th −Tw,o )
………………………………………………………………………………..(13)
dimana,
ho : koefisien perpindahan panas konveksi aliran fluida di luar pipa (W/m2K)
Ao : luas total permukaan perpindahan panas di luar pipa (m2), dengan Ao = π do L N
Th : temperatur rata-rata aliran fluida di luar pipa (K)
Two : temperatur rata-rata permukaan luar pipa (K)
Pada persamaan di atas, Two dapat dievaluasi dengan menggunakan persamaan laju perpindahan panas
konduksi secara radial dari permukaan luar pipa ke permukaan dalam pipa:
2πkL.N
Qk = (Two − Twi ) …………………………………………………………………………
ln( d o / d i )
(14)
dimana,
k : konduktifitas termal bahan pipa (W/mK)
L : panjang pipa (m)
N : jumlah tube
do : diameter permukaan luar pipa (m)
di : diameter permukaan dalam pipa (m)
Twi : temperature permukaan dalam pipa (K)
Sementara itu, Twi dapat diperoleh dari persamaan laju perpindahan panas konveksi antara permukaan dalam
pipa dengan aliran fluida di dalam pipa:
dimana,
hi : koefisien perpindahan panas konveksi aliran di dalam pipa (W/m2K)
Ai : luas total permukaan perpindahan panas di dalam pipa (m2) dengan Ai = π di L N
7
Tc : temperature rata-rata aliran fluida di dalam pipa (K)
Setelah beberapa lama APK dioperasikan maka akan terbentuk lapisan pengotoran atau fouling pada permukaan
perpindahan panasnya. Deposit yang terbentuk umumnya mempunyai konduktivitas termal yang cukup rendah
sehingga akan menyebabkan turunnya laju pertukaran energi panas di dalam APK.
Pada umumnya fouling dapat diklasifikasikan menurut jenis proses pembentukannya yang dominan :
a. Fouling partikel atau sedimentasi adalah lapisan deposit yang berasal dari partikel partikel yang terangkut di
dalam fluida. Jenis fouling ini dapat juga berkombinasi dengan fouling yang berasal dari senyawa senyawa kimia.
b. Fouling biologi adalah lapisan deposit yang berasal dari senyawa bakteri dan/atau mikroorganisme lainnya.
c. Scaling adalah lapisan crystalline padat yang terbentuk pada permukaan yang berada pada daerah
bertemperatur cukup tinggi. Apabila temperatur permukaan melebihi batas pelarutan dari sebuah larutan yang
mengandung garam (misalnya calsium sulfate, gypsum) maka lapisan kristal padat akan terbentuk.
d. Fouling oleh reaksi kimia, dalam hal ini lapisan deposit yang terbentuk berasal dari hasil reaksi kimia antara
senyawa senyawa yang berada di sekitar permukaan.
e. Korosi, yang merupakan hasil dari reaksi kimia antara senyawa senyawa yang terdapat di fluida kerja dengan
permukaan.
Di dalam praktek, umumnya lapisan fouling yang terbentuk merupakan hasil kombinasi dari beberapa jenis
fouling.
Di dalam proses perancangan harga tahanan termal fouling yang tepat harus dipilih. Harga harga tersebut
umumnya dapat diperoleh dari standar TEMA (Tubular Exchanger Manufacturers Association) atau dari data data
experimental lainnya. Pemilihan harga faktor fouling tentu saja akan berdampak pada penambahan luas
permukaan yang harus dirancang.
Oleh karena itu untuk memperoleh performance yang optimal harus dipilih harga faktor fouling yang sebaik-
baiknya. Pemilihan harga yang terlalu rendah akan menyebabkan laju pertukaran energi panas menjadi lebih
rendah pada saat deposit terbentuk di permukaan. Sedangkan pemilihan harga yang terlalu tinggi akan
mengakibatkan biaya pembuatan alat menjadi terlalu besar. Harga harga faktor fouling yang khas bagi beberapa
fluida kerja diberikan di dalam sebuah tabel.
8
Pada awal perhitungan, sewaktu akan menentukan dimensi utama APK yaitu luas permukaan perpindahan
panas, harga koefisien global perpindahan panas dipilih berdasarkan saran yang biasa diberikan oleh para
perancang APK.
Kemudian, setelah dimensi utama APK diperoleh, koefisien global perpindahan panasnya dievaluasi kembali
menggunakan persamaan empirik yang tersedia (persamaan 8).
Hasilnya kemudian diperbandingkan sampai diperoleh perbedaan yang relatif kecil. Apabila perbedaannya belum
cukup kecil (masih di atas harga tertentu yang kita pilih, misalnya 6%) maka perhitungan perancangan diulang
seperti awal perhitungan, dengan memilih harga koefisien global perpindahan panas yang diperoleh dari
perhitungan dengan menggunakan persamaan empirik.
9
Studi kasus
Untuk membahas secara garis besar langkah-langkah penting yang diperlukan untuk melakukan perhitungan
perancangan termal sebuah alat penukar kalor, APK sebuah studi kasus di bawah ini dipilih.
Sebuah alat penukar kalor Shell & tube, 1 shell pass 2 tube passes dirancang menggunakan tube cupro-nickle
(konduktifitas termal = 19 W/mK).
Diameter dalam tube 16 mm, diameter luarnya 20 mm, panjang pipa/tube 4 m.
Untuk NIM GENAP:
Alat ini direncanakan untuk beroperasi sebagai alat pemanas aliran air 4 kg/s, dari 20 oC menjadi 60 oC.
Sebagai media pemanas, dipergunakan aliran oil 10 kg/s, tersedia pada 160 oC
Untuk NIM GANJIL:
Alat ini direncanakan untuk beroperasi sebagai alat pemanas aliran air 3 kg/s, dari 20 oC menjadi 50 oC.
Sebagai media pemanas, dipergunakan aliran oil 9 kg/s, tersedia pada 150 oC
10
Perincian perhitungan perancangan
1. Perhitungan laju perpindahan panas yang diterima oleh aliran fluida air
Laju perpindahan energi panas yang diterima oleh aliran fluida dingin dapat ditentukan melalui persamaan 4:
Qc = mc .c pc (Tco −Tci )
dengan:
Laju aliran massa air, mc = 4 kg/s
Temperatur aliran air masuk, Tci = 20 oC + 273 = 293 K
Temperatur aliran air keluar, Tco = 60 oC + 273 = 333 K
20 + 60
Data sifat-sifat air yang dievaluasi pada temperatur rata-rata air T = = 40 oC atau 313 K, adalah:
2
Volume spesifik air = 1,0082 x103 m3/kg
Konstanta panas air pada tekanan konstan, cp = 4,1786 J/kgK
Viskositas dinamik air = 656,6 x 106Ns/m2
Konduktivitas termal air = 631,6 W/mK
Bilangan Prandtl, Pr = 4,344
Maka:
Besarnya laju perpindahan energi panas yang diterima oleh aliran fluida air adalah:
Qc = Qh = 668,6 kJ/s = kW
Qh = m h .c ph (Thi −Tho )
11
Temperatur aliran air masuk, Thi = 20 oC = 293 K
Sementara itu, sifat-sifat oli yang dievaluasi pada temperatur kira-kira …400 K = 127 oC memberikan
harga cph = 2,337 J/kgK
3. Perhitungan Beda temperatur rata-rata logaritmik bagi konfigurasi aliran counter flow
Bagi konfigurasi aliran berlawanan (counter flow), beda temperature rata-rata logaritmik, ΔTm diberikan oleh
persamaan 5:
∆T1 − ∆T2
∆Tm =
ln( ∆T1 / ∆T2 )
4. Faktor koreksi untuk konfigurasi shell & tube: 1 shell pass, 2 tube passes
Faktor koreksinya dapat ditentukan dengan menggunakan data yang sesuai dengan harga-harga parameter P
dan R sebagai berikut:
P = 0,285
R = 0,7
12
Dari data grafik faktor koreksi untuk shell & tube, diperoleh:
Fc = 1
Sehingga, beda temperatur rata-rata logaritmik sebenarnya pada alat tersebut di atas adalah:
Bagi keperluan perhitungan perancangan, harga koefisien global perpindahan panas,U mula-mula dipilih sesuai
dengan yang disarankan (lihat tabel koefisien perpindahan panas U untuk beragam konfigurasi aliran fluida).
Bagi konfigurasi aliran air pendingin dengan aliran fluida panas oil di dalam sebuah alat penukar kalor shell &
tube harga koefisien U dapat dipilih di antara harga : 60 - 300 W/m2K
Jumlah tubes (N) yang diperlukan bagi spesifikasi design tersebut di atas dapat diperoleh dari persamaan 2
tentang luas permukaan perpindahan panas total, Atotal
Atotal = π do L N
Sementara itu, luas permukaan perpindahan panas dapat diperoleh dari persamaan 1 tentang laju pertukaran
energi panas di dalam alat penukar kalor
Q = U . Atotal. LMTD
Diperoleh:
13
Atotal = Q / U.LMTD = 12 m2
Kemudian,
dengan do = 20 mm = 0,02 m, dan L = 222 m maka diperoleh:
Dalam perhitungan perancangan besarnya koefisien tersebut biasanya diperoleh melalui persamaan persamaan
empirik yang berbentuk bilangan Nusselt, Nu.
Karena di dalam aliran fluida terdapat kondisi di mana perbedaan antara temperatur aliran utama dengan
temperatur permukaan cukup besar maka dipilih persamaan 9 :
hi d i
Nu ≡ = 0.023 Re 0.8 Pr n
kf
dimana n = 0.4 untuk keadaan di mana terjadi pemanasan ke dalam aliran fluida di dalam pipa, di adalah panjang
karakteristik aliran fluida di dalam pipa, dalam hal ini sama dengan diameter dalam pipa, Re bilangan Reynolds,
dan Pr bilangan Prandlt.
ρvd
Re =
µ
dimana :
v : kecepatan rata-rata aliran fluida (m/s)
ρ : massa jenis fluida (kg/m3)
μ : viskositas dinamik fluida (Ns/m2)
14
µc p
Pr =
k
di sini cp adalah konstanta panas fluida pada tekanan konstan.
Kecepatan rata-rata aliran fluida di dalam pipa dapat ditentukan dari laju aliran massa fluida di dalam sebuah
pipa, mc massa jenis fluida, ρ dan luas penampang aliran fluida di dalam pipa, A
mc
v=
ρ⋅A
Kemudian,
dengan di = 16 mm = 0,016 m, diperoleh Ai = 2 x 10-4 (m2)
dan dengan mair = 4 kg/s, serta ρ = 1 / 1,009 x 10-3 ( m3/kg )
maka dapat diperoleh:
kecepatan rata-rata aliran di dalam pipa, v = 0.360357 m/s.
ρvd
Re =
µ
15
Bilangan Nusselt dapat dihitung menggunakan persamaan 9:
Akhirnya, koeffisien perpindahan panas konveksi aliran di dalam pipa, hi dapat dihitung melalui persamaan :
hi d i
Nu ≡
kf
Atau
Nu .k f
hi ≡
di
Dengan:
Konduktivitas termal air, kf = ......................... W/mK
di = ……………. mm = ……………………m
Nu = …………………..
Maka diperoleh harga koefisien, hi = ……………………… W/m2K
Koefisien perpindahan panas fluida yang mengalir di bagian shell atau di permukaan luar pipa, ho dapat
diestimasi besarnya melalui persamaan laju perpindahan panas konveksi antara aliran fluida panas oli dengan
permukaan luar pipa:
Qo = ho Ao (Th −Tw,o )
dimana,
ho : koefisien perpindahan panas konveksi aliran fluida di luar pipa (W/m2K)
Ao : luas total permukaan perpindahan panas di luar pipa (m2)
Th : temperature rata-rata aliran fluida di luar pipa (K)
Two : temperatur rata-rata permukaan luar pipa (K)
16
Ao = luas total permukaan luar seluruh pipa, Ao = π do L N
Th = ( Thi + Tho ) / 2 = ……………………..K
Sedangkan, Two diperoleh dari persamaan laju perpindahan panas konduksi secara radial dari permukaan luar
pipa ke permukaan dalam pipa:
2πkL .N
Qk = (Two − Twi )
ln( d o / d i )
dimana,
k : konduktifitas termal bahan pipa (W/mK)
L : panjang pipa (m)
N : jumlah tube
do : diameter permukaan luar pipa (m)
di : diameter permukaan dalam pipa (m)
Twi : temperature permukaan dalam pipa (K)
Sementara itu, Twi diperoleh dari persamaan laju perpindahan panas konveksi antara permukaan dalam pipa
dengan aliran fluida di dalam pipa:
Qi = hi Ai (Twi −Tc )
dimana,
hi : koefisien perpindahan panas konveksi aliran di dalam pipa (W/m2K)
Ai : luas total permukaan perpindahan panas di dalam pipa (m2)
Tc : temperature rata-rata aliran fluida di dalam pipa (K)
17
Kemudian,
dengan menggunakan
k : konduktifitas termal bahan pipa = ………………….. W/mK
L : panjang pipa = 4 m
N : jumlah tube = …………………… tubes
do : diameter permukaan luar pipa = 0,020 m
di : diameter permukaan dalam pipa = 0,016 m
Twi : temperature permukaan dalam pipa = ………………………… K
2πkL .N
Qk = (Two − Twi )
ln( d o / d i )
Selanjutnya,
Dengan menggunakan
Qo = Qh = Qc = ……………………………. J/s = W
Ao = π do L N = …………………………… m2
Th = ( Thi + Tho ) / 2 = ……………………… K
Two = …………………. K
Koefisien global perpindahan panas bagi kedua aliran fluida di dalam alat penukar kalor, U dapat diestimasi
menggunakan persamaan:
1 A A ln( d o / d i ) 1 Ao R fi
= o + o + + + R fo
U hi Ai 2πkLN ho Ai
Selanjutnya, dengan menggunakan harga-harga berbagai parameter yang telah dihitung sebelum ini
18
hi = …………………….. W/m2K
ho = …………………….. W/m2K
k = 19 W/mK
L=4m
N = ……………………… tubes
do = 0,020 m
di = 0,016 m
Ao = …………………….. m2
Ai = ……………………… m2
Dan
Sesuai dengan saran tabel TEMA:
Rfi untuk aliran air di dalam pipa, dipilih = 0,000220 m2K/W
Rfo untuk aliran oli di bagian shell, dipilih = 0,000176 m2K/W
1 A A ln( d o / d i ) 1 Ao R fi
= o + o + + + R fo
U hi Ai 2πkLN ho Ai
Koefisien global perpindahan panas hasil perhitungan menggunakan berbagai persamaan di atas yang sifatnya
pendekatan memberikan harga sebesar U = …………………… W/m2K.
Sedangkan di awal perhitungan, sewaktu akan menghitung luas permukaan perpindahan panas (dimensi alat),
telah dipilih harga awal koefisien global perpindahan panas sebesar U = …………… W/m2K.
U akhir − U awal
×100% = …………………………%
U awal
Jadi pemilihan harga U = ……………. W/m2K pada awal perhitungan dapat dikatakan masih dalam batas-batas
yang wajar, yaitu memberikan harga perbedaan di bawah …………%.
Artinya dimensi alat hasil perhitungan design tersebut di atas yaitu N = ……… tubes sudah cukup baik.
Metode Efektifitas perpindahan panas, ε dan NTU (Number of transfer Unit)
19
Efektifitas perpindahan energi panas, ε di dalam sebuah APK adalah perbandingan antara laju pertukaran energi
panas yang sebenarnya terjadi, Qactual terhadap laju pertukaran energi panas maximum, Qmax yang dapat terjadi
pada alat tersebut :
Qact
ε=
Qmax
Laju pertukaran energi panas maksimal yang mungkin terjadi, secara prinsip dapat dicapai pada sebuah APK
jenis aliran berlawanan (counter flow) dan besarnya dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan berikut :
Dalam persamaan tersebut Cmin adalah laju kapasitas panas yang minimum di antara Cc dan Ch di mana:
Laju kapasitas panas aliran fluida pendingin, Cc
C c = m c c p ,c
C h = m h c p ,h
Kemudian, Harga efektifitas ε bagi berbagai APK merupakan fungsi dari bilangan NTU, Cmax dan Cmin.
NTU adalah sebuah parameter yang diberikan oleh persamaan :
UA
NTU ≡
C min
Hubungan antara efektifitas ε dan NTU untuk berbagai jenis APK telah tersedia di dalam literatur tentang APK,
biasanya berupa grafik atau tabel persamaan empirik.
Untuk APK shell & tube, dengan one shell pass, 2,4,6 tube passes, persamaannya adalah:
[
2 0 , 5 1 + exp − NTU (1 + C )
ε = 21 + C + (1 + C ) ⋅
2 0,5
]
−1
[ ]
1 − exp − NTU (1 + C 2 ) 0,5
20
Metode Efektifitas perpindahan panas, ε dan NTU
Apabila sebuah APK yang telah selesai dirancang, kemudian dipasang pada suatu instalasi proses industri dan
dioperasikan pada kondisi di mana temperatur dan laju aliran fluida panasnya ditetapkan sama dengan harga
temperatur dan laju aliran fluida panas yang ada pada perancangannya; juga temperatur dan laju aliran fluida
pendinginnya ditetapkan sama dengan harga temperatur dan laju aliran fluida pendingin yang ada pada
perancangannya, maka fokus perhatian prediksi performance APK adalah pada harga temperatur aliran fluida
panas dan temperatur aliran fluida pendingin saat keluar APK fungsi dari waktu pengoperasiannya.
Kedua harga parameter tersebut dapat dievaluasi dari harga laju pertukaran energi panas yang sebenarnya
terjadi, Qactual pada kondisi awal pengoperasian:
Qact = ε ⋅ Qmax
Dengan:
Kemudian, apabila harga efektifitas perpindahan panas,ε pada awal pengoperasiannya sudah diketahui maka
harga Qact dapat ditentukan.
Setelah itu, harga temperatur aliran fluida panas keluar, Tho dan temperatur aliran fluida pendingin keluar, Tco
saat awal pengoperasiannya dapat ditentukan melalui persamaan berikut:
Qact
Tco = Tci +
Cc
Dan
Qact
Tho = Thi −
Ch
ε = 21 + C + (1 + C 2 ) 0,5 ⋅
[ ]
1 + exp − NTU (1 + C 2 ) 0,5
−1
[ ]
1 − exp − NTU (1 + C 2 ) 0,5
Dengan:
21
UA
NTU ≡
C min
Dan
C min
C=
C max
Harga NTU di atas dievaluasi berdasarkan harga koefisien U yang berubah dengan waktu pengoperasian.
Selama pengoperasian sebuah APK, harga koefisien global perpindahan panasnya dapat dievaluasi dengan
menggunakan persamaan:
1 1
= + ΣR f
U U clean
Dengan:
1 Ao A ln( d o / d i ) 1
= + o +
U clean hi Ai 2πkLN ho
Pada awal pengoperasian, kondisi permukaan perpindahan panas di dalam APK masih dalam keadaan bersih
sehingga:
ΣR f = o
Kemudian, dengan berjalannya waktu pengoperasian pengotoran permukaan akan terjadi dan tebal lapisan
fouling akan bertumbuh secara bertahap.
APK yang menjadi objek studi prediksi performancenya akan dioperasikan pada kondisi di mana temperatur dan
laju aliran fluida panasnya ditetapkan sama dengan harga temperatur dan laju aliran fluida panas yang ada pada
perancangannya, yaitu:
mh = …………………..kg/s
22
Temperatur dan laju aliran fluida pendinginnya juga akan dioperasikan sebesar harga temperatur dan laju aliran
fluida pendingin yang ada pada perancangannya, yaitu:
mc = …………………..kg/s
Fokus perhitungan prediksi performance APK adalah pada harga temperatur aliran fluida panas dan temperatur
aliran fluida pendingin saat keluar APK fungsi dari waktu pengoperasiannya, yang berarti fungsi dari kenaikan
harga tahanan termal fouling.
Harga tahanan termal fouling total bagi kedua fluida kerja yang telah dipilih saat perhitungan perancangan adalah
sebesar 0,000396 m2K/W
(Rfi untuk aliran air di dalam pipa, dipilih = 0,000220 m2K/W dan Rfo untuk aliran oli di bagian shell, dipilih =
0,000176 m2K/W).
1 1
= + ΣR f
U U clean
Atau
U = ……………………….W/m2 K
23
Ch = mh cph =…………………………………….
Cc = mc cpc =…………………………………….
Maka,
Cmin =…………………………..
C min
C= =………………………….
C max
4. Perhitungan NTU
UA
NTU ≡ =…………………………………………………
C min
ε = 21 + C + (1 + C 2 ) 0,5 ⋅
[ ] −1
1 + exp − NTU (1 + C 2 ) 0,5
[ ] =…………………………………….
1 − exp − NTU (1 + C 2 ) 0,5
24
Qact
Tco = Tci + =……………………………………………………….
Cc
Dan
Qact
Tho = Thi − =…………………………………………………………..
Ch
Selanjutnya,
Karena harga tahanan termal fouling total bagi kedua fluida kerja yang telah dipilih saat perhitungan perancangan
adalah sebesar 0,000396 m2K/W, maka
sehingga:
1 1
= + ΣR f
U U clean
Atau
U = ……………………….W/m2 K
Ch = mh cph =…………………………………….
Cc = mc cpc =…………………………………….
Maka,
Cmin =…………………………..
C min
C= =………………………….
C max
25
3. Perhitungan laju perpindahan panas maksimum
4. Perhitungan NTU
UA
NTU ≡ =…………………………………………………
C min
ε = 21 + C + (1 + C 2 ) 0,5 ⋅
[ ] −1
1 + exp − NTU (1 + C 2 ) 0,5
[ ] =…………………………………….
1 − exp − NTU (1 + C 2 ) 0,5
Qact
Tco = Tci + =……………………………………………………….
Cc
Dan
Qact
Tho = Thi − =…………………………………………………………..
Ch
26
1. Perhitungan koefisien perpindahan panas global
sehingga:
1 1
= + ΣR f
U U clean
Atau
U = ……………………….W/m2 K
Ch = mh cph =…………………………………….
Cc = mc cpc =…………………………………….
Maka,
Cmin =…………………………..
C min
C= =………………………….
C max
4. Perhitungan NTU
UA
NTU ≡ =…………………………………………………
C min
27
ε = 21 + C + (1 + C 2 ) 0,5 ⋅
[ ] −1
1 + exp − NTU (1 + C 2 ) 0,5
[ ] =…………………………………….
1 − exp − NTU (1 + C 2 ) 0,5
Qact
Tco = Tci + =……………………………………………………….
Cc
Dan
Qact
Tho = Thi − =…………………………………………………………..
Ch
28