A. PERSPEKTIF PSIKODINAMIKA
• Tokoh utama : SIGMUND FREUD
• Perilaku maladaptif disebabkan karena adanya konflik antara id, ego dan
superego dalam alam bawah sadar individu.
• Perilaku manusia merupakan produk dari interaksi atau dinamika pikiran
dan perasaan sadar dengan tidak sadar dalam diri individu.
• Perilaku juga disebabkan karena adanya kondisi saling mempengaruhi
antara id, ego dan superego.
• Perkembangan kepribadian ditentukan oleh pengalaman-pengalaman awal
pada usia 5 tahun pertama kehidupan.
1. ID
• Ada sejak individu dilahirkan.
• Berisi sejumlah energi yang diperlukan untuk menjalankan fungsi
psyche.
• Terdiri dari dorongan-dorongan dasar seperti rasa lapar, haus,
pembuangan/pengeluaran kotoran, kehangatan, afeksi, agresi dan
seksual.
• Bekerja dengan menggunakan pleasure principle yaitu pencarian
pemuasan kebutuhan dengan segera. Jika dorongan id tidak dipenuhi
maka akan timbul ketegangan (tension) dalam diri individu. Pada
kondisi itu, id akan berusaha untuk mengurangi ketegangan dengan
sesegera mungkin.
• Cara memuaskan kebutuhan dengan segera:
a. Berinteraksi dengan lingkungan. Misalnya: bayi yang ingin
menyusu pada ibunya akan berusaha untuk mencari tetek ibunya
dan kemudian menyusu.
b. Primary process thinking, yaitu
membayangkan/mengimajinasikan keinginan-keinginannya.
Misalnya: bayi yang ingin menyusu tadi akan membayangkan tetek
ibunya. Pada saat itu, si bayi akan mengalami pemuasan
sementara melalui wish-fulfilling fantasy.
2. EGO
• Berkembang selama 6 bulan kedua kehidupan (12 bulan).
• Bertugas untuk berhubungan dengan realitas.
• Bekerja dengan menggunakan reality principle, yang
merupakan cara ego untuk menunda pemuasan dorongan id dan
menghubungkannya dengan harapan lingkungan.
• Primary process thinking tidak selamanya bisa menjaga
kehidupan individu, untuk itu ego kemudian menggunakan
secondary process sebagai cara yang memakai perencanaan dan
pengambilan keputusan dalam memenuhi suatu dorongan. Misal: bayi
yang haus dan ingin menyusu pada ibunya tadi menggunakan
secondary process dengan memutuskan untuk mencari perhatian
ibunya, mungkin dengan menangis.
3. SUPEREGO
• Bagian jiwa yang bertindak selaku kesadaran dan merefleksikan
standar moral masyarakat, seperti benar-salah, baik-buruk.
• Pada saat dorongan id muncul, ego tidak hanya memuaskannya
dengan menghubungkan pada realitas tapi juga dengan standar
benar-salah dari superego. Misal: saat ujian, tiba-tiba dosen keluar
ruangan. Saat itu mungkin berarti ada kesempatan untuk mencontek.
Tapi individu tidak melakukan itu karena dia merasa bersalah jika
melakukannya atau dia merasa tidak jujur, dsb.
PERKEMBANGAN PSIKOSEKSUAL
Individu berkembang melalui serangkaian tahap psikoseksual. Dimana pada
tiap tahap terdapat bagian tubuh tertentu yang paling sensitif terhadap
pembangkitan atau kegairahan seksual dan merupakan bagian yang paling
dapat memuaskan dorongan id.
B. PERSPEKTIF HUMANISTIK
• Tokoh utama: Carl Rogers
• Memandang bahwa semua manusia pada dasarnya baik, mempunyai
potensi untuk menjadi sehat dan kreatif. Gangguan mental dapat
berkembang akibat tekanan sosial.
• Menerapkan pentingnya pemberian cinta dan penerimaan dari orang tua
atau orang terdekat lainnya terhadap perkembangan kepribadian.
• Rogers menciptakan teori yang terpusat pada individu (person-centered
theory). Prinsip-prinsipnya:
Untuk memahami seseorang, kita harus melihat dari cara mereka
mengalami peristiwa tersebut daripada terhadap peristiwanya itu sendiri.
Setiap individu itu unik, perbedaan persepsi dan perasaan pada tiap
individu menentukan perilaku mereka.
Motif utama yang selalu menggerakkan individu untuk maju adalah
self actualization, merupakan perwujudan dari seluruh potensi yang
dimiliki individu.
Mereka mempunyai tujuan yang sudah ditentukan. Adanya pengaruh
dari luar dirinya (orang tua, teman sebaya, sosial atau tekanan
lingkungan) mengakibatkan individu kehilangan arah yang sudah
ditentukan.
C. PERSPEKTIF BEHAVIORAL
• Perilaku, dalam pandangan ini sangatlah ditentukan oleh pengaruh
lingkungannya.
• John B Watson menekankan betapa dibutuhkannya suatu observasi
dan eksperimen yang sitematis untuk mempelajari perilaku. Manusia pada
dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya.
• Segenap perilaku manusia itu dipelajari, termasuk juga perilaku
abnormalnya yang dipelajari dengan cara yang sama pada individu lain.
• Pendekatan ini lebih tertarik pada perilaku-perilaku yang dapat
diamati daripada kondisi-kondisi abstrak atau bawah sadar yang merupakan
tema pokok psikoanalisa.
• Ivan Pavlov (classical conditioning)
Menggunakan Pavlov’s dog.
CS (bel) tidak keluar saliva
CS keluar saliva
• Bandura (modelling)
Individu mengamati model untuk kemudian menirukan perilaku tersebut.
Misalnya anak kecil akan menunjukkan perilaku jongkok saat berjumpa
dengan anjing, karena dia mengamati orang tuanya berperilaku tersebut
saat berjumpa dengan anjing.
D. PERSPEKTIF KOGNITIF
• Pendekatan kognitif memusatkan perhatiaannya tentang bagaimana
manusia (bahkan hewan sekalipun) melakukan strukturisasi terhadap
pengalaman, bagaimana mereka membuat suatu sense terhadap
pengalaman-pengalaman tersebut kemudian mentransformasi stimulus-
stimulus lingkungan menjadi informasi yang siap digunakan.
• Didalamnya terdapat juga tentang bagaimana seharusnya proses-
proses mental seperti pikiran, persepsi, ingatan, perhatian, pemecahan
masalah dan penggunaan bahasa dipelajari untuk memahami suatu
perilaku.
• Albert Ellis mengemukakan Rational-emotive theory.
• Menurut teori ini individu yang memiliki rational beliefes, pada saat
mengalami kejadian negatif akan menunjukkan emosi negatif seperti sedih
dan frustrasi. Tapi individu dengan irrational beliefes akan berubah menjadi
depresi, cemas atau marah.
• Menurut Allbert Ellis manusia itu mempunyai potensi baik untuk
berpikiran baik dan rasional maupun buruk dan irasional. Manusia memiliki
kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara diri, berbahagia, berpikir
dan berkata, mencintai, bergabung dengan orang lain serta tumbuh dan
mengaktualisasikan diri. Akan tetapi manusia juga mempunyai
kecenderungan-kecenderungan untuk menghancurkan diri, menghindari
pemikiran, berlambat-lambat, menyesali kesalahan sampai berlarut-larut,
intoleransi, perfeksionis dan mencela diri serta menghindari pertumbuhan
dan aktualisasi diri. Manusia pun berkecenderungan untuk terpaku pada
pola-pola tingkah laku lama yang disfunction.
• Abnormalitas terjadi karena adanya penimbunan keyakinan-
keyakinan irasional yang berpengaruh pada masa kanak-kanak. Ellis
mengatakan “gangguan emosi pada dasarnya merupakan terdiri atas
kalimat-kalimat atau arti-arti yang keliru, tidak logis dan tidak bisa
disahihkan, yang oleh orang terganggu diyakini secara dogmatis dan tanpa
kritik dan terhadapnya dia beremosi atau bertindak sampai ia sendiri
kalah”.
• Ada tiga kategori utama irrational beliefes, dimana masing-masing
membawa konsekuensi terhadap kekalahan diri yaitu:
a. Gagasan bahwa seseorang harus benar-benar kompeten,
layak, berprestasi dalam segala hal dan dicintai sepanjang waktu atau
gagasan bahwa seseorang merasa tidak mampu dan tidak berharga.
Gagasan ini bisa menyebabkan panik dan depresi.
b. Gagasan bahwa semua orang harus memperlakukannya
dengan baik dan jujur atau gagasan bahwa orang-orang tertentu buruk,
keji, atau jahat dan harus dikutuk atas kejahatannya. Gagasan ini dapat
mengembangkan perasaan marah dan agresif.
c. Gagasan bahwa segala sesuatu harus mengikuti
kehendaknya, tidak terlalu sukar dikerjakan dan tidak membuat frustrasi
atau gagasan bahwa hidup adalah mengerikan, buruk, sangat
menyakitkan dan malapetaka. Gagasan ini dapat menciptakan kondisi
mengasihani diri sendiri dan toleransi yang rendah terhadap frustrasi
juga prokrastinasi.