Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten
2
Gunungkidul 1.485,36 km atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Tabel 1.
Letak Geografis Kabupaten Gunungkidul
6
Wilayah Kabupaten Gunungkidul terletak pada ketinggian yang bervariasi antara
0–800 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten
Gunungkidul yaitu 1.341,71 km2 atau 90,33 % berada pada ketinggian 100–500 m
di atas permukaan laut (dpl). Sedangkan sisanya 7,75 % terletak pada ketinggian
kurang dari 100 m dpl, dan 1,92 % terletak pada ketinggian lebih dari 500-
1.000 m dpl.
7
Tekstur tanah di Kabupaten Gunungkidul dibedakan atas dasar komposisi
komponen pasir, debu, dan lempung, sehingga secara garis besar dipilahkan
menjadi tekstur kasar, sedang, dan halus.
Curah hujan rata-rata Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2004 sebesar 1382 mm
dengan jumlah hari hujan rata-rata 89 hari. Bulan basah 4–5 bulan, sedangkan
bulan kering berkisar antara 7–8 bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober–
Nopember dan berakhir pada bulan Maret–April setiap tahunnya. Puncak curah
hujan dicapai pada bulan Desember – Pebruari. Wilayah Kabupaten Gunungkidul
bagian Utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding
wilayah tengah dan selatan, sedangkan wilayah Gunungkidul bagian selatan
mempunyai awal hujan paling akhir.
Suhu udara Kabupaten Gunungkidul untuk suhu rata-rata harian 27,7° C, suhu
minimum 23,2°C dan suhu maksimum 32,4° C. Kelembaban nisbi di Kabupaten
Gunungkidul berkisar antara 80% – 85%. Kelembaban nisbi ini bagi wilayah
Kabupaten Gunungkidul tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih
dipengaruhi oleh musim. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari–Maret,
sedangkan terendah pada bulan September.
Air permukaan (sungai dan mata air) banyak dijumpai di Gunungkidul wilayah utara
dan tengah. Di wilayah tengah beberapa tempat mempunyai air tanah yang cukup
dangkal dan dimanfaatkan untuk sumur ladang. Wilayah selatan Gunungkidul
merupakan kawasan karst yang jarang ditemukan air permukaan. Di wilayah ini
dijumpai sungai bawah tanah seperti Bribin, Ngobaran, dan Seropan serta
ditemukan juga telaga musiman yang multiguna bagi penduduk sekitarnya.
8
Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1659 K/
40/MEN/2004 Tanggal 1 Desember 2004 tentang Penetapan Kawasan Karst
Gunungsewu dan Pacitan Timur, untuk Kabupaten Gunungkidul kawasan yang
ditetapkan sebagai kawasan karst adalah kawasan perbukitan batu gamping yang
terletak di Kecamatan Wonosari, Ponjong, Panggang, Semanu, Purwosari, Paliyan,
Saptosari, Rongkop, Tanjungsari, Tepus, dan Girisubo. Kawasan tersebut perlu
dikelola sesuai dengan daya dukung lingkungannya dalam upaya mengoptimalkan
pemanfaatan potensi kawasan karst yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.
Jumlah mata air di wilayah Kabupaten Gunungkidul ada 215 buah, sedangkan
jumlah telaga ada 252 buah. Di wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian tengah dan
sebagian kecil wilayah selatan terdapat sumur bor (deep well) sebanyak 55 buah
dengan fungsi untuk irigasi pertanian dan untuk air minum penduduk setempat.
Untuk kepentingan irigasi, satu sumur bor mempunyai kemampuan oncoran antara
15–50 ha. Kemampuan masing-masing sumur tergantung pada debit airnya.
Beberapa sungai bawah tanah dimanfaatkan airnya untuk memenuhi kebutuhan air
baku/air bersih bagi rumah tangga antara lain, di Bribin, Ngobaran, Seropan, dan
Baron. Air sungai bawah tanah juga dirintis untuk kepentingan irigasi pertanian
seperti Seropan untuk wilayah Kecamatan Semanu.
Atas dasar topografi, jenis batuan, jenis tanah, ketinggian wilayah, dan keadaan
hidrologi/sumber air, wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi tiga zone
wilayah sebagai berikut:
a) Zone Utara atau Zone Batur Agung; meliputi wilayah Kecamatan Patuk,
Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin dan Ponjong Utara, bentuk wilayah
berbukit, bergunung, tinggi dari permukaan laut 200–700 meter di atas
9
permukaan laut, jenis tanah didominasi latosol dengan batuan induk vulkanik dan
sedimen tufan. Kisaran curah hujan per tahun 2000–2500 mm, memiliki sungai
di atas tanah dan banyak ditemukan sumber air. Wilayah ini potensial untuk
tanaman tahunan (tanaman perkebunan, buah-buahan, dan kayu-kayuan),
tanaman semusim (padi, palawija), budidaya perikanan darat, pembibitan, dan
penggemukan ternak.
b) Zone Tengah atau Zone Ledok Wonosari atau Cekungan Wonosari, meliputi
wilayah Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong Tengah, dan
Semanu bagian Utara. Bentuk wilayah landai sampai bergelombang, ketinggian
dari permukaan laut 150–200 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah
didominasi oleh asosiasi mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan
induk batu kapur. Kisaran curah hujan per tahun 1800–2000 mm, terdapat
sungai permukaan, sumber air dan diduga terdapat sungai bawah tanah.
Wilayah zone tengah potensial untuk tanaman semusim (padi, palawija dan
sayuran), tanaman tahunan seperti tanaman buah-buahan dan kayu-kayuan,
budidaya perikanan darat dan usaha penggemukan maupun pembibitan ternak.
c) Zone Selatan atau Zone Gunung Seribu, meliputi wilayah Kecamatan Purwosari,
Panggang, Saptosari, Paliyan, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Semanu
Selatan, dan Ponjong Selatan. Bentuk wilayah berbukit-bukit, tinggi dari
permukaan laut 0–300 meter di atas permukaan laut, jenis tanah didominasi
oleh tanah komplek litosol dan mediteran merah dengan bahan induk batuan
kapur. Di zone ini ditemukan sungai-sungai di bawah tanah. Potensial untuk
tanaman lahan kering (padi gogo dan palawija), tanaman buah-buahan (pisang,
srikoyo, sirsat, dll), budidaya perikanan perairan darat (telaga) dan perikanan
tangkap serta untuk usaha budidaya ternak (pembibitan dan penggemukan).
10
Berlangsungnya pelaksanaan pembangunan Kabupaten Gunungkidul saat
ini juga ditunjukkan oleh adanya perkembangan sektor jasa yang yang
cenderung naik walaupun pada tahun 2002 sedikit mengalami penurunan.
Sifat sektor jasa adalah mudah tumbuh seiring banyaknya pelaksanaan
pembangunan fisik, mudah dimasuki masyarakat tanpa memerlukan
ketrampilan rumit, dan dari segi ekonomi lebih menjanjikan. Di sisi lain, sektor
pertanian mengalami kecenderungan sulit naik atau lebih cenderung kearah
stagnan, yang menandakan adanya kejenuhan dalam perkembangannya.
Kedua fenomena di atas menunjukkan adanya transformasi ekonomi dari
sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.
11
Gambar 1.
Kontribusi Masing-masing Sektor Dalam Pembentukan
PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2003
12
Gambar 2.
Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Tahun 1999-2003 (Juta Rupiah)
13
Perkembangan PDRB di Sub Sektor Hotel dan Restoran yang cenderung
naik, sangat ditunjang oleh usaha peningkatan pengoptimalan pengelolaan
obyek wisata di sepanjang pantai selatan Gunungkidul. Potensi ini mencakup
fenomena alam panorama, dan sumberdaya ikan laut. Obyek dan daya tarik
wisata (ODTW) andalan Kabupaten Gunungkidul adalah pantai-pantai yang
mempunyai panorama spesifik yaitu dari arah barat ke timur berturut-turut
Pantai Girijati, Gesing, Ngobaran, Ngrenehan, Baron, Kukup, Sepanjang,
Drini, Krakal, Ngobaran, Sundak, Siung, Wediombo, dan Sadeng. Semua
pantai tersebut mempunyai bentuk spesifik (bentuk U) karena menempati
bekas lembah uvala maupun polje. Selain itu terdapat keunikan topografi
karst yang meliputi bukit- bukit karst, gua-gua karst dengan stalaktit dan
stalakmitnya serta sungai- sungai bawah tanah.
Gambar 4.
Perkembangan PDRB Sub Sektor Penggalian
Kabupaten Gunungkidul Tahun 1999 - 2003
14
2.2.3 PDRB Per Kapita
Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran yang telah dicapai
penduduk suatu daerah adalah dengan menghitung PDRB per kapitanya.
Jika data tersebut disajikan secara berkala maka akan menunjukkan adanya
perubahan kemakmuran.
Dilihat dari nilai PDRB per kapita atas dasar harga berlaku, pada tahun 2003
terjadi peningkatan menjadi sebesar Rp 7,18 juta dibanding tahun 2002
sebesar Rp 3,92 juta, atau meningkat 6,63%. Namun kenaikan tersebut
belum menunjukkan kenaikan daya beli masyarakat karena kenaikan
tersebut masih terpengaruh oleh adanya kenaikan harga.
Untuk dapat melihat kenaikan daya beli masyarakat, secara umum tercermin
dari kenaikan PDRB per kapita atas dasar harga konstan. Berdasarkan
harga konstan, PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul mengalami
kenaikan yaitu sebesar 1,62% menjadi Rp 1,313 juta pada tahun 2003.
Dengan demikian meskipun secara nominal PDRB Kabupaten Gunungkidul
cukup tinggi tetapi secara riil daya beli masyarakat hanya mengalami sedikit
peningkatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya kenaikan pada PDRB per
kapita atas dasar harga berlaku lebih didominasi oleh kenaikan harga-harga
dibandingkan dengan kenaikan produksi riil.
15
a. Sawah irigasi setengah teknis 1.192 hektar
b. Sawah irigasi sederhana 736 hektar
c. Sawah irigasi non PU/desa 214 hektar
d. Sawah tadah hujan 3.081 hektar
e. Tegal 61.989 hektar
f. Pekarangan 30.989 hektar
g. Kolam/tambak 180 hektar
Lahan sawah yang dapat ditanami padi sawah dua kali atau lebih dalam
setahun seluas ± 653 ha. Lahan tegal umumnya diusahakan untuk
kegiatan usaha tani padi-palawijo dengan pola tumpang sari/tumpang
gilir. Terdapat pula lahan tegal yang dipergunakan untuk usaha tanaman
perkebunan/tanaman jangka panjang.
2). Hutan
Luas hutan Kabupaten Gunungkidul 29.340,5 ha atau (19,75 %) dari
luas wilayah, yang terdiri dari Hutan Negara seluas 13.221,5 ha dan
Hutan Rakyat seluas 16.119 ha. Berdasarkan fungsinya Hutan Negara
terdiri :
16
Hutan rakyat di Kabupaten Gunungkidul memiliki peran yang penting
dalam konservasi lahan bagi lahan pertanian di Kabupaten Gunungkidul,
sedangkan kawasan hutan negara sangat terbatas luasnya. Potensi
untuk pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Gunungkidul antara lain
meliputi tanah AB, tanah Sultan Grounds (SG), tanah kas desa, tanah
milik rakyat, dan lain-lain dengan target sampai dengan tahun 2010
seluas 4.500 hektar. Hutan rakyat di Kabupaten Gunungkidul umumnya
merupakan hutan produksi dan berperan dalam peningkatan pendapatan
masyarakat sekaligus memberikan lapangan kerja bagi masyarakat
perdesaan.
17
4). Kelautan
Kabupaten Gunungkidul bagian Selatan berbatasan dengan Samudera
Hindia, di wilayah ini terdapat garis pantai sepanjang 67 km terbentang
dari Kecamatan Purwosari sampai dengan Kecamatan Girisubo. Di
sepanjang garis pantai terdapat tempat-tempat yang dapat didarati oleh
kapal/perahu perikanan .
Tanaman musiman antara lain, meliputi padi (sawah dan gogo), palawija
(jagung, kacang tanah, kedelai, ubi kayu, dan bermacam-macam polo
kependem), sayuran (bayam, sawi, lombok, tomat, waluh, semangka).
18
Fauna yang ada di wilayah Kabupaten Gunungkidul beberapa dasa
warsa yang lalu cukup banyak jenisnya, namun dengan terjadinya
perburuan dan perusakan lingkungan jenis maupun jumlahnya makin
menyusut. Fauna lain yang sampai saat ini masih nampak antara lain
burung derkuku, perkutut, gelatik, emprit, burung gereja, bethet, harimau
kumbang, landak, ayam alas, musang, luwak, kijang, harimau cecep, ular,
kelelawar, sriti, walet, landak, dan kera ekor panjang. Fauna air yang
masih nampak antara lain lele, gabus, pelus, sidat, tawes, gurameh,
sepat, nila, penyu hijau, dan penyu belimbing. Gunungkidul merupakan
gudang ternak di Propinsi DIY dengan produksi peternakan pada akhir
tahun 2004 adalah sapi potong sebanyak 108.395 ekor, kerbau
sebanyak 249 ekor, kuda sebanyak 8 ekor, kambing sebanyak 123.300
ekor, domba sebanyak 11.896, babi sebanyak 33 ekor, ayam buras
sebanyak 1.656.258 ekor, ayam ras petelur sebanyak 10.436 ekor, ayam
ras pedaging sebanyak 181.539 ekor, itik sebanyak 9.210 ekor, dan
burung puyuh sebanyak 203.335 ekor.
6). Industri
Sebagian besar industri Kabupaten Gunungkidul adalah industri rumah
tangga sebanyak 13.293 unit usaha, industri kecil sebanyak 5.604 unit
usaha , industri besar dan sedang sebanyak 9 unit usaha. Industri kecil ini
berbasis pada hasil pertanian, hasil hutan, dan pertambangan.
7). Pariwisata
Sektor pariwisata di Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu sektor
andalan masa depan yang penting dan strategis. Kabupaten Gunungkidul
sebagai pendukung daerah tujuan wisata Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta mempunyai potensi wisata yang cukup besar, dengan titik
berat pada obyek wisata alam pantai Baron, Kukup, Drini, Krakal,
Sundak, Siung, Wediombo, Sadeng, Ngrenehan, Ngobaran, Girijati,
Parangendog, dan Gupit. Peninggalan sejarah dan purbakala adalah
Gunung Gambar, wisata goa Seropan, Maria Tritis, Cerme, Paesan,
Balong, dan Langse, serta wisata desa. Wisata minat khusus antara lain
kawasan karst, situs megalitikum, caving, climbing, tracking, dan otomotif.
19
2.3 Sosial Budaya Daerah
2.3.1 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2004 sebanyak
753.008 jiwa dengan jumlah rumah tangga 155.629. Jumlah penduduk
perempuan Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2004 lebih banyak dibanding
penduduk laki-laki yaitu sebesar (51,03 %) dan 48,97 % penduduk laki-laki.
Rata-rata penduduk per rumah tangga (household size) 4,83 % dengan sex
ratio 96 %. Kepadatan penduduk 500 jiwa/km2. Secara proporsional jumlah
penduduk mengalami penurunan, disebabkan keberhasilan Keluarga
Berencana (KB) serta tingginya angka migrasi penduduk keluar wilayah.
Disamping hal-hal tersebut di atas, variabel penting yang turut
mempengaruhi jumlah dan komposisi penduduk adalah fertilitas (angka
kelahiran), dimana pada tahun 2003 mencapai 1,7 per seribu, demikian juga
variabel lain yang berpengaruh, yaitu angka kematian bayi (AKABA) sebesar
26,06 per seribu kelahiran, dan angka kematian ibu (AKI) sebesar 540 per
seratus ribu kelahiran.
2.3.2 Aparatur
Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Gunungkidul pada bulan Desember tahun
2004 sebanyak 10.271 orang, yang terdiri dari pegawai struktural sebanyak
582 orang, fungsional sebanyak 6.922 orang, dan staf sebanyak 2.767 orang.
2.3.3 Ketenagakerjaan
Gambar 5.
20
Matapencaharian Penduduk
Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2004
Angkutan dan Keuangan
Komunikasi 0% Jasa-jasa
Perdagangan 8% 8%
9%
Kontruksi
5%
Listrik, Gas, dan Air
0%
Industri
5% Pertanian
Pertambangan 69%
dan Galian
1%
2.3.4 Pendidikan
Jenis-jenis sekolah di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004 meliputi, SD,
SMP, SMA dan SMK. Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.
Jenis-jenis Sekolah di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004
21
Tabel 3.
Jenis-jenis Sekolah / Lembaga Pendidikan di Lingkungan Departemen
Agama yang Ada di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004
No Jenis Jumlah Jumlah Kondisi Ruang Kelas
Sekolah Unit Ruang Baik Rusak Rusak
Kelas Berat
Ringan
1. MIN/MIS 75 450 190 201 59
2. MTsN/MTsS 28 125 97 29 28
3. MAN/MAS 5 37 37 - -
4. Perguruan Tinggi Agama 2 - - - -
2.3.5 Kesehatan
2.3.6 Agama
22
2.4.1 Transportasi
Untuk meningkatkan pelayanan transportasi lokal perlu dilakukan
pemerataan pembangunan jalan dan jembatan ke seluruh wilayah perkotaan,
perdesaan, kawasan wisata, dan sebagainya secara proporsional.
Sedangkan untuk transportasi regional direncanakan peningkatan jalan
kolektor yang menghubungkan antar kabupaten dan jalan yang
menghubungkan daerah perbatasan.
Untuk membuka akses wilayah selatan Pulau Jawa, mulai dari Kulonprogo-
Bantul–Gunungkidul–Wonogiri–Pacitan, akan dikembangkan jaringan jalan
lintas selatan. Akses ini dimaksudkan sebagai pengembangan peluang
ekonomi di wilayah pantai selatan Pulau Jawa, sekaligus mengurangi
kejenuhan lalu lintas wilayah utara Pulau Jawa. Panjang jaringan jalan lintas
selatan di Kabupaten Gunungkidul sepanjang 81,25 km dengan melintasi 7
kecamatan di wilayah selatan.
Gambar 6.
23
Kondisi dan Status Jalan di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004 (Km)
Beraspal, 280.31
Beraspal, 55.55
Tanah, 13.8
24
Dalam bidang keagamaan diupayakan adanya hubungan yang harmonis
antara umat beragama yang ada di Kabupaten Gunungkidul, demikian pula
adanya pembangunan sarana ibadah dari berbagai agama yang ada,
sehingga ratio antara banyaknya masing-masing umat beragama terhadap
tempat ibadahnya semakin baik. Sedangkan jumlah sarana peribadatan
menurut agama yang ada adalah sebagai berikut: masjid sebanyak 1.621
buah, mushola 388 buah, langgar 445 buah, gereja Kristen Protestan 78
buah, rumah peribadatan Kristen 18 buah, gereja Katholik 3 buah, kapel 31
buah, pura 14 buah, dan wihara 7 buah.
Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 kecamatan meliputi 144 desa dan 1.443
padukuhan. Berdasarkan tingkat perkembangan desa pada tahun 2004, 62 desa
termasuk desa swadaya dan 82 desa termasuk swakarya. Berdasarkan kondisi
tersebut diharapkan ada perkembangan desa secara bertahap dari desa swadaya
menjadi swasembada. Sedangkan lembaga tingkat desa yang dibentuk untuk ikut
mengisi pembangunan diantaranya Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) dengan klasifikasi semua termasuk
tumbuh dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dengan klasifikasi maju.
25
4) 7 Kantor
5) 18 Kecamatan
6) 2 BUMD (PDAM dan Bank Pasar)
26