Anda di halaman 1dari 21

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1 Kondisi Geografi

Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu kabupaten yang ada di Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta, dengan Ibukotanya Wonosari. Luas wilayah Kabupaten
2
Gunungkidul 1.485,36 km atau sekitar 46,63 % dari luas wilayah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.

Kabupaten Gunungkidul terletak di sebelah tenggara Kota Yogyakarta (Ibu kota


Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta). Jarak Wonosari sebagai Ibukota Kabupaten
Gunungkidul dengan Kota Yogyakarta ± 39 km.
Letak geografis Kabupaten Gunungkidul sebagai berikut:

Tabel 1.
Letak Geografis Kabupaten Gunungkidul

Letak Ujung Bujur/Lintang Derajat Letak Geografis

Barat Bujur Timur 110° 21’


Timur Bujur Timur 110° 50’
Utara Lintang Selatan 7° 46’
Selatan Lintang Selatan 8° 09’

Wilayah Kabupaten Gunungkidul selain berbatasan dengan kabupaten-kabupaten


lain di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta juga berbatasan dengan kabupaten-
kabupaten dari Propinsi Jawa Tengah dan Samudera Hindia.
Batas wilayah Kabupaten Gunungkidul sebagai berikut :
 Sebelah Barat : Kabupaten Bantul dan Kabupaten Sleman
(Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta)
 Sebelah Utara : Kabupaten Klaten dan Kabupaten Sukoharjo
(Propinsi Jawa Tengah)
 Sebelah Timur : Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah)
 Sebelah Selatan : Samudera Hindia

6
Wilayah Kabupaten Gunungkidul terletak pada ketinggian yang bervariasi antara
0–800 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kabupaten
Gunungkidul yaitu 1.341,71 km2 atau 90,33 % berada pada ketinggian 100–500 m
di atas permukaan laut (dpl). Sedangkan sisanya 7,75 % terletak pada ketinggian
kurang dari 100 m dpl, dan 1,92 % terletak pada ketinggian lebih dari 500-
1.000 m dpl.

Lahan di Kabupaten Gunungkidul mempunyai tingkat kemiringan yang bervariasi


18,19 %, diantaranya merupakan daerah datar dengan tingkat kemiringan 0 %–2 %,
sedangkan daerah dengan tingkat kemiringan antara 15 %–40 % sebesar 39,54 %
dan untuk tingkat kemiringan lebih dari 40 % sebesar 15,95 %.

Jenis tanah di wilayah Kabupaten Gunungkidul cukup beragam, dengan rincian


sebagai berikut:
* Latosol, dengan batuan induk kompleks sedimen tufan dan batuan vulkanik,
yang terletak pada wilayah bergunung-gunung, tersebar di wilayah Kecamatan
Patuk bagian Utara dan Selatan, Gedangsari, Ngawen, Semin bagian Timur, dan
Ponjong bagian Utara
* Kompleks latosol dan mediteran merah, dengan batuan induk batuan gamping,
bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit, terdapat di wilayah Kecamatan
Panggang, Purwosari, Saptosari, Tepus, Tanjungsari, Semanu bagian Selatan
dan Timur, Rongkop, Girisubo, serta Ponjong bagian Selatan.
* Asosiasi mediteran merah dan renzina, dengan batuan induk batu gamping,
bentuk wilayah berombak sampai bergelombang, terdapat di wilayah Kecamatan
Ngawen bagian Selatan, Nglipar, Karangmojo bagian Barat dan Utara, Semanu
bagian Barat, Wonosari bagian Timur, Utara dan Selatan, Playen bagian Barat
dan Utara, serta Paliyan bagian Selatan.
* Grumosol hitam, dengan batuan induk batu gamping, bentuk wilayah datar
sampai bergelombang, terdapat di wilayah Kecamatan Playen bagian Selatan,
Wonosari bagian Barat, Paliyan bagian Utara, dan Ponjong bagian Selatan.
* Asosiasi latosol merah dan litosol, dengan bahan induk tufan dan batuan
vulkanik intermediet, bentuk wilayah bergelombang sampai berbukit, terdapat di
wilayah Kecamatan Semin bagian Utara, Patuk bagian Selatan, dan Playen
bagian Barat.

7
Tekstur tanah di Kabupaten Gunungkidul dibedakan atas dasar komposisi
komponen pasir, debu, dan lempung, sehingga secara garis besar dipilahkan
menjadi tekstur kasar, sedang, dan halus.

Curah hujan rata-rata Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2004 sebesar 1382 mm
dengan jumlah hari hujan rata-rata 89 hari. Bulan basah 4–5 bulan, sedangkan
bulan kering berkisar antara 7–8 bulan. Musim hujan dimulai pada bulan Oktober–
Nopember dan berakhir pada bulan Maret–April setiap tahunnya. Puncak curah
hujan dicapai pada bulan Desember – Pebruari. Wilayah Kabupaten Gunungkidul
bagian Utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan paling tinggi dibanding
wilayah tengah dan selatan, sedangkan wilayah Gunungkidul bagian selatan
mempunyai awal hujan paling akhir.

Suhu udara Kabupaten Gunungkidul untuk suhu rata-rata harian 27,7° C, suhu
minimum 23,2°C dan suhu maksimum 32,4° C. Kelembaban nisbi di Kabupaten
Gunungkidul berkisar antara 80% – 85%. Kelembaban nisbi ini bagi wilayah
Kabupaten Gunungkidul tidak terlalu dipengaruhi oleh tinggi tempat, tetapi lebih
dipengaruhi oleh musim. Kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Januari–Maret,
sedangkan terendah pada bulan September.

Di Kabupaten Gunungkidul terdapat dua daerah aliran sungai (DAS) permukaan


yaitu DAS Opak–Oyo dan DAS Dengkeng. Masing-masing DAS itu terdiri dari
beberapa Sub DAS yang berfungsi untuk mengairi areal pertanian, juga terdapat
DAS bawah permukaan yaitu DAS Bribin.

Air permukaan (sungai dan mata air) banyak dijumpai di Gunungkidul wilayah utara
dan tengah. Di wilayah tengah beberapa tempat mempunyai air tanah yang cukup
dangkal dan dimanfaatkan untuk sumur ladang. Wilayah selatan Gunungkidul
merupakan kawasan karst yang jarang ditemukan air permukaan. Di wilayah ini
dijumpai sungai bawah tanah seperti Bribin, Ngobaran, dan Seropan serta
ditemukan juga telaga musiman yang multiguna bagi penduduk sekitarnya.

8
Berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1659 K/
40/MEN/2004 Tanggal 1 Desember 2004 tentang Penetapan Kawasan Karst
Gunungsewu dan Pacitan Timur, untuk Kabupaten Gunungkidul kawasan yang
ditetapkan sebagai kawasan karst adalah kawasan perbukitan batu gamping yang
terletak di Kecamatan Wonosari, Ponjong, Panggang, Semanu, Purwosari, Paliyan,
Saptosari, Rongkop, Tanjungsari, Tepus, dan Girisubo. Kawasan tersebut perlu
dikelola sesuai dengan daya dukung lingkungannya dalam upaya mengoptimalkan
pemanfaatan potensi kawasan karst yang berkelanjutan dan berwawasan
lingkungan.

Jumlah sungai di Kabupaten Gunungkidul ada 14 buah, sebagian besar terdapat di


wilayah utara. Sungai terbesar di Kabupaten Gunungkidul adalah Sungai Oyo
dengan lokasi mata air di Kabupaten Wonogiri (Propinsi Jawa Tengah) dan
bermuara di Samudera Hindia.

Jumlah mata air di wilayah Kabupaten Gunungkidul ada 215 buah, sedangkan
jumlah telaga ada 252 buah. Di wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian tengah dan
sebagian kecil wilayah selatan terdapat sumur bor (deep well) sebanyak 55 buah
dengan fungsi untuk irigasi pertanian dan untuk air minum penduduk setempat.
Untuk kepentingan irigasi, satu sumur bor mempunyai kemampuan oncoran antara
15–50 ha. Kemampuan masing-masing sumur tergantung pada debit airnya.

Beberapa sungai bawah tanah dimanfaatkan airnya untuk memenuhi kebutuhan air
baku/air bersih bagi rumah tangga antara lain, di Bribin, Ngobaran, Seropan, dan
Baron. Air sungai bawah tanah juga dirintis untuk kepentingan irigasi pertanian
seperti Seropan untuk wilayah Kecamatan Semanu.

Atas dasar topografi, jenis batuan, jenis tanah, ketinggian wilayah, dan keadaan
hidrologi/sumber air, wilayah Kabupaten Gunungkidul dibagi menjadi tiga zone
wilayah sebagai berikut:
a) Zone Utara atau Zone Batur Agung; meliputi wilayah Kecamatan Patuk,
Gedangsari, Nglipar, Ngawen, Semin dan Ponjong Utara, bentuk wilayah
berbukit, bergunung, tinggi dari permukaan laut 200–700 meter di atas

9
permukaan laut, jenis tanah didominasi latosol dengan batuan induk vulkanik dan
sedimen tufan. Kisaran curah hujan per tahun 2000–2500 mm, memiliki sungai
di atas tanah dan banyak ditemukan sumber air. Wilayah ini potensial untuk
tanaman tahunan (tanaman perkebunan, buah-buahan, dan kayu-kayuan),
tanaman semusim (padi, palawija), budidaya perikanan darat, pembibitan, dan
penggemukan ternak.
b) Zone Tengah atau Zone Ledok Wonosari atau Cekungan Wonosari, meliputi
wilayah Kecamatan Playen, Wonosari, Karangmojo, Ponjong Tengah, dan
Semanu bagian Utara. Bentuk wilayah landai sampai bergelombang, ketinggian
dari permukaan laut 150–200 meter di atas permukaan laut. Jenis tanah
didominasi oleh asosiasi mediteran merah dan grumosol hitam dengan bahan
induk batu kapur. Kisaran curah hujan per tahun 1800–2000 mm, terdapat
sungai permukaan, sumber air dan diduga terdapat sungai bawah tanah.
Wilayah zone tengah potensial untuk tanaman semusim (padi, palawija dan
sayuran), tanaman tahunan seperti tanaman buah-buahan dan kayu-kayuan,
budidaya perikanan darat dan usaha penggemukan maupun pembibitan ternak.
c) Zone Selatan atau Zone Gunung Seribu, meliputi wilayah Kecamatan Purwosari,
Panggang, Saptosari, Paliyan, Tepus, Tanjungsari, Rongkop, Girisubo, Semanu
Selatan, dan Ponjong Selatan. Bentuk wilayah berbukit-bukit, tinggi dari
permukaan laut 0–300 meter di atas permukaan laut, jenis tanah didominasi
oleh tanah komplek litosol dan mediteran merah dengan bahan induk batuan
kapur. Di zone ini ditemukan sungai-sungai di bawah tanah. Potensial untuk
tanaman lahan kering (padi gogo dan palawija), tanaman buah-buahan (pisang,
srikoyo, sirsat, dll), budidaya perikanan perairan darat (telaga) dan perikanan
tangkap serta untuk usaha budidaya ternak (pembibitan dan penggemukan).

2.2 Perekonomian Daerah


2.2.1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat dicerminkan dari
beberapa indikator makro. Salah satu indikator makro yang sering dipakai
untuk melihat keberhasilan pembangunan adalah Produk Domestik Regional
Bruto (PDRB). Besarnya nilai PDRB yang berhasil dicapai dan
perkembangannya merupakan refleksi dari kemampuan daerah dalam
mengelola sumberdaya alam dan sumber daya manusia.

10
Berlangsungnya pelaksanaan pembangunan Kabupaten Gunungkidul saat
ini juga ditunjukkan oleh adanya perkembangan sektor jasa yang yang
cenderung naik walaupun pada tahun 2002 sedikit mengalami penurunan.
Sifat sektor jasa adalah mudah tumbuh seiring banyaknya pelaksanaan
pembangunan fisik, mudah dimasuki masyarakat tanpa memerlukan
ketrampilan rumit, dan dari segi ekonomi lebih menjanjikan. Di sisi lain, sektor
pertanian mengalami kecenderungan sulit naik atau lebih cenderung kearah
stagnan, yang menandakan adanya kejenuhan dalam perkembangannya.
Kedua fenomena di atas menunjukkan adanya transformasi ekonomi dari
sektor primer ke sektor sekunder dan tersier.

Perkembangan sektor yang cenderung menurun dibandingkan tahun 2002


dialami oleh Sektor Industri Pengolahan, Sektor Pertambangan dan
Penggalian, Sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan dan Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran, tetapi kondisi ini belum dapat menjadi
gambaran akan kejenuhan masing-masing sektor, karena sangat
dimungkinkan belum digali secara maksimal.

Kontributor sektor terbesar dalam pembentukan PDRB Kabupaten


Gunungkidul berasal dari Sektor Pertanian, yaitu 37,87 persen. Penyumbang
terbesar ke dua adalah Sektor Jasa-jasa (14 %). Sedangkan penyumbang
terkecil PDRB Kabupaten Gunungkidul adalah Sektor Listrik, Air dan Gas.
Penyumbang terkecil ke dua adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian.
Kondisi ini menunjukkan bahwa Sektor Pertanian saat ini masih menjadi
andalan sebagai sumber matapencaharian masyarakat Gunungkidul, tetapi di
masa mendatang aspek manajemen kelembagaan harus mendapatkan
perhatian yang serius yaitu terobosan kebijaksanaan yang berarti, karena
dampaknya langsung mengena pada laju perkembangan yang cenderung
stagnan bahkan turun.

11
Gambar 1.
Kontribusi Masing-masing Sektor Dalam Pembentukan
PDRB Kabupaten Gunungkidul Tahun 2003

Besarnya Sektor Pertanian dalam menyumbang PDRB terbesar merupakan


refleksi dari luasnya lahan yang dimiliki dan mata pencaharian terbesar
masyarakat Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai petani.

Kecilnya peranan Sektor Pertambangan dalam memberikan kontribusi PDRB


(hanya 3 %), sementara secara nyata potensinya besar, menunjukkan
sumber daya alam potensial Kabupaten Gunungkidul yaitu bahan-bahan
galian belum dimanfaatkan secara optimal. Kondisi ini menyebabkan, Sektor
Pertambangan kurang mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar,
kurang mampu memberi upah yang memadai, dan kurang mampu menarik
pajak serta retribusi yang efektif.

2.2.2 Pertumbuhan Ekonomi per Sub Sektor


Perkembangan peranan Sektor Pertanian dari tahun ke tahun yang semakin
menurun adalah sebagai akibat dari turunnya peranan Sub Sektor Tanaman
Bahan Makanan. Penurunan Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan ini
berasal dari tanaman padi dan palawija, terutama padi sawah, ketela pohon,
kacang tanah, dan kedelai.

12
Gambar 2.
Perkembangan PDRB Sektor Pertanian Tahun 1999-2003 (Juta Rupiah)

Naiknya sumbangan sektor penyumbang terbesar kedua (Sektor


Perdagangan, Hotel dan Restoran) adalah ditopang dari Sub Sektor
Perdagangan Besar dan Perdagangan Eceran. Sementara Sub Sektor Hotel
dan Restoran peranannya masih relatif kecil, tetapi perkembangan relatif
naik. Sumbangan ini merupakan refleksi dari hasil pengelolaan potensi
wisata Kabupaten Gunungkidul yang mempunyai banyak obyek wisata alam
yang potensial.
Gambar 3.
Perkembangan PDRB Sub Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran
Kabupaten Gunungkidul Tahun 1999-2003

13
Perkembangan PDRB di Sub Sektor Hotel dan Restoran yang cenderung
naik, sangat ditunjang oleh usaha peningkatan pengoptimalan pengelolaan
obyek wisata di sepanjang pantai selatan Gunungkidul. Potensi ini mencakup
fenomena alam panorama, dan sumberdaya ikan laut. Obyek dan daya tarik
wisata (ODTW) andalan Kabupaten Gunungkidul adalah pantai-pantai yang
mempunyai panorama spesifik yaitu dari arah barat ke timur berturut-turut
Pantai Girijati, Gesing, Ngobaran, Ngrenehan, Baron, Kukup, Sepanjang,
Drini, Krakal, Ngobaran, Sundak, Siung, Wediombo, dan Sadeng. Semua
pantai tersebut mempunyai bentuk spesifik (bentuk U) karena menempati
bekas lembah uvala maupun polje. Selain itu terdapat keunikan topografi
karst yang meliputi bukit- bukit karst, gua-gua karst dengan stalaktit dan
stalakmitnya serta sungai- sungai bawah tanah.

Bahan galian tambang yang merupakan potensi alam unggulan di


Kabupaten Gunungkidul mempunyai peranannya kecil dalam pembentukan
PDRB. Tetapi dari segi perkembangan cenderung naik seiring dengan
semakin dikelolanya hasil-hasil pertambangan. Peranan Sektor
Pertambangan ini hanya ditunjang pada Sub Sektor Pertambangan dan
Penggalian. Pada tahun 2003 mampu menyumbang Rp 17.836 milyar.

Gambar 4.
Perkembangan PDRB Sub Sektor Penggalian
Kabupaten Gunungkidul Tahun 1999 - 2003

14
2.2.3 PDRB Per Kapita

Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kemakmuran yang telah dicapai
penduduk suatu daerah adalah dengan menghitung PDRB per kapitanya.
Jika data tersebut disajikan secara berkala maka akan menunjukkan adanya
perubahan kemakmuran.

Dilihat dari nilai PDRB per kapita atas dasar harga berlaku, pada tahun 2003
terjadi peningkatan menjadi sebesar Rp 7,18 juta dibanding tahun 2002
sebesar Rp 3,92 juta, atau meningkat 6,63%. Namun kenaikan tersebut
belum menunjukkan kenaikan daya beli masyarakat karena kenaikan
tersebut masih terpengaruh oleh adanya kenaikan harga.

Untuk dapat melihat kenaikan daya beli masyarakat, secara umum tercermin
dari kenaikan PDRB per kapita atas dasar harga konstan. Berdasarkan
harga konstan, PDRB per kapita Kabupaten Gunungkidul mengalami
kenaikan yaitu sebesar 1,62% menjadi Rp 1,313 juta pada tahun 2003.
Dengan demikian meskipun secara nominal PDRB Kabupaten Gunungkidul
cukup tinggi tetapi secara riil daya beli masyarakat hanya mengalami sedikit
peningkatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya kenaikan pada PDRB per
kapita atas dasar harga berlaku lebih didominasi oleh kenaikan harga-harga
dibandingkan dengan kenaikan produksi riil.

2.2.4 Potensi Ekonomi


Potensi sumber ekonomi yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul cukup
beragam, mulai dari pantai sampai perbukitan/pegunungan dengan segala
kakayaan alam yang terkandung di dalamnya. Keadaan potensi sumberdaya
alam Kabupaten Gunungkidul adalah sebagai berikut:

1). Lahan Pertanian


Lahan pertanian yang dimiliki Kabupaten Gunungkidul sebagian besar
adalah lahan kering tadah hujan (± 90 %) yang tergantung pada daur
iklim khususnya curah hujan. Lahan sawah beririgasi relatif sempit dan
sebagian besar sawah tadah hujan. Rincian lahan pertanian Kabupaten
Gunungkidul adalah sebagai berikut:

15
a. Sawah irigasi setengah teknis 1.192 hektar
b. Sawah irigasi sederhana 736 hektar
c. Sawah irigasi non PU/desa 214 hektar
d. Sawah tadah hujan 3.081 hektar
e. Tegal 61.989 hektar
f. Pekarangan 30.989 hektar
g. Kolam/tambak 180 hektar

Lahan sawah yang dapat ditanami padi sawah dua kali atau lebih dalam
setahun seluas ± 653 ha. Lahan tegal umumnya diusahakan untuk
kegiatan usaha tani padi-palawijo dengan pola tumpang sari/tumpang
gilir. Terdapat pula lahan tegal yang dipergunakan untuk usaha tanaman
perkebunan/tanaman jangka panjang.

2). Hutan
Luas hutan Kabupaten Gunungkidul 29.340,5 ha atau (19,75 %) dari
luas wilayah, yang terdiri dari Hutan Negara seluas 13.221,5 ha dan
Hutan Rakyat seluas 16.119 ha. Berdasarkan fungsinya Hutan Negara
terdiri :

Hutan suaka marga satwa seluas : 619,66 hektar


Taman Hutan Raya : 617 hektar
Hutan produksi seluas : 11.359,84 hektar
Hutan pendidikan (Wanagama) seluas : 625 hektar

Disamping itu, Kabupaten Gunungkidul juga memiliki tanah AB seluas


1.700 ha yang direkomendasikan oleh Gubernur Daerah Istimewa
Yogyakarta untuk difungsikan sebagai hutan melalui Surat Gubernur
Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 552/0211 Tanggal 20 Januari 1999.

Pengelolaan hutan negara yang diarahkan lebih pada fungsi konservasi


sehingga memiliki peran sangat strategis untuk mendukung ekonomi
wilayah (bioregion), ekowisata, pusat pendidikan (Wanagama), dan
ekonomi masyarakat. Keberadaan jenis tegakan hutan di Kabupaten
Gunungkidul sangat bervariasi yaitu jenis tegakan jati, akasia, mahoni,
sonokeling, kayu putih, dan lain-lain.

16
Hutan rakyat di Kabupaten Gunungkidul memiliki peran yang penting
dalam konservasi lahan bagi lahan pertanian di Kabupaten Gunungkidul,
sedangkan kawasan hutan negara sangat terbatas luasnya. Potensi
untuk pengembangan hutan rakyat di Kabupaten Gunungkidul antara lain
meliputi tanah AB, tanah Sultan Grounds (SG), tanah kas desa, tanah
milik rakyat, dan lain-lain dengan target sampai dengan tahun 2010
seluas 4.500 hektar. Hutan rakyat di Kabupaten Gunungkidul umumnya
merupakan hutan produksi dan berperan dalam peningkatan pendapatan
masyarakat sekaligus memberikan lapangan kerja bagi masyarakat
perdesaan.

Berdasarkan Undang- Undang Nomor 41 Tahun 1999 sebagaimana


sudah direvisi dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang
Kehutanan, bahwa luas lahan yang berfungsi hutan di Kabupaten
Gunungkidul minimal 50.144 hektar dan karena luas hutan rakyat saat ini
baru mencapai 16.119 hektar dan hutan negara 13.221,5 hektar.

3). Pertambangan dan Energi


Kabupaten Gunungkidul memiliki sumberdaya alam tambang yang
berupa bahan galian golongan C meliputi: batugamping terumbu keras,
batugamping terumbu lunak, batugamping berlapis (kalkarenit), breksi
batuapung, batupasir tufan, andesit, breksi andesit, tras, kaolin, pasir
kuarsa, zeolit, kalsit, dan batu setengah mulia (kalsedon).

Sampai saat ini pengusahaan sektor pertambangan di Kabupaten


Gunungkidul selain diusahakan oleh perusahaan swasta, sebagian masih
merupakan usaha pertambangan rakyat yang diusahakan secara
berkelompok dan belum terorganisasi dengan baik, sedangkan produk
bahan tambang dipasarkan dalam bentuk produk alami yang belum
melalui prosessing.

Potensi energi alternatif yang prospektif untuk dikembangkan antara lain


energi surya, gelombang, dan angin.

17
4). Kelautan
Kabupaten Gunungkidul bagian Selatan berbatasan dengan Samudera
Hindia, di wilayah ini terdapat garis pantai sepanjang 67 km terbentang
dari Kecamatan Purwosari sampai dengan Kecamatan Girisubo. Di
sepanjang garis pantai terdapat tempat-tempat yang dapat didarati oleh
kapal/perahu perikanan .

Potensi perikanan laut dapat dimanfaatkan oleh siapa saja termasuk


masyarakat kawasan pantai Kabupaten Gunungkidul. Sebagian besar
pantai di Kabupaten Gunungkidul mulai pantai di Desa Girijati
(Kecamatan Purwosari) merupakan pantai karang yang curam dan
menjadi kawasan wisata (Sadeng, Sundak, Krakal, Drini, Kukup, Baron,
Ngrenehan, Ngobaran, Siung, Sepanjang, dan Wediombo). Penduduk
desa pantai juga memanfaatkan kawasan pantai untuk mencari dan
mengumpulkan rumput laut, ikan hias, dan udang lobster (dengan jaring
krendet). Pantai-pantai di wilayah Kabupaten Gunungkidul juga
merupakan obyek wisata yang bagus dan menarik untuk dikunjungi.

5). Flora dan Fauna


Flora dan fauna yang ada di wilayah Kabupaten Gunungkidul cukup
beragam dan memiliki kekhasan ekosistem yang didominasi lahan kering
dan perbukitan kapur (karst) di wilayah selatan. Flora yang dapat dijumpai
di wilayah Kabupaten Gunungkidul dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok besar yaitu tanaman musiman dan tanaman tahunan.

Tanaman musiman antara lain, meliputi padi (sawah dan gogo), palawija
(jagung, kacang tanah, kedelai, ubi kayu, dan bermacam-macam polo
kependem), sayuran (bayam, sawi, lombok, tomat, waluh, semangka).

Tanaman tahunan antara lain meliputi tanaman buah-buahan (srikaya,


mete, mlinjo, nangka, sirsat, rambutan, mangga, kelapa) dan kayu-
kayuan (jati, mahoni, sono keling, bambu).

18
Fauna yang ada di wilayah Kabupaten Gunungkidul beberapa dasa
warsa yang lalu cukup banyak jenisnya, namun dengan terjadinya
perburuan dan perusakan lingkungan jenis maupun jumlahnya makin
menyusut. Fauna lain yang sampai saat ini masih nampak antara lain
burung derkuku, perkutut, gelatik, emprit, burung gereja, bethet, harimau
kumbang, landak, ayam alas, musang, luwak, kijang, harimau cecep, ular,
kelelawar, sriti, walet, landak, dan kera ekor panjang. Fauna air yang
masih nampak antara lain lele, gabus, pelus, sidat, tawes, gurameh,
sepat, nila, penyu hijau, dan penyu belimbing. Gunungkidul merupakan
gudang ternak di Propinsi DIY dengan produksi peternakan pada akhir
tahun 2004 adalah sapi potong sebanyak 108.395 ekor, kerbau
sebanyak 249 ekor, kuda sebanyak 8 ekor, kambing sebanyak 123.300
ekor, domba sebanyak 11.896, babi sebanyak 33 ekor, ayam buras
sebanyak 1.656.258 ekor, ayam ras petelur sebanyak 10.436 ekor, ayam
ras pedaging sebanyak 181.539 ekor, itik sebanyak 9.210 ekor, dan
burung puyuh sebanyak 203.335 ekor.

6). Industri
Sebagian besar industri Kabupaten Gunungkidul adalah industri rumah
tangga sebanyak 13.293 unit usaha, industri kecil sebanyak 5.604 unit
usaha , industri besar dan sedang sebanyak 9 unit usaha. Industri kecil ini
berbasis pada hasil pertanian, hasil hutan, dan pertambangan.

7). Pariwisata
Sektor pariwisata di Kabupaten Gunungkidul adalah salah satu sektor
andalan masa depan yang penting dan strategis. Kabupaten Gunungkidul
sebagai pendukung daerah tujuan wisata Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta mempunyai potensi wisata yang cukup besar, dengan titik
berat pada obyek wisata alam pantai Baron, Kukup, Drini, Krakal,
Sundak, Siung, Wediombo, Sadeng, Ngrenehan, Ngobaran, Girijati,
Parangendog, dan Gupit. Peninggalan sejarah dan purbakala adalah
Gunung Gambar, wisata goa Seropan, Maria Tritis, Cerme, Paesan,
Balong, dan Langse, serta wisata desa. Wisata minat khusus antara lain
kawasan karst, situs megalitikum, caving, climbing, tracking, dan otomotif.

19
2.3 Sosial Budaya Daerah
2.3.1 Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2004 sebanyak
753.008 jiwa dengan jumlah rumah tangga 155.629. Jumlah penduduk
perempuan Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2004 lebih banyak dibanding
penduduk laki-laki yaitu sebesar (51,03 %) dan 48,97 % penduduk laki-laki.
Rata-rata penduduk per rumah tangga (household size) 4,83 % dengan sex
ratio 96 %. Kepadatan penduduk 500 jiwa/km2. Secara proporsional jumlah
penduduk mengalami penurunan, disebabkan keberhasilan Keluarga
Berencana (KB) serta tingginya angka migrasi penduduk keluar wilayah.
Disamping hal-hal tersebut di atas, variabel penting yang turut
mempengaruhi jumlah dan komposisi penduduk adalah fertilitas (angka
kelahiran), dimana pada tahun 2003 mencapai 1,7 per seribu, demikian juga
variabel lain yang berpengaruh, yaitu angka kematian bayi (AKABA) sebesar
26,06 per seribu kelahiran, dan angka kematian ibu (AKI) sebesar 540 per
seratus ribu kelahiran.

2.3.2 Aparatur
Pegawai Negeri Sipil di Kabupaten Gunungkidul pada bulan Desember tahun
2004 sebanyak 10.271 orang, yang terdiri dari pegawai struktural sebanyak
582 orang, fungsional sebanyak 6.922 orang, dan staf sebanyak 2.767 orang.

2.3.3 Ketenagakerjaan

Jumlah penduduk Gunungkidul usia kerja 569.650 jiwa, atau sebanyak


(75,65 %) termasuk angkatan kerja dan 183.358 jiwa, (24,35 %) bukan usia
kerja. Jumlah angkatan kerja adalah 460.451 jiwa (80,80 %) dan 109.198
jiwa (19,20 %) usia kerja.

Gambar 5.

20
Matapencaharian Penduduk
Menurut Lapangan Usaha Utama Tahun 2004
Angkutan dan Keuangan
Komunikasi 0% Jasa-jasa
Perdagangan 8% 8%
9%

Kontruksi
5%
Listrik, Gas, dan Air
0%

Industri
5% Pertanian
Pertambangan 69%
dan Galian
1%

2.3.4 Pendidikan
Jenis-jenis sekolah di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004 meliputi, SD,
SMP, SMA dan SMK. Adapun rinciannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.
Jenis-jenis Sekolah di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004

No Jenis Jumlah Jumlah Kondisi Ruang Kelas


Ruang
Sekolah Unit Kelas Baik Rusak Rusak
Berat
Ringan
1. SD 506 3.298 1.338 1.197 763
2. SMP 99 826 717 83 26
3. SMA 28 276 245 22 9
4. SMK 23 248 233 15 -

Jenis-jenis sekolah/lembaga pendidikan di Lingkungan Departemen Agama


yang ada di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004 adalah MIN, MIS, MTsN,
MTsS, MAN, MAS, dan Perguruan Tinggi Agama. Adapun rinciannya dapat
dilihat pada tabel berikut:

21
Tabel 3.
Jenis-jenis Sekolah / Lembaga Pendidikan di Lingkungan Departemen
Agama yang Ada di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004
No Jenis Jumlah Jumlah Kondisi Ruang Kelas
Sekolah Unit Ruang Baik Rusak Rusak
Kelas Berat
Ringan
1. MIN/MIS 75 450 190 201 59
2. MTsN/MTsS 28 125 97 29 28
3. MAN/MAS 5 37 37 - -
4. Perguruan Tinggi Agama 2 - - - -

2.3.5 Kesehatan

Keberhasilan dalam penerapan hidup bersih dan sehat di masyarakat dapat


diukur dari berbagai indikator, dan tercermin dalam meningkatnya derajat
kesehatan masyarakat antara lain :
1) Angka kematian bayi pada tahun 2002 sebesar 26,06/1000 dan pada
tahun 2003 tetap sebesar 26,06/1000.
2) Angka kematian kasar turun dari 3,66/1000 pada tahun 2002 menjadi
3,54/1000 pada tahun 2003.
3) Penderita anemia ibu hamil pada tahun 2002 sebesar 83,60 dan pada
tahun 2003 turun menjadi 41,30.
4) Penderita anemia balita pada tahun 2002 sebesar 65,30 dan pada
tahun 2003 turun menjadi 28,16.
5) Penderita kurang energi kronis (KEK) WUS pada tahun 2002 sebesar
26,54 dan 26,38 pada tahun 2003.
6) Status gizi masyarakat di Kabupaten Gunungkidul kurang begitu baik,
hal ini ditandai dengan tingginya angka gizi buruk sebesar 51,64%, dan
gizi kurang sebesar 13,68 %.

2.3.6 Agama

Penduduk Kabupaten Gunungkidul sebesar 716.783 jiwa (95,36 %) memeluk


agama Islam, sedangkan pemeluk agama Katholik 16.659 jiwa (2,22 %),
agama Kristen Protestan 14.792 jiwa (2,04 %), agama Hindu 1.962 jiwa
(0,25 %), dan agama Budha 443 jiwa (0,10 %).

2.4 Prasarana dan Sarana Daerah

22
2.4.1 Transportasi
Untuk meningkatkan pelayanan transportasi lokal perlu dilakukan
pemerataan pembangunan jalan dan jembatan ke seluruh wilayah perkotaan,
perdesaan, kawasan wisata, dan sebagainya secara proporsional.
Sedangkan untuk transportasi regional direncanakan peningkatan jalan
kolektor yang menghubungkan antar kabupaten dan jalan yang
menghubungkan daerah perbatasan.

Jaringan transportasi yang ada, selain berfungsi untuk menghubungkan kota-


kota di dalam wilayahnya, juga merupakan penghubung dengan kota-kota di
luar wilayah, seperti Kota Yogyakarta, Bantul, Sleman, Klaten, Sukoharjo,
dan Wonogiri.

Jalur jalan yang menghubungkan kota-kota di Jawa Tengah bagian selatan


dan bagian timur (Klaten, Sukoharjo, Wonogiri) adalah jalur jalan yang
melewati Semin– Karangmojo–Wonosari–terus ke Kota Yogyakarta. Jalur
jalan yang merupakan jalur transportasi koridor fungsi perdagangan,
industri, dan pusat permukiman yaitu Sadeng–Rongkop–Semanu–Wonosari–
Playen–Patuk terus ke Kota Yogyakarta.

Untuk membuka akses wilayah selatan Pulau Jawa, mulai dari Kulonprogo-
Bantul–Gunungkidul–Wonogiri–Pacitan, akan dikembangkan jaringan jalan
lintas selatan. Akses ini dimaksudkan sebagai pengembangan peluang
ekonomi di wilayah pantai selatan Pulau Jawa, sekaligus mengurangi
kejenuhan lalu lintas wilayah utara Pulau Jawa. Panjang jaringan jalan lintas
selatan di Kabupaten Gunungkidul sepanjang 81,25 km dengan melintasi 7
kecamatan di wilayah selatan.

Rasio panjang jalan di Kabupaten Gunungkidul pada tahun 2004 adalah


0,80 km/km2 dengan rincian kondisi jalan tampak seperti gambar 6. Kondisi
ini menunjukkan bahwa fasilitas transportasi sudah cukup mantap.

Gambar 6.

23
Kondisi dan Status Jalan di Kabupaten Gunungkidul Tahun 2004 (Km)

Status Jalan di Kab. Gunungkidul


Beraspal, 466.56

Krikil/ batu, 371.5

Beraspal, 280.31

Beraspal, 55.55
Tanah, 13.8

Kabupaten Propinsi Nasional

Untuk melayani angkutan transportasi, terdapat terminal regional yang


terletak di kota Wonosari, yaitu terminal antar kota yang menjadi satu
dengan angkutan perdesaan. Terminal dan tempat pemberhentian angkutan
lainnya tersebar di kecamatan lainnya. Pengembangan sarana transportasi
ke seluruh wilayah perdesaan yang belum terjangkau jaringan trayek
termasuk daerah perbatasan dengan kabupaten lain.

2.4.2 Sarana Kesehatan

Dalam meningkatkan pelayanan kesehatan di Kabupaten Gunungkidul perlu


adanya ketersediaan sarana yang memadai, sehingga pelayanan kepada
masyarakat akan semakin baik. Sarana kesehatan yang ada tersebar di
seluruh wilayah, sehingga pemerataan pelayanan akan semakin dapat
diwujudkan. Adapun jenis dan jumlah sarana kesehatan di Kabupaten
Gunungkidul tahun 2004 adalah sebagai berikut : rumah sakit 2 buah,
puskesmas 29 buah, puskesmas pembantu 110 buah, poliklinik 7 buah,
rumah bersalin 6 buah, praktek bidan 125 buah, posyandu 1.457 buah,
polindes 27 buah, dan apotik 6 buah.

2.4.3 Sarana Peribadatan

24
Dalam bidang keagamaan diupayakan adanya hubungan yang harmonis
antara umat beragama yang ada di Kabupaten Gunungkidul, demikian pula
adanya pembangunan sarana ibadah dari berbagai agama yang ada,
sehingga ratio antara banyaknya masing-masing umat beragama terhadap
tempat ibadahnya semakin baik. Sedangkan jumlah sarana peribadatan
menurut agama yang ada adalah sebagai berikut: masjid sebanyak 1.621
buah, mushola 388 buah, langgar 445 buah, gereja Kristen Protestan 78
buah, rumah peribadatan Kristen 18 buah, gereja Katholik 3 buah, kapel 31
buah, pura 14 buah, dan wihara 7 buah.

2.5 Pemerintahan Umum

Pemerintahan umum daerah mencakup pelayanan catatan sipil, perijinan, pemadam


kebakaran, pengelolaan pasar, ketentraman dan ketertiban, penyediaan air bersih,
pelayanan pada tingkat kecamatan dan desa serta pelayanan pemerintah umum
lainnya pada masyarakat (kebersihan dan persampahan).

Kabupaten Gunungkidul terdiri dari 18 kecamatan meliputi 144 desa dan 1.443
padukuhan. Berdasarkan tingkat perkembangan desa pada tahun 2004, 62 desa
termasuk desa swadaya dan 82 desa termasuk swakarya. Berdasarkan kondisi
tersebut diharapkan ada perkembangan desa secara bertahap dari desa swadaya
menjadi swasembada. Sedangkan lembaga tingkat desa yang dibentuk untuk ikut
mengisi pembangunan diantaranya Badan Perwakilan Desa (BPD), Lembaga
Pemberdayaan Masyarakat Desa (LPMD) dengan klasifikasi semua termasuk
tumbuh dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) dengan klasifikasi maju.

Dalam melakukan tugas pelayanan kepada masyarakat, di tingkat kabupaten


dibentuk struktur organisasi pemerintah daerah disesuaikan dengan kebutuhan pada
saat ini, yaitu terdiri dari:
1) Sekretariat Daerah yang terdiri 9 bagian
2) 12 Dinas
3) 3 Badan

25
4) 7 Kantor
5) 18 Kecamatan
6) 2 BUMD (PDAM dan Bank Pasar)

Pengembangan perdesaan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf


hidup penduduk dari berbagai ketertinggalannya. Pemanfaatan ruang perdesaan
dalam skala besar dilakukan secara optimal dengan memperhatikan daya dukung
lingkungannya, sehingga untuk itu diharapkan dilakukan beberapa kegiatan dalam
kaitan program pengembangan sumberdaya manusia, peningkatan kesehatan
masyarakat, pengenalan teknologi tepat guna, pemanfaatan lembaga perdesaan,
dan pengadaan prasarana lingkungan seperti air bersih, jalan, irigasi, listrik, dan
telekomunikasi.

Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor :


001/KEP/M-PDT/II/2005 tanggal 7 Pebruari 2005 tentang Strategi Nasional
Pembangunan Daerah Tertinggal, Kabupaten Gunungkidul ditetapkan sebagai salah
satu kabupaten tertinggal di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Secara umum
ketertinggalan daerah yang menyebabkan Kabupaten Gunungkidul ditetapkan
sebagai daerah tertinggal yaitu:
1. Sumber daya manusia.
2. Sarana dan prasarana.
3. Perekonomian masyarakat.
4. Kelembagaan.
5. Kerawanan bencana alam.

26

Anda mungkin juga menyukai