Gejala yang ditimbulkan dari efek “Global Warming” ini berupa cuaca yang tidak
menentu, intensitas curah hujan yang tinggi, ombak semakin besar, banjir, kebakaran hutan,
kekeringan, dan beragam macam musibah yang akan menghantui kita. Global warming dapat
menyebabkan “Climate Change” atau perubahan iklim secara ekstrem yang menjadikan
“Phobia” atau ketakutan yang berlebihan bagi masyarakat.
Indonesia, yang menjadi lumbung pangan dunia pun ikut terkena dampak dari
perubahan iklim ini. Dimana Indonesia yang sering terjadi perubahan cuaca secara
mendadak, termasuk hujan lebat yang sulit diprediksi. Ada 3 faktor yang menjadi pemicu dari
pemanasan global tersebut di sector pertanian :
Fenomena ini membuat seluruh lapisan masyarakat ikut merasakan resah. Tidak
hanya masyarakat saja, pemerintah pun harus menyikapi ini dengan rasional. Seperti kutipan
dari Deptan. Deptan telah menyusun tiga strategi atau pendekatan, yaitu :
Selain itu, antisipasi pemanasan global juga mesti dilakukan secara terintegrasi
dengan melibatkan semua kalangan. Bahkan, masalah ini tidak hanya menjadi tanggung
jawab pemerintah dan harus menjadi isu sekaligus tanggung jawab bersama. “Terjadinya
pemanasan global, perubahan iklim, dan kerusakan lingkungan itu ada kaitannya dengan
budaya dan perilaku manusia. Oleh karena itu, diperlukan sikap kesadaran manusia untuk
melakukan konstruksi/perbaikan.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk berpartisipasi dalam menyelamatkan bumi
ini, di antaranya hemat energi, tidak membuang sampah sembarangan yang dapat
menghasilkan gas metan, dan mengolah sampah menjadi kompos. Selain itu, diversifikasi
energi dari bahan bakar yang dapat diperbaharui (bahan bakar nabati), melakukan
penghijauan di sekitar rumah, dan menggunakan teknologi yang tepat guna dan ramah
lingkungan. Memang, sudah saatnya bumi dan segala isinya ini diselamatkan agar bisa dihuni
lebih lama dan nyaman.