Anda di halaman 1dari 13

MERUMUSKAN SISTEM PEMERINTAHAN YANG EFEKTIF:

STUDI KASUS PEMBANGKANGAN KEPALA DAERAH ATAS KEBIJAKAN

PEMERINTAHAN PUSAT DI ERA DESENTRALISASI

Seminar Nasional CIDES


Jakarta, 19 Juni 2008

Oleh: Zulkifli Hasan


(Sekretaris Jenderal DPP PAN)

1
Hasil Reformasi…

 Reformasi telah menghasilkan sistem yang lebih baik,


meskipun harus diakui masih ada kekurangan yang
harus diperbaiki. Beberapa hasil reformasi adalah:
- Demokratisasi Politik (Liberalisasi)
- Otonomi Daerah
- Pengembangan Kearifan Lokal.
- Kebebasan pers
 Faktor penghambat reformasi : belum adanya budaya
untuk taat pada sistem dan peraturan perundang-
undangan.Belum ada upaya sistematik untuk
membangun design institusional yang mengharuskan
untuk taat kepada hukum.
Zulkifli Hasan
(Sekretaris Jenderal DPP PAN) 2
Otonomi Daerah …

 Pemerintahan Daerah menyelenggarakan urusan


Pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali
Politik Luar Negeri, Pertahanan, Keamanan, Yustisi,
Moneter dan Fiskal Nasional, dan Agama (Pasal 10
UU No. 32 Tahun 2004)
 Pemerintahan Daerah mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan.
 Pemerintahan Daerah berhak menetapkan Peraturan
Daerah dan peraturan lain untuk melaksanakan
otonomi dan tugas pembantuan.
 Kepala Daerah dipilih secara langsung.

Zulkifli Hasan
(Sekretaris Jenderal DPP PAN) 3
Pemerintahan Efektif …

 Idealitas: Pemerintahan yang efektif diharapkan dapat


memberikan pelayanan optimal kepada masyarakat.
Rakyat akan puas dan tidak melakukan protes dan
pembangkangan.
 Realita: Ketidakpuasan rakyat semakin meningkat dan
terjadi pembangkangan Pemerintahan Daerah
terhadap Pemerintah Pusat yang membuat kinerja
Pemerintahan tidak efektif.

Zulkifli Hasan
(Sekretaris Jenderal DPP PAN) 4
Penyebab Pembangkangan ….

 Pembangkangan merupakan kulminasi cara yang ditempuh


ketika negara yang seharusnya melindungi hak-hak dasar rakyat
tidak memenuhi kewajibannya.
 Di era otonomi daerah, pembangkangan terjadi akibat ketidak
konsistenan Pemerintah dalam memperkuat makna otonomi
daerah sesuai dengan UU No. 21 Tahun 1999. Dengan direvisi
menjadi UU No. 32 Tahun 2004 yang mereduksi kewenangan
ekonomi-politik daerah, menyebabkan tumbuhnya resistensi
politik Pemerintah Daerah yang terwujud dalam bentuk
keengganan untuk menerima kebijakan pusat karena dianggap
tidak menguntungkan daerah.
 Dalam pemahaman teori sosiologis progresif, pembangkangan
Pemerintah dan Kepala Daerah atas kebijakan pusat yang
merugikan kepentingan rakyat dan bangsa merupakan resistensi
sosial yang memiliki legitimasi moral.

Zulkifli Hasan
(Sekretaris Jenderal DPP PAN) 5
Penyebab Pembangkangan ….
(Fenomena Pilkada Maluku Utara)

Belum adanya budaya pemerintah (pusat dan daerah) taat asas dan
taat sistem. Mislnya, kasus Pilkada Maluku Utara.
 Kasus Maluku Utara telah menimbulkan konflik yang
berkepanjangan disebabkan pelanggaran terhadap sistem dan
peraturan perundang-undangan. Diantaranya pelanggaran
terhadap UUD 145 Pasal 22 E ayat (5) : “Pemilu diselenggarakan
oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap
dan mandiri”. Yang berwenang untuk memutuskan dan
menetapkan pemenang Pilkada adalah KPU, bukan
Mendagri/Presiden.
 UU No. 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pemilihan
Umum juga menyebutkan bahwa KPU, KPU Provinsi, dan KPU
Kab/Kota bersifat hirarkis. Pasal 122 ayat (3) : “Apabila terjadi hal-
hal yang mengakibatkan KPU Provinsi atau KPU Kabupaten/Kota
tidak dapat menjalankan tugasnya, tahapan penyelenggaraan
Pemilu untuk sementara dilaksanakan oleh KPU setingkat
diatasnya”.

Zulkifli Hasan
(Sekretaris Jenderal DPP PAN) 6
Penyebab Pembangkangan ….

 Kesenjangan kualitas dalam “memerintah” dan melayani


kepentingan masyarakat. Di kalangan Kepala Daerah dan
Pemerintahan di daerah muncul pemahaman politik antara lain,
“Bahwa pemerintahan di daerah habis-habisan mendayagunakan
APBD untuk kesehateraan masyarakat, sementara Pemerintah
dalam mengelola APBN dianggap kurang memihak kepentingan
rakyat”. Terbukti 70% dana APBN dihabiskan untuk membayar
hutang Luar Negeri dan Belanja Pegawai, padahal 70%
pendapatan berasal dari daerah.
 Koordinasi yang lemah dari Pemerintahan SBY-JK untuk
melakukan share of policy (sharing kebijakan) yang berkaitan
dengan nasib penduduk di daerah akibat kebijakan politik skala
nasional. Prestasi Pemerintahan SBY-JK dalam aspek politik-
ekonomi, sering kalah dibandingkan prestasi Pemerintahan
Daerah, sehingga memunculkan sikap superior kalangan
Pemerintahan Daerah

Zulkifli Hasan
(Sekretaris Jenderal DPP PAN) 7
Penyebab Pembangkangan ….
(Fenomena Penolakan Kenaikan Harga BBM dan BLT)

a. Pemerintah Daerah yang tidak setuju kenaikan harga BBM


karena memandang akan menambah angka kemiskinan di
daerah.
b. BLT sebagai kompensasi kenaikan harga BBM ditolak karena
dipandang hanya akan melahirkan mental “peminta-minta”.
Penyaluran program BLT hanya sebagai formalitas pelayanan
birokrasi.
c. BLT dapat menjadi pemicu konflik vertikal dan horisontal.
- Vertikal : antara jajaran pemerintahan di daerah dengan
masyarakat
- Horisontal : antara masyarakat yang berhak menerima namun
tidak menerima dengan masyarakat yang tidak berhak menerima
namun menerima BLT.

Zulkifli Hasan
(Sekretaris Jenderal DPP PAN) 8
Penyebab Pembangkangan ….
(Fenomena Penolakan Kenaikan Harga BBM dan BLT)

d. Bagi kelompok politik pendukung kenaikan harga BBM,


penolakan kepala-kepala daerah atas kebijakan kenaikan harga
BBM dan BLT dipandang sebagai manuver politik menentang
Pemerintah Pusat yang didukung oleh PG dan PD.
e. Penentangan tersebut merupakan simbol rivalitas partai
menjelang pemilu, mengingat Kepala Daerah yang menentang
BLT dan Kenaikan Harga BBM berasal dari partai selain PG dan
PD.
f. Penuyusunan data rakyat yang menerima BLT tidak melibatkan
Pemerintah Daerah, padahal daerah yang harus menanggulangi
korban kenaikan harga BBM. Implikasi kenaikan harga BBM
adalah meningkatnya angka pengangguran, kemiskinan, putus
sekolah, kenaikan harga sembako, kekurangan gizi, kelaparan,
transportasi yang semuanya ditanggung masyrakat di daerah.
Besaran BLT ini tidak sebanding dengan dampak kenaikan harga-
harga kebutuhan pokok masyarakat yang akan terjadi terus
menerus.

Zulkifli Hasan
(Sekretaris Jenderal DPP PAN) 9
Pemerintahan Efektif akan terwujud apabila …

 Konstitusi dan peraturan perundang-undangan


dilaksanakan secara konsisten. Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah serta lembaga-lembaga negara
secara keseluruhan taat pada sistem hukum dan
peraturan perundang-undangan.
 Terjadi sinergi antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah dalam kebijakan dan kinerja
pelayanan publik.

Zulkifli Hasan
(Sekretaris Jenderal DPP PAN) 10
Pemerintahan Efektif akan terwujud apabila …

 Alokasi untuk kepentingan publik memadai. Untuk


mengetahui besaran alokasi tersebut, bisa dilakukan
dengan berbagai cara, mulai dari survei sampai tatap
muka untuk penyerapan aspirasi rakyat.
 Dibangun sistem kepartaian yang memungkinkan
koalisi yang mantap, sehingga program Pemerintah
mendapatkan dukungan yang cukup dari lembaga
legislatif.
 Pemilu Kepala Daerah diselenggarakan berdasarkan
semangat penguatan budaya demokrasi dan prinsip
menjaga keutuhan NKRI.

Zulkifli Hasan
(Sekretaris Jenderal DPP PAN) 11
Solusi…

 Kebijakan Pemerintah memperhatikan aspirasi


masyarakat. Tidak menjadikan rakyat hanya sebagai
elemen pinggiran dalam pengambilan kebijakan.
Sebagai contoh, sebagian besar alokasi APBN dan
APBD adalah untuk kebutuhan rutin pemerintahan,
akibatnya, muncul ketidakpuasan masyarakat.
 Mengeliminir budaya-budaya pemaksaan kehendak dan
kekerasan. Demokrasi bukan berarti anarki.
 Perubahan struktural diikuti oleh perubahan kultural
tempat demokrasi hidup dan berkembang. Kaitan
antara struktur dan kultur ini ibarat bambu dengan
tebing yang saling menguatkan.
Zulkifli Hasan
(Sekretaris Jenderal DPP PAN) 12
Zulkifli Hasan
(Sekretaris Jenderal DPP PAN)

13

Anda mungkin juga menyukai