PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Keadaan tersebut diatas tentunya merupakan suatu prakiraan yang realitis, dengan
asumsi bahwa secara umum prakiraan sasaran pembangunan adalah untuk meningkatkan
kegiatan ekonomi masyarakat dengan indikator peningkatan kesejahteraan dan pendapatan
masyarakat.
Sumatera Utara mempunyai potensi pariwisata yang cukup besar bagaikan harta
terpendam yang belum tengah dikembangi, terlebih-lebih lokasi dan berbagai jenis pariwisata
di Kota Medan itu sendiri. Dari berbagai informasi yang diperoleh bahwa Kota Medan
memiliki objek peningalan budaya seperti Istana Maimun, Mesjid Raya Al-Mahsun, Taman
Ria Medan, Kediaman Cong A Fie, dan Kampung Keling, namun belum dieksploitasi dengan
sentuhan kaidah wisata sehingga belum banyak mendapat kunjungan wisatawan.
Dengan mengangkat sektor pariwisata Medan sebagai salah satu fokus kegiatan
pembangunan, diyakini akan memberikan kontribusi terhadap Perolehan Asli Daerah/ PAD
yang sangat berarti khususnya untuk Medan dan bagi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara.
Disamping itu akan mendorong peningkatan mutu Sumber Daya Manusia masyarakat di
daerah ini.
Medan memiliki banyak lokasi pariwisata, baik yang telah dikenal oleh masyarakat
maupun yang belum dikenal dan masih bersifat potensial serta belum tersentuh pembangunan
1
sebagaimana layaknya suatu lokasi pariwisata. Sumber Daya Alam kepariwisataan yang
dimiliki sangat beragam meliputi budaya, keindahan alam, fauna dan flora sehingga diyakini
berpotensi mendukung peningkatan kemakmuran masyarakat di Kota Medan.
Tujuan
Sasaran
Sasaran analisis adalah lokasi-lokasi yang dinilai berpotensi sebagai objek ekowisata
baik bagi wisatawan dari nusantara maupun mancanegara. Penilaian potensi objek ekowisata
didasarkan kepada peluang untuk dapat dinikmati dan dikagumi atas menifestasi kebudayaan
dan nilai luhur sejarah Melayu.
2
BAB II
GAMBARAN UMUM
Istana Maimun semula ditulis Maimoon, merupakan istana Sultan Deli. Istana yang
berdiri megah di Jalan Brigjend Katamso ini didominasi warna kuning, warna kerjaan sekaligus
warna khas Melayu. Istana ini didirikan oleh Sultan Kerajaan Deli, Sultan Maimun Al Rasyid
Perkasa Alam Shah dengan biaya sekitar satu juta gulden Belanda tahun 1988. Bangunannya
berdiri di atas tanah seluas 2.772 Meter persegi, menghadap Timur. Pendesainnya seorang
arsitek Italia. Bangunannya terdiri dari dua lantai yang terbagi dalam tiga bagian, yakni
bangunan induk, sayap kiri, dan sayap kanan. Istana ini menjadi pusat Kesultanan Deli. Sebagai
catatan dinasti Kesultanan Deli diawali oleh Muhammad Dalik yang menjadi Yang di-Pertuan
Haru pada tahun 1630 atas pengangkatan sltan Aceh. Usai wafat, anaknya yang bernama
Panglima Parunggit melanjutkan kerjaannya sebagi Yang di-Pertuan Haru dan Panglima deli.
Kemudian anaknya Panglinga Parunggit, Tengku Panglima Padrap menggantikannya dengan
gelar kerajaan Emir deli (1700-1720). Ketika Panglima Padrap wafat, anak keduanya yang
bernama Tengku Panglima Gandar Wahid merebut jabatan emir dari kakak tertuanya.
Sultan Deli saat ini adalah Othman Mahmud Ma'mun Padrap Perkasa Alam Shah, yang
dinobatkan pada bulan Mei 1998. Memasuki ruangan tamu (balairung) Istana Maimun, ada
singgasana yang didominasi warna kuning. Lampu-lampu kristal menerangi singgasana, sebagai
bukti ada pengaruh budaya Eropa. Pengaruh itu juga tampak pada perabotan istana seperti kursi,
meja toilet, dan lemari hingga pintu dorong menuju balairung. Ruangan seluas 412 M2 ini
digunakan untuk acara penobatan Sultan Deli atau acara adat lainnya. Balairung juga dipakai
sebagai tempat sultan menerima sembah sujud dari sanak familinya pada hari-hari besar Islam.
Lebih ke dalam lagi, ada 20 kamar di lantai atas dan 20 kamar lagi di bagian bawah. Belum
termasuk 4 kamar mandi, gudang, dapur, dan ruang penjara di lantai bawah. Arsitekturnya
perpaduan antara tradisi Islam dan kebudayaan Eropa. Sebagian material bangunannya konon
juga didatangkan dari Eropa, seperti ubin, marmer, dan teraso. Arsitektur gaya Belanda nampak
pada pintu serta jendela yang lebar dan tinggi. Sedangkan pengaruh Islam terlihat pada bentuk
lengkungan atau arcade pada sejumlah bagian atap istana.
3
Lengkungan yang berbentuk perahu terbalik itu dikenal dengan Lengkungan Persia,
banyak dijumpai pada bangunan di kawasan Timur Tengah, Turki, India.
Istana Maimun merupakan salah satu bangunan terindah di Medan. Lokasinya mudah
dijangkau, baik dari Bandara Polonia (sekitar 10 km) maupun Pelabuhan Belawan (sekitar 28
km). Bangunan bersejarah ini terbuka umum setiap hari dari pukul 08.00 sampai 17.00.
Saat ini keluarga besar Sultan Deli mempunyai keturunan 170 kepala keluarga merupakan
ahli waris dari Sultan Makmum Al-Rasyid IX sebagian besar bermukim di berbagai kota
sedangkan 33 kepala keluarga lainnya menempati areal di Istana Maimun.
4
BAB III
KEKUATAN/ S KELEMAHAN/ W
5
belawan. ☼ Peningkatan intensitas
• Perlu dibuat event penya-daran masyarakat
☼Berpeluang Budaya secara bahwa kegiatan wisata
menjadi rang-kaian terpogram berkala setiap budaya
kunjungan wisata tahunnya. memberikan kebaikan baik
• Mendukung dan mendorong interaksi pola pikir dan
☼Penyelenggaraan para jurnalis melakukan ekonomi.
Upacara-upacara pemberitaan mengenai ☼ Memberikan pelatihan-
Khusus. Objek wisata tersebut. pelatihan khusus kepada
keluarga kerajaan.
6
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
1. Istana Maimun pada dasarnya banyak memiliki potensi ekowisata yang potensial untuk di
kembangkan, dengan variasi daya tarik berupa keunikan arsitektur dan campuran budaya
melayu dan sentuhan ke-islaman merupakan komoditi yang terdapat banyak di beberapa
objek wisata dan berpeluang untuk dikembangkan sebagai maskot wisata Kota Medan.
2. Perkembangan kepariwistaan di Istana Maimun umumnya belum mendapat sentuhan yang
optimal sesuai kaidah-kaidah kepariwisataan, demikian pula dengan kemasan dan
pemasarannya.
3. Faktor berpengaruh yang menghambat pertumbuhan dan pengembangan kepariwisataan di
Istana Maimun antara lain : keterbatasan mutu SDM masyarakat dan Pemerintah, rendahnya
kepedulian para investor swasta, rendahnya kunjungan wisatawan ke Sumatera Utara,
Aksesbilitas, fasilitas keparawistaan, sarana komunikasi serta keterbatasan informasi.
4. Objek dan lokasi kepariwisataan yang potensial dan memiliki ciri khas tersendiri. Dimana
sistem kesultanan masi berlaku bagi keluarga kerajaan dan masyarakat di sekitar.
Saran
2. Pembinaan serta pengelolaan sangat diharapkan dimana kerjasama diharapkan dapat terjalin
antara keluarga kesultanan dan pihak swasta maupun pemerintah dalam menjadikan Istana
Maimun menjadi benteng kekuatan budaya dan pariwisata Kota Medan yang tidak ternilai.
3. Negara juga harus bertanggung jawab dalam melestarikan dengan cara memberikan
perlindungan serta dana yang cukup untuk merenovasi.
7
DAFTAR PUSTAKA
Drs. S. L. Siahaan. MM. Materi Perkuliahan Manajemen Ekowisata. STEIN. Jakarta. 2009