BUDIDAYA PAPRIKA
(Pola Pembiayaan Konvensional)
BANK INDONESIA
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
Telepon : (021) 3818043 Fax: (021) 3518951, Email : tbtlkm@bi.go.id
DAFTAR ISI
Paprika merupakan salah satu sayuran yang memiliki prospek yang cerah.
Peluang pasar luar dan dalam negeri masih terbuka lebar karena pasokan
lebih kecil dibandingkan permintaan. Produksi dalam negeri masih terbatas,
Paprika adalah tanaman subtropis sehingga akan lebih cocok ditanam pada
daerah dengan ketinggian di atas 750 m dpl (di atas permukaan laut). Di
Indonesia, tanaman ini banyak diusahakan di daerah seperti Brastagi,
Lembang, Cipanas, Bandung, Dieng, dan Purwokerto. Walaupun jika
dibandingkan dengan permintaan jenis cabai yang lain, permintaan paprika
lebih kecil, luas penanaman paprika terus berkembang seiring dengan
permintaan pasar yang terus meningkat.
Peluang pasar komoditi paprika baik di pasar global, regional, dan lokal perlu
di raih antara lain melalui program-program yang mendukung
pengembangan komoditi ini dari mulai pembudidayaannya di lahan petani,
pengolahan hasilnya menjadi berbagai produk agroindustri, dan pemasaran
produk-produk tersebut. Dukungan tersebut sekaligus juga mengembangkan
usaha kecil/menengah yang merupakan pelaku bisnis usaha budidaya
tanaman sayuran, khususnya paprika. Tulisan ini akan menyajikan informasi
berdasarkan hasil studi lapang yang mencakup aspek-aspek teknik produksi,
pemasaran, keuangan, dan ekonomi-sosial yang terkait dengan
pengembangan paprika tersebut.
Tabel 2.1.
Jumlah dan Penyebaran Usaha Pertanian Paprika di Daerah Kabupaten
Bandung Tahun 2004/2005
b. Pola Pembiayaan
Modal yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha ini berasal modal sendiri
dan kredit perbankan. Pembiayaan yang berasal dari perbankan yaitu kredit
investasi dan kredit modal kerja. Untuk memperoleh kredit, pengusaha wajib
memiliki 30 - 40% dari total modal investasi dan modal kerja dan sisanya 60
- 70% dibiayai oleh bank.
Bank Artha Graha hanya memberikan kredit investasi pada usaha paprika
dengan suku bunga kredit yang ditawarkan sebesar 24% dan jangka waktu
angsuran 3 tahun. BPD Jawa Barat memberikan kredit investasi dan modal
kerja dengan suku bunga kredit yang ditawarkan sebesar 14,5% untuk kredit
investasi dengan jangka angsuran 3 tahun dan 14% kredit modal kerja
dengan jangka pengembalian 1 tahun. Suku bunga kredit yang ditawarkan
oleh kedua bank bersifat efektif menurun.
Tabel 3.1
Ekspor Paprika Indonesia ke Taiwan
Tahun Volume (kg) Nilai (milyar Rp)
2001 105.124 0,97
2002 190.055 1,78
2003* 155.995 1,50
* : sampai bulan Agustus
Sumber : www.tempointeraktif.com
Data pada Tabel 3.1. menunjukkan bahwa permintaan akan paprika di pasar
luar negeri meningkat tiap tahunnya. Dengan penanganan yang serius dan
peran serta pemerintah, paprika Indonesia mempunyai peluang pasar yang
cukup besar di pasar luar negeri. Peran serta pemerintah dapat berupa
adanya pengujian produk paprika sebelum diekspor dengan metode
pengujian yang disetujui oleh negara-negara tujuan ekspor. Pengujian ini
b. Penawaran
Seperti yang telah disebutkan, data produksi paprika secara nasional belum
tersedia. Untuk Kabupaten Bandung, ternyata luas areal tanam dan produksi
paprika dari tahun 2000 sampai 2004 mengalami penurunan dari 24,3 Ha
dengan produksi 1.200 ton menjadi 17,8 Ha dengan produksi 890 ton,
seperti dapat dilihat pada Tabel 3.2. Petani yang masih bertahan sampai
sekarang telah menggeluti usaha paprika ini sejak awal (1994) dan telah
memiliki pasar untuk produk paprika yang mereka hasilkan.
Tabel 3.2.
Perkembangan Usaha Pertanian Paprika Selama 5 Tahun
Luas Areal Luas Panen
Tahun Produksi (ton)
Tanam (ha) (ha)
2000 24,3 24,3 1.200
2001 24,3 24,3 1.200
2002 21,0 21,0 1.050
2003 20,0 20,0 1.050
2004 17,8 17,8 890
Sumber : ASPERIKA
c. Harga
Dari keterangan yang diperoleh, peluang pasar ekspor paprika masih terbuka
terutama untuk ekspor ke Singapura. Salah satu petani paprika di
Kecamatan Parongpong, menjual produksi paprikanya sebanyak 80% ke
eksportir yang mengekspor ke Singapura dan sisanya 20% ke pasar lokal.
Tabel 3.3.
Perkembangan Harga Paprika Tahun 2000 - 2005
e. Pemasaran Produk
f. Kendala Pemasaran
a. Lokasi Usaha
c. Sarana Produksi
d. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam usaha budidaya paprika dengan sistem
hidroponik irigasi tetes relatif tidak banyak, akan tetapi memerlukan
persyaratan tingkat keterampilan khusus. Di Kabupaten Bandung, untuk
budidaya paprika seluas 2.000 m2 dengan populasi tanaman sebanyak 6.000
tanaman tenaga kerja yang dibutuhkan hanya sebanyak 2 orang untuk
melaksanakan seluruh proses budidaya dari pembibitan sampai pemanenan.
e. Teknologi
1. Persiapan Greenhouse
2. Pembibitan
3. Penanaman
4. Pemeliharaan
Padatanaman yang masih muda larutan pupuk diberikan sebanyak 0,5 liter
perpohon dan pada tanaman dewasa diberikan sebanyak 1,2 liter per
pohon.Salah satu sistem irigasi yang digunakan petani paprika di
KabupatenBandung menggunakan sistem irigasi tetes. Pada sistem irigasi
tetesini, selain seluruh polybag tanaman mendapat penyiraman yang
bersamaan,volume penyiraman lebih terkontrol sehingga lebih efisien dalam
halwaktu dan volume penyiraman.
Foto4.5. Pengajiran
5. Pemanenan
Dalam pemanenan perlu diperhatikan beberapa hal seperti waktu dan cara
pemanenan. Berdasarkan waktu, pemanenan dibagi menjadi 2, yaitu panen
buah matang hijau dan panen buah matang berwarna (merah, kuning,
orange).
6. Pascapanen
• Paprika hijau dengan diameter 80 - 100 mm dan berat 100 - 175 gr.
• Paprika merah dengan diameter 80 - 120 mm dan berat 150 - 250 gr.
• Paprika kuning dengan diameter 80 - 110 mm dan berat 150 - 225 gr.
h. Produksi Optimum
i. Kendala Produksi
Kendala produksi dari budidaya paprika ini adalah bahwa tanaman paprika
menghendaki kondisi iklim tempat tumbuh yang di Indonesia hanya dapat
ditemukan di daerah dataran tinggi, sehingga untuk pengembangan usaha
paprika ini hanya bisa dilakukan secara maksimal pada dataran tinggi. Selain
itu, ketersediaan air yang bersih sangat dibutuhkan agar budidaya dapat
Hal lain yang berpotensi menjadi kendala produksi paprika ini adalah
ketergantungan petani pada benih yang masih diimpor dari luar negeri
sehingga ketersediaan benih sangat perlu diperhatikan jika ingin melakukan
usaha budidaya paprika dalam waktu yang lama. Masih diimpornya benih ini
juga menyebabkan harga benih yang mahal sehingga beban biaya produksi
untuk pembelian benih juga besar.
a. Pola Usaha
Produksi paprika sangat dipengaruhi oleh jenis paprika dan teknik budidaya
yangditerapkan. Dengan kondisi iklim tropik Indonesia yang memiliki
curahhujan tinggi dan cahaya matahari sepanjang tahun, penggunaan
greenhousesebagai tempat budidaya paprika sangat bermanfaat untuk
mengendalikanfaktor lingkungan seperti jumlah air, angin, dan cahaya
matahari.Selain itu penggunaan greenhouse juga bermanfaat untuk
mencegahpenyebaran serangan hama. Pola penanaman paprika di dalam
greenhouse diBandung menggunakan pola monokultur. Penggunaan pola ini
bertujuanuntuk memperoleh tingkat produktivitas yang optimum.
b. Asumsi
Periode proyek dipilih selama 3 tahun atau 4 periode musim tanam karena
umur ekonomis dari greenhouse hanya selama 3 tahun. Selain itu juga
karena jangka waktu kredit investasi adalah 3 tahun sehingga pada akhir
tahun ke-3 kredit sudah terlunasi. Penentuan harga jual paprika dilakukan
dengan mengambil rata-rata harga jual di tingkat petani dari 4 petani di
Kabupaten Bandung pada bulan Mei 2005 dan diasumsikan tetap selama
periode proyek. Pengaruh perubahan harga akan dianalisis pada bagian
analisis sensivitas usaha.
1. Biaya Investasi
Tabel 5.2.
Komposisi Biaya Investasi
No. Komponen Biaya Investasi Nilai (Rp)
1 Sewa lahan 9.000.000
2 Greenhouse 55.172.500
3 Peralatan irigasi tetes 24.818.000
4 Peralatan budidaya 2.846.000
5 Perizinan 1.000.000
Total Biaya Investasi 92.836.500
2. Biaya Operasional
Tabel 5.3.
Komposisi Biaya Operasional
Dana yang dibutuhkan untuk usaha budidaya paprika terdiri dari modal
investasi dan modal kerja. Untuk investasi dibutuhkan dana sebesar Rp
92.836.500, sedangkan untuk modal kerja dibutuhkan dana sebesar Rp
51.738.000, yaitu dana yang dibutuhkan untuk operasional 4 bulan pertama
sebelum diperoleh pendapatan. Dalam memberikan kredit investasi bank
mensyaratkan proporsi 70% kredit bank dan 30% dana sendiri. Dengan
perbandingan tersebut, kredit investasi yang dibutuhkan adalah Rp
64.985.550 sedangkan dana sendiri untuk investasi sebesar Rp 27.850.950,
sedangkan modal kerja dengan perbandingan Rp 36.216.600 dari kredit bank
dan Rp 15.521.400 dari dana sendiri. Rincian kebutuhan dana investasi dan
modal kerja dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Dana yang berasal dari bank dikembalikan atau diangsur selama jangka
waktu 3 tahun untuk kredit investasi dan selama 1 tahun untuk kredit modal
kerja. Sementara bunga kredit yang berlaku untuk investasi maupun modal
kerja diasumsikan sebesar 14% efektif per tahun atau 10,5% efektif per
musim tanam (9 bulan). Angsuran pokok dan bunga dibayar setiap bulan
tanpa ada masa tenggang. Secara keseluruhan jumlah pengembalian
pinjaman dari bank berupa angsuran pokok dan bunga sebagaimana Tabel
5.5.
Angsuran
Musim Bunga Total Saldo Awal Saldo Akhir
tetap
0 101.926.482 101.926.482
1 43.952.087 8.651.183 52.603.270 101.926.482 57.974.396
2 25.481.621 4.574.936 30.056.557 57.974.396 32.492.775
3 16.246.388 2.653.577 18.899.964 32.492.775 16.246.388
4 16.246.388 947.706 17.194.093 16.246.388 0
Produksi paprika yang dihasilkan berupa buah paprika segar yang dijual
langsung setelah perlakuan pasca panen. Harga jual untuk paprika hijau
adalah Rp 7.375 per kg, paprika merah Rp 11.500 per kg dan paprika kuning
Rp 12.500 per kg. Dalam satu musim tanam, greenhouse dengan ukuran
2.000 m2 dan populasi 6.000 tanaman mampu menghasilkan paprika hijau
sebanyak 1.702 kg, paprika merah 786 kg dan paprika kuning 262 kg.
Tabel 5.6.
Proyeksi Produksi dan Pendapatan
Tabel 5.7.
Proyeksi Rugi Laba Usaha
Musim
No Uraian
1 2 3 4
Total
1 141.732.697 141.732.697 141.732.697 141.732.697
Penerimaan
Total
2 134.616.560 130.586.791 128.669.657 126.963.786
Pengeluaran
R/L Usaha
3 sebelum 7.116.137 11.145.906 13.063.040 14.768.911
pajak
4 Pajak (15%) 1.067.421. 1.671.886 1.959.456 2.215.337
Laba setelah
5 6.048.716 9.474.020 11.103.584 12.533.574
pajak
6 Profit on sales 4% 7% 8% 9%
7 BEP : Rupiah 130.208.227 123.682.081 120.577.313 117.814.682
Unit produksi
15.158 14.399 14.037 13.716
(kg)
Arus kas usaha budidaya paprika ini secara lengkap dapat dilihat pada
lampiran 8. Dalam analisis kas dilakukan perhitungan Net Benefit/Cost Ratio
(Net B/C Ratio), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR) dan
Pay Back Period (PBP).
Tabel 5.8.
Kelayakan Usaha Budidaya Paprika
Justifikasi
No Kriteria Nilai
Kelayakan
1 NPV (Rp) 7.103.801 >0
> suku bunga per
2 IRR (%) 14,34
musim
3 Net B/C ratio 1,08 >1
4 PBP (musim) 3,75 <4
h. Analisis Sensitivitas
Proyeksi pendapatan dan biaya didasarkan pada asumsi dan proyeksi yang
memiliki ketidakpastian. Untuk itu diperlukan analisis sensivitas untuk
menguji seberapa jauh proyek yang dilaksanakan sensitif terhadap
perubahan harga input maupun output, kesalahan dalam pembangunan
sarana fisik dan operasional ataupun kelemahan estimasi produksi.
Tabel 5.9.
Hasil Analisis Sensivitas Proyek Skenario I
Pendapatan turun
No Kriteria
1% 2%
1 NPV (Rp) 3.366.484 - 370.834
2 IRR (%) 12,60 10,83
3 Net B/C ratio 1,04 1,00
4 PBP (musim) 3,88 5,01
2. Skenario II
3. Skenario III
Pada skenario III ini merupakan gabungan dari skenario I dan skenario II,
yang diasumsikan pada saat bersamaan pendapatan mengalami penurunan
dan biaya operasional mengalami kenaikan.
Tabel 5.11.
Hasil Analisis SensivitasProyek Skenario III
Dari tabel sensivitas skenario III (Lampiran 13 dan Lampiran 14) diketahui
bahwa pada saat pendapatan turun dan biaya operasional naik sebesar 1%
dengan suku bunga 10,5% per musim, diperoleh Net B/C Ratio lebih besar
Dilihat dari aspek ekonomi dan sosial, usaha budidaya paprika memiliki
dampak yang positif. Banyak pihak yang memperoleh manfaat dari usaha ini,
diantaranya masyarakat setempat dan pengusaha sendiri. Pihak-pihak yang
terkait tersebut dapat memperoleh kenaikan penghasilan dari usaha
tersebut. Dampak lain selain kenaikan pendapatan adalah bahwa usaha
budidaya paprika mampu menyerap tenaga kerja. Tenaga kerja budidaya
paprika diperoleh dari masyarakat sekitar sehingga secara langsung
mengurangi pengangguran.
Bagi petani paprika, usaha ini cukup dapat menghidupi keluarga, terbukti
dari ada petani paprika yang telah menggeluti usaha ini sejak usaha ini
muncul di daerah itu pada tahun 1994 hingga sekarang. Petani paprika itu
mengaku dapat menyisihkan pendapatannya untuk ditabung walaupun
jumlahnya mengalami fluktuasi tergantung produksi dan kondisi pasar.
b. Dampak Lingkungan
Usaha budidaya paprika ini menghasilkan limbah padat yang berupa arang
sekam bekas media tanam dan sisa tanaman pada akhir musim. Limbah
arang sekam bekas media tanam dapat dijual kepada pengusaha tanaman
hias yang banyak terdapat di daerah Bandung sehingga dapat memberikan
masukan tambahan. Penanganan limbah sisa tanaman dilakukan dengan
dibakar di dalam greenhouse yang dimaksudkan untuk memutuskan siklus
hidup hama dan penyakit yang menyerang pada saat masa produksi
sehingga tidak menyebar ke pertanaman lainnya. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak ada limbah dari usaha budidaya paprika ini yang
merugikan lingkungan sekitar usaha.
a. Kesimpulan
1. Peluang pasar komoditi paprika baik untuk ekspor maupun pemenuhan
dalam negeri masih terbuka dan berpotensi memberikan peluang bagi
pengembangan dan peningkatan produksi paprika di Indonesia. Dilihat
dari potensinya, sumber daya lahan dan sumber daya manusia untuk
pengembangan produksi paprika masih banyak tersedia di berbagai
daerah.
2. Kendala yang dihadapi oleh pengusaha dalam pengembangan usaha
paprika antara lain masalah iklim dan pemasaran. Masalah iklim
disebabkan karena paprika berasal dari daerah yang kondisi iklimnya
di Indonesia hanya dijumpai di dataran tinggi. Hal ini menyebabkan
pengembangan paprika pada saat ini hanya bisa dilakukan secara
maksimal di dataran tinggi. Masalah pemasaran terutama untuk pasar
ekspor disebabkan karena dibeberapa negara memiliki peraturan
mengenai produk pertanian yang masuk ke negara mereka seperti
bebas lalat buah dan pestisida.
3. Jumlah modal usaha yang dibutuhkan sebesar Rp 144.574.500, yang
terdiri atas modal investasi Rp 92.836.500 dan modal kerja Rp
51.738.000. Dengan asumsi proporsi kredit sebesar 70%, maka
jumlah kredit investasi yang dibutuhkan sebesar Rp 64.985.550 dan
kredit modal kerja sebesar Rp 36.216.600.
4. Usaha budidaya paprika memiliki Internal Rate of Return (IRR) lebih
besar dari suku bunga per musim yaitu 14,34%, nilai net B/C ratio
lebih besar dari satu (1,08), dengan NPV Rp 7.103.801, sehingga
usaha ini layak untuk dilaksanakan
5. Berdasarkan analisis sensivitas I, usaha budidaya paprika masih layak
hingga penurunan pendapatan sebesar 1%. Penurunan pendapatan
sebesar 2% menyebabkan usaha tidak layak karena diperoleh nilai
NPV negatif.
6. Berdasarkan analisis sensivitas II, usaha budidaya paprika masih layak
hingga kenaikan biaya operasional sebesar 2%. Kenaikan biaya
operasional sebesar 3% menyebabkan usaha tidak layak karena
diperoleh nilai NPV negatif.
7. Berdasarkan analisis sensivitas III, usaha budidaya paprika masih
layak hingga penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional
sebesar 1%. Penurunan pendapatan dan kenaikan biaya operasional
sebesar 2% menyebabkan usaha tidak layak karena diperoleh nilai
NPV negatif.
8. Hasil analisis keuangan tersebut menunjukkan bahwa usaha budidaya
paprika merupakan proyek yang layak untuk dibiayai oleh perbankan,
b. Saran