Anda di halaman 1dari 11

Tinjauan Studi Afrika Selatan dan Indonesia, 12

Perhatian Orang Tua Sebagai Faktor Penting

Hubungan Antara Status Sosial Ekonomi dan Prestasi Akademik:


Tinjauan Studi Afrika Selatan dan Indonesia

Hubungan antara pola prestasi akademik yang diraih siswa dengan latar belakang ekonomi
berbeda telah menjadi sebuah topik bahasan oleh banyak peneliti. Apakah seseorang dengan
Status Sosial Ekonomi (SSE) yang rendah akan berprestasi dari segi akademik lebih baik atau
justru sebaliknya merupakan sebuah studi sosial yang perlu dipahami lebih lanjut secara
mendalam. Masalah ini merupakan masalah heterogen, dimana berbagai faktor juga turut
mempengaruhi. SSE dan prestasi siswa merupakan tantangan dalam pengembangan pendidikan
di negara-negara maju maupun negara berkembang di dunia.

Dari berbagai penelitian, diungkapkan banyak faktor pendukung yang mempengaruhi terjadinya
hubungan antara SSE dengan prestasi akademik. Santrock (2008) mengungkapkan bahwa
beberapa faktor yang memengaruhi antara lain ketidakstabilan dalam rumah tangga
berlatarbelakang SSE rendah, kurangnya dukungan sosial dari orang tua, kurangnya akses buku
dan komputer, serta lingkungan. Dalam pembahasan, penulis menitikberatkan faktor dukungan
orang tua sebagai faktor utama penyebab rendahnya prestasi akademik.

Masalah pendidikan merupakan masalah substansial yang umum dialami berbagai negara di
dunia. Kemampuan akademik setiap murid yang berbeda memunculkan berbagai teori
berdasarkan banyak riset yang telah dilakukan. Salah satu teori yang menarik adalah adanya
hubungan antara status ekonomi dengan prestasi akademik yang telah diraih. Afrika Selatan
sebagai salah satu negara berkembang merupakan bahasan utama dalam kaitan antara SSE
dengan prestasi siswa. Didorong oleh problem pendidikan di Afrika Selatan dan Indonesia yang
kompleks dan kesenjangan ekonomi dengan rentang cukup jauh antar masyarakat membuat isu
ini menarik untuk dipahami lebih lanjut. Oleh karena itu, essai ini akan memperlihatkan bahwa
peran orang tua dalam SSE mempunyai pengaruh terhadap prestasi belajar siswa berdasarkan
perbandingan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi antara SSE dan prestasi akademik
Afrika Selatan dan Indonesia.

1
Tinjauan Studi Afrika Selatan dan Indonesia, 12

Perkembangan Ekonomi Yang Buruk Sebagai Pemicu SSE

Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya, terdapat begitu banyak teori yang membahas kaitan
antara SSE dengan prestasi akademik seorang siswa.. Riset yang dilakukan dalam bidang
sosiologi pendidikan menawarkan bukti-bukti penunjang adanya sebuah hubungan yang positif
antara SSE sebuah keluarga dengan tingkat prestasi akademik siswa (Sirin, 2005; White, 1982
dalam Caro, 2009). Bukti-bukti otentik yang ditemukan oleh peneliti-peneliti lain berupaya
mencari kepastian sebuah hubungan timbal balik antara status ekonomi dengan kemampuan
suatu individu untuk berprestasi secara akademik.

Sebelum membahas lebih lanjut tentang SSE, ada beberapa definisi yang menjelaskan apa yang
dimaksud dengan SSE. Willms (2004), mengutip dari Mueller dan Parcel (1981) mendefinisikan
SSE sebagai “hubungan relatif sebuah keluarga atau individu atas struktur hierarki sosial,
berdasarkan atas akses dan kontrol mereka, kekayaan dan kekuatan. Dalam hal ini, SSE
merupakan salah satu faktor yang sangat berkaitan dalam pendapatan, pendidikan dan pekerjaan.
SSE sangat berpengaruh dalam ranking sosial untuk menentukan posisi dalam masyarakat
(Bullock & Stallybrass, 1982 dalam Taylor & Yu 2008).

Salah satu definisi lain SSE berkaitan dengan adanya kesenjangan perkembangan ekonomi antar
individu, (Meier, 1995 dalam Taylor & Yu, 2008) mendeskripsikan perkembangan ekonomi
sebagai sebuah proses jangka panjang pertumbuhan perkapita yang akan meningkatkan
perbaikan kualitatif melalui sistem sosial. Dalam hal ini, perkembangan ekonomi tidak hanya
sekedar sebuah pertumbuhan yang terukur. Perkembangan ekonomi mempunyai efek yang lebih
besar lagi yaitu perbaikan kualitatif dalam kehidupan sosial. Adapun apa yang dimaksud dengan
perbaikan kualitatif tidak dijelaskan secara terperinci pada jurnal yang saya telaah. Kemungkinan
perbaikan kualitatif yang dimaksud adalah perbaikan kualitas hidup.

Perkembangan ekonomi berdampak terhadap perbaikan mutu dan kualitas pendidikan negara-
negara di dunia, khususnya negara-negara berkembang seperti Afrika Selatan dan Indonesia.
Komposisi SSE adalah sebuah prediksi yang kuat untuk menentukan tingkat prestasi akademik

2
Tinjauan Studi Afrika Selatan dan Indonesia, 12

siswa (OECD, 2004; Rumberger & Palardy, 2005; Sirin, 2005 dalam Perry & Mcconney, 2010).
Teori ini ternyata juga berlaku bagi Indonesia dan Afrika Selatan, dua negara berkembang yang
sama-sama terpuruk dalam peringkat prestasi akademik yang diukur secara internasional.
Berdasarkan teori tersebut, dapat kita tentukan bahwa semakin baik perkembangan ekonomi
suatu negara maka tingkat pendidikan negara tersebut juga akan semakin baik dalam pola linear.

Afrika Selatan, pada PIRLS1 2006 yaitu sebuah tes yang mengukur kualitas pendidikan suatu
negara dari prestasi membaca adalah negara dengan skor terendah dari 40 negara yang
berpartisipasi. Tes yang diadakan oleh Asosiasi Internasional Evaluasi Prestasi Akademik (IEA)
ini merupakan tahap lanjutan dari Perkembangan Pembelajaran Membaca Literatur Internasional
(PIRLS) pada tahun 2001. Tidak jauh berbeda, pada TIMSS* 2003 Afrika Selatan merupakan
negara dengan skor terendah dari 46 negara peserta tes. Hasil-hasil ini menimbulkan keraguan
atas kemampuan sistem sekolah di Afrika Selatan dalam pembangunan bidang pendidikan
(Taylor & Yu, 2008). Sedangkan Indonesia, pada PIRLS 2006 menduduki peringkat 41, sedikit
lebih baik dari Afrika Selatan. Akan tetapi, dua hal ini menimbulkan spekulasi apa yang terjadi
pada dua negara ini sehingga membuat posisi mereka di dunia internasional berada dalam posisi
yang sama.

Memang tidak dapat dipungkiri bahwa banyak faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi
akademik siswa. Dalam pembahasan makalah ini, penulis menganggap bahwa SSE merupakan
faktor yang paling sesuai sebagai pemicu rendahnya kualitas pendidikan. Walaupun tidak semua
anak dengan SSE rendah berprestasi buruk, akan tetapi data umum yang diambil merupakan skor
rata-rata prestasi nasional secara keseluruhan. Salah satu hal yang menguatkan hipotesis bahwa
SSE yang mempengaruhi prestasi akademik selain landasan teori yang telah diberikan
sebelumnya adalah tabel di bawah ini. Daftar ranking prestasi akademik pada tes PIRLS 2006
yang telah dianalisa berdasarkan pendapatan negara.

1
PIRLS = Tes Perbandingan Perkembangan Potensi Membaca Dari Setiap Negara

3
Tinjauan Studi Afrika Selatan dan Indonesia, 12

Tabel 1. Skor Prestasi Membaca 2006


Setelah Diklasifikasikan Berdasarkan Pendapatan

Rangkin Negara Keterangan


g
1. Russia
2. Hong Kong
3. Canada, Alberta*
4. Canada, British Columbia*
5. Singapore
6. Luxembourg
7. Canada, Ontario*
8. Hungary
9. Italy
10. Sweden
11. Germany
12. Belgium (Flemish)*
13. Bulgaria Negara-negara dengan pendapatan
14. Netherlands
Tinggi
15. Denmark
16. Canada, Nova Scotia*
17. Latvia
18. United States
19. England
20. Austria
21. Lithuania
22. Chinese Taipei
23. Canada, Quebec*
24. New Zeland
25. Slovak Republic
26. Scotland
27. France
28. Slovenia
29. Poland
30. Spain
31. Israel
Pendapatan Menengah Ke Atas
32. Iceland
33. Belgium (French)*
34. Moldova
35. Norway
36. Romania Pendapatan Menengah
37. Georgia
38. Macedonia
39. Trinidad & Tobago
40. Iran
41. Indonesia
42. Qatar
43. Kuwait Pendapatan Rendah
44. Morocco
45. South Africa
Ket: Tes dilakukan pada 40 negara, termasuk Belgia yang mempunyai dua sistem pendidikan dan Kanada dengan
lima provinsi yang dianalisis secara terpisah (Taylor & Yu, 2008).

4
Tinjauan Studi Afrika Selatan dan Indonesia, 12

Kurva Kernel Berdasarkan


Kelompok Pendapatan Negara

Ket: garis merah menandakan rata-rata skor internasional 500 (Taylor & Yu, 2008).

Dari tabel dan kurva di atas dapat kita lihat bahwa prestasi akademik Afrika Selatan dan
Indonesia sangat rendah. Dari skor rata-rata semua partisipan, Afrika Selatan mendapat skor 302.
Sangat jauh berbeda dengan skor Rusia yang memperoleh nilai 576. Dari hasil ini, kemudian
dianalisa negara-negara peserta tes berdasarkan pendapatan tiap negara yaitu pendapatan tinggi,
menengah ke atas dan rendah. Dari klasifikasi tersebut Afrika Selatan merupakan negara peserta
tes terendah dari negara dengan pendapatan perkapita rendah.

Tabel dan kurva diatas menggambarkan bahwa jalur distribusi prestasi akademik membaca di
Afrika Selatan sangat rendah dibandingkan jalur distribusi lain. Dengan pendapatan menengah
ke bawah, Afrika Selatan terpisah jauh dengan negara-negara lain. Data-data diatas menurut
Taylor dan Stephen mengindikasikan variasi yang besar dalam skor-skor tes membaca sehingga
memicu ketidakseimbangan level dalam pendidikan. Kenyataannya, Afrika Selatan merupakan
negara dengan variasi dan standar deviasi tertinggi diantara negara lain. (Taylor & Yu, 2008).

5
Tinjauan Studi Afrika Selatan dan Indonesia, 12

Untuk menyatakan bahwa hasil dari tes PIRLS pada tahun 2006 ini dipengaruhi oleh SSE,
Taylor dan Yu melakukan beberapa perhitungan data yang rumit dengan rumus analisis. Survei
dilakukan untuk menentukan pola yang ada dengan menggunakan bahan-bahan dari tes-tes
akademik. Berdasarkan suvei yang mereka lakukan ada beberapa masalah yang ditemukan
berkaitan dengan mengukur pendapatan suatu keluarga. Pertama, ada begitu banyak keluarga
yang tidak merespon secara baik survey yang dilakukan sehingga kemungkinan menciptakan
kebiasan dalam hasil survei. Kedua, ditemukan begitu banyak keluarga yang mempunyai banyak
sumber pendapatan. Ketiga, keluarga miskin tidak mau terbuka menyebutkan jenis pendapatan
meeka.

Peranan Dukungan Orang Tua Dalam SSE

Pendidikan merupakan salah satu dampak dari sebuah perkembangan ekonomi. Dalam
kehidupan di Afrika Selatan, perkembangan ekonomi membawa pendidikan dalam
ketidakseimbangan. Masyarakat dalam lingkaran sosial terbagi dalam beberapa kasta ekonomi
yang berbeda. Setiap kelompok memiliki tingkat kesejahteraan dengan rentang perbedaan yang
jauh. Hal ini menyebabkan tidak semua anak dapat mengecap pendidikan lebih baik. Di Afrika
Selatan diungkapkan anak dengan SSE yang rendah lebih sulit fokus dengan pelajaran karena
mereka harus membagi waktu untuk bekerja sebagai buruh membantu orang tua.

Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam perkembangan akademik anak. Jerrim
& Micklewright (2009) menyatakan ada korelasi yang kuat antara tingkat pendidikan ibu dan
ayah atau orang tua dalam suatu keluarga. Korelasi ini bisa diidentifikasi sebagai asosiasi dengan
kemampuan kognitive anak. Anak yang mempunyai ibu atau ayah dengan kualifikasi pendidikan
yang baik cenderung mempunyai nilai akademik yang lebih baik daripada anak yang orang
tuanya berpendidikan lebih rendah walupun kedua keluarga ini berasal dari SSE rendah.
Fenomena rendahnya hasil tes Indonesia dan Afrika Selatan pada PIRLS 2006 dapat kita
asumsikan sebagai bukti rendahnya dukungan orang tua. Jerrim & Micklewright (2009)
menegaskan bahwa tidak mudah untuk melakukan generalisasi sejauh mana pentingnya
pendidikan orang tua untuk kemampuan kognitive siswa.

6
Tinjauan Studi Afrika Selatan dan Indonesia, 12

Kurangnya dukungan orang tua terhadap pendidikan dapat dilihat dari fenomena anak yang
bekerja. Berdasarkan data pada tahun 2009 yang diakses dari situs ILO disebutkan di Indonesia
ada sekitar 58,8 juta anak dari usia 5-17 tahun yang bekerja. Dari jumlah tersebut 48,1 juta atau
81,8 persen masih berstatus anak yang bersekolah. Data yang diungkapkan ini setidaknya bisa
kita bandingkan dengan keadaan di Afrika Selatan dimana 75 persen anak-anak kulit hitam hidup
dalam kemiskinan. Dua data ini memberikan gambaran bahwa Afrika Selatan dan Indonesia
mempunyai masalah yang sama, yaitu kemiskinan dan keterbatasan anak untuk bersekolah. Pola
ini merupakan gambaran nyata keterbatasan orang tua dalam membantu pendidikan anak secara
finansial.

Di Afrika Selatan, pada tahun 2006, 31% dari anak-anak berkulit hitam diantara rentang usia
sepuluh dan dua belas tahun tinggal di rumah tanpa kehadiran orang tua, 41% dari anak-anak
berkulit hitam hidup dengan orang tua tunggal dan hanya 28% tinggal dengan dua orang tua
yang ada. Begitu bertentangan, 80% dari anak-anak kulit putih dan 89% anak-anak india diantara
rentang usia 10 dan 12 tahun tinggal dengan dua orang tua (dikalkulasikan dari Survei Rumah
Tangga Umum Afrika Selatan, 2006). Dalam data ini, dapat kita asumsikan bahwa peranan orang
tua merupakan faktor utama rendahnya prestasi akademik siswa di Afrika Selatan.

Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia mengalami beberapa fase yang penulis
gambarkan sebagai ledakan ekonomi. Pada masa orde baru, angka kemiskinan di Indonesia
menurun hingga lima puluh persen. Akan tetapi krisis moneter menerpa Indonesia pada tahun
1997 yang kemudian berkembang menjadi krisis multidimensional yang mengakibatkan
meningkatnya angka kemiskinan menjadi dua kali lipat. Pendidikan adalah salah satu aspek
kehidupan bangsa yang terganggu akibat efek dari krisis ekonomi. Pendidikan menjadi sangat
mahal dan tidak semua masyarakat dapat mengakses pendidikan yang layak. Walaupun pada
masa reformasi, pendidikan gratis semakin digencarkan. Akan tetapi, faktor ekonomi tetap
merupakan momok yang menjadi penghalang.

Memang begitu banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi kurangnya prestasi akademik
siswa seperti lingkungan dan perbedaaan ras. Akan tetapi, James Colleman dalam penelitiannya

7
Tinjauan Studi Afrika Selatan dan Indonesia, 12

pada tahun 1996 menemukan bahwa SSE ternyata lebih berpengaruh terhadap prestasi
dibandingkan dengan perbedaan ras. Colleman yang menginvestigasi ketidakseimbangan
kesempatan pada pendidikan di Amerika Serikat semula menduga bahwa ras merupakan masalah
utama dalam kasus yang dia telaah. Hasil yang dia dapatkan ternyata perbedaan antar ras kurang
dari yang dia harapkan. Colleman menemukan ternyata latar belakang keluarga dan SSE
merupakan pengaruh yang lebih dominan. Bahkan, dia merumuskan bahwa sumber yang paling
penting dari hal ini adalah adanya keterikatan antara lingkungan dengan SSE. Murid-murid
dengan SSE yang lebih rendah membentuk komunitas sendiri dan menganggap diri mereka
sebagai pihak yang didiskriminasikan. (Kahlenberg, 2001). Dalam hal ini orang tua harusnya
mampu bertindak sebagai katrol dalam mengendalikan perilaku anak.

Coteman dalam (Hasan, 2002) mengemukakan masalah ekonomi bahwa :

Di beberapa negara berkembang banyak menyoroti masalah perbedaan tingkat pencapaian hasil
belajar antara sekolah, yakni perbedaan latar belakang sosial ekonomi anak didik yang akan
menyebabkan perbedaan sosial cultural yang besar pada sekolah, yang akan mendorong pada
perkembangan sekolah untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal. Kondisi tersebut dapat
menghambat pada sebagian orang tua untuk berpartisipasi dalam pengelolaan pendidikan di
sekolah. Jumlah pendapatan orang tua secara keseluruhan sangat mempengaruhi dalam menjalankan
tugas dan tanggung jawab seseorang, lebih-lebih tanggung jawab orang tua terhadap anaknya dalam
proses pendidikan”.

Tanggung jawab orang tua dalam pendidikan merupakan sebuah komponen utama penunjang
prestasi siswa dalam SSE. Tidak hanya Afrika Selatan dan Indonesia, tingkat dukungan orang
tua sangat berpengaruh. Pendidikan orang tua memberikan stimulus yang baik terhadap
dukungan akademik dimana orang tua menginginkan anaknya menempuh pendidikan yang sama
atau bahkan melebihi mereka. Lee dan Burkham (2002) dalam Taylor& Yu (2008) menyatakan
bahwa variasi kemampuan kognitif anak-anak saat memulai sekolah diasosiasikan dengan latar
belakang ekonomi. Orang tua yang berpendidikan dapat memberikan dukungan langsung seperti
membantu pekerjaan rumah dibandingkan orang tua yang tingkat pendidikan tahap bawah.
Persepsi ekonomi yang baik adalah dari orang tua yang berpendidikan.

8
Tinjauan Studi Afrika Selatan dan Indonesia, 12

Ada beberapa hal yang membuat penulis meyakini secara rasional bahwa dukungan orang tua
merupakan landasan utama dalam hubungan antara SSE dan prestasi akademik, yaitu:
1. Dukungan orang tua berperan sebagai pembentuk konsep diri anak
2. Ibu yang berpendidikan berperan besar dalam menentukan pendidikan sejak dini, berbeda
dengan ibu yang berpendidikan rendah. Pendidikan dapat meningkatkan posisi
perempuan dalam keluarga untuk memberikan kontrol lebih besar atas pendapatan
keluarga, dan investasi terhadap masa depan anak. Kepentingan setiap orang tua terhadap
anak berbeda-beda karena perbedaan aspirasi dan harapan yang ditanamkan. Para ibu
yang terdidik mengharapkan anak-anak terpelajar yang akan menjadi panutan.
Keuntungan (jika itu terjadi) seorang ibu yang lebih berpendidikan adalah perkembangan
pada anak usia dini misalnya dalam waktu menghabiskan waktu membaca untuk anak di
rumah dalam masa prasekolah (Jerrim & Micklewright, 2008).
3. Ayah menghabiskan waktu lebih banyak membantu anak-anak dengan matematika.
Hasil ini diperoleh berdasarkan survey terhadap hasil tes matematika pada TIMSS 2006
di Amerika Serikat (Jerrim & Micklewright, 2008).

Kesimpulan yang diambil oleh penulis adalah ternyata peranan orang tua dalam hubungan antara
SSE dan prestasi akademik sangat erat. Keluarga dengan tingkat SSE yang rendah cenderung
mempunyai kepedulian yang kurang terhadap prestasi akademik. Akan tetapi, faktor ini juga
harus dilihat dari tingkat pendidikan orang tua sebelumnya. Orang tua yang berpendidikan lebih
baik walaupun berasal dari keluarga SSE rendah mempunyai potensi untuk peduli terhadap
perkembangan akademik anak. Kesimpulan ini diambil berdasarkan atas hubungan antara SSE
dan prestasi akademik siswa di Afrika Selatan yang mempunyai pola yang sama di Indonesia..
Diantara pola-pola itu seperti kesamaan latar belakang ekonomi berdasarkan pendapatan
perkapita, kemiskinan, dan tingkat anak-anak yang mempunyai SSE rendah. Kesimpulan
berikutnya, SSE mempengaruhi prestasi akademik siswa dimana siswa dengan SSE rendah akan
sulit berkembang dibandingkan siswa dengan SSE tinggi.

Saran yang penulis sampaikan dalam makalah ini adalah diperlukan kesadaran dari orang tua
untuk memantau perkembangan akademik anak. Anak dengan SSE rendah memerlukan tingkat
dukungan yang lebih tinggi sehingga peranan orang tua lebih signifikan. Dalam hal ini,

9
Tinjauan Studi Afrika Selatan dan Indonesia, 12

diharapkan berdasarkan dari rendahnya prestasi Indonesia dan Afrika Selatan mampu
memberikan kesadaran bahwa kehidupan akademik merupakan salah satu aspek yang penting
dan patut diperhatikan oleh semua pihak.

Referensi:

Caro, D.H. (2009). Socio‐economic Status and Academic Achievement Trajectories from
childhood to Adolescence. Canadian Journal of Education 32, 3 (2009): 558‐590.

ILO. (2010). BPS keluarkan data nasional mengenai pekerja anak di Indonesia. Diakses pada
tanggal 5 Juli 2010 dari http://www.ilo.org/jakarta/info/public/pr/lang--en/contLang--
id/WCMS_122351/index.htm

Perry, L. & Mcconney, A. (2010). School Socio Economic Composition and Students Outcomes in
Australia: Implicaations for Educational Policy. Australian Journal of Education. Proquest
Education Journal:72.

Taylor, S. & Yu, D. (2008). The Importance of Socio-economic Status in determining


Educational Achievement in South Africa. South Africa: Development Policy Research
Unit University of Capetown. Telah dipresentasikan pada The Regulatory Environment and its
Impact on the Nature and Level of Economic Growth and Development in South Africa 2008.

Jerrim, J. & Micklewright, J. (2009). Children’s education and parents’ socio-economic status:
distinguishing the impact of mothers and fathers. University of Southampton & Institute of
Education, University of London. London.

10
Tinjauan Studi Afrika Selatan dan Indonesia, 12

11

Anda mungkin juga menyukai