Anda di halaman 1dari 66

HUBUNGAN ANTARA POSTUR TUBUH DAN KETERBELAJARAN GERAK

PADA SISWA KELAS V DAN VI SEKOLAH DASAR NEGERI

DI KECAMATAN SRAGI KABUPATEN PEKALONGAN

TAHUN 2006/2007

SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Strata I
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :
Nama : Muh. Nur Afendi
NIM : 6101402017
Jurusan : Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi
Fakultas : Ilmu Keolahragaan

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG


2007
SARI

Muhammad Nur Afendi, 2007. Skripsi ini berjudul “Hubungan Antara


Postur Tubuh dan Keterbelajaran Gerak Pada Siswa Kelas V dan VI Sekolah Dasar
Negeri Di Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan Tahun 2006/2007”. Pendidikan
Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Fakultas Ilmu Keolahragaan.Universitas Negeri
Semarang. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah apakah ada
hubungan antara postur tubuh dan keterbelajaran gerak pada siswa kelas V dan VI
Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan sragi Kabupaten Pekalongan tahun 2006/2007?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara postur
tubuh dan keterbelajaran gerak pada siswa kelas V dan VI Sekolah Dasar Negeri di
Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan Tahun 2006/2007.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V dan VI Sekolah Dasar
Negeri di Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan Tahun 2006/2007 sejumlah 2516
siswa, yang terdiri dari siswa putra dan siswa putri. Sampel berusia antara 10 sampai
dengan 12 tahun dengan jumlah 205 siswa, yang terdiri dari 106 siswa putra dan 99
siswa putri. Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah Teknik
Cluster Random Sampling, dimana populasi terbagi menjadi 3 Dabin (daerah
binaan). Dalam penelitian ini penulis memperoleh data yang terdiri dari dua variabel
yaitu postur tubuh sebagai variabel bebas dan keterbelajaran gerak sebagai variabel
terikat. Untuk memperoleh data yang sesuai dalam peneltian ini, maka metode yang
digunakan adalah metode survei dan metode tes.
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan analisis korelasi product
moment diketahui bahwa nilai r hitung untuk keseluruhan siswa adalah 0,887 dengan
taraf signifikasi sebesar 5% dan diperoleh r tabel sebesar 0,195. Karena r hitung lebih
besar apabila dibandingkan dengan r tabel (rhitung>r tabel) berarti bahwa ada hubungan
antara postur tubuh dan keterbelajaran gerak pada siswa kelas V dan VI Sekolah
Dasar Negeri di Kecamatan Sragi Kabupeten Pekalongan Tahun 2006/2007.
Kesimpulan hasil penelitian bahwa ada hubungan antara postur tubuh dan
keterbelajaran gerak pada siswa kelas V dan VI Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan
Sragi Kabupaten Pekalongan tahun 2006/2007. Beberapa saran yang dapat peneliti
berikan antara lain sekolah yang bersangkutan hendaknya memberikan kesempatan
yang seluas-luasnya kepada siswa untuk dapat melakukan aktifitas-aktifitas yang
berkaitan dengan perkembangan fisiknya. Hendaknya orang tua dan guru penjas
untuk dapat lebih memberikan dukungan kepada siswa dengan bermain dan
berolahraga bersama atau dengan menekankan kepada siswa untuk lebih banyak
melakukan aktifitas fisik yang dapat menunjang perkembangan postur tubuhnya, dan
hendaknya juga menjadi perhatian bagi instansi terkait mulai dari pemerintahan
Kabupaten, Kecamatan, dan bagi kalangan pendidikan seperti Kepala Dinas, Kepala
Sekolah, untuk memberikan perhatian dan memberikan wahana dalam Pendidikan
Jasmani di Sekolah Dasar.

ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto:

“Jadilah orang yang selalu bermanfaat bagi orang lain, karena dengan itu kamu bisa

mendapatkan segalanya.”

(QS Al-Baqoroh, 153)

Persembahan:

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Allah SWT

2. Bapak dan Ibu tercinta

3. Saudaraku (adikku) tercinta

4. Teman-teman PJKR ‘02

5. Almamaterku

iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan

Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan pembuatan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini merupakan pemenuhan sebagian syarat untuk menyelesaikan

program studi Strata Satu pada Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Seiring dengan rasa syukur penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada yang kami hormati :

1. Ibu Rumini, S.Pd, M.Pd, Sebagai pembimbing utama dan Bapak Drs. Bambang

Priyono, M.Pd, Sebagai pembimbing pendamping yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Sutardji, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

negeri Semarang.

3. Bapak Drs. Harry Pramono, MSi selaku Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani

Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

Semarang.

4. Bapak/Ibu karyawan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang,

yang telah mendorong dan membantu dalam penelitian ini.

5. Seluruh Kepala Sekolah, Tenaga Pengajar (Guru) dan siswa-siswi di Sekolah

Dasar Negeri se-Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan yang telah banyak

membantu peneliti dalam melakukan penelitian dan pengambilan data.

v
6. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan do’a restu dan motivasi kepada

penulis.

7. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan, yang telah membantu dalam

penelitian ini.

Akhirnya penulis mohon maaf apabila dalam penyampaian tulisan ini terdapat

hal yang tidak berkenan di hati para pembaca, bagaimanapun juga segala kekurangan

ada pada diri penyusun dan tiada akan terwujud skripsi ini tanpa adanya bantuan,

saran dan kritik.

Semarang, Mei 2007

Penulis

vi
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................ i

SARI .................................................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN.......................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................... iv

KATA PENGANTAR...................................................................... v

DAFTAR ISI..................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR........................................................................ x

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.................................................... 1

1.2 Permasalahan .................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian .............................................................. 3

1.4 Penegasan Istilah............................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ............................................................ 5

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

2.1 Landasan Teori................................................................. 6

2.1.1 Postur Tubuh ........................................................ 6

2.1.2 Pengertian Keterbelajaran Gerak ......................... 7

2.1.3 Fase Perkembangan Gerak................................... 9

2.1.4 Perkembangan Penguasaan Gerak Anak Dasar


Pada Anak Besar.................................................. 11

2.1.5 Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Sekolah


Dasar..................................................................... 14

vii
2.1.6 Klasifikasi Keterampilan Gerak.......................... 15

2.1.7 Unsur-unsur Keterbelajaran Gerak ..................... 18

2.1.8 Prinsip Belajar Gerak dan Perkembangannya..... 19

2.1.9 Perkembangan Motorik Anak Sekolah Dasar ..... 20

2.1.10 Hubungan Antara Postur Tubuh dan keterbelajaran


Gerak................................................................... 24

2.2 Hipotesis .......................................................................... 25

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Obyek Penelitian .............................. 26

3.2 Variabel Penelitian ........................................................... 28

3.3 Metode Pengumpulan data............................................... 28

3.4 Lokasi Penelitian ............................................................. 29

3.5 Instrumen Penelitian ....................................................... 29

3.6 Tenaga Pembantu Penelitian ........................................... 29

3.7 Metode Analisis Data ...................................................... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ................................................................ 41

4.2 Pembahasan..................................................................... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ..................................................................... 53

5.2 Saran................................................................................ 53

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 55

LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................. 57

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. SK Dosen Pembimbing ................................................................ 57

2. Surat Ijin Penelitian ..................................................................... 58

3. Surat Ijin Dinas Pendidikan ......................................................... 59

4. Instrumen Penelitian .................................................................... 60

5. Daftar sampel Penelitian ............................................................. 69

6. Data Hasil Tes Postur Tubuh....................................................... 70

7. Data Hasil Tes Keterbelajaran Gerak ........................................... 75

8. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian dari SD Negeri


Kecamatan Sragi ......................................................................... 79

9. Tabel Persiapan Perhitungan Statistik Untuk Seluruh Siswa ....... 90

10. Tabel harga kritik dari r Product-Moment .................................. 94

11. Dokumentasi Hasil Penelitian ..................................................... 95

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Persiapan Tes Postur Tubuh dan Keterbelajaran Gerak .............. 95

2. Tes Keterbelajaran Gerak Siswa Putra ........................................ 96

3. Tes Keterbelajaran Gerak Siswa Putri......................................... 97

4. Tes Postur Tubuh Siswa Putra dan Putri ..................................... 98

x
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia dalam hidupnya selalu tumbuh dan berkembang seiring dengan

bertambahnya usia. Sepanjang hidup manusia mulai masih dalam kandungan,

dilahirkan dan sampai mati memperoleh sebutan yang berganti-ganti. Pergantian

sebutan didasarkan pada usianya dan merupakan fase-fase dalam perkembangan

yang dilewati.

Anak-anak sekolah dasar kelas V dan VI merupakan usia anak besar. Pada

masa anak usia besar kecenderungan pertumbuhan fisik kearah tipe tubuh tertentu

mulai terlihat, namun masih belum begitu jelas.

Sebagian besar kegiatan anak-anak di Kecamatan Sragi pada usia anak besar

tidak jauh berbeda dengan kecamatan lain. Kegiatan setiap harinya yaitu sekolah.

Dengan bersekolah anak-anak mendapat pengetahuan tentang pembelajaran gerak

melalui mata pelajaran pendidikan jasmani dan kebutuhan gerak mereka juga

terpenuhi melalui permainan-permainan yang dilakukan di sekolah. Tetapi untuk

kegiatan di luar sekolah tergantung dari daerah masing-masing. Biasanya anak

mengisi waktu luang dengan bermain. Permainan yang dimainkan juga tergantung

pada musim yang ada pada desa masing-masing. Bentuk permainan juga

bermacam-macam, ada sepak bola, layang-layang, kelereng, engklek, dan lain-

lain. Selain kegiatan aktifitas permainan (motorik) anak-anak ada yang memilih

permainan elektronik misalnya play station, dingdong, video game dan kebiasaan

nonton TV. Setiap sore anak-anak juga ada yang pergi mengaji di sekolah TPQ.

1
2

Anak yang menguasai keterampilan gerak dasar yang baik akan lebih bisa

menguasai aktivitas olahraga dengan baik pula. Gerakan dasar dalam olahraga

sangat banyak dan bervariasi. Dengan aktivitas olahraga dan aktifitas lainnya

anak akan tambah pintar bergerak, sebab dalam olahraga sendiri kebanyakan yang

dipelajari adalah masalah gerakan. Biasanya anak yang suka bergerak, akan

mempunyai gerakan yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan anak yang

lebih memilih untuk tidak banyak bergerak.

Anak yang mempunyai postur tubuh yang seimbang, diharapkan dapat

melakukan gerak yang optimal. Suatu rangkaian gerakan dapat terlihat dengan

jelas pada saat anak melakukan gerakan tertentu. Seorang anak dikatakan

mempunyai koordinasi tubuh yang bila mampu bergerak dengan mudah dan

lancar dalam rangkaian gerakan (Khomsin, 2002:25).

Perkembangan gerak pada masa anak besar berbeda dengan pada masa

sebelumnya, maupun pada masa sesudahnya. Pada masa ini terjadi perkembangan

fisik yang makin jelas, khususnya yang terkait dengan kekuatan, kelentukan,

keseimbangan, dan koordinasi.

Kemampuan gerak anak besar bertambah sejalan dengan fisik dan ukuran

tubuh. Kemampuan gerak dasar yang biasa dilakukan antara lain gerakan

menggunakan tangan dan kaki. Menurut Khomsin (2002:25) gerak dasar anak

besar dapat diidentifikasikan dalam bentuk:

a. Gerakan bisa dilakukan dengan mekanik tubuh yang makin efisien

b. Gerakan yang dilakukan makin lancar

c. Pola atau bentuk gerakan makin bervariasi

d. Gerakan yang dilakukan makin bertenaga


3

Pada umumnya gerakan yang dilakukan sudah menyerupai orang dewasa,

perbedaanya hanya pada tenaga atau gerakan yang kurang bertenaga.

Bertolak dari pemikiran diatas, dapat disimpulkan bahwa dengan aktifitas

fisik yang ada di daerah Kecamatan Sragi nantinya akan berpengaruh pada

perkembangan ukuran dan proporsi tubuh yang erat kaitannya dengan

keterbentukan setiap individu ke tipe bentuk tubuh tertentu. Bentuk tubuh

seseorang merupakan wujud dari perpaduan antara tinggi badan, berat badan serta

berbagai antropometrik lainnya pada diri seseorang.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian

dengan judul “Hubungan Antara Postur Tubuh dan Keterbelajaran Gerak

Pada Siswa Kelas V dan VI Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Sragi

Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007”.

I.2 Permasalahan

Sebuah penelitian tidak terlepas dari permasalahan sehingga perlu kiranya

masalah tersebut untuk diteliti, dianalisis,dan dipecahkan,setelah diketahui dan

dipahami latar belakang masalahnya maka yang menjadi permasalahan dalam

penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan antara postur tubuh dan

keterbelajaran gerak pada siswa kelas V dan VI Sekolah Dasar Negeri di

Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan Tahun Ajaran 2006/2007”.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitan ini adalah:

“Untuk mengetahui hubungan antara postur tubuh dan keterbelajaran gerak pada

siswa sekolah dasar negeri kelas V dan VI Kecamatan Sragi Kabupaten

Pekalongan tahun ajaran 2006/2007”.


4

1.4 Penegasan Istilah

1. Hubungan

Pengertian hubungan menurut WJS. Purwadarminta (1989:362), adalah

sebuah keadaan yang saling berhubungan diartikan sama dengan korelasi,

sedangkan menurut Sutrisno Hadi, korelasi adalah hubungan timbal balik.

(Sutisno Hadi, 1981: 271).

Pengertian dari hubungan adalah keadaan yang berhubungan atau

dihubungkan sesuatu yang dipakai untuk menghubungkan, kata hubungan dalam

penelitian ini adalah untuk menghubungkan atau mencari hubungan postur

tubuh dan keterbelajaran gerak dengan mencari persamaan kedua variabel

tersebut.

Menurut dua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari

hubungan adalah keadaan yang berhubungan atau dihubungkan sesuatu yang

dipakai untuk menghubungkan atau mencari hubungan postur tubuh dan

keterbelajaran gerak dengan mencari persamaan kedua variabel tersebut.

2. Postur Tubuh

Postur adalah bentuk tubuh, keadaan tubuh atau perawakan seseorang.

Tubuh adalah keseluruhan jasad manusia atau binatang yang kelihatan dari ujung

kaki sampai ujung rambut (KBBI, 2002:1214).

Dalam penelitian postur tubuh yang dimaksud adalah postur tubuh dalam

keadaan dinamis (bergerak), yang meliputi mekanika kaki, posisi berdiri, posisi

berjalan, posisi duduk dan bangkit dari duduk, posisi membungkuk dan

mengambil benda ringan.


5

3. Keterbelajaran Gerak

Pengertian keterbelajaran gerak (motor educability) menurut Johnson Barry

L and Jack K Nelson (1970:144) adalah “ The ease with person learns new

movement (sport) skill (kemampuan/kemudahan seseorang untuk mempelajari

keterampilan gerak) (Johnson Barry L and Jack K Nelson, 1970:144).

Dalam penelitian ini keterbelajaran yang dimaksud adalah kemampuan

seorang individu dalam mempelajari keterampilan gerak tubuh yang baru untuk

bisa menyelesaikan tugas-tugas gerak yang efektif dan efisien (Johnson Barry L

and Jack K Nelson, 1970:1440).

1.5 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian mempunyai manfaat dan kegunaan, adapun manfaat dari

penelitian ini adalah:

1. Memberikan informasi pada guru Pendidikan Jasmani dan siswa mengenai

postur tubuh dan keterbelajaran gerak siswa Sekolah Dasar kelas V dan VI di

Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan.

2. Dengan mengetahui kecenderungan postur tubuh ini diharapkan bisa

dirancang suatu model pembelajaran pendidikan jasmani yang tepat dan sesuai

dengan kondisi anak.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Postur Tubuh

Dalam penelitian ini, hal-hal pokok merupakan tes postur tubuh dan

keterbelajaran gerak, mengenai pengertian postur telah banyak ahli yang

merumuskan, hal ini dapat dilihat dari definisi postur tubuh sebagai berikut:

Postur adalah bentuk tubuh, keadaan tubuh, sikap pengawakan dan

perawakan seseorang. Tubuh adalah keseluruhan jasad manusia atau binatang

yang kelihatan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Jadi pengertian postur tubuh

adalah bentuk tubuh atau sikap badan yang terlihat dari ujung rambut sampai

ujung kaki. (KBBI, 2002:890).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu, ada dua faktor

yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal adalah faktor yang

ditimbulkan dari pengaruh ibu sejak masih dalam kandungan, kondisi ibu yang

berpengaruh seperti gizi makanan, aktivitas fisik dan kondisi emosional. Faktor

eksternal adalah faktor yang ditimbulkan dari pengaruh lingkungan (keturunan,

gizi makanan, sistem kelenjar hormon, musim dan iklim, suku bangsa, kondisi

sosial ekonomi, kondisi psikososial dan kecenderungan sekuler) (Husdarta dan

Yudha M Saputra, 2000 : 21).

Secara umum disepakati bahwa postur atau sikap tubuh melibatkan

pertimbangan mekanis, seperti kelurusan segmen badan, kekuatan, tekanan otot,

dan ikatan sendi, serta efek gaya berat badan. Postur seperti semua karakteristik

6
7

manusia tidak hanya melibatkan perbedaan antara individu, tetapi juga perbedaan

di dalam individu itu sendiri. Evaluasi postur dapat dilakukan dengan dua cara

yaitu statis dan dinamis. Evaluasi statis dilakukan terhadap postur seseorang pada

saat yang bersangkutan dalam posisi diam (fixed potition). Sementara evaluasi

yang dinamis dilakukan pada saat yang bersangkutan sedang bergerak, meliputi

gerak pada saat berjalan, memanjat, turun, dan berdiri (Johnson L Barry and Jack

K Nelson, 1970:372).

Dalam penelitian ini postur tubuh yang dimaksud adalah postur tubuh

dinamis, yang meliputi mekanika kaki, posisi berdiri, posisi berjalan, posisi duduk

dan bangkit dari duduk, posisi membungkuk dan mengambil benda ringan. Untuk

mengukur kemampuan-kemampuan di atas digunakan alat pengukur yaitu IOWA

Posture Test.

IOWA Posture Test merupakan salah satu bentuk test untuk menilai postur

tubuh, test ini direkomendasikan untuk digunakan bagi siswa sekolah. Test ini

menggunakan pendekatan praktis untuk menaksir postur seseorang ketika ia

sedang bergerak atau melakukan aktivitas sehari-hari, bukan hanya ketika ia

berdiri atau tegak dengan suatu posisi diam dan tetap (Johnson L Barry and Jack

K Nelson, 1970:372).

2.1.2 Pengertian Keterbelajaran Gerak

Banyak pengertian dan ruang lingkup gerak yang digunakan dalam bidang

olahraga. Di bawah ini dikemukakan bebarapa pendapat mengenai gerak;

Gerak adalah sesuatu yang ditampilkan oleh manusia secara nyata dan dapat

diamati.Namun yang melatar belakangi suatu gerak yang ditampilkan dalam suatu

perbuatan yang nyata dalam suatu unjuk kerja sangat beranekaragam sesuai
8

dengan hakekat keberadaan dan kebutuhan manusia yang penuh perbedaan

(Yanuar Kiram, 1992:1).

Menurut Imam Hidayat (1986:3), gerak dasar pada manusia adalah

lokomosi (locomotion) yaitu gerakan siklus atau perputaran dari kaki-kaki yang

silih berganti, lokomosi terdiri dari berjalan dan berlari, gerakan ini dapat dibagi

menjadi: 1) Berjalan-jalan (Jalan santai, jalan cepat), 2) berlari (lari anjing atau

jogging atau lari cepat).

Dalam Sugiyanto dan Sudjarwo (1993:234), yang dikutip dari Jhon N

Drowtzky, menyebutkan bahwa belajar gerak adalah belajar yang diwujudkan

melalui respon-respon muskular dari yang diekspresikan dalam gerak tubuh atau

bagian tubuh. Dari beberapa pengertian tentang belajar gerak dapat disimpulkan

bahwa belajar gerak adalah belajar yang menekankan pada aktifitas fisik atau

tubuh yang diekspresikan ke dalam gerakan untuk bisa menyelesaikan tugas gerak

dengan efektif dan efisien.

Menurut Sugiyanto dan Sudjarwo (1993:234), belajar gerak adalah belajar

yang menekankan pada aktivitas gerak tubuh, belajar gerak mempunyai pola-pola

gerak keterampilan tubuh, misal gerakan-gerakan dalam olahraga, proses

belajamya meliputi pengamatan gerakan untuk bisa mengerti prinsip, bentuk

gerakannya kemudian menirukan dan mencoba berulang-ulang, sehingga bisa

menyelesaikan tugas gerakan secara efektif dan efisien.

Merupakan suatu kenyataan bahwa melalui gerak manusia berusaha untuk

dapat meraih sesuatu sesuai dengan berbagai motif yang melatar belakanginya

termasuk di dalamnya dengan gerak itu manusia mampu memenuhi kebutuhan

akan peningkatan kesegaran jasmaninya.


9

Pengertian keterbelajaran gerak (motor educability) menurut Johnson, barryl

and Jack K Nelson adalah “ The ease with person learns new movement (sport)

skill (kemampuan/kemudahan seseorang untuk mempelajari keterampilan gerak)

(Johnson, Barry L and Jack K Nelson, 1970:144)

Sedangkan pengertian menurut Rusli Lutan keterbelajaran gerak adalah

cepat lambatnya seseorang dalam menguasai keterampilan gerak baru secara

cermat. Cratty Rusli Lutan mengartikan keterbelajaran gerak (motor educability)

sebagai kemampuan umum untuk mempelajari tugas secara cepat dan cermat

(Rusli Lutan, 1988:115)

Jadi pengertian keterbelajaran gerak adalah kemampuan atau potensi

seorang individu dalam mempelajari dan melakukan keterampilan gerak baru

secara cepat dan cermat.

2.1.3 Fase Perkembangan Gerak

Sepanjang hidup manusia, mulai masih dalam kandungan dilahirkan dan

kemudian sampai tua memperoleh sebutan berganti-ganti. Pergantian tersebut

didasarkan pada usianya dan merupakan fase-fase dalam perkembangan yang

dilewati. Secara garis besar ada 5 fase perkembangan gerak dalam hidup manusia

yaitu:

2.1.3.1 Fase Sebelum Lahir (prenatal)

Fase sebelum lahir adalah fase perkembangan selama masih berada dalam

kandungan. Gerak refleksif janin dan bayi yang baru lahir dianggap sebagai fase

pertama dari perkembangan motorik. Perilaku refleksi dikendalikan subkortikal.

Gerak ini muncul lebih dahulu dan bekerja bersama-sama dengan perkembangan

gerak awal (Abdul Kadir Ateng, 1992:128).


10

2.1.3.2 Fase Anak (childhood)

Fase anak adalah fase perkembangan mulai usia 1 atau 2 tahun sampai 10

atau 12 tahun, fase anak-anak dibedakan menjadi dua yaitu 1) fase anak kecil

(early childhoood), fase anak kecil adalah antara 1 atau 2 tahun sampai 6 tahun, 2)

fase anak besar (later chilhood) fase anak besar adalah 6 sampai 10 atau 12 tahun.

Perkembangan pada masa anak kecil adalah hanya pada peningkatan

kualitas penguasaan pola gerak yang telah dan bisa dilakukan pada masa anak

bayi, serta peningkatan variasi macam pola gerak, kemampuan berjalan dan

memegang akan semakin baik dan bisa dilakukan dengan berbagai macam variasi

gerakan (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1991:78).

Tingkat perkembangan gerak pada anak besar disebut dengan kemampuan

gerak khusus fase ini sama dengan fase yang terdahulu akan tetapi berkembang

lebih matang dan lebih mampu memenuhi kebutuhan fisik dan psikis yang

diperlukan untuk penekanan pada bentuk keterampilam dan ketepatan dalam

penampilan permainan yang lebih lanjut dalam cabang olahraga.

2.1.3.3 Fase Adolesensi (adolesence)

Fase adolesensi adalah antara perempuan dan laki-laki dimulai dan di akhiri

pada umur yang berbeda, pada perempuan mulai pada umur 10 tahun dan diakhiri

pada umur 18 tahun, sedangkan pada laki-laki mulai umur 12 tahun dan diakhiri

pada umur 20 tahun. Keterbelajaran gerak dasar antara anak laki-laki dan anak

perempuan semakin meningkat, anak laki-laki menunjukan peningkatan yang

terus berlangsung, sedangkan anak perempuan menunjukan peningkatan yang

tidak berarti bahkan menurun setelah menstruasi (Sugiyanto dan Sudjarwo,

1991:147).
11

Perkembangan gerak pada fase adolesensi disebut sebagai fase kemempuan

gerak spesialisasi. Fase spesialisasi menyangkut aplikasi pengetahuan yang

diperoleh pada fase-fase sebelumnya terhadap aktifitas pilihan yang dilakukan

baik sebagai rekreasi maupun kompetisi olahraga secara teratur (Abdul Kadir

Ateng, 1992:129).

2.1.3.4 Fase Dewasa (adulthood)

Fase dewasa terbagi tiga fase, yaitu 1) fase dewasa muda (young

adulthood), fase dewasa madya (middle adulthood), 3) fase dewasa tua (older

adulthood), fase dewasa muda adalah antara 18 tahun (perempuan) atau 20 tahun

(laki-laki) sampai 40 tahun. Fase dewasa madya adalah antara 40 tahun sampai 60

tahun, sedangkan fase dewasa tua adalah usia 60 tahun dan seterusnya ( Sugiyanto

dan Sudjarwo, 1991:7)

Pada masa dewasa merupakan kelanjutan dari masa adolesensi, pada masa

adolesensi merupakan peningkatan kemampuan fisik sampai tidak ada lagi terjadi

peningkatan, sedangkan pada masa dewasa madya dan tua mengalami penurunan

kemampuan koordinasi gerakan dan kecepatan reaksi (Sugiyanto dan Sudjarwo,

1991:184)

Dalam penelitian ini yang dibahas adalah fase anak besar (later chilhood)

yang duduk di kelas V dan VI Sekolah Dasar yang berusia 10-12 tahun yang

terbagi 3 kelompok umur pendidikan. Pertama antara 6-8 tahun duduk di kelas I

dan II, kelompok umur pendidikan kedua antara 8-10 tahun duduk di kelas III dan

IV, kelompok umur pendidikan ketiga antara 10-12 tahun duduk di kelas V dan

VI (Imam Soejoedi, 1979:91).

2.1.4 Perkembangan Penguasaan Gerak Dasar Pada Anak Besar

Sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan meningkatnya kemampuan

fisik maka meningkat pula kemampuan gerak anak besar, berbagai kemampuan
12

gerak dasar yang sudah mulai bisa dilakukan pada masa anak kecil semakin

dikuasai, peningkatan kemampuan gerak bisa didefinisikan dalam bentuk sebagai

berikut 1) gerakan bisa dilakukan dengan mekanika tubuh yang makin efisien, 2)

gerakan bisa dilakukan semakin lancar dan terkontrol, 3) pola atau bentuk gerak

variasi, 4) gerakan semakin bertenaga.

Beberapa gerakan yang mulai bisa dilakukan atau gerakan yang bisa

dilakukan apabila anak memperoleh kesempatan melakukannya pada masa anak

kecil adalah gerakan-gerakan berjalan, berlari, mendaki, meloncat, berjingkat,

mencongklang, lompat tali, menyepak, melempar, menangkap, memantulkan bola,

memukul dan berenang. Gerakan-gerakan tersebut semakin dikuasai dengan baik,

kecepatan perkembangan semakin dipengaruhi oleh kesempatan yang diperoleh

untuk melakukan berulang-ulang di dalam aktivitasnya, anak-anak yang kurang

kesempatan melakukan aktivitas fisik mengalami hambatan untuk berkembang

(Sugiyanto dan Sudjarwo, 1991: 119).

Pada masa akhir anak besar, umumnya gerakan-gerakan seperti yang

disebutkan di atas sudah bisa dilakukan dengan bentuk gerakan menyerupai

gerakan orang dewasa pada umumnya, perbedaan hanya terletak pada pelaksanaan

gerak yang masih kurang bertenaga. Hal ini dikarenakan kapasitas fisik anak

memang belum bisa menyamai kapasitas fisik orang dewasa.

Apabila ditinjau dari segi kebenaran mekanika tubuh dan kecepatan dalam

melakukan berbagai gerakan maka faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

perkembangan kemampuan gerak anak adalah faktor-faktor peningkatan

koordinasi tubuh dan kekutan otot, ada berbagai macam tes yang bisa digunakan

untuk mengukur kemampuan gerak dan mengukur kemampuan fisik.


13

Perkembangan kemampuan gerak pada anak-anak bisa bisa diketahui

dengan cara, pengetesan dan pengukuran kemampuan meloncat, ada penelitian

yang berusaha mengetahui perkembangan kemampuan gerak melalui penggunaan

tes, seperti diuraikan sebagai berikut :

2.1.4.1 Perkembangan kemampuan meloncat


Kemampuan meloncat bisa digunakan sebagai perkiraan kekuatan tubuh dan

juga bisa merupakan tes dan diagnostik dalam hal koordinasi gerak,

perkembangan kemampuan meloncat yang baik, disertai peningkatan kekuatan

yang baik akan menghasilkan perkembangan meloncat yang baik pula. Pada masa

usia anak besar terjadi perkembangan meloncat yang cukup cepat

perkembangannya berbentuk peningkatan daya loncat (makin jauh atau makin

tinggi) dan berbentuk peningkatan kualitas bentuk gerakan, bentuk gerakan

semakin baik atau semakin efisien ditinjau secara mekanik (Sugiyanto dan

Sudjarwo, 1991: 121)

Perbandingan kemampuan meloncat antara anak laki-laki dan anak

perempuan sampai umur kurang lebih 9 tahun hanya sedikit perbedaannya dan

sesudah perbedaan itu makin besar, anak laki-laki lebih baik kemampuan

meloncatnya, baik ditinjau dari segi daya loncat maupun dari kualitas gerakanya,

kecepatan perkembangan dari kemampuan meloncat tegak dan loncat jauh

ternyata tidak sama, hal ini terbukti dalam dua macam loncatan tersebut pada anak

laki-laki dan perempuan yang berusia 5-17 tahun.


14

Hal tersebut dapat dilihat dalam gambar berikut :

Catatan :

1 inci - 2,5-t cm

6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
UMUR (TAHUN)

Gambar 2.1

Perkembangan kemampuan loncat tegak pada usia 5-17 tahun


(Espenchade dan Esert, dalam sugiyanto dan sudjarwo,1991:120)

Dari gambar di atas terlihat bahwa perkembangan kemampuan loncat tegak

meningkat cepat sampai usia lebih kurang 9 tahun pada anak laki-laki maupun

anak perempuan, sesudah itu anak perempuan hanya kecil peningkatannya, pada

anak laki-laki peningkatannya menjadi kecil pada usia antara 9 sampai 12 tahun

untuk kemudian setelah usia 12 tahun meningkat dengan cepat kembali.

2.1.5 Karakteristik Perkembangan Gerak Anak Sekolah Dasar

2.1.5.1 Perkembangan Aktivitas Motorik Kasar (Gross Motor Activity)

Perkembangan motorik kasar difokuskan pada keterampilan yang biasa

disebut dengan keterampilan motorik kasar meliputi pola lokomotor seperti

jalan, lari, lompat, loncat dan keterampilan menguasai bola seperti melempar,

menendang dan memantulkan bola, keterampilan motor dasar dikembangkan pada


15

masa anak sebelum masuk sekolah dan masa sekolah awal dan ini akan menjadi

bekal awal untuk mendapatkan keterampilan gerak yang efisien bersifat umum

dan selanjutnya akan diperlukan sebagai dasar untuk perkembangan keterampilan

motorik yang lebih khusus yang semuanya ini memerlukan bagian integral

prestasi bagi anak dalam segala umur dan tingkatan (Yanuar Kiram, 1992:38)

2.1.5.2 Perkembangan Aktivitas Motorik Halus ( Fine Motor Activity )

Kontrol motorik halus telah didefinisikan sebagai kemampuan untuk

mengkoordasikan atau mengatur penggunaan berbentuk gerakan mata dan tangan

secara efisien, tepat dan adaptif, perkembangan kontrol motorik halus atau

keterampilan koordinasi mata dan tangan mewakili bagian yang penting dalam

perkembangan motorik secara total anak-anak secara jelas mencerminkan

kapasitas sistem syaraf pusat untuk mengangkat dan memproses input visual dan

menterjemahkan input tersebut dalam bentuk keterampilan, untuk mendapatkan

keterampilan yang baik, maka perilaku yang perlu dilakukan anak harus dapat

berinteraksi dengan praktek dan melaksanakan komunikasi terhadap obyek

sekolah dan lingkungan rumah (Yanuar Kiram, 1992:42-43).

2.1.6 Klasifikasi Keterampilan Gerak

Pengklasifikasian keterampilan gerak yang dimaksud adalah peng-

klasifikasian berdasarkan keterampilan gerak, klasifikasi keterampilan gerak bisa

dibuat berdasarkan beberapa sudut pandang, sebagai berikut:

2.1.6.1 Klasifikasi Berdasarkan Kecermatan Gerakan

Keterampilan gerak bisa dikaji berdasarkan kecermatan pelaksanaan gerak,

kecermatan pelaksanaan gerakan bisa ditentukan antara lain oleh jenis-jenis yang
16

terlibat, ada gerakan yang melibatkan otot besar dan ada melibatkan otot halus,

berdasarkan kecepatan gerakan atau jenis-jenis otot yang terlibat, keterampilan

dapat gerak bisa dikategorikan menjadi 2 yaitu: 1) keterampilan gerak agal (gross

motor skill), 2) keterampilan gerak halus (fine motor skill), keterampilan gerak

agal adalah gerakan yang didalam pelaksanaanya melibatkan otot besar sebagai

basis utama gerakan, keterampilan gerak halus adalah gerakan yang dalam

pelaksananya melibatkan otot halus sebagai basis utama gerakan, pada

keterampilan gerak agal diperlukan keterlibatan bagian-bagian tubuh yang halus

hanya melibatkan sebagian dari anggota badan yang digerakan oleh otot halus

(Sugiyanto dan Sudjarwo, 1993:249).

2.1.6.2 Klasifikasi Berdasarkan Perbedaan Titik Awal

Apabila diperlukan, gerakan keterampilan ada yang dengan mudah bisa

diketahui bagian awal dan akhir dari geraknya, tetapi ada juga yang sukar untuk di

ketahui, dengan karakteristik seperti itu, keterampilan gerak bisa dibagi menjadi

tiga kategori, 1) keterampilan gerak diskrit (discrete motor skill) yaitu

keterampilan gerak dimana dalam pelaksananya bisa dibedakan secara jelas titik

awal dan titik akhir gerakan, 2) keterampilan gerak serial (serial motor skilll)

yaitu keterampilan gerak diskrit yang dilakukan beberapa kali secara

berkelanjutan, 3) keterampilan gerak kontinyu (continuous motior skill) yaitu

gerakan keterampilan yang tidak bisa dengan mudah ditandai dimana titik awal

dan titik akhir dari gerakan. Pada keterampilan gerak kontinyu, untuk

melaksanakannya lebih dipengaruhi oleh kemauan si pelaku dan situasi ekstemal,


17

dibandingkan dengan pengaruh bentuk gerakannya sendiri (Sugiyanto dan

Sudjarwo, 1993:249-250).

Keterbelajaran gerak dapat diklasifikasikan yakni dengan menghubungkan

perilaku dalam keterampilan tersebut dengan keberlangsungannya, maksudnya

yaitu antara keterampilan yang berlangsung singkat diperbandingkan dengan

keterampilan yang berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama atau

keterampilan ini dibedakan dengan melihat jelas tidaknya antara titik awal dan

titik akhir dari gerakan yang dimaksud.

2.1.6.3 KIasifikasi berdasarkan stabilitas lingkungan

Di dalam melakukan suatu gerakan keterampilan ada kalanya menghadapi

lingkungan yang berubah-ubah, berdasarkan keadaan kondisi lingkungan seperti

itu, gerakan keterampilan bisa dikategorikan menjadi dua yaitu :1) keterampilan,

gerak tertutup (closed skill) adalah keterampilan gerak dimana pelaksanaannya

terjadi pada kondisi lingkungan yang tidak berubah dan stimulus geraknya timbul

dari diri si pelaku sendiri, 2) keterampilan gerak terbuka (open skill) adalah

keterampilan gerak dimana dalam pelaksananmya terjadi pada kondisi lingkungan

yang berubah-ubah dan pelaku bergerak menyesuaikan dengan stimulus yang

timbul dari lingkungan bisa bersifat temporal dan bersifat spesial (Abdul Kadir

Ateng, 1993:11).

Ada dua pembagian gerak yaitu terbuka dan tertutup apabila tidak ada faktor

luar yang turut mengarahkan gerak, gerak terbuka apabila gerak halus disesuaikan

dengan keadaan luar yang tidak dapat diduga sebelum terjadi.


18

2.1.7 Unsur-Unsur Keterbelajaran Gerak

Unsur kemampuan pada setiap individu bisa berfungsi dengan baik, apabila

keterlibatan unsur kemampuan bisa menghasilkan gerak yang efisien, untuk

mencapai efiseinsi gerak diperlukan beberapa unsur-unsur kemampuan, adapun

jenis-jenis unsur kemampuan sebagai berikut:

2.1.7.1 Unsur Kemampuan Fisik

Fisik merupakan salah satu faktor yang berfungsi untuk melakukan gerakan,

agar menghasilkan gerakan yang efektif dan efisien. harus didukung oleh

kemampuan fisik yang baik, macam-macam kemampuan fisik antara lain:

Kecepatan reaksi, Kekuatan, Ketahanan, Kecepatan, Fleksibilitas dan Ketajaman

indra.

Dalam melaksanakan gerakannya besarnya peran setiap unsur kemampuan

tidak sama untuk setiap gerakan (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1993:257)

2.1.7.2 Unsur Kemampuan Mental

Mental adalah pikiran, jadi kemampuan mental berarti kemampuan untuk

berfikir, fungsi kemampuan mental adalah memberikan komando gerak sesuai

dengan yang diinginkan kepada sistem penggerak tubuh. Kemampuan yang

termasuk kemampuan mental diperlukan untuk mendukung terciptanya gerakan

yang efisien, adapun macam-macam jenis kemampuan mental sebagai berikut: a)

Kemampuan memahami gerakan yang akan dilakukan; b) Kecepatan memahami

stimulus; c) Kecepatan membuat keputusan; d) Kemampuan memahami hubungan

spesial; e) Kemampuan menilai obyek bergerak; f) Kemampuan menilai irama; g)

Kemampuan menilai gerakan masa lalu; h) Kemampuan memahami mekanika


19

gerakan. Pemahaman diperlukan agar pelaku tahu apa yang harus dilakukan

dengan petunjuk (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1993:259).

2.1.7.3 Unsur kemampuan Emosional

Kemampuan emosional merupakan salah satu faktor yang mendukung

terjadinya gerakan yang efektif dan efisien, macam-macam kemampuan yang

termasuk kemampuan emosional sebagai berikut:

a. Kemampuan mengendalikan emosi dan perasaan

b. Tidak ada ganguan emosional

c. Merasa perlu dan ingin mempelajari serta melakukan gerakan

d. Memiliki sifat positif terhadap prestasi gerakan

Koordinasi gerak terganggu karena keadaan emosi yang tidak terkendali,

motivasi internal yang positif cenderung berperilaku dengan sebaik-baiknya,

berusaha untuk berprestasi dengan mengikuti aturan serta melakukan yang

seharusnya dilakukan (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1993:260-261)

2.1.8 Pinsip Belajar Gerak dan Perkembangannya

Gerak manusia dipengaruhi oleh beberapa aspek kehidupan yang

berlangsung selama manusia menjalani kehidupannya antara lain pengaruh aspek

gizi yang baik atau kurang baik, manusia yang gizinya baik akan memiliki

kapasitas gerak yang tinggi dibandingkan dengan orang yang kekurangan gizi

Anak besar merupakan anak usia sekolah dasar yaitu usia 6-12 tahun,

perkembangan antara anak laki-laki dan perempuan sudah mulai terlihat

perkembangan fisiknya, terutama pada saat menjelang reproduksi, perkembangan

kemampuan fisik bagi anak laki-laki dan perempuan mulai ada perbedaan antara
20

lain perkembangan kekuatan pria lebih baik dibandingkan dengan perkembangan

kekuatan wanita, sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan meningkatnya

kemampuan fisik maka meningkat pula kemampuan gerak anak besar, berbagai

kemampuan gerak dasar yang sudah mulai bisa dilakukan pada masa anak kecil

semakin dikuasai. Peningkatan kemampuan gerak bisa diidentifikasi dalam

bentuk: 1) gerakan bisa dilakukan dengan mekanika tubuh makin efisien, 2)

gerakan bisa dilakukan dengan semakin lancar dan terkontrol, 3) pola atau bentuk

gerakan semakin bervariasi, 4) gerakan semakin bertenaga (Sugiyanto dan

Sudjarwo,1991:119).

Beberapa macam gerakan yang mulai bisa dilakukan apabila anak

memperoleh kesempatan melakukannya pada masa anak kecil, gerakan-gerakan

tersebut semakin dikuasai dengan baik. Kecepatan perkembangannya sangat

dipengaruhi oleh kesempatan yang diperoleh untuk melakukan berulang-ulang

dalam aktivitasnya. Anak-anak yang kurang dalam kesempatan melakukan

aktivitas fisik akan mengalami hambatan untuk berkembang.

2.1.9 Perkembangan Motorik Anak Sekolah Dasar

Perkembangan motorik anak Sekolah Dasar merupakan perkembangan yang

sangat baik untuk pertumbuhannya, bagi anak, bergerak merupakan inti hidupnya,

gerak menembus semua fase dari perkembangannya, baik psikomotor, kognitif

maupun afektif yakni ketiga kawasan tingkah laku manusia. Dari program gerak

bagi anak-anak adalah perkembangan kompetisi psikomotorik, perkembangan

psikomotorik merupakan pokok dari program pendidikan jasmani dan harus

dipandang sebagai sarana untuk memacu kedua kompetisi lainnya yaitu kognitif
21

dan afektif. Perkembangan psikomotorik mengacu pada belajar gerak dengan

sadar dan efisien dalam gerak.

2.1.9.1 Perkembangan Kognitif

Ada dua aspek utama dari perkembangan kognitif yang mendukung secara

efektif melalui pendidikan gerak anak-anak. Aspek pertama adalah berbagai

konsep motorik perseptual yang mencakup perkembangan kesadaran tubuh,

kesadaran ruang, kesadaran arah dan pembentukan orientasi ruang dan waktu

secara efektif. Yang kedua dari aspek perkembangan kognitif mencakup

perkembangan dan pacuan peningkatan pengertian dan sikap dari konsep-konsep

akademik dasar termasuk sain, matematika, seni bahasa dan studi sosial mewakili

medium gerak. Kebanyakan dari bukti-bukti yang tersedia menunjukan bahwa

kedua tipe konsep kognitif, apakah itu motorik perseptual atau akademik, dapat

dipacu melalui keikutsertaan aktif dalam aktifitas gerak dalam kegiatan gerak

yang terpilih dengan cermat, bertambahnya kemampuan gerak akan menambah

secara positif penggunaan gerak berbagai metode pemacuan perkembangan

kognitif akan berpengaruh positif pada perkembangan kemampuan kognitif anak-

anak (Abdul Kadir Ateng, 1992:131).

2.1.9.2 Perkembangan Afektif

Pengalaman gerak anak memainkan peranan yang penting dalam persepsi

diri anak-anak sebagai individu-mdividu maupun bagaimana kemampuan mereka

mengadakan relasi dengan kawan-kawannya dan memanfaatkan waktu luar

mereka, mereka akan mempelajari karakteristik perkembangan anak-anak

setidaknya dalam dua hal :1) konsep diri, 2) permainan dan relasi dengan teman-
22

teman. Pengetahuan tersebut memungkinkan untuk mendorong dan menyusun

pengalaman gerak yang berarti yang akan memperkuat pertumbuhan sosial

emosional anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan, minat dan kemampuan yang

berkembang (Abdul Kadir Ateng, 1992:129).

2.1.9.3 Perkembangan Kemampuan Fisik

Aspek perkembangan fisik dari psikomotor dapat dibagi menjadi kesegaran

organik dan kesegaran jasmani, faktor yang berhubungan dengan perkembangan

kesehatan dan kapasitas fungsional tubuh diklasifikasi sebagai komponen

kesegaran motorik. Kemampuan motorik umumnya dipandang sebagai

kemampuan unjuk laku seseorang yang dipengaruhi oleh faktor-faktor kecepatan,

ketepatan, agilitas, keseimbangan, koordinasi, power, kelentukan (Abdul Kadir

Ateng,1992:129).

2.1.9.4 Perkembangan Psikomotorik

Para orang tua dan guru semakin menyadari pentingnya memberikan

pengalaman bergerak yang baik kepada anak-anak mereka. Ada kesadaran yang

semakin meningkat di antara para pendidik anak-anak kecil bahwa apa yang

disebut pengalaman bermain dipermulakan sekolah dasar mempunyai peranan

yang penting dalam belajar gerak dan belajar melalui gerak, untuk anak kecil

bergerak merupakan inti dari hidupnya. Gerak menembus semua fase dari

perkembangannya, baik psikomotor, kognitif maupun afektif, yakni ketiga

kawasan tingkah laku manusia. Dalam hal ini secara sepintas akan dilihat gerakan

yang dapat diberikan kepada masing-masing kawasan. Kesatuan manusia tidak

memungkinkan pemisahan dari ketiga kawasan tingkah laku manusia ini, karena
23

diperlukan kewaspadaan terhadap kerumitan interaksi antara kawasan-kawasan

tersebut dan memperhatikan untuk tidak memisahkan baik dalam pikiran maupun

dalam mengahadapi arial (Abdul Kadir Ateng, 1992:126).

2.1.9.5 Belajar Gerak Dalam Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani dapat menyalurkan hasrat dan keinginan peserta didik

untuk bergerak. Bergerak tidak hanya merupakan kebutuhan alami peserta didik

usia sekolah dasar, melainkan dari sisi lain juga dapat membentuk, membina dan

mengembangkan individu peserta didik. Sementara itu dari sisi lain aktivitas

geraknya dapat meningkatkan kemampuan intelektual peserta didik (Yanuar

Kiram, 1992:4).

Menurut Reuben B. Frost dalam Sugiyanto dan Sudjarwo (1991: 201),

mengemukakan secara rinci mengenai fungsi pendidikan jasmani, yaitu sebagai

berikut:

1. Mengembangkan keterampilan gerak, dan pengetahuan bagaimana seseorang

bergerak, serta pengetahuan tenteng cara-cara gerakan dapat diorganisasi.

2. Untuk belajar menguasai pola-pola gerak dasar keterampilan secara efektif

melalui latihan, pertandingan, tari, dan renang.

3. Memperkaya pengertian tentang konsep ruang, waktu, dan gaya dalam

hubungannya dengan gerakan tubuh.

4. Mengekspresikan pola-pola perilaku personal dan hubungan interpersonal

yang baik didalam pertandingan dan tari.

5. Meningkatkan kondisi jantung, paru-paru, otot, dan sisitem organ tubuh

lainnya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan dalam keadaan darurat.


24

6. Memperoleh manfaat serta bisa menghargai kondisi fisik dan bentuk tubuh

yang baik, serta kondisi perasaan yang selaras.

7. Mengembangkan minat atau keinginan berpartisipasi dalam olahraga

sepanjang hidup.

Terdapat hubungan antara keterbelajaran gerak dengan pendidikan jasmani,

apabila keterbelajaran gerak anak bagus maka anak tersebut dapat melakukan

tugas-tugas gerak dalam pendidikan jasmani dengan baik. Demikian sebaliknya

dalam pendidikan jasmani anak harus dilatih gerakan-gerakan yang bervariasi dan

beranekaragam sehingga anak memiliki keterampilan gerak yang bagus.

2.1.10 Hubungan Antara Postur Tubuh dan Keterbelajaran Gerak

Dalam kehidupan sehari-hari menunjukkan bahwa melalui gerak manusia

berusaha untuk dapat meraih sesuatu sesuai dengan berbagai motif yang

melatarbelakangi, termasuk di dalamnya dengan gerak itu manusia mampu

memenuhi kebutuhannya.

Sejalan dengan meningkatnya ukuran tubuh dan meningkatnya kemampuan

fisik maka meningkat pula kebutuhan anak besar. Berbagai kemampuan gerak

dasar yang sudah mulai bisa dilakukan pada masa anak kecil adalah gerakan-

gerakan berjalan, lari, mendaki, meloncat, berjengket, mencongklang, lompat tali,

melempar, menangkap, memantulkan bola, dan memukul. Ditinjau dari segi

kebenaran mekanika tubuh dan kecepatan dalam melakukan berbagai macam

gerakan, maka faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perkembangan

kemampuan gerak adalah faktor-faktor peningkatan koordinasi ukuran tubuh dan

kekuatan otot.
25

Perubahan ukuran dan proporsi tubuh secara bertahap berkonsentrasi dalam

perkembangan tulang dan jaringan. Oleh karena itu anak dapat diarahkan ke arah

penyempurnaan pola gerak dasar, yang telah terbentuk selama periode masa awal

anak. Di samping masa penyempurnaan pola gerak dasar, adaptasi dan modifikasi

terhadap gerak dasar perlu dilakukan. Hal ini dimaksud untuk menghadapi adanya

peningkatan atau pertambahan berbagai situasi termasuk didalamya adalah

perubahan postur tubuh (Yanuar Kiram, 1992:36).

Berdasarkan kenyataan teresebut terlihat bahwa diantara postur tubuh

dengan keterbelajaran gerak memiliki keterkaitan yang erat, sebab postur tubuh

menunjukan kemampuan keterbelajaan gerak dan keterbelajaran gerak

dipengaruhi oleh bentuk tubuhnya, baik dilihat dari besar kecilnya tubuh, maupun

dari tinggi rendahnya orang tersebut, sehingga orang yang memiliki postur tubuh

yang ideal (baik) akan memiliki keterbelajaran geak yang baik dibandingkan

dengan orang yang memiliki postur tubuh yang sedang atau tidak ideal (tidak

baik).

2.2 Hipotesis

Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan diatas bahwa:

“Ada hubungan antara postur tubuh dan keterbelajaran gerak pada siswa kelas V

dan VI Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan Tahun

2006/2007”.
BAB III

METODE PENELITIAN

Penggunaan metode penelitian dalam penelitian harus tepat sasaran dan

mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah

agar metodologi penelitian sesuai dengan tujuan yang diharapkan, meskipun

banyak metode yang dapat digunakan dalam penelitian, permasalahannya bukan

terletak pada baik buruknya metode melainkan pada ketepatan dalam penggunaan

metode yang sesuai metodologi peneliti penulis akan uraikan beberapa hal

berkenaan dengan metodologi penelitian sebagai berikut:

3.1 Metode Penentuan Obyek Penelitian

Dalam penentuan obyek penelitian, hal-hal yang perlu dikemukakan

meliputi masalah populasi dan sampel.

3.1.1 Populasi

Populasi adalah kumpulan yang lengkap dari elemen-elemen yang sejenis

akan tetapi dapat dibedakan karena karakteristiknya (J.Supranto, 1992:8).

Sedangkan pengertian menurut Masri Singarimbun populasi atau universe adalah

jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Masri

Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1989:152).

Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah jumlah

keseluruhan yang lengkap dari elemen-elemen dan unit analisa yang sejenis.

Penentuan populasi dalam penelitian ini berdasarkan pada homogenitas

populasi. (Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1989: 152).

26
27

Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah siswa kelas V dan VI

Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan Tahun

2006/2007 dengan jumlah populasi 2516 anak dari 37 Sekolah Dasar Negeri.

3.1.2 Sampel

Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi darimana sampel diambil

(J.Supranto, 1992:9), sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh yang

diambil dengan cara-cara tertentu (S.Margono, 1997:121), sampel adalah sebagian

atau wakil populasi yang diteliti (SuharsimiArikunto, 1991:117).

Untuk memperoleh sampel yang representative pengambilan subyek dari

setiap strata wilayah ditentukan oleh seimbang atau sebanding dengan banyaknya

subyek dari masing-masing wilayah (Suharsimi Arikunto, 1998:127).

Dalam penentuan sampel diambil proporsi 30% dari masing-masing

populasi (sekolah dari tiap-tiap daerah binaan secara acak dengan metode undian),

dengan rincian Daerah Binaan I sebanyak 3 Sekolah Dasar dari 11 Sekolah Dasar,

Daerah Binaan II sebanyak 4 Sekolah Dasar dari 13 Sekolah Dasar, Daerah

Binaan III sebanyak 4 Sekolah Dasar dari 13 Sekolah Dasar kemudian dari

masing-masing Sekolah Dasar diambil proporsi 30% secara acak dengan metode

undian dari masing-masing jumlah siswa yang ada dalam kelas V dan VI di

masing-masing Sekolah Dasar yang akan diteliti. Dalam penelitian ini sampel

yang digunakan adalah siswa Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Sragi

Kabupaten Pekalongan Tahun 2006/2007 kelas V dan VI antara usia 10 sampai

dengan 12 tahun dengan jumlah 205 siswa yang terdiri dari 106 siswa putra dan

99 siswa putri. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian


28

adalah teknik Cluster Random Sampling yaitu diklasifikasikan menurut daerah

binaan (DABIN)..

3.2 Variabel penelitian

Dalam penelitian ini penulis memperoleh data dari dua variabel, yaitu:

1. Postur tubuh sebagai (X) variabel bebas

2. Keterbelajaran gerak (Y) variabel terikat

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode survei tes yang merupakan salah satu langkah dalam penelitian, karena

akan berhubungan dengan data yang diperoleh selama penelitian. Untuk

memperoleh data yang sesuai dalam penelitian ini, maka metode yang digunakan

adalah metode survei dengan teknik tes.

Survei pada umumnya merupakan suatu cara pengumpulan data dari

sejumlah individu atau unit dalam waktu tertentu secara bersamaan (Winarno

Surachmad, 1986:24).

Secara umum dapat dikatakan bahwa survei meliputi: tindakan-tindakan

menganalisa, menafsirkan dan melukiskan keadaan pada sekarang dari

sekelompok tertentu di dalam masyarakat, lembaga atau daerah tertentu (Winardi,

1988:18).

Dari dua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa survei tes adalah

suatu cara mengumpulkan data dari sejumlah individu untuk dianalisa. Tes adalah

suatu alat yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data yang

dinginkan.
29

Data-data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah :

1. Hasil pengukuran postur tubuh

2. Hasil pengukuran keterbelajaran

Agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai dengan baik maka perlu

disusun instrumen penelitian sebagai berikut:

3.4 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat yaitu di halaman sekolah dan

ruangan kelas, untuk pengambilan tes postur dilaksanakan di ruangan kelas

sedangkan pengambilan tes keterbelajaran gerak dilaksanakan di halaman sekolah.

3.5 Instrumen Penelitian

Instrumen Peralatan penelitian yang dipakai dalam penelitian ini adalah

instrumen tes postur tubuh dan tes keterbelajaran gerak, dengan menggunakan

IOWA posture test yang merupakan salah satu bentuk test untuk menilai postur

tubuh. Test ini direkomendasikan untuk digunakan bagi siswa sekolah.

3.6 Tenaga Pembantu Penelitian

Untuk lebih memudahkan pelaksanaan pengambilan data penulis dibantu

oleh beberapa teman mahasiswa sebagai pembantu penelitian.

3.7 Metode Analisis Data

Penelitian diadakan dengan satu tujuan pokok yakni menjawab pertanyaan-

pertanyaan penelitan untuk mengungkapkan fenomena sosial atau alami tertentu.

Untuk mencapai tujuan pokok ini peneliti merumuskan hipotesa, mengumpulkan

data memproses data, membuat analisa dan interpretasi. Analisa data adalah
30

proses penyerderhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di

interpretasikan (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989:263).

Analisa data dapat dengan dua cara yakni analisis statistik dan analisis non

statistik, cara-cara ilmiah yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisa

data penyelidikan yang berupa angka-angka adalah teknik statistik (Sutrisno Hadi,

1983:285).

Perhitungan yang dipergunakan adalah dengan korelasi product moment.

Korelasi product moment melukiskan hubungan antara dua gejala interval seperti

tinggi badan dan berat badan. Gejala interval adalah gajala yang mengunakan

skala pengukuran yang berjarak sama (Sutrisno Hadi, 1987: 273).

Sesuai dengan tujuan penelitian yakni untuk mengetahui apakah ada

hubungan antara postur tubuh d.an keterbelajaran gerak, data dianalisis dengan

analisa product moment dengan angka kasar.

Rumus untuk mencari koefisien korelasi dengan angka kasar adalah

N ∑ ( XY ) − ∑ ( X )∑ (Y )
rxy =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) 2 N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 }
keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara x dan y
Σxy : jumlah skor kali x dan y
Σx : jumlah skor x
Σy : jumlah skor y
Σx2 : jumlah kuadrat skor x
Σy2 : jumlah kuadrat skor y
(Σx)2 : kuadrat jumlah skor x
(Σy)2 : kuadrat jumlah skor y
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Deskripsi Variabel Postur Tubuh

Hasil tes postur tubuh diketahui bahwa terdapat 160 siswa yang memiliki

postur tubuh baik, 45 siswa memiliki postur tubuh sedang dan tidak terdapat siswa

yang memiliki postur tubuh jelek. Untuk mengetahui hasil tes postur tubuh lebih

jelasnya disajikan dalam diagram batang berikut ;

Gambar 4.1
Hasil Tes Postur Tubuh

Hasil Tes Postur Tubuh

Baik, 160
160
140
120
Distribusi

100
80 Sedang, 45
60
40 Jelek, 0
20
0
Jelek Sedang Baik
Kategori

Jika dihitung dalam bentuk persentase maka diketahui bahwa terdapat 21,95%

atau 45 siswa termasuk kedalam kategori sedang dan sisanya 78,05% atau 160 siswa

termasuk ke dalam kategori baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel

berikut :

31
32

Tabel 4.1
Postur Tubuh

Cumulative
Frequency Percent Valid percent Percent
Valid Jelek 0 0 0 0
Sedang 45 21.95 21.95 21.95
Baik 160 78.05 78.05 100.00
Total 205 100.00 100.00

Beberapa analisis data hasil penelitian yang akan dijelaskan dalam penelitian

ini meliputi sembilan indikator yang dinilai dalam varibel postur tubuh. Kesembilan

indikator tersebut diperoleh dari Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Sragi

Kabupaten Pekalongan Tahun 2006/2007 kelas V dan VI antara usia 10 sampai

dengan 12 tahun yang meliputi cara berjalan, pronasi, kesejajaran kaki, kelurusan

segmen tubuh, distribusi berat badan, posisi duduk, berdiri, membungkuk mengambil

benda ringan. Dari kesembilan indikator tersebut akan dijelaskan dalam analisis

deskripsi data hasil penelitian sebagai berikut :

a. Cara Berjalan

Berdasarkan hasil perhitungan pada tes cara berjalan diketahui bahwa terdapat

1 siswa yang memperoleh hasil jelek, 46 siswa yang mendapat hasil sedang dan 158

siswa memperoleh nilai baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 4.2
Cara Berjalan

Valid Cumulative
Frequency Percent percent Percent
Valid Jelek 1 0.49 0.49 0.53
Sedang 46 22.44 22.44 22.93
Baik 158 77.07 77.07 100.00
Total 205 100.00 100.00
33

Hasil tersebut jika dipersentasekan maka diperoleh 0,53% siswa memperoleh

hasil jelek, 45,45% siswa memperoleh nilai sedang, dan 54,01% siswa memperoleh

nilai baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 4.2
Persentase Hasil Tes Cara Berjalan

Hasil Tes Cara Berjalan


Jelek, 0.49%
Sedang, 22.44%

Jelek
Sedang
Baik

Baik, 77.07%

b. Pronasi

Berdasarkan hasil perhitungan pada tes pronasi diketahui bahwa terdapat 4

siswa yang memperoleh hasil ada pronasi, 47siswa yang mendapat hasil sedikit

pronasi dan 154 siswa memperoleh hasil tidak ada pronasi. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3
Pronasi
Valid Cumulative
Frequency Percent percent Percent
Valid Pronasi 4 1.95 1.95 1.95
Sedikit Pronasi 47 22.93 22.93 24.88
Tidak Ada Pronasi 154 75.12 75.12 100.00
Total 205 100.00 100.00

Hasil tersebut jika dipersentasekan maka diperoleh 1,95% siswa memperoleh

hasil ada pronasi, 22,93% siswa memperoleh hasil sedikit pronasi, dan 75,12% siswa
34

memperoleh hasil tidak ada pronasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram

berikut:

Gambar 4.3
Persentase Hasil Tes Pronasi
Persentase Hasil Tes Pronasi

Pronasi, 1.95% Sedikit Pronasi,


22.93%

Tidak Ada Pronasi


Pronasi, 75.12% Sedikit Pronasi
Tidak Ada Pronasi

c. Kesejajaran Kaki

Berdasarkan hasil perhitungan pada tes kesejajaran kaki diketahui bahwa

terdapat 3 siswa yang memperoleh hasil membuka keluar, 52 siswa yang mendapat

hasil sedikit membuka keluar dan 150 siswa memperoleh hasil normal. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4
Kesejajaran kaki
valid cumulative
frequency percent percent percent
valid Membuka Keluar 3 1.46 1.46 1.46
Sedikit Membuka Keluar 52 25.37 25.37 26.38
Normal 150 73.17 73.17 100.00
Total 205 100.00 100.00

Hasil tersebut jika dipersentasekan maka diperoleh 1,46% siswa memperoleh

hasil membuka keluar, 25,37% siswa memperoleh hasil sedikit membuka keluar, dan
35

73,17% siswa memperoleh hasil normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 4.4
Persentase Hasil Tes Kesejajaran Kaki
Persentase Hasil Tes Kesejajaran Kaki
Membuka Keluar,
1.46% Sedikit Membuka
Keluar, 25.37%

Normal, 73.17%
Membuka Keluar
Sedikit Membuka Keluar
Normal

d. Berdiri

Berdasarkan hasil perhitungan pada tes berdiri diketahui bahwa terdapat 2

siswa mendapat hasil menyimpang, 46 siswa memperoleh hasil sedikit menyimpang

dan 157 siswa memperoleh hasil baik dan seimbang. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5
Berdiri
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
valid Menyimpang 2 0.98 0.98 0.98
Sedikit Menyimpang 46 22.44 22.44 23.42
Baik Dan Seimbang 157 76.58 76.58 100.00
Total 205 100.00 100.00

Hasil tersebut jika dipersentasekan maka diperoleh 0,98% siswa memperoleh

hasil menyimpang, dan 22,44% siswa memperoleh hasil sedikit menyimpang dan
36

76,58% memperoleh hasil baik dan seimbang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada gambar berikut:

Gambar 4.5
Persentase hasil tes berdiri
Persentase Hasil Tes Berdiri
Menyimpang, Sedikit
0.98% Menyimpang,
22.44%

Baik Dan Menyimpang


seimbang, 76.58%
Sedikit Menyimpang
Bagus Dan seimbang

e. Kelurusan Segmen Tubuh

Berdasarkan hasil perhitungan pada tes segmen tubuh diketahui bahwa terdapat

4 siswa yang memperoleh hasil menyimpang, 62 siswa yang mendapat hasil sedikit

menyimpang dan 139 siswa memperoleh hasil baik dan seimbang. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6
Kelurusan Segmen Tubuh
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
valid Menyimpang 4 1.95 1.95 1.95
Sedikit Menyimpang 62 30.24 30.24 32.19
Baik Dan Seimbang 139 67.81 67.81 100.00
Total 205 100.00 100.00
37

Hasil tersebut jika dipersentasekan maka diperoleh 1,95% siswa memperoleh

hasil menyimpang, 30,24% siswa memperoleh hasil sedikit menyimpang, dan

67,81% siswa memperoleh hasil baik dan seimbang. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada diagram berikut:

Gambar 4.6
Persentase Hasil Tes Kelurusan Segmen Tubuh

Persentase Hasil Tes Kelurusan Segmen Tubuh


Menyimpang,
1.95% Sedikit
Menyimpang,
30.24%

Baik Dan
seimbang,
67.81%
Menyimpang
Sedikit Menyimpang
Bagus Dan seimbang

f. Distribusi Berat Badan

Berdasarkan hasil perhitungan pada tes distribusi berat badan diketahui bahwa

terdapat 10 siswa yang memperoleh hasil ada penyimpangan, 68 siswa yang

mendapat hasil sedikit penyimpangan dan 127 siswa memperoleh nilai baik. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.7
Distribusi Berat Badan
valid cumulative
frequency percent percent percent
valid Ada Penyimpangan 10 4.88 4.88 4.88
Sedikit Penyimpangan 68 33.17 33.17 38.05
Baik 127 61.95 61.95 100
Total 187 100 100
38

Hasil tersebut jika dipersentasekan maka diperoleh 4,88% siswa memperoleh

hasil ada penyimpangan, 33,17% siswa memperoleh nilai sedikit penyimpangan, dan

61,95% siswa memperoleh hasil baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Gambar 4.7
Persentase Hasil Tes Distribusi Berat Badan

Persentase Hasil tes Distribusi Berat Badan

ada Penyimpangan,
4.88%
Sedikit
Penyimpangan,
33.17%

Baik, 61.95%

ada Penyimpangan
Sedikit Penyimpangan
Baik

g. Posisi Duduk

Berdasarkan hasil perhitungan pada tes posisi duduk diketahui bahwa terdapat

23 siswa yang memperoleh hasil ada penyimpangan, 71 siswa yang mendapat hasil

sedikit penyimpangan dan 111 siswa memperoleh nilai baik. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8
Posisi Duduk
valid cumulative
frequency percent percent percent
valid Ada Penyimpangan 23 11.20 11.20 11.20
Sedikit Penyimpangan 71 34.63 34.63 45.83
Baik 111 54.15 54.15 100.00
Total 205 100.00 100.00
39

Hasil tersebut jika dipersentasekan maka diperoleh 11,20% siswa memperoleh

hasil ada penyimpangan, 34,63% siswa memperoleh nilai sedikit penyimpangan, dan

54,15% siswa memperoleh nilai baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Gambar 4.8
Persentase Hasil Tes Posisi Duduk
Persentase Hasil Tes Posisi Duduk
ada Penyimpangan,
11.22%

Sedikit
Baik, 54.15%
Penyimpangan,
34.63%

ada Penyimpangan
Sedikit Penyimpangan
Baik

h. Bangkit Dari Duduk

Berdasarkan hasil perhitungan pada tes bangkit dan berdiri diketahui bahwa

terdapat 5 siswa yang memperoleh hasil jelek, 102 siswa yang mendapat hasil sedang

dan 98 siswa memperoleh nilai baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.9
Bangkit Dari Duduk
valid cumulative
frequency percent percent percent
valid Jelek 5 2.43 2.43 2.43
Sedang 102 49.75 49.75 52.18
Baik 98 47.80 47.80 100.00
Total 205 100.00 100.00
40

Hasil tersebut jika dipersentasekan maka diperoleh 2,43% siswa memperoleh

hasil jelek, 49,75% siswa memperoleh nilai sedang, dan 47,80% siswa memperoleh

nilai baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Gambar 4.9
Persentase Hasil Tes Bangkit Dari Duduk

Persentase Hasil Tes bangkit Dari duduk


Jelek
Sedang
Baik
Jelek, 2.43%

Sedang, 49.75%
Baik, 47.80%

i. Membungkuk Mengambil Benda Ringan

Berdasarkan hasil perhitungan pada tes membungkuk mengambil benda ringan

diketahui bahwa terdapat 17 siswa yang memperoleh hasil jelek, 57siswa yang

mendapat hasil sedang dan 131 siswa memperoleh nilai baik. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.10
Membungkuk Mengambil Benda Ringan
valid cumulative
frequency percent percent percent
valid jelek 17 8.29 8.29 8.29
sedang 57 27.80 27.80 36.09
baik 131 63.90 63.90 100.00
total 205 100.00 100.00
41

Hasil tersebut jika dipersentasekan maka diperoleh 8.29% siswa memperoleh

hasil jelek, 27,80% siswa memperoleh nilai sedang dan 63,90% siswa memperoleh

nilai baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar 4.10
Persentase Hasil Tes Membungkuk Dan Mengambil Benda Ringan
Persentase Hasil Tes Membungkuk Mengambil
Benda Ringan

Jelek, 8.29%
Sedang, 27.80%

Jelek
Baik, 63.90% Sedang
Baik

4.1.2 Deskripsi Variabel Keterbelajaran Gerak

Pengolahan data dalam penelitian berasal dari hasil tes keterbelajaran gerak

dan postur tubuh pada siswa kelas V dan VI Sekolah Dasar se-Kecamatan Sragi

Kabupaten Pekalongan Tahun 2006/2007 yang berjumlah 205 siswa. Dari hasil tes

keterbelajaran gerak diketahui bahwa sebanyak 157 siswa memiliki keterbelajaran

gerak sangat baik, 45 siswa termasuk ke dalam kategori baik,3 siswa termasuk dalam

kategori sedang dan tidak terdapat siswa yang memiliki keterbelajaran gerak yang

jelek. Untuk lebih jelasnya hasil tes keterbelajaran gerak tersebut dapat dilihat pada

diagram batang berikut ini:


42

Gambar 4.11
Hasil Tes Keterbelajaran Gerak

Hasil Tes Keterbelajaran Gerak


Sangat Baik, 157

160
140
120
Distribusi

100
80 Baik, 45
60
40
Jelek, 0 Sedang, 3
20
0
Jelek Sedang Baik sangat Baik
Kategori

Jika dihitung dalam bentuk persentase maka diketahui bahwa terdapat 1,46%

atau 3 siswa termasuk ke dalam kategori sedang, kemudian 21,95% atau 45 siswa

termasuk ke dalam kategori baik dan sisanya 76,59% atau 157 siswa termasuk ke

dalam kategori sangat baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 4.11
Keterbelajaran Gerak
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
valid Jelek 0 0 0 0
Sedang 3 1.46 1.46 1.46
Baik 45 21.95 21.95 23.41
Sangat Baik 157 76.59 76.59 100.00
Total 205 100.00 100.00

Adapun untuk deskripsi tiap tes yang dilaksanakan pada variabel

keterbelajaran gerak dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Tes Pertama

Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes pertama

diketahui bahwa terdapat 0 siswa yang gagal dua kali melakukan tes pada dua kali

kesempatan yang diberikan, 12 siswa gagal satu kali melakukan tes pada dua kali
43

kesempatan yang diberikan dan 193 siswa bisa melakukan tes dengan baik. Untuk

lebih jelasnya hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.12
Tes 1
valid cumulative
Frequency Percent percent percent
valid gagal satu kali 0 0 0 0
gagal dua kali 12 5.85 5.85 2.14
bisa 193 94.14 94.14 100.00
total 205 100.00 100.00

2. Tes Kedua

Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes kedua

diketahui bahwa terdapat 6 siswa yang gagal dua kali melakukan tes pada dua kali

kesempatan yang diberikan, 21 siswa gagal satu kali melakukan tes pada dua kali

kesempatan yang diberikan dan 178 siswa bisa melakukan tes dengan baik. Untuk

lebih jelasnya hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.13
Tes 2
valid cumulative
Frequency percent percent percent
valid gagal satu kali 6 2.92 12.92 12.92
gagal dua kali 21 10.24 10.24 23.16
bisa 78 86.82 86.82 100.00
total 205 100.00 100.00

3. Tes Ketiga

Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes ketiga

diketahui bahwa terdapat 7 siswa yang gagal dua kali melakukan tes pada dua kali

kesempatan yang diberikan, 25 siswa gagal satu kali melakukan tes pada dua kali

kesempatan yang diberikan dan 173 siswa bisa melakukan tes dengan baik. Untuk

lebih jelasnya hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :


44

Tabel 4.14
Tes 3
valid cumulative
Frequency percent percent percent
valid gagal satu kali 7 3,41 3.41 3.41
gagal dua kali 25 12.19 12.19 15.60
Bisa 173 84.39 84.39 100.00
Total 205 100.00 100.00

4.Tes Keempat

Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes keempat

diketahui bahwa terdapat 25 siswa yang gagal dua kali melakukan tes pada dua kali

kesempatan yang diberikan, 87 siswa gagal satu kali melakukan tes pada dua kali

kesempatan yang diberikan dan 93 siswa bisa melakukan tes dengan baik. Untuk

lebih jelasnya hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.15
Tes 4
valid cumulative
Frequency Percent percent percent
valid gagal satu kali 25 12.19 12.19 12.19
gagal dua kali 87 42.43 42.43 54.62
bisa 93 45.36 45.36 100.00
total 205 100.00 100.00

5. Tes Kelima

Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes kelima

diketahui bahwa terdapat 34 siswa yang gagal dua kali melakukan tes pada dua kali

kesempatan yang diberikan, 78 siswa gagal satu kali melakukan tes pada dua kali

kesempatan yang diberikan dan 93 siswa bisa melakukan tes dengan baik. Untuk

lebih jelasnya hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :


45

Tabel 4.16
Tes 5

valid cumulative
Frequency percent percent percent
valid Gagal satu kali 34 16.58 16.58 16.58
Gagal dua kali 78 38.04 38.04 54.62
Bias 93 45.36 45.36 100.00
Total 205 100.00 100.00

6. Tes Keenam

Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes keenam

diketahui bahwa terdapat 3 siswa yang gagal dua kali melakukan tes pada dua kali

kesempatan yang diberikan, 16 siswa gagal satu kali melakukan tes pada dua kali

kesempatan yang diberikan dan 186 siswa bisa melakukan tes dengan baik. Untuk

lebih jelasnya hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.17
Tes 6
valid cumulative
Frequency Percent percent percent
valid gagal satu kali 3 1.46 1.46 1.46
gagal dua kali 16 7.80 7.80 9.26
bisa 186 90.73 90.73 100.00
total 205 100.00 100.00

7.Tes Ketujuh

Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes ketujuh

diketahui bahwa terdapat 11 siswa yang gagal dua kali melakukan tes pada dua kali

kesempatan yang diberikan, 24 siswa gagal satu kali melakukan tes pada dua kali

kesempatan yang diberikan dan 170 siswa bisa melakukan tes dengan baik. Untuk

lebih jelasnya hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :


46

Tabel 4.18
Tes 7
valid cumulative
Frequency percent percent percent
valid gagal satu kali 11 5.36 5.36 5.36
gagal dua kali 24 11.70 11.70 17.06
bisa 170 82.92 82.92 100.00
total 205 100.00 100.00

8. Tes Kedelapan

Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes kedelapan

diketahui bahwa terdapat 9 siswa yang gagal dua kali melakukan tes pada dua kali

kesempatan yang diberikan, 21 siswa gagal satu kali melakukan tes pada dua kali

kesempatan yang diberikan dan 175 siswa bisa melakukan tes dengan baik. Untuk

lebih jelasnya hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.19
Tes 8
valid cumulative
frequency percent percent percent
valid gagal satu kali 9 4.39 4.39 4.39
gagal dua kali 21 10.24 10.24 14.63
bisa 175 85.36 85.36 100.00
total 205 100.00 100.00

9. Tes Kesembilan

Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes

kesembilan diketahui bahwa terdapat 30 siswa yang gagal dua kali melakukan tes

pada dua kali kesempatan yang diberikan, 48 siswa gagal satu kali melakukan tes

pada dua kali kesempatan yang diberikan dan 127 siswa bisa melakukan tes dengan

baik. Untuk lebih jelasnya hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
47

Tabel 4.20
Tes 9
valid cumulative
frequency percent percent percent
valid gagal satu kali 30 14.63 14.63 14.63
gagal dua kali 48 23.41 23.41 38.04
bisa 127 61.95 61.95 100.00
total 205 100.00 100.00

10. Tes Kesepuluh

Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes

ksesepuluh diketahui bahwa terdapat 55 siswa yang gagal dua kali melakukan tes

pada dua kali kesempatan yang diberikan, 69 siswa gagal satu kali melakukan tes

pada dua kali kesempatan yang diberikan dan 81 siswa bisa melakukan tes dengan

baik. Untuk lebih jelasnya hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.21
Tes 10
valid cumulative
Frequency Percent percent percent
valid gagal satu kali 55 28.82 28.82 28.82
gagal dua kali 69 33.65 33.65 62.47
bisa 81 36.51 36.51 100.00
total 205 100.00 100.00

4.1.3 Analisis Data

4.1.3.1 Pengujian Hubungan Postur Tubuh dan Keterbelajaran Gerak Pada

Siswa Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan

tahun 2006/2007.

Pengujian secara keseluruhan dilakukan dengan menghitung nilai korelasi

product moment. Dari tabulasi data hasil penelitian diperoleh nilai rhitung seperti

nampak pada perhitungan dibawah ini :


48

N ∑ ( XY ) − ∑ ( X )∑ (Y )
rxy =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) 2 N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 }
205(79959) − (4841)(3337)
=
}
205(115773) − (4841) 2 {205(55489) − (3337) 2 }
16391595 − 16154417
=
(23733465 − 23435281)(11375245 − 11135569)

237178
=
(298184)(239676)

237178
=
267334,15

= 0,887

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diketahui nilai rhitung 0,887 dengan taraf

signifikansi 5%, N sebesar 205 maka diperoleh rtabel sebesar 0,138. Karena rhitung >

rtabel (0.887 > 0.138) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara postur

tubuh dan keterbelajaran gerak pada siswa kelas V dan VI Sekolah Dasar Negeri di

Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan Tahun 2006/2007.

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil perhitungan data penelitian diketahui bahwa postur tubuh

siswa kelas V dan VI Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Sragi Kabupaten

Pekalongan sebagian besar siswa memiliki postur tubuh yang baik (78.05%) dan

sisanya 21.95% memiliki postur tubuh sedang serta tidak ada siswa yang memiliki

postur tubuh yang termasuk dalam kategori jelek. Hal ini berhubungan dengan hasil

keterbelajaran gerak yang dikuasai siswa yang rata-rata termasuk dalam kategori
49

baik. Postur tubuh siswa menunjukkan kemampuan keterbelajaran gerak siswa.

Keterbelajaran gerak siswa dipengaruhi oleh bentuk tubuhnya, baik dilihat dari besar

kecilnya tubuh, maupun dari tinggi rendahnya orang tersebut, sehingga siswa yang

memiliki postur tubuh yang ideal (baik) akan memiliki keterbelajaran gerak yang

baik dibandingkan dengan orang yang memiliki postur tubuh yang sedang atau tidak

ideal. Beberapa macam gerakan yang mulai bisa dilakukan apabila anak memperoleh

kesempatan melakukannya pada masa anak dalam tahap pertumbuhan.

Gerakan-gerakan tersebut semakin dikuasai dengan baik karena intensitas

gerak mereka yang dilakukan setiap hari. Perkembangan postur tubuh anak-anak juga

akan sangat dipengaruhi oleh aktifitas yang dilakukannya setiap hari secara terus

menerus atau dilakukan berulangkali. Anak-anak yang kurang dalam melakukan

aktifitas fisik akan mengalami hambatan dalam perkembangan fisiknya. Siswa yang

memiliki postur tubuh yang bagus menunjukkan adanya aktivitas fisik dengan

intensitas yang cukup bagus. Selain aktivitas fisik postur tubuh seseorang juga

dipengaruhi oleh faktor keturunan. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan

bahwa pengaruh keturunan terhadap kecepatan pertumbuhan berhubungan dengan

pengaruh terhadap ukuran tubuh. Sedangkan siswa yang memiliki postur tubuh

sedang menunjukkan aktivitas fisik yang biasa. Dimana dinyatakan bahwa besarnya

penampang tulang bertambah karena aktivitas fisik selama masa pertumbuhan

(Sugiyanto dan Sudjarwo, 1991 : 30).

Kepadatan tulang bertambah karena latihan, dan menurun bila tidak

melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

dan perkembangan serta dapat memperlambat proses penuaan apabila dilakukan


50

dengan teratur dan intensitasnya cukup (tidak terlalu ringan dan tidak terlalu berat).

Oleh sebab itu postur tubuh siswa akan menunjukkan kemampuan keterbelajaran

gerak siswa. Keterbelajaran gerak siswa dipengaruhi oleh bentuk tubuhnya, baik

dilihat dari besar kecilnya tubuh, maupun dari tinggi rendahnya orang tersebut,

sehingga siswa yang memiliki postur tubuh yang ideal (baik) akan memiliki

keterbelajaran gerak yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang memiliki

postur tubuh yang sedang atau tidak ideal. Hasil penelitian tersebut diketahui bahwa

bentuk tubuh berhubungan dengan keterbelajaran gerak dasar, dari kecenderungan

postur tubuh anak-anak. Beberapa macam gerakan yang mulai bisa dilakukan apabila

anak memperoleh kesempatan melakukannya pada masa anak dalam tahap

pertumbuhan. Gerakan-gerakan tersebut semakin dikuasai dengan baik karena

intensitas gerak mereka yang dilakukan setiap hari. Perkembangan postur tubuh

anak-anak juga akan sangat dipengaruhi oleh aktifitas yang dilakukannya setiap hari

secara terus menerus atau dilakukan berulangkali. Anak-anak yang kurang dalam

melakukan aktifitas fisik akan mengalami hambatan dalam perkembangan fisiknya.

Hasil ini didukung dengan teori yang mengatakan bahwa gerakan-gerakan akan

dikuasai dengan baik karena dipengaruhi oleh kesempatan yang diperoleh untuk

melakukan berulang-ulang di dalam aktivitasnya (Sugiyanto dan Sudjarwo, 1991:

119). Konsep dasar pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah mampu memberikan

kesempatan bergerak yang seluas-luasnya kepada siswa. Usia sekolah merupakan

usia dimana siswa sangat membutuhkan berbagai nuansa gerakan yang sangat

beragam. Rangsangan-rangsangan selama proses pembelajaran berlangsung

merupakan media yang sangat baik untuk menyalurkan dan mempersiapkan segala

sesuatu yang ada agar lebih semakin ditingkatkan secara optimal.


51

Program pendidikan jasmani seharusnya memberikan kebebasan memilih bagi

siswa dalam melakukan tugas geraknya. Kegiatan-kegiatan dalam pendidikan

jasmani semestinya dilaksanakan dengan bervariasi agar dapat memberikan kepuasan

kepada anak bergerak sesuai minatnya, dan dapat memberikan pengalaman yang

lebih bermakna kepada anak. Program pendidikan jasmani di sekolah diarahkan pada

upaya pengembangan pribadi anak yang menyeluruh.

Sungguh tidak bijaksana jika program pendidikan jasmani dipersempit pada

beberapa cabang olahraga tertentu. Karena pembatasan aktivitas gerak anak akan

merugikan pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh, sebab anak

akan kurang memiliki kekayaan dan keluwesan gerak yang kompleks lebih lanjut.

Gerakan melengkapi seseorang dengan kemampuan untuk berinteraksi dan belajar

dari lingkungannya. Kemampuan gerak seseorang yang khas merupakan hasil

interaksi yang kompleks dari pengaruh keturunan dan lingkungan. Keterampilan

gerak fisik yang diperoleh melalui pendidikan jasmani bukan saja berguna untuk

menguasai cabang olahraga tertentu atau menjadi atlet berprestasi, tetapi berguna

juga dalam kehidupan sehari-hari. Gerakan keterampilan merupakan salah satu

kategori gerakan yang ketika melakukannya diperlukan koordinasi dan kontrol tubuh

secara keseluruhan atau sebagian. Koordinasi dan kontrol tubuh yang baik akan

meningkatkan keterampilan gerak. Oleh sebab itu, seseorang yang memiliki

kemampuan gerak yang tinggi akan lebih mudah melakukan tugas geraknya, baik

secara kualitas maupun kuantitas, serta mampu bertahan lebih lama dalam aktivitas

yang intensif dan efektif jika dibandingkan dengan seseorang yang tingkat

kemampuan geraknya rendah. Keterampilan psikomotor, berhubungan dengan gerak


52

yang benar, kecepatan gerakan sesuai tujuan yang akan dicapai, serta penggunaan

tenaga yang minimal dengan pencapaian hasil yang maksimal. Dari uraian diatas

terlihat bahwa aktivitas gerak mempunyai peranan penting dalam proses

keterbelajaran gerak anak usia sekolah.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara postur

tubuh dan keterbelajaran gerak pada siswa kelas V dan VI di Sekolah Dasar Negeri

di Kecamatan Sragi Kabupaten Pekalongan Tahun 2006/2007.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian maka beberapa saran yang dapat peneliti berikan

antara lain :

1. Upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah yang bersangkutan sebagai lembaga

pendidikan adalah dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada siswa

untuk dapat melakukan aktifitas-aktifitas yang berhubungan dengan

perkembangan fisiknya. Misalnya dengan memberikan fasilitas atau sarana dan

prasarana bermain atau olahraga kepada siswa. Karena pada dasarnya

perkembangan anak-anak usia sekolah sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor

dan salah satunya adalah aktivitas yang berhubungan dengan fisik sehingga dapat

mempengaruhi tingkat perkembangan siswa tersebut.

2. Hendaknya orang tua dan guru Pendidikan Jasmani lebih memberikan dukungan

kepada siswa yang memiliki perkembangan fisik. Hal ini dapat dilakukan dengan

bermain atau berolahraga bersama. Kondisi ini juga dapat ditingkatkan dengan

lebih menekankan kepada siswa tersebut untuk lebih banyak melakukan aktifitas

fisik yang dapat menunjang perkembangan postur tubuhnya.

53
54

3. Untuk peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

acuan terutama penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara postur tubuh

dengan keterbelajaran gerak pada siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Ateng, 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani, jakarta:
DEPDIKBUD

Aip Syarifudin dan Muhadi, 1992. Landasan Pendidikan Jasmani. Jakarta:


DEPDIKBUD

Husdarta, dkk, 2000. Perkembangan Peserta Didik. DEPDIKBUD

Imam Hidayat, 1986. Pengetahuan Dasar Gerak. Jakarta: Ratunika

J. Supranto, 1994. Teknik Sampling. Jakarta

Johnson, barry L and jack K. Nelson, 1970. Practical Measurment For Evaluation
In Physical Education. Burgress Publishing company

Khomsin, 2002. Paparan Perkuliahan Mahasiswa. Semarang: Fakultas Ilmu


Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Masri Singarimbun dan Sofian Efendi, 1984. Metode Penelitian Survei. PT


Pustaka LP3ES Indonesia

Phil Yanuar Kiram, 1992. Belajar Motorik. Jakarta: Dirjen Dikti

Rusli Lutan, 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode.
DEPDIKBUD

S. Margono, 1997. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sugiyanto dan Sudjarwo, 1991. Perkembangan dan Belajar Gerak Modul 1-6.
Jakarta: DEPDIKBUD

Sugiyanto, 1993. Belajar Gerak. Jakarta: KONI Pusat

Suharsimi Arikunto, 1998. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Sutrisno Hadi, 1981. Statistik. Jilid 1. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

, 1983. Statistik. Jilid 2. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM

Tim Pengembang MKDK, 1989. Dasar-dasar Pendidikan. Semarang: IKIP


Semarang Press

55
56

Tim Penyusun, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. DEPDIKBUD

Winardi, 1988. Metodologi Research. Bandung: CV Jermes

Winarno Surakhmad, 1986. Dasar dan Teknik Research. Bandung: Tarsito

WJS Purwadarminta, 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai


Pustaka

Anda mungkin juga menyukai