TAHUN 2006/2007
SKRIPSI
Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Strata I
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
Nama : Muh. Nur Afendi
NIM : 6101402017
Jurusan : Pendidikan Jasmani Kesehatan Dan Rekreasi
Fakultas : Ilmu Keolahragaan
ii
iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
“Jadilah orang yang selalu bermanfaat bagi orang lain, karena dengan itu kamu bisa
mendapatkan segalanya.”
Persembahan:
1. Allah SWT
5. Almamaterku
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas Rahmat dan
program studi Strata Satu pada Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Seiring dengan rasa syukur penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-
1. Ibu Rumini, S.Pd, M.Pd, Sebagai pembimbing utama dan Bapak Drs. Bambang
negeri Semarang.
3. Bapak Drs. Harry Pramono, MSi selaku Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani
Semarang.
v
6. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu memberikan do’a restu dan motivasi kepada
penulis.
7. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan, yang telah membantu dalam
penelitian ini.
Akhirnya penulis mohon maaf apabila dalam penyampaian tulisan ini terdapat
hal yang tidak berkenan di hati para pembaca, bagaimanapun juga segala kekurangan
ada pada diri penyusun dan tiada akan terwujud skripsi ini tanpa adanya bantuan,
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
SARI .................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR...................................................................... v
DAFTAR GAMBAR........................................................................ x
BAB I PENDAHULUAN
vii
2.1.6 Klasifikasi Keterampilan Gerak.......................... 15
4.2 Pembahasan..................................................................... 48
5.2 Saran................................................................................ 53
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................. 57
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
x
BAB I
PENDAHULUAN
yang dilewati.
Anak-anak sekolah dasar kelas V dan VI merupakan usia anak besar. Pada
masa anak usia besar kecenderungan pertumbuhan fisik kearah tipe tubuh tertentu
Sebagian besar kegiatan anak-anak di Kecamatan Sragi pada usia anak besar
tidak jauh berbeda dengan kecamatan lain. Kegiatan setiap harinya yaitu sekolah.
melalui mata pelajaran pendidikan jasmani dan kebutuhan gerak mereka juga
mengisi waktu luang dengan bermain. Permainan yang dimainkan juga tergantung
pada musim yang ada pada desa masing-masing. Bentuk permainan juga
lain. Selain kegiatan aktifitas permainan (motorik) anak-anak ada yang memilih
permainan elektronik misalnya play station, dingdong, video game dan kebiasaan
nonton TV. Setiap sore anak-anak juga ada yang pergi mengaji di sekolah TPQ.
1
2
Anak yang menguasai keterampilan gerak dasar yang baik akan lebih bisa
menguasai aktivitas olahraga dengan baik pula. Gerakan dasar dalam olahraga
sangat banyak dan bervariasi. Dengan aktivitas olahraga dan aktifitas lainnya
anak akan tambah pintar bergerak, sebab dalam olahraga sendiri kebanyakan yang
dipelajari adalah masalah gerakan. Biasanya anak yang suka bergerak, akan
mempunyai gerakan yang lebih banyak apabila dibandingkan dengan anak yang
melakukan gerak yang optimal. Suatu rangkaian gerakan dapat terlihat dengan
jelas pada saat anak melakukan gerakan tertentu. Seorang anak dikatakan
mempunyai koordinasi tubuh yang bila mampu bergerak dengan mudah dan
Perkembangan gerak pada masa anak besar berbeda dengan pada masa
sebelumnya, maupun pada masa sesudahnya. Pada masa ini terjadi perkembangan
fisik yang makin jelas, khususnya yang terkait dengan kekuatan, kelentukan,
Kemampuan gerak anak besar bertambah sejalan dengan fisik dan ukuran
tubuh. Kemampuan gerak dasar yang biasa dilakukan antara lain gerakan
menggunakan tangan dan kaki. Menurut Khomsin (2002:25) gerak dasar anak
fisik yang ada di daerah Kecamatan Sragi nantinya akan berpengaruh pada
seseorang merupakan wujud dari perpaduan antara tinggi badan, berat badan serta
I.2 Permasalahan
penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan antara postur tubuh dan
“Untuk mengetahui hubungan antara postur tubuh dan keterbelajaran gerak pada
1. Hubungan
tersebut.
2. Postur Tubuh
Tubuh adalah keseluruhan jasad manusia atau binatang yang kelihatan dari ujung
Dalam penelitian postur tubuh yang dimaksud adalah postur tubuh dalam
keadaan dinamis (bergerak), yang meliputi mekanika kaki, posisi berdiri, posisi
berjalan, posisi duduk dan bangkit dari duduk, posisi membungkuk dan
3. Keterbelajaran Gerak
L and Jack K Nelson (1970:144) adalah “ The ease with person learns new
seorang individu dalam mempelajari keterampilan gerak tubuh yang baru untuk
bisa menyelesaikan tugas-tugas gerak yang efektif dan efisien (Johnson Barry L
postur tubuh dan keterbelajaran gerak siswa Sekolah Dasar kelas V dan VI di
dirancang suatu model pembelajaran pendidikan jasmani yang tepat dan sesuai
LANDASAN TEORI
Dalam penelitian ini, hal-hal pokok merupakan tes postur tubuh dan
merumuskan, hal ini dapat dilihat dari definisi postur tubuh sebagai berikut:
yang kelihatan dari ujung rambut sampai ujung kaki. Jadi pengertian postur tubuh
adalah bentuk tubuh atau sikap badan yang terlihat dari ujung rambut sampai
yaitu faktor internal dan faktor eksternal, faktor internal adalah faktor yang
ditimbulkan dari pengaruh ibu sejak masih dalam kandungan, kondisi ibu yang
berpengaruh seperti gizi makanan, aktivitas fisik dan kondisi emosional. Faktor
gizi makanan, sistem kelenjar hormon, musim dan iklim, suku bangsa, kondisi
dan ikatan sendi, serta efek gaya berat badan. Postur seperti semua karakteristik
6
7
manusia tidak hanya melibatkan perbedaan antara individu, tetapi juga perbedaan
di dalam individu itu sendiri. Evaluasi postur dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu statis dan dinamis. Evaluasi statis dilakukan terhadap postur seseorang pada
saat yang bersangkutan dalam posisi diam (fixed potition). Sementara evaluasi
yang dinamis dilakukan pada saat yang bersangkutan sedang bergerak, meliputi
gerak pada saat berjalan, memanjat, turun, dan berdiri (Johnson L Barry and Jack
K Nelson, 1970:372).
Dalam penelitian ini postur tubuh yang dimaksud adalah postur tubuh
dinamis, yang meliputi mekanika kaki, posisi berdiri, posisi berjalan, posisi duduk
dan bangkit dari duduk, posisi membungkuk dan mengambil benda ringan. Untuk
Posture Test.
IOWA Posture Test merupakan salah satu bentuk test untuk menilai postur
tubuh, test ini direkomendasikan untuk digunakan bagi siswa sekolah. Test ini
berdiri atau tegak dengan suatu posisi diam dan tetap (Johnson L Barry and Jack
K Nelson, 1970:372).
Banyak pengertian dan ruang lingkup gerak yang digunakan dalam bidang
Gerak adalah sesuatu yang ditampilkan oleh manusia secara nyata dan dapat
diamati.Namun yang melatar belakangi suatu gerak yang ditampilkan dalam suatu
perbuatan yang nyata dalam suatu unjuk kerja sangat beranekaragam sesuai
8
lokomosi (locomotion) yaitu gerakan siklus atau perputaran dari kaki-kaki yang
silih berganti, lokomosi terdiri dari berjalan dan berlari, gerakan ini dapat dibagi
menjadi: 1) Berjalan-jalan (Jalan santai, jalan cepat), 2) berlari (lari anjing atau
melalui respon-respon muskular dari yang diekspresikan dalam gerak tubuh atau
bagian tubuh. Dari beberapa pengertian tentang belajar gerak dapat disimpulkan
bahwa belajar gerak adalah belajar yang menekankan pada aktifitas fisik atau
tubuh yang diekspresikan ke dalam gerakan untuk bisa menyelesaikan tugas gerak
yang menekankan pada aktivitas gerak tubuh, belajar gerak mempunyai pola-pola
dapat meraih sesuatu sesuai dengan berbagai motif yang melatar belakanginya
and Jack K Nelson adalah “ The ease with person learns new movement (sport)
sebagai kemampuan umum untuk mempelajari tugas secara cepat dan cermat
dilewati. Secara garis besar ada 5 fase perkembangan gerak dalam hidup manusia
yaitu:
Fase sebelum lahir adalah fase perkembangan selama masih berada dalam
kandungan. Gerak refleksif janin dan bayi yang baru lahir dianggap sebagai fase
Gerak ini muncul lebih dahulu dan bekerja bersama-sama dengan perkembangan
Fase anak adalah fase perkembangan mulai usia 1 atau 2 tahun sampai 10
atau 12 tahun, fase anak-anak dibedakan menjadi dua yaitu 1) fase anak kecil
(early childhoood), fase anak kecil adalah antara 1 atau 2 tahun sampai 6 tahun, 2)
fase anak besar (later chilhood) fase anak besar adalah 6 sampai 10 atau 12 tahun.
kualitas penguasaan pola gerak yang telah dan bisa dilakukan pada masa anak
bayi, serta peningkatan variasi macam pola gerak, kemampuan berjalan dan
memegang akan semakin baik dan bisa dilakukan dengan berbagai macam variasi
gerak khusus fase ini sama dengan fase yang terdahulu akan tetapi berkembang
lebih matang dan lebih mampu memenuhi kebutuhan fisik dan psikis yang
Fase adolesensi adalah antara perempuan dan laki-laki dimulai dan di akhiri
pada umur yang berbeda, pada perempuan mulai pada umur 10 tahun dan diakhiri
pada umur 18 tahun, sedangkan pada laki-laki mulai umur 12 tahun dan diakhiri
pada umur 20 tahun. Keterbelajaran gerak dasar antara anak laki-laki dan anak
1991:147).
11
baik sebagai rekreasi maupun kompetisi olahraga secara teratur (Abdul Kadir
Ateng, 1992:129).
Fase dewasa terbagi tiga fase, yaitu 1) fase dewasa muda (young
adulthood), fase dewasa madya (middle adulthood), 3) fase dewasa tua (older
adulthood), fase dewasa muda adalah antara 18 tahun (perempuan) atau 20 tahun
(laki-laki) sampai 40 tahun. Fase dewasa madya adalah antara 40 tahun sampai 60
tahun, sedangkan fase dewasa tua adalah usia 60 tahun dan seterusnya ( Sugiyanto
Pada masa dewasa merupakan kelanjutan dari masa adolesensi, pada masa
adolesensi merupakan peningkatan kemampuan fisik sampai tidak ada lagi terjadi
peningkatan, sedangkan pada masa dewasa madya dan tua mengalami penurunan
1991:184)
Dalam penelitian ini yang dibahas adalah fase anak besar (later chilhood)
yang duduk di kelas V dan VI Sekolah Dasar yang berusia 10-12 tahun yang
terbagi 3 kelompok umur pendidikan. Pertama antara 6-8 tahun duduk di kelas I
dan II, kelompok umur pendidikan kedua antara 8-10 tahun duduk di kelas III dan
IV, kelompok umur pendidikan ketiga antara 10-12 tahun duduk di kelas V dan
fisik maka meningkat pula kemampuan gerak anak besar, berbagai kemampuan
12
gerak dasar yang sudah mulai bisa dilakukan pada masa anak kecil semakin
berikut 1) gerakan bisa dilakukan dengan mekanika tubuh yang makin efisien, 2)
gerakan bisa dilakukan semakin lancar dan terkontrol, 3) pola atau bentuk gerak
Beberapa gerakan yang mulai bisa dilakukan atau gerakan yang bisa
gerakan orang dewasa pada umumnya, perbedaan hanya terletak pada pelaksanaan
gerak yang masih kurang bertenaga. Hal ini dikarenakan kapasitas fisik anak
Apabila ditinjau dari segi kebenaran mekanika tubuh dan kecepatan dalam
koordinasi tubuh dan kekutan otot, ada berbagai macam tes yang bisa digunakan
juga bisa merupakan tes dan diagnostik dalam hal koordinasi gerak,
yang baik akan menghasilkan perkembangan meloncat yang baik pula. Pada masa
semakin baik atau semakin efisien ditinjau secara mekanik (Sugiyanto dan
perempuan sampai umur kurang lebih 9 tahun hanya sedikit perbedaannya dan
sesudah perbedaan itu makin besar, anak laki-laki lebih baik kemampuan
meloncatnya, baik ditinjau dari segi daya loncat maupun dari kualitas gerakanya,
ternyata tidak sama, hal ini terbukti dalam dua macam loncatan tersebut pada anak
Catatan :
1 inci - 2,5-t cm
6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
UMUR (TAHUN)
Gambar 2.1
meningkat cepat sampai usia lebih kurang 9 tahun pada anak laki-laki maupun
anak perempuan, sesudah itu anak perempuan hanya kecil peningkatannya, pada
anak laki-laki peningkatannya menjadi kecil pada usia antara 9 sampai 12 tahun
jalan, lari, lompat, loncat dan keterampilan menguasai bola seperti melempar,
masa anak sebelum masuk sekolah dan masa sekolah awal dan ini akan menjadi
bekal awal untuk mendapatkan keterampilan gerak yang efisien bersifat umum
motorik yang lebih khusus yang semuanya ini memerlukan bagian integral
prestasi bagi anak dalam segala umur dan tingkatan (Yanuar Kiram, 1992:38)
secara efisien, tepat dan adaptif, perkembangan kontrol motorik halus atau
keterampilan koordinasi mata dan tangan mewakili bagian yang penting dalam
kapasitas sistem syaraf pusat untuk mengangkat dan memproses input visual dan
keterampilan yang baik, maka perilaku yang perlu dilakukan anak harus dapat
kecermatan pelaksanaan gerakan bisa ditentukan antara lain oleh jenis-jenis yang
16
terlibat, ada gerakan yang melibatkan otot besar dan ada melibatkan otot halus,
dapat gerak bisa dikategorikan menjadi 2 yaitu: 1) keterampilan gerak agal (gross
motor skill), 2) keterampilan gerak halus (fine motor skill), keterampilan gerak
agal adalah gerakan yang didalam pelaksanaanya melibatkan otot besar sebagai
basis utama gerakan, keterampilan gerak halus adalah gerakan yang dalam
hanya melibatkan sebagian dari anggota badan yang digerakan oleh otot halus
diketahui bagian awal dan akhir dari geraknya, tetapi ada juga yang sukar untuk di
ketahui, dengan karakteristik seperti itu, keterampilan gerak bisa dibagi menjadi
keterampilan gerak dimana dalam pelaksananya bisa dibedakan secara jelas titik
awal dan titik akhir gerakan, 2) keterampilan gerak serial (serial motor skilll)
gerakan keterampilan yang tidak bisa dengan mudah ditandai dimana titik awal
dan titik akhir dari gerakan. Pada keterampilan gerak kontinyu, untuk
Sudjarwo, 1993:249-250).
keterampilan yang berlangsung terus menerus dalam waktu yang lama atau
keterampilan ini dibedakan dengan melihat jelas tidaknya antara titik awal dan
itu, gerakan keterampilan bisa dikategorikan menjadi dua yaitu :1) keterampilan,
terjadi pada kondisi lingkungan yang tidak berubah dan stimulus geraknya timbul
dari diri si pelaku sendiri, 2) keterampilan gerak terbuka (open skill) adalah
timbul dari lingkungan bisa bersifat temporal dan bersifat spesial (Abdul Kadir
Ateng, 1993:11).
Ada dua pembagian gerak yaitu terbuka dan tertutup apabila tidak ada faktor
luar yang turut mengarahkan gerak, gerak terbuka apabila gerak halus disesuaikan
Unsur kemampuan pada setiap individu bisa berfungsi dengan baik, apabila
Fisik merupakan salah satu faktor yang berfungsi untuk melakukan gerakan,
agar menghasilkan gerakan yang efektif dan efisien. harus didukung oleh
indra.
gerakan. Pemahaman diperlukan agar pelaku tahu apa yang harus dilakukan
gizi yang baik atau kurang baik, manusia yang gizinya baik akan memiliki
kapasitas gerak yang tinggi dibandingkan dengan orang yang kekurangan gizi
Anak besar merupakan anak usia sekolah dasar yaitu usia 6-12 tahun,
kemampuan fisik bagi anak laki-laki dan perempuan mulai ada perbedaan antara
20
kemampuan fisik maka meningkat pula kemampuan gerak anak besar, berbagai
kemampuan gerak dasar yang sudah mulai bisa dilakukan pada masa anak kecil
gerakan bisa dilakukan dengan semakin lancar dan terkontrol, 3) pola atau bentuk
Sudjarwo,1991:119).
sangat baik untuk pertumbuhannya, bagi anak, bergerak merupakan inti hidupnya,
maupun afektif yakni ketiga kawasan tingkah laku manusia. Dari program gerak
dipandang sebagai sarana untuk memacu kedua kompetisi lainnya yaitu kognitif
21
Ada dua aspek utama dari perkembangan kognitif yang mendukung secara
kesadaran ruang, kesadaran arah dan pembentukan orientasi ruang dan waktu
akademik dasar termasuk sain, matematika, seni bahasa dan studi sosial mewakili
kedua tipe konsep kognitif, apakah itu motorik perseptual atau akademik, dapat
dipacu melalui keikutsertaan aktif dalam aktifitas gerak dalam kegiatan gerak
setidaknya dalam dua hal :1) konsep diri, 2) permainan dan relasi dengan teman-
22
emosional anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan, minat dan kemampuan yang
Ateng,1992:129).
pengalaman bergerak yang baik kepada anak-anak mereka. Ada kesadaran yang
semakin meningkat di antara para pendidik anak-anak kecil bahwa apa yang
yang penting dalam belajar gerak dan belajar melalui gerak, untuk anak kecil
bergerak merupakan inti dari hidupnya. Gerak menembus semua fase dari
kawasan tingkah laku manusia. Dalam hal ini secara sepintas akan dilihat gerakan
memungkinkan pemisahan dari ketiga kawasan tingkah laku manusia ini, karena
23
tersebut dan memperhatikan untuk tidak memisahkan baik dalam pikiran maupun
untuk bergerak. Bergerak tidak hanya merupakan kebutuhan alami peserta didik
usia sekolah dasar, melainkan dari sisi lain juga dapat membentuk, membina dan
mengembangkan individu peserta didik. Sementara itu dari sisi lain aktivitas
Kiram, 1992:4).
berikut:
6. Memperoleh manfaat serta bisa menghargai kondisi fisik dan bentuk tubuh
sepanjang hidup.
apabila keterbelajaran gerak anak bagus maka anak tersebut dapat melakukan
dalam pendidikan jasmani anak harus dilatih gerakan-gerakan yang bervariasi dan
berusaha untuk dapat meraih sesuatu sesuai dengan berbagai motif yang
memenuhi kebutuhannya.
fisik maka meningkat pula kebutuhan anak besar. Berbagai kemampuan gerak
dasar yang sudah mulai bisa dilakukan pada masa anak kecil adalah gerakan-
kekuatan otot.
25
perkembangan tulang dan jaringan. Oleh karena itu anak dapat diarahkan ke arah
penyempurnaan pola gerak dasar, yang telah terbentuk selama periode masa awal
anak. Di samping masa penyempurnaan pola gerak dasar, adaptasi dan modifikasi
terhadap gerak dasar perlu dilakukan. Hal ini dimaksud untuk menghadapi adanya
dengan keterbelajaran gerak memiliki keterkaitan yang erat, sebab postur tubuh
dipengaruhi oleh bentuk tubuhnya, baik dilihat dari besar kecilnya tubuh, maupun
dari tinggi rendahnya orang tersebut, sehingga orang yang memiliki postur tubuh
yang ideal (baik) akan memiliki keterbelajaran geak yang baik dibandingkan
dengan orang yang memiliki postur tubuh yang sedang atau tidak ideal (tidak
baik).
2.2 Hipotesis
“Ada hubungan antara postur tubuh dan keterbelajaran gerak pada siswa kelas V
2006/2007”.
BAB III
METODE PENELITIAN
terletak pada baik buruknya metode melainkan pada ketepatan dalam penggunaan
metode yang sesuai metodologi peneliti penulis akan uraikan beberapa hal
3.1.1 Populasi
jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga (Masri
Dari dua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa populasi adalah jumlah
keseluruhan yang lengkap dari elemen-elemen dan unit analisa yang sejenis.
26
27
Dalam penelitian ini populasi yang diambil adalah siswa kelas V dan VI
2006/2007 dengan jumlah populasi 2516 anak dari 37 Sekolah Dasar Negeri.
3.1.2 Sampel
Sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi darimana sampel diambil
(J.Supranto, 1992:9), sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh yang
setiap strata wilayah ditentukan oleh seimbang atau sebanding dengan banyaknya
populasi (sekolah dari tiap-tiap daerah binaan secara acak dengan metode undian),
dengan rincian Daerah Binaan I sebanyak 3 Sekolah Dasar dari 11 Sekolah Dasar,
Binaan III sebanyak 4 Sekolah Dasar dari 13 Sekolah Dasar kemudian dari
masing-masing Sekolah Dasar diambil proporsi 30% secara acak dengan metode
undian dari masing-masing jumlah siswa yang ada dalam kelas V dan VI di
masing-masing Sekolah Dasar yang akan diteliti. Dalam penelitian ini sampel
dengan 12 tahun dengan jumlah 205 siswa yang terdiri dari 106 siswa putra dan
binaan (DABIN)..
Dalam penelitian ini penulis memperoleh data dari dua variabel, yaitu:
metode survei tes yang merupakan salah satu langkah dalam penelitian, karena
memperoleh data yang sesuai dalam penelitian ini, maka metode yang digunakan
sejumlah individu atau unit dalam waktu tertentu secara bersamaan (Winarno
Surachmad, 1986:24).
1988:18).
Dari dua pendapat di atas penulis menyimpulkan bahwa survei tes adalah
suatu cara mengumpulkan data dari sejumlah individu untuk dianalisa. Tes adalah
suatu alat yang sistematis dan obyektif untuk memperoleh data-data yang
dinginkan.
29
Agar tujuan dari penelitian ini dapat tercapai dengan baik maka perlu
instrumen tes postur tubuh dan tes keterbelajaran gerak, dengan menggunakan
IOWA posture test yang merupakan salah satu bentuk test untuk menilai postur
data memproses data, membuat analisa dan interpretasi. Analisa data adalah
30
proses penyerderhanaan data kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di
Analisa data dapat dengan dua cara yakni analisis statistik dan analisis non
data penyelidikan yang berupa angka-angka adalah teknik statistik (Sutrisno Hadi,
1983:285).
Korelasi product moment melukiskan hubungan antara dua gejala interval seperti
tinggi badan dan berat badan. Gejala interval adalah gajala yang mengunakan
hubungan antara postur tubuh d.an keterbelajaran gerak, data dianalisis dengan
N ∑ ( XY ) − ∑ ( X )∑ (Y )
rxy =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) 2 N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 }
keterangan:
rxy : koefisien korelasi antara x dan y
Σxy : jumlah skor kali x dan y
Σx : jumlah skor x
Σy : jumlah skor y
Σx2 : jumlah kuadrat skor x
Σy2 : jumlah kuadrat skor y
(Σx)2 : kuadrat jumlah skor x
(Σy)2 : kuadrat jumlah skor y
BAB IV
Hasil tes postur tubuh diketahui bahwa terdapat 160 siswa yang memiliki
postur tubuh baik, 45 siswa memiliki postur tubuh sedang dan tidak terdapat siswa
yang memiliki postur tubuh jelek. Untuk mengetahui hasil tes postur tubuh lebih
Gambar 4.1
Hasil Tes Postur Tubuh
Baik, 160
160
140
120
Distribusi
100
80 Sedang, 45
60
40 Jelek, 0
20
0
Jelek Sedang Baik
Kategori
Jika dihitung dalam bentuk persentase maka diketahui bahwa terdapat 21,95%
atau 45 siswa termasuk kedalam kategori sedang dan sisanya 78,05% atau 160 siswa
termasuk ke dalam kategori baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel
berikut :
31
32
Tabel 4.1
Postur Tubuh
Cumulative
Frequency Percent Valid percent Percent
Valid Jelek 0 0 0 0
Sedang 45 21.95 21.95 21.95
Baik 160 78.05 78.05 100.00
Total 205 100.00 100.00
Beberapa analisis data hasil penelitian yang akan dijelaskan dalam penelitian
ini meliputi sembilan indikator yang dinilai dalam varibel postur tubuh. Kesembilan
dengan 12 tahun yang meliputi cara berjalan, pronasi, kesejajaran kaki, kelurusan
segmen tubuh, distribusi berat badan, posisi duduk, berdiri, membungkuk mengambil
benda ringan. Dari kesembilan indikator tersebut akan dijelaskan dalam analisis
a. Cara Berjalan
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes cara berjalan diketahui bahwa terdapat
1 siswa yang memperoleh hasil jelek, 46 siswa yang mendapat hasil sedang dan 158
siswa memperoleh nilai baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 4.2
Cara Berjalan
Valid Cumulative
Frequency Percent percent Percent
Valid Jelek 1 0.49 0.49 0.53
Sedang 46 22.44 22.44 22.93
Baik 158 77.07 77.07 100.00
Total 205 100.00 100.00
33
hasil jelek, 45,45% siswa memperoleh nilai sedang, dan 54,01% siswa memperoleh
nilai baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 4.2
Persentase Hasil Tes Cara Berjalan
Jelek
Sedang
Baik
Baik, 77.07%
b. Pronasi
siswa yang memperoleh hasil ada pronasi, 47siswa yang mendapat hasil sedikit
pronasi dan 154 siswa memperoleh hasil tidak ada pronasi. Untuk lebih jelasnya
Tabel 4.3
Pronasi
Valid Cumulative
Frequency Percent percent Percent
Valid Pronasi 4 1.95 1.95 1.95
Sedikit Pronasi 47 22.93 22.93 24.88
Tidak Ada Pronasi 154 75.12 75.12 100.00
Total 205 100.00 100.00
hasil ada pronasi, 22,93% siswa memperoleh hasil sedikit pronasi, dan 75,12% siswa
34
memperoleh hasil tidak ada pronasi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram
berikut:
Gambar 4.3
Persentase Hasil Tes Pronasi
Persentase Hasil Tes Pronasi
c. Kesejajaran Kaki
terdapat 3 siswa yang memperoleh hasil membuka keluar, 52 siswa yang mendapat
hasil sedikit membuka keluar dan 150 siswa memperoleh hasil normal. Untuk lebih
Tabel 4.4
Kesejajaran kaki
valid cumulative
frequency percent percent percent
valid Membuka Keluar 3 1.46 1.46 1.46
Sedikit Membuka Keluar 52 25.37 25.37 26.38
Normal 150 73.17 73.17 100.00
Total 205 100.00 100.00
hasil membuka keluar, 25,37% siswa memperoleh hasil sedikit membuka keluar, dan
35
73,17% siswa memperoleh hasil normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 4.4
Persentase Hasil Tes Kesejajaran Kaki
Persentase Hasil Tes Kesejajaran Kaki
Membuka Keluar,
1.46% Sedikit Membuka
Keluar, 25.37%
Normal, 73.17%
Membuka Keluar
Sedikit Membuka Keluar
Normal
d. Berdiri
dan 157 siswa memperoleh hasil baik dan seimbang. Untuk lebih jelasnya dapat
Tabel 4.5
Berdiri
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
valid Menyimpang 2 0.98 0.98 0.98
Sedikit Menyimpang 46 22.44 22.44 23.42
Baik Dan Seimbang 157 76.58 76.58 100.00
Total 205 100.00 100.00
hasil menyimpang, dan 22,44% siswa memperoleh hasil sedikit menyimpang dan
36
76,58% memperoleh hasil baik dan seimbang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
Gambar 4.5
Persentase hasil tes berdiri
Persentase Hasil Tes Berdiri
Menyimpang, Sedikit
0.98% Menyimpang,
22.44%
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes segmen tubuh diketahui bahwa terdapat
4 siswa yang memperoleh hasil menyimpang, 62 siswa yang mendapat hasil sedikit
menyimpang dan 139 siswa memperoleh hasil baik dan seimbang. Untuk lebih
Tabel 4.6
Kelurusan Segmen Tubuh
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
valid Menyimpang 4 1.95 1.95 1.95
Sedikit Menyimpang 62 30.24 30.24 32.19
Baik Dan Seimbang 139 67.81 67.81 100.00
Total 205 100.00 100.00
37
67,81% siswa memperoleh hasil baik dan seimbang. Untuk lebih jelasnya dapat
Gambar 4.6
Persentase Hasil Tes Kelurusan Segmen Tubuh
Baik Dan
seimbang,
67.81%
Menyimpang
Sedikit Menyimpang
Bagus Dan seimbang
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes distribusi berat badan diketahui bahwa
mendapat hasil sedikit penyimpangan dan 127 siswa memperoleh nilai baik. Untuk
Tabel 4.7
Distribusi Berat Badan
valid cumulative
frequency percent percent percent
valid Ada Penyimpangan 10 4.88 4.88 4.88
Sedikit Penyimpangan 68 33.17 33.17 38.05
Baik 127 61.95 61.95 100
Total 187 100 100
38
hasil ada penyimpangan, 33,17% siswa memperoleh nilai sedikit penyimpangan, dan
61,95% siswa memperoleh hasil baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Gambar 4.7
Persentase Hasil Tes Distribusi Berat Badan
ada Penyimpangan,
4.88%
Sedikit
Penyimpangan,
33.17%
Baik, 61.95%
ada Penyimpangan
Sedikit Penyimpangan
Baik
g. Posisi Duduk
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes posisi duduk diketahui bahwa terdapat
23 siswa yang memperoleh hasil ada penyimpangan, 71 siswa yang mendapat hasil
sedikit penyimpangan dan 111 siswa memperoleh nilai baik. Untuk lebih jelasnya
Tabel 4.8
Posisi Duduk
valid cumulative
frequency percent percent percent
valid Ada Penyimpangan 23 11.20 11.20 11.20
Sedikit Penyimpangan 71 34.63 34.63 45.83
Baik 111 54.15 54.15 100.00
Total 205 100.00 100.00
39
hasil ada penyimpangan, 34,63% siswa memperoleh nilai sedikit penyimpangan, dan
54,15% siswa memperoleh nilai baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Gambar 4.8
Persentase Hasil Tes Posisi Duduk
Persentase Hasil Tes Posisi Duduk
ada Penyimpangan,
11.22%
Sedikit
Baik, 54.15%
Penyimpangan,
34.63%
ada Penyimpangan
Sedikit Penyimpangan
Baik
Berdasarkan hasil perhitungan pada tes bangkit dan berdiri diketahui bahwa
terdapat 5 siswa yang memperoleh hasil jelek, 102 siswa yang mendapat hasil sedang
dan 98 siswa memperoleh nilai baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.9
Bangkit Dari Duduk
valid cumulative
frequency percent percent percent
valid Jelek 5 2.43 2.43 2.43
Sedang 102 49.75 49.75 52.18
Baik 98 47.80 47.80 100.00
Total 205 100.00 100.00
40
hasil jelek, 49,75% siswa memperoleh nilai sedang, dan 47,80% siswa memperoleh
nilai baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Gambar 4.9
Persentase Hasil Tes Bangkit Dari Duduk
Sedang, 49.75%
Baik, 47.80%
diketahui bahwa terdapat 17 siswa yang memperoleh hasil jelek, 57siswa yang
mendapat hasil sedang dan 131 siswa memperoleh nilai baik. Untuk lebih jelasnya
Tabel 4.10
Membungkuk Mengambil Benda Ringan
valid cumulative
frequency percent percent percent
valid jelek 17 8.29 8.29 8.29
sedang 57 27.80 27.80 36.09
baik 131 63.90 63.90 100.00
total 205 100.00 100.00
41
hasil jelek, 27,80% siswa memperoleh nilai sedang dan 63,90% siswa memperoleh
nilai baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:
Gambar 4.10
Persentase Hasil Tes Membungkuk Dan Mengambil Benda Ringan
Persentase Hasil Tes Membungkuk Mengambil
Benda Ringan
Jelek, 8.29%
Sedang, 27.80%
Jelek
Baik, 63.90% Sedang
Baik
Pengolahan data dalam penelitian berasal dari hasil tes keterbelajaran gerak
dan postur tubuh pada siswa kelas V dan VI Sekolah Dasar se-Kecamatan Sragi
Kabupaten Pekalongan Tahun 2006/2007 yang berjumlah 205 siswa. Dari hasil tes
gerak sangat baik, 45 siswa termasuk ke dalam kategori baik,3 siswa termasuk dalam
kategori sedang dan tidak terdapat siswa yang memiliki keterbelajaran gerak yang
jelek. Untuk lebih jelasnya hasil tes keterbelajaran gerak tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.11
Hasil Tes Keterbelajaran Gerak
160
140
120
Distribusi
100
80 Baik, 45
60
40
Jelek, 0 Sedang, 3
20
0
Jelek Sedang Baik sangat Baik
Kategori
Jika dihitung dalam bentuk persentase maka diketahui bahwa terdapat 1,46%
atau 3 siswa termasuk ke dalam kategori sedang, kemudian 21,95% atau 45 siswa
termasuk ke dalam kategori baik dan sisanya 76,59% atau 157 siswa termasuk ke
dalam kategori sangat baik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 4.11
Keterbelajaran Gerak
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
valid Jelek 0 0 0 0
Sedang 3 1.46 1.46 1.46
Baik 45 21.95 21.95 23.41
Sangat Baik 157 76.59 76.59 100.00
Total 205 100.00 100.00
1. Tes Pertama
Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes pertama
diketahui bahwa terdapat 0 siswa yang gagal dua kali melakukan tes pada dua kali
kesempatan yang diberikan, 12 siswa gagal satu kali melakukan tes pada dua kali
43
kesempatan yang diberikan dan 193 siswa bisa melakukan tes dengan baik. Untuk
Tabel 4.12
Tes 1
valid cumulative
Frequency Percent percent percent
valid gagal satu kali 0 0 0 0
gagal dua kali 12 5.85 5.85 2.14
bisa 193 94.14 94.14 100.00
total 205 100.00 100.00
2. Tes Kedua
Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes kedua
diketahui bahwa terdapat 6 siswa yang gagal dua kali melakukan tes pada dua kali
kesempatan yang diberikan, 21 siswa gagal satu kali melakukan tes pada dua kali
kesempatan yang diberikan dan 178 siswa bisa melakukan tes dengan baik. Untuk
Tabel 4.13
Tes 2
valid cumulative
Frequency percent percent percent
valid gagal satu kali 6 2.92 12.92 12.92
gagal dua kali 21 10.24 10.24 23.16
bisa 78 86.82 86.82 100.00
total 205 100.00 100.00
3. Tes Ketiga
Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes ketiga
diketahui bahwa terdapat 7 siswa yang gagal dua kali melakukan tes pada dua kali
kesempatan yang diberikan, 25 siswa gagal satu kali melakukan tes pada dua kali
kesempatan yang diberikan dan 173 siswa bisa melakukan tes dengan baik. Untuk
Tabel 4.14
Tes 3
valid cumulative
Frequency percent percent percent
valid gagal satu kali 7 3,41 3.41 3.41
gagal dua kali 25 12.19 12.19 15.60
Bisa 173 84.39 84.39 100.00
Total 205 100.00 100.00
4.Tes Keempat
Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes keempat
diketahui bahwa terdapat 25 siswa yang gagal dua kali melakukan tes pada dua kali
kesempatan yang diberikan, 87 siswa gagal satu kali melakukan tes pada dua kali
kesempatan yang diberikan dan 93 siswa bisa melakukan tes dengan baik. Untuk
Tabel 4.15
Tes 4
valid cumulative
Frequency Percent percent percent
valid gagal satu kali 25 12.19 12.19 12.19
gagal dua kali 87 42.43 42.43 54.62
bisa 93 45.36 45.36 100.00
total 205 100.00 100.00
5. Tes Kelima
Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes kelima
diketahui bahwa terdapat 34 siswa yang gagal dua kali melakukan tes pada dua kali
kesempatan yang diberikan, 78 siswa gagal satu kali melakukan tes pada dua kali
kesempatan yang diberikan dan 93 siswa bisa melakukan tes dengan baik. Untuk
Tabel 4.16
Tes 5
valid cumulative
Frequency percent percent percent
valid Gagal satu kali 34 16.58 16.58 16.58
Gagal dua kali 78 38.04 38.04 54.62
Bias 93 45.36 45.36 100.00
Total 205 100.00 100.00
6. Tes Keenam
Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes keenam
diketahui bahwa terdapat 3 siswa yang gagal dua kali melakukan tes pada dua kali
kesempatan yang diberikan, 16 siswa gagal satu kali melakukan tes pada dua kali
kesempatan yang diberikan dan 186 siswa bisa melakukan tes dengan baik. Untuk
Tabel 4.17
Tes 6
valid cumulative
Frequency Percent percent percent
valid gagal satu kali 3 1.46 1.46 1.46
gagal dua kali 16 7.80 7.80 9.26
bisa 186 90.73 90.73 100.00
total 205 100.00 100.00
7.Tes Ketujuh
Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes ketujuh
diketahui bahwa terdapat 11 siswa yang gagal dua kali melakukan tes pada dua kali
kesempatan yang diberikan, 24 siswa gagal satu kali melakukan tes pada dua kali
kesempatan yang diberikan dan 170 siswa bisa melakukan tes dengan baik. Untuk
Tabel 4.18
Tes 7
valid cumulative
Frequency percent percent percent
valid gagal satu kali 11 5.36 5.36 5.36
gagal dua kali 24 11.70 11.70 17.06
bisa 170 82.92 82.92 100.00
total 205 100.00 100.00
8. Tes Kedelapan
Berdasarkan hasil perhitungan tes keterbelajaran gerak pada item tes kedelapan
diketahui bahwa terdapat 9 siswa yang gagal dua kali melakukan tes pada dua kali
kesempatan yang diberikan, 21 siswa gagal satu kali melakukan tes pada dua kali
kesempatan yang diberikan dan 175 siswa bisa melakukan tes dengan baik. Untuk
Tabel 4.19
Tes 8
valid cumulative
frequency percent percent percent
valid gagal satu kali 9 4.39 4.39 4.39
gagal dua kali 21 10.24 10.24 14.63
bisa 175 85.36 85.36 100.00
total 205 100.00 100.00
9. Tes Kesembilan
kesembilan diketahui bahwa terdapat 30 siswa yang gagal dua kali melakukan tes
pada dua kali kesempatan yang diberikan, 48 siswa gagal satu kali melakukan tes
pada dua kali kesempatan yang diberikan dan 127 siswa bisa melakukan tes dengan
baik. Untuk lebih jelasnya hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
47
Tabel 4.20
Tes 9
valid cumulative
frequency percent percent percent
valid gagal satu kali 30 14.63 14.63 14.63
gagal dua kali 48 23.41 23.41 38.04
bisa 127 61.95 61.95 100.00
total 205 100.00 100.00
ksesepuluh diketahui bahwa terdapat 55 siswa yang gagal dua kali melakukan tes
pada dua kali kesempatan yang diberikan, 69 siswa gagal satu kali melakukan tes
pada dua kali kesempatan yang diberikan dan 81 siswa bisa melakukan tes dengan
baik. Untuk lebih jelasnya hasil tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.21
Tes 10
valid cumulative
Frequency Percent percent percent
valid gagal satu kali 55 28.82 28.82 28.82
gagal dua kali 69 33.65 33.65 62.47
bisa 81 36.51 36.51 100.00
total 205 100.00 100.00
tahun 2006/2007.
product moment. Dari tabulasi data hasil penelitian diperoleh nilai rhitung seperti
N ∑ ( XY ) − ∑ ( X )∑ (Y )
rxy =
{N ∑ X 2
}{
− (∑ X ) 2 N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 }
205(79959) − (4841)(3337)
=
}
205(115773) − (4841) 2 {205(55489) − (3337) 2 }
16391595 − 16154417
=
(23733465 − 23435281)(11375245 − 11135569)
237178
=
(298184)(239676)
237178
=
267334,15
= 0,887
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diketahui nilai rhitung 0,887 dengan taraf
signifikansi 5%, N sebesar 205 maka diperoleh rtabel sebesar 0,138. Karena rhitung >
rtabel (0.887 > 0.138) maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara postur
tubuh dan keterbelajaran gerak pada siswa kelas V dan VI Sekolah Dasar Negeri di
4.2 Pembahasan
Pekalongan sebagian besar siswa memiliki postur tubuh yang baik (78.05%) dan
sisanya 21.95% memiliki postur tubuh sedang serta tidak ada siswa yang memiliki
postur tubuh yang termasuk dalam kategori jelek. Hal ini berhubungan dengan hasil
keterbelajaran gerak yang dikuasai siswa yang rata-rata termasuk dalam kategori
49
Keterbelajaran gerak siswa dipengaruhi oleh bentuk tubuhnya, baik dilihat dari besar
kecilnya tubuh, maupun dari tinggi rendahnya orang tersebut, sehingga siswa yang
memiliki postur tubuh yang ideal (baik) akan memiliki keterbelajaran gerak yang
baik dibandingkan dengan orang yang memiliki postur tubuh yang sedang atau tidak
ideal. Beberapa macam gerakan yang mulai bisa dilakukan apabila anak memperoleh
gerak mereka yang dilakukan setiap hari. Perkembangan postur tubuh anak-anak juga
akan sangat dipengaruhi oleh aktifitas yang dilakukannya setiap hari secara terus
aktifitas fisik akan mengalami hambatan dalam perkembangan fisiknya. Siswa yang
memiliki postur tubuh yang bagus menunjukkan adanya aktivitas fisik dengan
intensitas yang cukup bagus. Selain aktivitas fisik postur tubuh seseorang juga
dipengaruhi oleh faktor keturunan. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan
pengaruh terhadap ukuran tubuh. Sedangkan siswa yang memiliki postur tubuh
sedang menunjukkan aktivitas fisik yang biasa. Dimana dinyatakan bahwa besarnya
dengan teratur dan intensitasnya cukup (tidak terlalu ringan dan tidak terlalu berat).
Oleh sebab itu postur tubuh siswa akan menunjukkan kemampuan keterbelajaran
gerak siswa. Keterbelajaran gerak siswa dipengaruhi oleh bentuk tubuhnya, baik
dilihat dari besar kecilnya tubuh, maupun dari tinggi rendahnya orang tersebut,
sehingga siswa yang memiliki postur tubuh yang ideal (baik) akan memiliki
keterbelajaran gerak yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang memiliki
postur tubuh yang sedang atau tidak ideal. Hasil penelitian tersebut diketahui bahwa
postur tubuh anak-anak. Beberapa macam gerakan yang mulai bisa dilakukan apabila
intensitas gerak mereka yang dilakukan setiap hari. Perkembangan postur tubuh
anak-anak juga akan sangat dipengaruhi oleh aktifitas yang dilakukannya setiap hari
secara terus menerus atau dilakukan berulangkali. Anak-anak yang kurang dalam
Hasil ini didukung dengan teori yang mengatakan bahwa gerakan-gerakan akan
dikuasai dengan baik karena dipengaruhi oleh kesempatan yang diperoleh untuk
119). Konsep dasar pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah mampu memberikan
usia dimana siswa sangat membutuhkan berbagai nuansa gerakan yang sangat
merupakan media yang sangat baik untuk menyalurkan dan mempersiapkan segala
kepada anak bergerak sesuai minatnya, dan dapat memberikan pengalaman yang
lebih bermakna kepada anak. Program pendidikan jasmani di sekolah diarahkan pada
beberapa cabang olahraga tertentu. Karena pembatasan aktivitas gerak anak akan
akan kurang memiliki kekayaan dan keluwesan gerak yang kompleks lebih lanjut.
gerak fisik yang diperoleh melalui pendidikan jasmani bukan saja berguna untuk
menguasai cabang olahraga tertentu atau menjadi atlet berprestasi, tetapi berguna
kategori gerakan yang ketika melakukannya diperlukan koordinasi dan kontrol tubuh
secara keseluruhan atau sebagian. Koordinasi dan kontrol tubuh yang baik akan
kemampuan gerak yang tinggi akan lebih mudah melakukan tugas geraknya, baik
secara kualitas maupun kuantitas, serta mampu bertahan lebih lama dalam aktivitas
yang intensif dan efektif jika dibandingkan dengan seseorang yang tingkat
yang benar, kecepatan gerakan sesuai tujuan yang akan dicapai, serta penggunaan
tenaga yang minimal dengan pencapaian hasil yang maksimal. Dari uraian diatas
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara postur
tubuh dan keterbelajaran gerak pada siswa kelas V dan VI di Sekolah Dasar Negeri
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka beberapa saran yang dapat peneliti berikan
antara lain :
1. Upaya yang dapat dilakukan oleh sekolah yang bersangkutan sebagai lembaga
dan salah satunya adalah aktivitas yang berhubungan dengan fisik sehingga dapat
2. Hendaknya orang tua dan guru Pendidikan Jasmani lebih memberikan dukungan
kepada siswa yang memiliki perkembangan fisik. Hal ini dapat dilakukan dengan
bermain atau berolahraga bersama. Kondisi ini juga dapat ditingkatkan dengan
lebih menekankan kepada siswa tersebut untuk lebih banyak melakukan aktifitas
53
54
3. Untuk peneliti selanjutnya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
acuan terutama penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara postur tubuh
Abdul Kadir Ateng, 1992. Asas dan Landasan Pendidikan Jasmani, jakarta:
DEPDIKBUD
Johnson, barry L and jack K. Nelson, 1970. Practical Measurment For Evaluation
In Physical Education. Burgress Publishing company
Rusli Lutan, 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metode.
DEPDIKBUD
Sugiyanto dan Sudjarwo, 1991. Perkembangan dan Belajar Gerak Modul 1-6.
Jakarta: DEPDIKBUD
55
56