Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

Tugas Mata Kuliah Masa’ilul


Fiqhiyah

DISUSUN OLEH :
Kelompok V

1. M . HASRUL PADLY
2. LINDA WATI

Jurusan : SI PAI
Semester :V

Dosen Pengampu : Baharuddin, S.Ag

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


AULIAURRASYIDIN
TEMBILAHAN
TA. 2009/2010
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Poligami merupakan salah satu isu yang disorot tajam
kalangan feminis, terutama Bagi feminis Islam. Poligami adalah
syariat Islam yang merupakan sunnah rasullullah SAW. Tentunya
dengan syarat sang suami memiliki kemampuan untuk adil diantara
para istri. Berlaku adil dalam bermuamalah dengan istri-istrinya
yaitu dengan mendirikan Kepada masing-masing istri hak-haknya
suami biasanya punya alasan sendiri sehingga, Mereka ingin
berpoligami yang akan kami bahas pada buku selanjutnya.
Kemudian pada makalah ini kami juga membahas tentang
perkawinan antar agama Dalam Islam perkawinan dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan seksual (saling berkasih sayang) antar
suami istri . hal ini tertera pada Q.S AR-RUM ayat 21 yang artinya : “
dan perkawinan yang baik adalah perkawinan yang dilakukan oleh
suami Dan istri yang sakidah, spakhlak dan satu tujuan disamping
cinta dan ketulusan hati” Tujuan perkawinan yaitu mewujudkan
kehidupan rumah tangga yang sakinah mawadah Warahmah. Jika
agamanya berbeda, maka akan timbul berbaga i permasalahan
misalnya Dalam melaksanakan ibadah pendidikan anak,mengatur
makanan dan lain-lain .
Islam dengan tegas melarang wanita Islam menikah dengan
pria non muslim Baik musrik maupun ahlul kitab begitu juga halnya
seorang pria Islam menikahi wanita Musyrik . kedua bentuk
perkawinan ini mutlak diharamkan.

B. Tujuan Penulisan

2
Penulisan makalah ini tidak lain adalah untuk menambah
wawasan dan memenuhi Tugas oleh dosen pengampu yang
berbantuk makalah. selain itu makalah ini juga dapat membimbing
kita untuk lebih mandiri dan menunjang nilai dalam mata kuliah
yang bersangkutan

C. Rumusan masalah
Dari penulisan makalah ini dapat dirumus masalah yang
terdapat didalamnya yaitu :
1. Bagaimana pandangan Islam terhadap poligami dan perkawinan
antar agama ?
2. Apa faktor yang mendorong suami berpoligami?

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Poligami
Istilah poligami berasal dari bahasa inggris poligami dan

disebut ‫ت‬
ِ ‫جا‬ ّ ‫دال‬
َ ‫ذو‬ ّ ‫ت َعَد‬ Dalam hukum Islam yang berarti lebih dari
seorang wanita. Islam Memandang poligami lebih banyak
membawa resiko/mendarat dari pada manfaatnya. 1Karena manusia
itu menurut fitrahnya mempunyai watak cemburu, iri hati, suka
mendalam kehidupan keluarga poligamis, dengan demikian
poligami itu bisa menjadi Sumber konflik dalam keluarga. oleh
karena hukum asal dalam perkawinan menurut Islam adalah
monogami agar mudah menetralisasi sifat/watak cemburu .

a. Poligami dalam pandangan Islam


Pandangan agama Islam terhadap poligami yaitu pinyu
darurat yang hanya sewaktu-waktu bisa dilakukan adapun
hikmah diizinkan berpoligami dalam keadaan darurat dengan
syarat berkaku adil antaralain yaitu:
1. Untuk mendapatkan keturunan bagi suami yang subur dan
istri mandul
2. Untuk menjaga kebutuhan keluarga tanpa menceraikan istri
sekalipun istri tidak Dapat menjalankan tugas kewajibannya
sebagai istri
3. Untuk menyelamatkan suami yang hipersex dari perbuatan
zina
4. untuk menyelamatkan kaum wanita dari akhlak buruk
karna wanita jauh lebih Banyak dari kaum pria.

1
Prof. Drs. H. Masjfuk Suhdi, Masail Fiqhiyah, 1989, CV. Haji Masagung Jakarta hal 12

4
Sesungguhnya sistem poligami yang diatur dalam Islam
adalah sistem yang bermoral dan manusiawi. Karna Islam sangat
mengharamkan hubungan laki-laki dengan Wanita diluar
pernikahan dan sesungguhnya tidak boleh baginya untuk
berhubungan dengan lebih dari tiga wanita atau empat selain
istrinya .ad beberapa alasan seorang suami mempertimbangkan
langkah untuk berpoligami yaitu :
1. Ada manusia yang kuat keinginannya untuk punya keturunan
tetapi istri mandul Apakah tidak lebih mulia bagi seorang
iatrin dan lebih utama bagi suami untuk Menikah lagi dengan
tetap memelihara istri pertma dan memenuhi hak-haknya.
2. Ada juga diantara kaum lelaki yang kuat keinginanya dan kuat
syahwatnya dan Memiliki istri yang dingin
3. Selain itu jumlah wanita lebih banyak dari pria 2

b. Hukum poligami
Sepakat ulama madzhab menetapkan bahwa laki-laki yang
sanggup berlaku adil dalam kehidupan rumah tangga , diper
bolehkan melakukan poligami sampai 4 istri berdasarkan pada
sebuah ayat yang berbunyi :

Artinya : Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil
terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu
mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak
akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau

2
IBId, hal 14

5
budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat kepada tidak berbuat aniaya.

Dan beberapa hasdits yang menjadi dasar pendapat tersebut


diatas antara lain :

‫م‬ َ ّ ‫س سل‬ َ َ‫ص سَلى اللسسه ع َل َي ْسهِ و‬ َ ِ‫ول الله‬ ْ ‫س‬


ُ ‫ن َر‬ ّ ِ ‫فَإ‬
َ َ ‫حيسن أ‬
‫ه‬
ُ ‫تس‬َ ‫ح‬
ْ َ ‫ت‬َ َ ْ َ ْ ِ ‫ة‬
‫و‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫سس‬ َ ‫م‬َ َ ‫سسل‬َ ‫ن‬ِ ِ َ ‫ل ل ِغَي ْل‬
ْ‫ن ب‬ َ َ ‫قا‬
َ ْ ‫ ا َمس‬.‫شر ن ِسوة‬
ّ َ‫ك أْرب ًَعا َوفا َِرق ئ َِره‬
‫ن‬ ِ ْ ٍ َ ْ ُ ْ َ‫ع‬
(‫) رواه النسائ‬
Artinya :
Bahwasanya Rasulullah SAW berkada kepada Ghailaan bin
Salamah ketiak ia masuk Islam, yang padanya ada 10 Istri,
milikilah 4 istirimu dan ceraikanlah yang lainnya. HR. An Nasai

‫حت ِسسى‬
ْ َ ‫ت وَت‬
ُ ‫م‬
ْ ‫سسسل‬
ْ ‫أ‬:‫ة‬ َ ‫مَعاوِي َس‬ُ ‫ن‬ِ ‫ل ب ْس‬ُ َ‫ل ن َوْف‬
َ ‫َقا‬
‫ي صلى الله عليه‬ ّ ِ ‫ل الن ّب‬ َ ‫ فََقا‬.‫ة‬ٍِ َ‫سو‬
ْ ِ‫س ن‬ُ ‫م‬ ْ ‫خ‬
َ
.‫ن‬
ّ ُ‫من ْه‬ِ ً ‫حد َة‬ ِ ‫ فارقْ َوا‬: ‫وسّلم‬
Artinya :
Berkata Naofal bin Muawilyah, ketika saya masuk Islam dengan
meliki 5 orang istri, nabi berkata ceraikanlah seorang dari istri-
istrimu itu.

Kalau poligami yang sampai memiliki 4 orang istri disepakati


oleh ulama mudzahab, Maka poligami yang lebih dari pada iu
menjadi perbedaan pendapat dikalangan ulama hukum Islam
antaralain
1. Ada satu golongan ulama hukum Islam yang mengatakan bahwa
boleh laki-laki Muslim memilik istri sampai 9 orang dengan
mengemukakan dua alasan
a) Mengikuti sunnah nabi, dimana beliau memiliki 9 orang istri

6
b) Hurup ‫وَا َُو‬ pada ayat tiga dari surat an-nisa’ dipahaminya

dengan ‫جمِع‬
َ ‫َواو لل‬ (penjumlahan) maka rumusnya 2+3+4=9

2. Sebagian penganut madzhab Ash-Zahahiry mengatakan


bahwa boleh laki-laki muslim Beristri sampai 18 orang dengan
alasan tersebut dikemukakan oleh imam Al-Qurthuby dalam
tafsirnya yang berbunyi :
َ
‫ة‬ َ ِ ‫ فََقسسال ُوْ اب ِإ‬.‫ظاه ِرِ أْيضًا‬
ِ ‫جس‬ ّ ‫لل‬ ِ ْ ‫ض أه‬ُ ْ‫ب ب َع‬ َ َ‫وَذ َه‬
‫ك‬َ ‫ن لَعدد ِفى ت ِْلسس‬ ّ ِ ‫ فَإ‬,‫ة‬
َ ‫شَر‬ْ َ‫ن ع‬ِ ‫ما‬َ َ‫ن ث‬
َ ْ ‫مِع ب َي‬ْ ‫ج‬
َ ‫ال‬
َ ‫جعَس‬
‫ل‬ َ َ‫ ف‬,‫مسسع‬ ْ ‫ج‬َ ‫واوَ ال‬َ ‫في ْسد ُ لّتكسسراَر وْالس‬ ِ ُ ‫صسسيِغ ي‬
ّ ‫ال‬
َ‫ث وَُربا َع‬ َ ‫ن وَك َذ َ ل‬
َ َ ‫ك ث َل‬ ِ ْ ‫ن ا ِث ْن َي‬
ِ ْ ‫ى ا ِث ْن َي‬
َ ‫مْعن‬ َ ِ ‫مث َْنى ب‬
َ
Artinya : Juga pendapat sebagian penganut Mazhab Ash
Shaahiri yang mengatakan ( bahwa) boleh beristri sampai 18
orang, karena berpegang (pada alasan) bahwa kata bilangan
pada kalimat tersebut, mengandung pengertian untuk
penjumlahan, maka (penganut mazhab ini) menjadikan (kata
bilangan) dua menjadi pengertian dua-dua, demikian juga (kata
bilangan) tiga dan empat

Jadi pendapat tersebut, diatas dapat dirumuskan sebagai


(2 + 2) + (3 + 3 ) + (4 + 4 ) = 18, dan jelas pula bahwa
pendapat ini, tidak menerima hadits yang membatasi hanya 4
orang istri, oleh karena itu, penulis tidak sependapat dengan hal
ini, tetapi Mengambil pendapat Imam mAzhab diatas.

7
B. Perkawinan antar Agama
a. Pengertian
Perkawinan antar agama dapat diartikan sebagai perkawinan
dua insan yang berbeda agama , kepercayaan atau paham.3 Yang
dimaksud dengan perkawinan adalah ikatan ikatan lahir dan batin
antara seorang pria dan wanita sebagai upaya menyalurkan Nafsu
sex dalam bentuk umah tangga yang sakinah, mawaddah,
warahmah, guna melanjutkan keturunanya dan dipandang bagi
yang melaksanakannya. Sedangkan perkawinan antar agama
adalah perkawinan yang dilakukan oleh pria atau wanita muslim
dengan pria atau wanita non muslim.
b. Hukum perkawinan antar agama dalam Islam
Mengenai hukum perkawinan beda agama ini disatu sisi
melarang dan mengharamkannya. Kecuali Islam membolehkan
penganutnyalaki-laki mengawini perempuan ahlul kitab . kebolehan
ini bertujuan untuk mendidik istri menganut agama Islam. Karena
tabiatnya sebagai pemimpin rumah tangga pendapat ini
berdasarkan ayat
Al-Qur’an yang berbunyi

Artinya

3
Drs. H. Mahjuddin, M.Pd, I Masailul Fiqh, 2007, Kalam Mulia Jakarta, Hal : 39

8
Pada hari ini dihalalkan bagimu yang baik-baik. Makanan
(sembelihan) orang-orang yang diberi Al Kitab itu halal bagimu,
dan makanan kamu halal pula bagi mereka. (Dan dihalalkan
mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara
wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga
kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al Kitab sebelum
kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan
maksud menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak
(pula) menjadikannya gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir
sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam) maka
hapuslah amalannya dan ia di hari akhirat termasuk orang-orang
merugi. (QS. Al Maidah Ayat 5 )

Agama Islam tidak membolehkan penganutnya yang laki-laki


kawin dengan perempuan musyrik sebagaimana diharamkannya
makan sembelihannya , begitu juga mengawini perempuan ateis
kecuali ia masuk Islam baru dihalalkan oleh agama. Hal ini
berdasarkan ayat yang berbunyi:

Artinya
Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum
mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mu'min lebih
baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan
janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-
wanita mu'min) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak
yang mu'min lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik
hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke
surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-
ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran.

9
Dalam ayat ini terdapat agar orang muslim selalu berhati-hati
terhadap jebakan orang-orang musyrik dan ateis untik menggiring
meninggalkan agama Islam juga tidak membolehkan penganutnya
yang perempuan dikawini oleh laki-laki ahlul kitab berdasarkan ayat
yang berbunyi :

Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu
perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji
(keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang keimanan
mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-
benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada
(suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka tiada halal bagi
orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu tiada halal pula bagi
mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang
telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka
apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah
kamu tetap berpegang pada tali (perkawinan) dengan perempuan-
perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta mahar yang telah
kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah
mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di
antara kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana
( QS. Al Mumtahanah Ayat 10)

10
Agama Islam juga tidak membolehkan penganutnya yang
perempuan diikawini oleh laki-laki musyrik karna dikhawatirkan
akan dipengaruhi oleh suaminya ulama sepakat untuk hal ini

c. Perkawinan antar agama menurut empat mazhab


Hukum perkawinan antara seorang perempuan yang
beragama Islam dengan seseorang laki-laki non muslim apakah
ahlul kitab ataukah musyrik menurut jamhur ulama sepakat
menyatakan hukum perkawinan tersebut haram , tidak sah tapi
apabila perkawinan antara laki-laki muslim dengan wanita dengan
wanita non muslim baik ahlul kitab atau musyrik maka para ulama
berbeda pendapat mengenal siapa wanita ahlul kitab dan musyrik
tersebut
1. Mazhab Hanafi
Iman atau hanifahberpendapat bahwa perkawinan antara pria
muslim dengan wanita musyrik hukumnya adalah mutlak
haram , tapi boleh mengawini wanita ahlul kitab sedangkan
perkawinan dengan wanita ahlul kitab zimmi hukumnya makruh
tanjih karna wanita ahlul kitab zimmi ini menghalalkan minuman
arak dan daging babi.
2. Mazhab Maliki
Mazhab maliki tentang hukum perkawinan antar agama ini
mempunyai dua pendapat ,satu yaitu makruh hukumnya nikah
dengan wanita kitabiyah baik dzimiyah maupun harbiyah ,namun
jika dikhawatirkan bahwa siistri yang kitabiyah ini akan
mempengaruhi anak-anaknya dan meninggalkan agama
ayahnya maka hukumnya haram.
3. Mazhab Syafi’i
Mazhab Syafi’I juga berpendapat bahwa boleh menikahi wanita
ahlul kitab yaitu wanita-wanita yahudi dan nasrani , alasannya
karena nabi musa as dan nabi is as hanya diutus untuk bangsa

11
Israel dan bukan bangsa lainnya, yang kedua lafal min qobikum
(umat sebelum kamu) pada Qs.AL-Maidah ayat 5 Menurut
mazhab ini yahudi dan nasrani adalah wanita yang menganut
agama sejak semasa nabi muhammad belumdiutus menjadi
rasul yaitu semenjak Al-Qur’an Belum diturunkan
4. Mazhab Hambali
Menurut hamzah hambali haram menikahi wanita-wanita
musyrik dan boleh menikahi wanita yahudi dan nasrani . tapi
beliau menyatakan bahwa wanita-wanita yang menganut yahudi
dan nasrani sejak saat nabi muhammad belum diutus menjadi
rasul .

BAB III
PENUTUP

12
A. KESIMPULAN
Tidak ad satupun yang melarang adanya poligami karna
hikmah poligami diatas cukup manusia ,namun manusia tidak
bisaterlepas dari watak cemburu, iri hati, dan lain-lain yang
dimilikinya , poligami adalah syariat Islam yang merupakan sunnah
rasullullah SAW tentunya dengan syarat adil diantara para istri.
Perkawinan antar agama antara muslim dan muslimah
dengan non muslim musyrik pada hakkikatnya diharamkan menurut
ajaran Islam. namun berbeda pendapat tentang muslimah ahli kitab
menurut jamhur ulama baik hanafi, maliki,syafi’I maupun hambali ,
seorang muslim diperbolehkan kawin dengan wanita ahli kitab,
yang berbeda dalam lingkungan negara Islam , sedang pada
golongan syi’ah Imamiyah dan syi’ah Zaidiyah berpendapat pria
muslim tidak boleh kawin dengan wanita ahli kitab.

B. Kritik dan saran


Demikia makalah yang kami sajikan semoga bermanfaat bagi
yang membacanya . oleh karena itu untuk kesempurnaan makalah
ini, kami selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang
sifat nya memangun dan memperbaiki jika ada salah dan khilaf
didalamnya. sebelum kami mengakhiri, kami selaku penulis
mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasinya dalam
menanggapi pembahasan kami.

13
DAFTAR ISI

Kata pengantar.................................................................................... i

Daftar isi .......................................................................................... ii


BAB I. PENDAHULUAN
a. Latar belakang................................................................ 1
b. Tujuan penulisan ............................................................ 1
c. Rumusan masalah........................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN


A. Poligami.............................................................................. 3
a. Poligami dalam pandangan Islam................................... 3
b. Hukum poligami.............................................................. 4
B. Perkawinan atar agama...................................................... 7
a. Pengertian....................................................................... 7
b. Hukum perkawinan dalam Islam .................................... 7
c. Perkawinan antar agama menurut empat mathab.......... 10

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan......................................................................... 12
..........................................................................................
B. Kritik dan saran................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
14
DAFTAR PUSTAKA

Ali Hasan M. Masail Fiqhiyah, Al Haditsah PT. Raja Grafindo Persada,


Jakarta : 2000

H.Mahjuddin, M.Pd.I, Masaiu Fiqhiyah, Kalam Mulia, Jakarta : 2007

Zuhdi, H, Masjfuk, Masail Fiqhiyah, Kapita Selekta Hukum Islam, CV.


Haji Masagung, Jakarata : 1989.

15
KATA PENGANTAR

Puji syulkur saya panjatkan kehadirat Allah yang Maha


Pengasih lagi Maha Penyayang atas berkat, rahmat, dan taufik
Hidayah-Nya sehingga diberikan kemampuan untuk menyelesaikan
makalah ini yang berjudul
Masa’ilul Fiqhiyah”.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak


terdapat kesalahan oleh karena itu penulis memohon kritik dan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak terutama dosen
pengampu.

Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita


semua (Amin) dan penulis mohon maaf jika terdapat kesalahan di
dalam penulisan ini.

Tembilahan

Penulis

16

Anda mungkin juga menyukai