Anda di halaman 1dari 74

PENGGUNAAN MEDIA KARIKATUR UNTUK MENINGKATKAN

KETERAMPILAN MENULIS NARASI PADA SISWA KELAS VIII A


SMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2007/2008

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa meliputi empat

aspek dasar, yaitu berbicara, menyimak, membaca, dan menulis. Keempat

keterampilan ini harus ada di dalam diri setiap siswa, karena merupakan kesatuan

yang saling melengkapi. Kemampuan berbahasa yang baik sangat berperan

penting dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini sejalan dengan fungsi bahasa

sebagai alat komunikasi. Kemampuan berbahasa yang baik dapat menentukan

keberhasilan komunikasi dalam kehidupan masyarakat yang serba modern dan

seperti sekarang ini.

Keterampilan menulis mempunyai peran yang sangat penting dalam

kehidupan, ia dapat menunjang kesuksesan hidup seseorang, dengan

keterampilan menulis, seseorang dapat melibatkan diri dalam persaingan global

yang saat ini terjadi. Pada era globalisasi yang serba canggih ini, semua

informasi disajikan secara instan dengan media yang beragam, termasuk media
cetak. Melalui karya tulis seseorang dapat mengaktualisasikan diri dan ikut

menjadi bagian kemajuan zaman.

Tanpa meremehkan ketiga keterampilan berbahasa yang lain, menulis

merupakan keterampilan berbahasa yang paling penting dan sulit dikuasai.

Namun demikian, pembelajaran menulis di sekolah ternyata belum mempunyai

tempat yang cukup. Pembelajaran menulis hanya mendapatkan porsi waktu yang

kurang dibanding dengan pembelajaran kebahasaan yang lain seperti berbicara,

membaca dan menyimak.

Selain itu, guru hanya berorientasi untuk melihat hasil tulisan siswa tanpa

membelajarkan proses menulis pada siswa. Akhirnya, tujuan pembelajaran

menulis hanya mengarah pada pencapaian kemampuan menulis siswa, dengan

kata lain siswa hanya dituntut untuk cerdas serta intelektual saja. Hal inilah yang

menjadikan menulis sebagai suatu beban (Kusmiatun, 2005: 133).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan

menulis memiliki kedudukan yang sangat penting di dalam dunia pendidikan,

khususnya dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Oleh karenanya,

perlu adanya upaya untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa.

Keterampilan dalam menulis siswa harus dibina dan dikuasai sejak dini sebagai

salah satu keterampilan berbahasa, untuk meningkatkan keterampilan menulis

perlu melalui pelatihan yang kontinyu untuk mengembangkan suatu tulisan

dengan baik. oleh karena itu, seseorang harus menguasai kemampuan dasar

dalam menulis, yaitu yang berkaitan dengan masalah pilihan kata, efektivitas

kalimat, dan penalaran (Akhadiah, dkk, 1996: 71).


Kegiatan menulis memang tidaklah mudah. Akhadiah (1996: 1)

mengemukakan bahwa banyak orang yang menganggap kegiatan menulis

sebagai beban berat. Anggapan tersebut timbul karena kegiatan menulis meminta

banyak tenaga, waktu, serta perhatian yang sungguh-sungguh. Upaya membina

kemampuan menggunakan bahasa siswa sudah dirintis sejak dulu, dengan

menerapkan kurikulum yang menitikberatkan pada penggunaan bahasa sebagai

alat komunikasi. Dalam semua kurikulum yang pernah diterapkan tersebut, pada

hakikatnya kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa dan sastra

secara baik dan benar, baik secara lisan maupun tulisan.

Keterampilan menulis yang dimiliki seseorang, diperoleh dengan latihan

yang intensif. Kemampuan menulis bukanlah keterampilan yang diwariskan

secara turun temurun, tetapi merupakan hasil proses belajar dan ketekunan

berlatih. Untuk memiliki keterampilan menulis tidak cukup dengan mempelajari

pengetahuan tentang teori menulis, ataupun hanya melafalkan definisi yang

terdapat dalam bidang menulis, tetapi diperlukan proses berlatih secara terus

menerus dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, pembinaan terhadap kemampuan dan keterampilan

berbahasa di sekolah hendaknya dilakukan secara terprogram dan berorientasi

pada pengembangan dan peningkatan kompetensi siswa. Mengingat semua jenis

dan jenjang pendidikan menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa

pengantar (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional) maka, penguasaan keterampilan bahasa Indonesia menjadi kunci

keberhasilan pendidikan di Indonesia.

Bagian dari faktor penyebab ketidakberhasilan sekolah dalam

menjalankan misi sebagai agen pembaharu, pada pemahaman sikap hidup untuk

menjadikan menulis sebagai suatu budaya atau tradisi baik bagi siswa maupun

guru, yakni kesulitan siswa dalam melakukan aktivitas menulis di sekolah

maupun kekurangtepatan guru dalam memilih strategi dan memanfaatkan media

dalam pembelajaran menulis. Bahkan sangat mungkin pelajaran menulis menjadi

hal yang ditakuti dan dianggap membosankan bagi siswa. Berbagai hal yang

muncul tersebut terkait tentang kesulitan yang dihadapi dalam pelajaran menulis,

maka perlu diterapkan penggunaan suatu media pembelajaran yang efektif

sehingga dapat menunjang kegiatan pembelajaran.

Media pembelajaran yang bermacam-macam mengharuskan guru untuk

selektif dalam memilih media pembelajaran yang hendak digunakan. Media

pembelajaran yang efektif untuk pengajaran suatu materi tertentu belum tentu

efektif juga untuk mengajarkan materi yang lainnya. Dengan demikian setiap

materi ternyata memiliki karakteristik tersendiri yang ikut menentukan media apa

yang dapat dipergunakan untuk menyampaikan materi tersebut. Begitu juga

dalam pembelajaran menulis, guru harus mampu memilih dan menggunakan

media yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan sehingga dapat

mencapai tujuan pembelajaran.

Memerhatikan uraian di atas, seorang guru dituntut untuk mempunyai

kecerdasan dan ketepatan dalam memilih strategi dan memanfaatkan media


dalam pembelajaran menulis. Alasan karikatur dijadikan media pembelajaran

karena gambar karikatur berfungsi untuk menyampaikan pesan kepada

pembacanya secara tepat dan ringkas dalam menyikapi suatu kejadian-kejadian

tertentu (Sadiman, dkk., 1996:49).

Salah satu media pembelajaran yang dapat diterapkan untuk

meningkatkan kualitas dan memudahkan siswa dalam menulis narasi adalah

melalui media karikatur di media massa. Langkah ini akan memberikan deskripsi

kepada siswa untuk menulis serta meningkatkan keterampilan siswa dalam hal

kelancaran berkomunikasi baik dalam hal mencurahkan ide, penalaran atau

gagasan informasi. Dengan pertimbangan tersebut, maka penulis mengangkat

judul “Penggunaan Media Karikatur untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis

Narasi pada Siswa Kelas VIII A SMP Muhammadiyah 10 Surakarta”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimanakah proses peningkatan menulis narasi dengan menggunakan

media karikatur pada siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 10 Surakarta?

2. Bagaimanakah hasil peningkatan kemampuan siswa dalam menulis narasi

dengan menggunakan media karikatur?

3. Bagaimanakah persepsi dan kesan siswa terhadap pembelajaran menulis

narasi dengan menggunakan media karikatur?


C. Penbatasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada penggunaan karikatur dari media massa. Media

massa yang dijadikan referensi pada penelitian ini adalah koran Kompas, edisi

Senin 10 Maret 2008, dan Koran Harian Joglo Semar, edisi Kamis 20 Maret

2008. Dalam penelitian ini juga dibatasi pada pelaksanaan KBM semester genap

(semester II).

D. Tujuan Penelitian

Penelitan ini bertujuan untuk:

1. Mendeskripsikan proses pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan

media karikatur pada siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 10 Surakarta.

2. Mengetahui hasil peningkatan kemampuan siswa dalam menulis narasi

dengan menggunakan media karikatur.

3. Mengetahui sejauhmanakah persepsi dan kesan siswa terhadap pelaksanaan

pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan media karikatur.

E. Manfaat Penulisan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara praktis

maupun teoritis.

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya khazanah ilmu

pengetahuan kebahasaan, terutama dalam keterampilan menulis narasi.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru

1) Sebagai upaya untuk menawarkan inovasi baru cara pembelajaran

menulis narasi.

2) Upaya memotivasi siswa dalam kegiatan menulis.

3) Upaya meningkatkan prestasi belajar, khususnya mata pelajaran

bahasa Indonesia.

b. Bagi siswa, untuk memudahkan siswa dalam berlatih dan belajar

keterampilan menulis narasi dengan memanfaatkan media karikatur di

media massa

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ditentukan agar dapat memperoleh gambaran yang

jelas dan menyeluruh. Adapun sistematika laporan penelitian dinyatakan di

bawah ini:

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan terdiri dari latar belakang masalah,

perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori. Landasan teori memuat

hakikat menulis, hakikat tulisan narasi, hakikat pembelajaran, hakikat

pembelajaran menulis, hakikat media, fungsi media pembelajaran, jenis-jenis

media pembelajaran, penggunaan media karikatur dalam pembelajaran untuk

meningkatkan keterampilan menulis narasi, kerangka berpikir, dan hipotesis

tindakan.
Bab III Metode Penelitian. Metode penelitian berisi tempat dan waktu

penelitian, strategi penelitian, sumber data penelitian, sasaran penelitian, objek

kajian, teknik pengumpulan data, uji analisis data, teknik analisis data, prosedur

penelitian, dan indikator pencapaian.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Hasil penelitian dan

pembahasan meliputi gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi awal Pre-Tes,

proses penelitian (siklus I dan siklus II), hasil peningkatan kemampuan menulis

siswa, persepsi dan kesan siswa, dan indikator keberhasilan.

Bab V penutup yang mencakup simpulan, dan saran. Selain itu,

dinyatakan juga daftar pustaka, dan lampiran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

Penelitian Wijayanti (2007) yang berjudul “Media Cergam Sebagai

Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas III SD Negeri

Blitar Tahun Ajaran 2006/2007”. Hasil penelitian ini berupa penekanan

kelebihan cergam sebagai media pembelajaran. Kelebihan cergam tersebut

berupa peningkatan kemampuan siswa dalam menyusun cerita; peningkatan

kemampuan siswa dalam memadukan kalimat menjadi karangan narasi yang

padu dengan menggunakan kata sambung yang tepat dan peningkatan

kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan dan tanda baca secara benar dalam

karangan narasi.

Penelitian yang juga dipandang relevan dengan penelitian ini adalah

penelitian yang dilakukan oleh Astuti (2007) yang berjudul “ Pemanfaatan

Media Komik dalam Upaya Meningkatkan Pembelajaran Menulis Narasi

(Penelitian Tindakan Kelas Siswa Kelas I SMP Negeri 24 Surakarta Tahun

Ajaran 2006/2007)”. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa

pembelajaran menulis menggunakan media komik terbukti dapat membantu

siswa dalam menulis karangan narasi. Siswa lebih aktif dan memberikan

respon positif terhadap pembelajaran yang berlangsung. Mereka menjadi

termotivasi untuk belajar menulis karangan narasi dengan menggunakan komik

sebagai medianya. Hal ini ditunjukkan hasil kenaikan nilai siswa pada tiap-tiap

siklusnya.
Penelitian Aminudin (2006) yang berjudul “Pembelajaran Menulis

Karangan Narasi dengan Menggunakan Media Teks Wacana Dialog Sebagai

Upaya Meningkatkan Keterampilan Menulis (Penelitian Tindakan Kelas VII

MTs PUI Kancana Kabupaten Majalengka Tahun Ajaran 2005/2006)”. Hasil

penelitian tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis

karangan narasi mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Berdasarkan hasil

penelitian, penggunaan media teks wacana dialog, dapat mengurangi kesalahan

siswa dalam penggunaan diksi, kesalahan ejaan, dan pengembangan isi.

Penggunaan media dalam upaya meningkatkan ketrampilan menulis

narasi, juga pernah diteliti oleh Ristanti (2007) yang berjudul “Peningkatan

Keterampilan Menulis Narasi pada Siswa Kelas VII B SMP Islam Al Hadi

Sukoharjo Tahun Ajaran 2006/2007 Menggunakan Media Cerita Bergambar

(Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan

menggunakan media cerita bergambar (cergam) dapat meningkatkan

keterampilan menulis narasi siswa. Peningkatan siswa ditunjukkan dalam

kenaikan nilai siswa pada setiap siklusnya.

Dari penelitian Wijayanti (2007) yang menggunakan cergam sebagai

media pembelajaran menulis narasi, dan penelitian Astuti (2007) yang

menggunakan komik sebagai media pembelajaran menulis narasi, demikian juga

pada penelitian Aminudin (2006) dengan penggunaan media teks wacana dialog,

dan Ristanti (2007) yang menggunakan media cerita bergambar (cergam), maka

dalam penelitian ini menitikberatkan pada penggunaan media karikatur untuk

meningkatkan keterampilan menulis narasi.


B. Landasan Teori

1. Hakikat Keterampilan Menulis Narasi

a. Hakikat Menulis

Menulis merupakan aktivitas berbahasa yang bersifat ekspresif,

produktif dan kreatif. Oleh karena itu, menulis menyaratkan sesuatu yang

lebih kompleks dari pada pembaca (Mujiyanto, dkk., 2000: 64). Menulis

sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat mengungkapkan gagasan,

buah pikiran dan perasaan kepada pihak atau orang lain.

Dalam dunia pendidikan, menulis merupakan kegiatan yang tidak

dapat dipisahkan dari proses belajar-mengajar. Eman (2005) menyatakan

bahwa menulis adalah sebuah proses pembelajaran dari berbagai macam

kesulitan dan kegagalan. Artinya, menulis adalah hal nyata yang dapat

dipelajari dengan ketentuan dan kemampuan untuk terus

mempraktikkannya. Menulis juga termasuk salah satu keterampilan

berbahasa yang menjadi salah satu tujuan dalam setiap pembelajaran

keterampilan berbahasa Indonesia di setiap jenjang sekolah.

Suriamiharja, dkk, (1996: 1) menjelaskan bahwa menulis

merupakan kegiatan melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan.

Sementara itu, Suparno dan Yunus (2004: 1-3) mengatakan bahwa

menulis merupakan aktivitas berkomunikasi dengan menggunakan bahasa

tulis sebagai medianya. Sejalan dengan pendapat tersebut, Nurgiyantoro

(2001: 298) menjelaskan bahwa: menulis adalah aktivitas yang bersifat

aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa.


Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan

bahwa menulis adalah suatu kegiatan menuangkan gagasan, ide, buah

pikiran pengalaman, dan perasaan kepada orang lain dengan cara

mengorganisasikan lambang bahasa atau huruf menjadi suatu kalimat

yang teratur sehingga dapat dipahami orang lain dengan mudah.

b. Hakikat Tulisan Narasi

Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan

suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca

melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu. Oleh sebab itu, unsur yang

paling penting pada sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan

(Keraf, 2001: 135-136).

Marahimin (1999: 79) menyatakan bahwa narasi adalah sebuah

cerita. Cerita ini didasarkan pada urut-urutan suatu (serangkaian)

kejadian atau perisitiwa. Di dalam kejadian itu ada tokoh (atau beberapa

tokoh), dan tokoh ini mengalami atau menghadapi suatu (atau

serangkaian) konflik atau tikaian. Kejadian, tokoh, dan konflik inilah yang

merupakan unsur pokok sebuah narasi, dan ketiganya biasa disebut plot

atau alur, dengan demikian, narasi adalah cerita berdasarkan alur.

Dengan demikian, narasi tidak bercerita atau memberikan

komentar mengenai sebuah cerita, tetapi ia justru mengisahkan suatu

cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca

kepada suatu perasaan tertentu untuk menghadapi peristiwa yang berada

di depan matanya.
Wacana narasi mempunyai penanda sebagai berikut:

1) Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia.

2) Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa

atau kejadian yang benar-benar terjadi, atau dapat berupa semata-mata

imajinasi atau gabungan kedua.

3) Berdasarkan konflik, karena tanpa konflik biasanya narasi tidak

menarik.

4) Mengalami nilai estetika, karena isi dan penyampaiannya.

5) Menekankan susunan kronologis.

6) Biasanya memiliki dialog.

c. Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran mengandung pengertian proses, cara, menjadikan

orang atau makhluk hidup belajar. Makhluk hidup yang dimaksud adalah

siswa, yaitu warga belajar yang memiliki tugas belajar (Husein dan

Rahman, 1996: 3).

Menurut Hamalik (2001: 57) bahwa pembelajaran adalah suatu

kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi material,

fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran merupakan proses dan cara yang dilakukan guru untuk

dapat berinteraksi dengan siswa dan mencapai tujuan pembelajaran.


Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak dapat

dipisahkan. Belajar menunjuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

sebagai penerima pelajaran (peserta didik), mengajar menunjuk pada apa

yang harus dilakukan seseorang guru sebagai staf pengajar, sedangkan

pembelajaran menunjuk pada proses atau caranya.

Jadi, belajar-mengajar menunjuk pada proses interaksi guru dan

siswa pada saat proses pembelajaran, atau dengan kata lain belajar-

mengajar sebagai proses terjadi manakala terdapat interaksi antara guru

sebagai pengajar, dengan siswa sebagai pelajar. Dalam interaksi tersebut,

harus terdapat unsur-unsur berikut ini: adanya bahan atau materi, metode,

alat bantu pembelajaran, dan adanya penilaian untuk mengukur tercapai

tidaknya tujuan pembelajaran. Unsur-unsur tersebut tidak berdiri sendiri,

akan tetapi saling berhubungan dan saling berpengaruh satu sama lain.

Dalam kegiatan belajar-mengajar yang optimal, guru dan siswa

berinteraksi dengan baik, dan guru dapat menyiapkan bahan pengajaran

yang telah diatur untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal tersebut dapat

lebih dioptimalkan dengan menggunakan media dan metode yang tepat.

d. Hakikat Pembelajaran Menulis

Pembelajaran menulis mengkaji beberapa keterampilan, yaitu

menyimak, berbicara, dan membaca. Melalui keterampilan menulis, siswa

mampu mengembangkan kreativitas, intuisi, imajinasi, dan daya nalarnya.

Prinsip penting dalam pembelajaran menulis adalah materi yang diajikan

kepada siswa harus sesuai dengan kemampuannya pada suatu tahapan


pembelajaran tertentu. Tanpa adanya relevansi antara siswa dan materi

yang diajarkan, penyampaian pembelajaran akan mengalami kegagalan.

Koermen (dalam Nuryanta, dkk., 1997:12) mengemukakan bahwa

pembelajaran menulis memiliki tujuan untuk: (a) tujuan informatif,

penulis berusaha memberikan informasi sejelas-jelasnya kepada pembaca

agar pesan yang ingin disampaikannya dapat dimengerti oleh pembaca;

(b) tujuan persuasif , penulis berusaha memengaruhi pembaca agar

pembaca memiliki keyakinan yang besar terhadap pesan yang ingin

disampaikannya dan berusaha untuk dapat melaksanakan pesan itu

dengan penuh kesadaran; (c) tujuan literer, penulis berusaha menghibur

dan menyenangkan pembaca, sehingga pembaca dapat memperoleh kesan

yang kuat terhadap pesan yang disampaikan penulis; (d) tujuan ekspresif,

penulis berusaha mencurahkan perasaan yang sedalam-dalamnya.

2. Hakikat Media Pembelajaran

a. Hakikat Media

Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk

jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti “perantara” atau

“pengantar”. Media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim

kepada penerima pesan (Sadiman, dkk, 1996: 6).

Menurut pendapat Romszowsky (dalam Wibawa dan Farida

Mukti, 2001: 12) memberikan batasan media sebagai pembawa pesan

yang berasal dari suatu sumber pesan yang dapat berupa orang atau benda

kepada penerima pesan. Di dalam proses belajar-mengajar, penerima


pesan yang dimaksud adalah siswa, sedangkan pesan atau informasi

tersebut berasal dari sumber informasi, yakni guru, pembawa pesan

(media) itu berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka, siswa

diberikan stimulus oleh media, kemudian media itu membawa pesan atau

informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud

pengajaran, maka hal itulah yang disebut media pembelajaran.

Sependapat dengan pernyataan tersebut, Gagne dan Briggs (dalam

Arsyad, 2005: 4) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah segala

yang meliputi alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi

pembelajaran dan menyajikan pesan sehingga merangsang siswa untuk

belajar atau sebagai alat bantu mengajar guru (teaching aids). Alat bantu

yang biasa dipakai biasanya berupa alat bantu visual, berupa gambar,

kaset, VCD, kamera, film slide, komputer, dan alat-alat yang memberikan

kontribusi riil untuk memudahkan guru dalam menyampaikan materi

pembelajaran.

Dari berbagai asumsi di atas, dapat disimpulkan bahwa media

pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk

menyampaikan pesan pengirim (guru) kepada penerima pesan (siswa),

sehingga dapat memotivasi dan menstimulasi siswa untuk aktif dalam

kegiatan pembelajaran yang berlangsung dengan mengoptimalkan proses

dan berorientasi pada prestasi belajar.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar

dapat membangkitkan keinginan, motivasi serta rangsangan kegiatan

belajar siswa dan membaca keinginan, motivasi serta rangsangan kegiatan


belajar siswa dan membaca pengalaman psikologis terhadap sesuatu,

Oemar Hamalik (dalam Arsyad, 2005: 15).

Kehadiran media dalam proses pembelajaran mempunyai arti yang

cukup penting, karena dalam kegiaatan tersebut ketidakjelasan materi

yang disampaikan dapat dibantu dengan menghadirkan media sebagai

transformasi. Kerumitan bahan yang disampaikan kepada siswa dapat

disederhanakan dengan bantuaan media. Media dapat mewakili guru

ketika mengalami kesulitan dalam menjelaskan sesuatu dengan kata-kata

atau pun kalimat.

Fungsi media pembelajaran, khususnya media visual menurut

Levie dan Lentz (dalam Arsyad, 2005: 16) sebagai berikut:

1) Fungsi attensi, yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk

mampu berkonsentrasi pada isi pelajaran yang berkaitan dengan

makna visual yang ditampilkan dalam teks materi pelajaran.

2) Fungsi afektif, yaitu dapat mempengaruhi tingkat motivasi siswa

ketika belajar membaca teks bergambar. Dari gambar visual dapat

menggugah sikap dan emosi siswa terkait dengan masalah yang

aktual, seperti masalah ekonomi, sosial, politik maupun budaya.

3) Fungsi kognitif, yaitu dengan media visual dapat memperlancar

pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau

pesan yang terkandung dalam gambar.

4) Fungsi kompensatoris, yaitu media pembelajaran berfungsi untuk

mengakomodasikan siswa yang lemah dan lambat dalam menerima

dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks. Dengan

media visual/ gambar diharapkan akan membantu mengorganisasikan


informasi dalam teks dan mempermudah untuk mengingatnya

kembali.

Sudjana dan Rivai (dalam Arsyad, 2005: 24) media pembelajaran

memiliki empat fungsi, yaitu: menumbuhkan motivasi belajar,

memeperjelas makna materi pembelajaran, mencegah kebosanan dalam

pembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak

melakukan kegiatan dan efektifitas mengamati, melakukan, dan

mendemonstrasikan.

c. Jenis-jenis Media dalam Pembelajaran

Media yang digunakan dalam pembelajaran akan memberikan

berbagai keuntungan. Adapun beberapa jenis pengklasifikasian media

yang telah dilakukan oleh Breetz and Briggs (dalam Wibawa dan Farida

Mukti, 2001: 330) sebagai berikut :

1) Media Audio

Merupakan media yang berisi suara saja, sehingga untuk dapat

memanfaatkannya, guru perlu mempehatikan kemampuan aspek

menyimak siswanya. Contoh: tape record, radio, dan kaset rekam.

Fungsi media audio untuk menyampaikan pesan audio dari

sumber pesan ke penerima pesan. Pesan dituangkan ke dalam

lambang-lambang auditif verbal, nonverbal, maupun kombinasinya.

2) Media Visual

Adalah media yang berupa gambar tanpa penyertaan suara.

Media ini biasanya digunakan untuk pembelajaran kemampuan

membaca dan menulis siswa.


Karikatur merupakan salah satu contoh bentuk media visual

yang memiliki wujud menarik. Peristiwa yang terjadi dalam karikatur

mampu mewakili peristiwa yang tidak dapat dihadirkan secara

langsung di dalam kelas. Selain karikatur, bentuk media visual berupa

foto, ilustrasi, potongan gambar, transparasi, proyektor, dan gambar

kartun, dan lain-lain.

Fungsi media visual dalam proses belajar mengajar adalah untuk

mengembangkan kemampuan visual, mengembangkan imajinasi anak,

membantu meningkatkan penguasaan anak terhadap hal-hal yang

abstrak, dan mengembangkan kreativitas siswa.

3) Media Audio Visual

Merupakan media yang memiliki unsur suara dan unsur

gambar (tampak-dengar). Media ini biasanya berupa gambar yang

disertai suara yang menjelaskan gambar yang disajikan. Contoh:

VCD, film, dan lain-lain.

3. Penggunaan Karikatur pada Media Massa dalam Pembelajaran untuk

Meningkatkan Keterampilan Menulis Narasi

Karikatur merupakan suatu gambar yang mempunyai tema sindiran

atau pun kritik disertai kadar humor, memiliki bentuk yang lucu, aneh,

janggal, atau berlebihan (Yustiniadi, 1999: 65).

Karikatur pada umumnya diartikan sebagai gambar yang berbentuk

coretan sketsa yang sangat sederhana akan tetapi memiliki kesan dan pesan

yang sangat penting. Menurut Sadiman, dkk., (1996:65), karikatur sebagai


bentuk komunikasi grafis yang merupakan suatu gambar interpretatif yang

menggunakan simbol-simbol untuk menyampaikan suatu pesan secara

ringkas terhadap situasi atau kejadian-kejadian tertentu.

Karikatur biasanya menangkap esensi pesan yang harus disampaikan

dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana, tanpa detail dengan

menggunakan simbol-simbol serta karakter yang mudah dikenali dan

dimengerti dengan cepat (Djuroto, 2001: 82). Apabila karikatur tersebut

mengena tentang pokok pesan yang disampaikan, maka dikatakan karikatur

telah berhasil sebagai media kritik. Pesan yang besar dalam karikatur

biasanya disajikan secara ringkas dan kesannya akan tahan lama dalam

ingatan.

Yustiniadi (1996: 89) menyatakan nilai guna gambar diam (karikatur)

mempunyai sejumlah implikasi bagi pelajaran, yaitu: (a) bahwa penggunaan

karikatur dapat merangsag minat/ perhatian siswa, (b) gambar yang dipilih

secara tepat membantu siswa memahami dan mengingat isi informasi bahan-

bahan verbal yang menyertainya, dan (3) isyarat yang bersifat nonverbal atau

simbol-simbol seperti tanda pesan atau tanda lainnya pada gambar diam

dapat memperjelas atau mungkin pula dapat mengubah pesan yang

sebenarnya disampaikan untuk dikomunikasikan.

Nilai pendidikan yang terkandung dalam karikatur cukup besar

terutama untuk menarik perhatian dan minat siswa. Pada pembelajaran

keterampilan menulis, khususnya menulis narasi, guru dapat menggunakan

karikatur pada media massa untuk meningkatkan keterampilan siswa. Di

samping gambar dan bentuk karikatur menarik, juga mampu membangkitkan


keingintahuan siswa untuk dapat memahami maksud atau pesan yang ada di

dalamnya, dan mengaplikasi gagasannya ke dalam bentuk tulisan, yang

bersifat naratif.

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan teori-teori atau pun konsep yang telah diuraikan di atas,

kerangka berpikir penelitian ini dapat diterangkan sebagai berikut: kondisi awal

sebelum tindakan dilakukan diperoleh gambaran (yang dilakukan pada kegiatan

prasurvai dengan observasi dan wawancara), bahwa kemampuan menulis narasi

siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 10 Surakarta rendah, media yang

digunakan guru terbatas, serta metode mengajar guru monoton. Agar kemampuan

menulis narasi siswa meningkat peneliti memberikan solusi berupa media

karikatur untuk diaplikasikan di dalam pembelajaran menulis narasi.

Penelitian ini menggunakan model pelatihan untuk mengukur kemampuan

menulis narasi siswa. Peneliti bekerjasama dengan guru untuk merumuskan

bentuk pembelajaran yang menarik dan memotivasi siswa dalam menulis

narasi.

Di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis narasi dengan

media karikatur ini siswa diajak mendeskripsikan karikatur yang telah disediakan

kemudian menuangkan ide dan gagasannya ke dalam bentuk tulisan narasi.

Peneliti berpendapat bahwa pemberian suasana baru menggunakan media

karikatur dapat menarik minat siswa mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia

khususnya pada kompetensi menulis narasi.


D. Hipotesis Tindakan

Dengan menggunakan media karikatur dalam pembelajaran menulis

narasi akan membantu siswa dalam kegiatan menulis narasi, sehingga dapat

meningkatkan keterampilan menulis narasi siswa.

Dengan demikian, dapat dirumuskan hipotesis bahwa penggunaan media

karikatur dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Muhammadiyah 10 Surakarta (kelas

VIII A) yang beralamat di Jalan Srikaya No.3 Karangasem Laweyan Surakarta.

SMP Muhammadiyah 10 Surakarta ini memiliki 10 ruang kelas (ruang

kelas VII, 4 lokal, ruang kelas VIII, 3 lokal, dan ruang kelas IX 3 lokal.

Penelitian ini dilaksanakan di ruang kelas VIII A, dan dilaksanakan pada bulan

April sampai dengan bulan Mei 2008.

Tabel 1
Jadwal Penelitian
Bulan
No. RencanaKegiatan April Mei Juni
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan
Menyusun konsep pelaksanaan X
Menyepakati jadwal X
Menyusun instrumen penelitian X
Seminar konsep pelaksanaan X
2 Pelaksanaan
Menyiapkan kelas dan alat X
Melakukan tindakan Pre-Tes X
Melakukan tindakan Siklus I X
Melakukan tindakan Siklus II X
3 Penyusunan Laporan
Menyusun konsep laporan X
Seminar hasil penelitian X
Perbaikan laporan X

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (classroom action

research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bentuk penelitian yang

kolaboratif dan partisipasif. Artinya, peneliti tidak melakukan penelitian ini


secara sendiri, akan tetapi berkolaborasi dan berpartisipasi dengan guru, siswa,

dan staf sekolah untuk menciptakan suatu kinerja yang lebih baik. Penelitian ini

bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan-kesulitan yang dialami oleh guru

dalam pembelajaran menulis narasi di sekolah dan untuk memberikan alternatif

usaha guna mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif yang

bertujuan untuk menjelaskan atau menggambarkan realita atau kenyataan yang

ada.

Suharsimi dan Arikunto (2008: 16) mengemukakan bahwa dalam

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memiliki empat tahapan, yakni: (a) tahap

perencanaan, (b) tahap pelaksanaan, (c) tahap pengamatan, dan (d) tahap refleksi.

Tahapan PTK dapat dijelaskan pada gambar1 berikut:

Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

?
Dari Gambar 1 di atas dapat dijelaskan bahwa alur PTK meliputi tahap-

tahap sebagai berikut:

1. Rencana (Planning)

Pada tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Kegiatan ini

meliputi identifikasi masalah, identifikasi penyebab masalah, dan

pengembangan interverensi atau solusi.

2. Tindakan (Acting)

Merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu

mengenaka tindakan di kelas. Pada tahap tindakan, apa yang dilakukan guru

dan peneliti sebagai upaya memperbaiki peningkatan atau perubahan yang

diinginkan.

3. Observasi (Observing)

Adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan

atau dikenakan kepada siswa. Peneliti mencatat hasil pengamatan yang

berkaitan dengan ha-hal penting dalam pelaksanaan tindakan agar memeroleh

data yang akurat untuk perbaaikan siklus berikutnya.

4. Refleksi (Reflecting)

Merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang telah

dilakukan, mengevaluasi, melakukan revisi/ perbaikan terhadap pelaksanaan

tindakan.

Keempat tahap tersebut merupakan unsur untuk membentuk sebuah

siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, dan merupakan langkah-langkah


yang yang harus ditempuh setiap peneliti yang akan melaksanakan Penelitian

Tindakan Kelas.

C. Sumber Data Penelitian

Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sebagai sasaran eksplorasi

dan pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut

meliputi:

a. Tempat dan peristiwa yang mejadi sumber data dalam penelitian ini, yaitu

berbagai kegiatan pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan media

karikatur yang berlangsung di dalam kelas VIII A SMP Muhammadiyah 10

Surakarta, pada tanggal 18 Maret 2008 sampai dengan tanggal 27 Mei 2008.

b. Informan dalam penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas

VIII A SMP Muhammadiyah 10 Surakarta.

c. Dokumen yang berupa karikatur yang diambil dari artikel media massa, hasil

tes siswa, dan foto kegiatan selama proses belajar mengajar.

D. Sasaran Tindakan

Sasaran tindakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII A SMP

Muhammadiyah Surakarta. Sebagai upaya untuk memperbaiki proses dan hasil

KBM menulis narasi dengan meningkatkan keterampilan menulis narasi dengan

menggunakan media karikatur.


E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai dengan tujuan penelitian di muka, metode dan jenis sumber data

yang digunakan, teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi:

1. Observasi

Teknik ini digunakan untuk mengamati kegiatan pembelajaran yang

berlangsung di kelas. Observasi bertujuan untuk mengamati perkembangan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas.

Observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam

mengelola kelas, membangkitkan minat siswa, dan memancing keaktifan

siswa dalam pembelajaran. Sedangkan observasi terhadap siswa difokuskan

pada keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan minat siswa dalam

setiap kegiatan pembelajaran menulis narasi.

Observasi ini dilakukan dengan cara peneliti bertindak sebagai

partisipan pasif. Peneliti mengambil posisi di tempat duduk paling belakang,

mengamati jalannya proses pembelajaran.

2. Wawancara Mendalam

Teknik ini digunakan untuk memperoleh data dari informan tentang

pelaksanaan pembelajaran menulis narasi di dalam kelas, berbagai informasi

mengenai kesulitan yang dialami guru dalam pembelajaran menulis narasi,

serta faktor-fator penyebabnya.

3. Tes / Pemberian Tugas

Untuk mengetahui hasil dari kegiatan pembelajaran menulis narasi yang

dilaksanakan oleh siswa, guru melaksanakan dua kali pentahapan tes/

pemberian tugas yaitu pretes dan postes.


Pemberian tugas pada pretes, dilakukan dengan cara memberikan tugas

menulis karangan narasi, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan awal

siswa dalam menulis narasi, serta postes untuk mengetahui kemampuan siswa

setelah mengikuti pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan media

karikatur.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh peneliti dalam pengambilan

data dengan menggunakan tes adalah dengan menyiapkan perangkat bahan

tes dan menilai, serta mengolah data dari hasil kegiatan pembelajaran. Hasil/

nilai tes ini digunakan peneliti dan guru untuk mengukur aspek kognitif

siswa. Dalam pemberian tugas ini, peneliti dan guru menetapkan skor

penilaian sebagai berikut:

Tabel 2
Tabel Penilaian Tes

ASPEK PENILAIAN SKOR


Aspek menulis berdasarkan isi 40

Koherensi antarparagraf 30

Ejaan dan tanda baca 30


TOTAL SKOR 100

F. Uji Validitas Data

Dalam uji validitas data, peneliti menggunakan teknik Triangulasi

Sumber Data yaitu memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk, atau analisis

(Syamsudin dan Damaianti, 2006: 242). Selain itu juga digunakan Review

Informan atau member check, teknik ini digunakan untuk menanyakan kembali
kepada informan, apakah data yang diperoleh dari hasil wawancara sudah valid

atau belum (Syamsudin dan Damaianti, 2006: 242).

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan upaya yang dilakukan untuk mengklasifikasi,

mengelompokkan data (Mahsun, 2005: 229).

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah Reduksi data, pada tahap reduksi

data, data ditulis dan diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci,

sehingga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data yang sekiranya

penting dalam pelaksanaan penelitian. Kemudian Display data, pada tahap ini

peneliti banyak terlibat dalam kegiatan penyajian atau penampilan (display) dari

data yang telah dikumpulkan dan dianalisis sebelumnya. Syamsudin dan

Damaianti (2006: 112) mengemukakan bahwa display adalah format yang

menyajikan informasi secara sistematis kepada pembaca. Teknik analisis

selanjutnya adalah penarikan simpulan.Pada tahap ini, peneliti menyimpulkan

hasil penelitian berdasarkan semua data yang terkumpul, kemudian diolah dan

ditampilkan dalam suatu gambar yang singkat tetapi jelas. Setelah ditarik suatu

simpulan, peneliti melakukan verifikasi untuk memastikan bahwa semua data

yang dikumpulkan sudah valid.


H. Prosedur Penelitian

Prosedur dalam penelitian menggunakan beberapa tahap sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pada tahap ini peneliti mengurus perizinan, menyusun proposal, dan

menyusun jadwal penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Tahap Persiapan

Sebelum proses pembelajaran, guru mempersiapkan rencana

pembelajaran, yang memuat tujuan materi, media, teknik, dan evaluasi

pembelajaran.

b. Pretes

Memberikan tes awal sebagai tes diagnosis, yang bertujuan untuk

mengetahui kesulitan yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran

menulis narasi.

c. Pelaksanaan Pembelajaran

1) Siklus Pertama (Siklus I)

a) Merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada siklus I,

meliputi: media pembelajaran (karikatur, sumber: koran harian

Kompas, edisi Sabtu 26 April 2008), rencana pembelajaran (RP),

dan instrumen tes (lembar jawab).

b) Melaksanakan tindakan yang telah direncanakan dalam skenario

pembelajaran pada siklus I.

c) Melakukan observasi/ pengamatan terhadap tindakan

pelaksanaan (KBM) guru-siswa.

d) Membuat refleksi atas tindakan pada siklus I oleh peneliti dan guru.
2) Siklus Kedua (Siklus II)

a) Merencanakan tindakan yang akan dilakukan pada siklus II

berdasarkan revisi pada siklus I, meliputi: media pembelajaran

(karikatur, sumber: Koran harian Joglo Semar, edisi Senin 5 Mei

2008), rencana pembelajaran(RP), dan instrumen tes (lembar

jawab).

b) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah direvisi

pada siklus sebelumnya (siklus I).

c) Mengamati atau mengobservasi tindakan KBM guru-siswa.

d) Melakukan refleksi oleh guru dan peneliti.

I. Indikator Pencapaian

Indikator yang harus dicapai dalam hal peningkatan keterampilan menulis

narasi meliputi:

1. Siswa mampu mengungkapkan pikiran dan pendapat melalui tulisan narasi.

2. Siswa mampu mengembangkan sebuah gagasan menjadi paragraf yang padu.

3. Siswa mampu menulis dengan memperhatikan penggunaan EYD, dan tata

bahasa secara tepat.

4. Siswa mampu meningkatkan kosa kata yang dimiliki.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Lokasi Penelitian

SMP Muhammadiyah 10 Surakarta terletak di Jl. Srikaya No. 3

Karangasem Laweyan Surakarta, yang memiliki 10 ruang kelas. Kelas VII

terdiri dari 4 lokal, kelas VIII memiliki 3 lokal, dan kelas IX memiliki 3

lokal. Sedangkan kelas yang dijadikan setting penelitian adalah kelas VIII A.

Selain memiliki kelas reguler, SMP Muhammadiyah 10 Surakarta

juga memiliki program kelas unggulan. Program kelas unggulan pada

dasarnya sama dengan KBM di kelas regular. Hanya saja, pada kelas

unggulan jam belajar ditambah dua jam pelajaran dari kelas reguler, yakni

mulai pukul 07.00-15.00 WIB. Selain menambah jam pelajaran, pada

program kelas unggulan juga menempatkan siswa dan siswi di kelas yang

terpisah.

Fasilitas yang dimiliki SMP Muhammadiyah 10 Surakarta sudah

cukup memadai. Gedung sekolah terletak di lokasi yang aman, nyaman, dan

tenang. Sarana ibadah (masjid) di lingkungan sekolah, memiliki lapangan

olah raga yang luas, memiliki laboratorium komputer, laboratorium SAINS,

dan ruang perpustakaan. Sebagai sarana penunjang pada program kelas

unggulan, SMP Muhammadiyah 10 Surakarta menyediakan laboratorium

otomotif dan sarana keterampilan menjahit.


2. Gambaran Umum Siswa

Para siswa SMP Muhammadiyah 10 Surakarta pada umumnya

merupakan siswa yang aktif. Terbukti dengan peran siswa dalam mengikuti

program-program kegiatan wajib maupun ekstrakurikuler yang diadakan di

sekolah.

Hubungan antarsiswa terjalin dengan baik, begitu juga dengan guru,

kepala sekolah, maupun staf sekolah lainnya. Para siswa menjalin keakraban

dengan para guru, sehingga terjalin kerjasama yang baik pada saat KBM.

Mayoritas siswa berasal dari ekonomi menengah ke bawah. Namun

hal tersebut bukanlah menjadi penghalang mereka untuk menuntut ilmu.

Pihak sekolah memiliki strategi khusus untuk berusaha menjauhkan tingkat

kesenjangan sosial antarsiswa, misalnya dengan menyeragamkan model

sepatu. Kepala sekolah juga mengultimatum keras kepada seluruh siswa agar

tidak membawa telepon genggam (HP) di sekolah, dan akan memberikan

sanksi yang berat apabila siswa melanggarnya.

Berbagai peraturan sekolah yang ketat dan bernuansa Islami,

menjadikan dan mendidik siswa untuk selalu disiplin dan mematuhi segala

ketertiban yang telah ditetapkan. Kegiatan pembiasaan amaliah keislaman di

sekolah, seperti membaca kitab suci sebelum KBM dimulai, mendengarkan

ceramah, dan salat berjamaah, dapat mendidik para siswa menjadi pribadi

yang berilmu pengetahuan dan berakhlak terpuji.


3. Kegiatan Penunjang dan Ekstrakurikuler

SMP Muhammadiyah 10 Surakarta, melengkapi kegiatan belajar

mengajar dengan beberapa macam kegiatan penunjang dan ekstrakurikuler.

Kegiatan penunjang KBM meliputi: program bimbingan belajar, program

komputer. Program bimbingan belajar dilaksanakan siswa kelas VII, VIII,

kelas IX, sepulang sekolah. Program komputer menjadi program wajib

kepada siswa, dengan tujuan membekali siswa agar dapat mengoperasikan

komputer dengan baik.

Kegiatan ekstrakurikuler SMP Muhammadiyah 10 Surakarta, meliputi

gerakan kepanduan/ Hizbul Wathan (HW). Kegiatan HW merupakan

kegiatan kepramukaan yang wajib diikuti oleh siswa kelasVII. Kegiatan HW

dilaksanakan pada hari Jum’at. Kegiatan ekstrakurikuler selain HW adalah

beladiri, yaitu TSPM (Tapak Suci Pemuda Muhammadiyah) yang

dilaksanakan pada hari Sabtu.

B. Deskripsi Kondisi Awal (Pretes)

Kegiatan observasi awal dilaksanakan sebelum peneliti mengadakan

pelaksanaan tindakan. Pada kegiatan pretes (pratindakan) ini, peneliti bersama

guru bidang studi Bahasa Indonesia, bersepakat akan melaksanakan proses

kegiatan belajar-mengajar (KBM) seperti biasa, dan peneliti berperan sebagai

partisipan pasif yang akan meangamati jalannya proses KBM dan menempati

posisi duduk di kursi paling belakang. Guru mempersiapkan rencana

pembelajaran (RP) yang disusun sesuai dengan silabus yang telah ditetapkan

pihak sekolah.
Setelah selesai menyampaikan materi tentang narasi, guru memberi

penugasan/ tes kepada siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam

keterampilan menulis narasi. Guru menugasi siswa untuk menulis karangan

narasi dengan tema “Kesehatan Lingkungan” tanpa menggunakan media apapun.

Dapat diketahui dari hasil tulisan siswa yang menunjukkan bahwa

keterampilan menulis narasi siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 10

Surakarta tergolong rendah. Nilai tes yang diperoleh siswa pada kegiatan pretes

tidak memuaskan. Lebih banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah standar

Kriteria Ketuntasan Belajar Minimal (KKM). Pihak sekolah telah menentukan

standar nilai KKM pada aspek keterampilan berbicara, membaca, dan aspek

keterampilan menulis adalah 65.

Nilai/ hasil tulisan siswa yang rendah terindikatori oleh rendahnya pula

kemampuan siswa untuk mengungkapkan pikiran, gagasan, dan pendapat melalui

tulisan narasi, variasi kosakata yang dimiliki siswa terbatas, siswa kurang mampu

mengembangkan gagasan menjadi paragraf yang padu, serta siswa belum mampu

menulis dengan memerhatikan penggunaan EYD. Hasil nilai siswa pada kegiatan

pre-tes dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:


Tabel 3
Hasil Nilai Siswa pada Tahap Pretes

No. Siswa Nilai


1 Responden 1 59
2 Responden 2 85
3 Responden 3 69
4 Responden 4 65
5 Responden 5 63
6 Responden 6 60
7 Responden 7 56
8 Responden 8 63
9 Responden 9 60
10 Responden 10 53
11 Responden 11 66
12 Responden 12 59
13 Responden 13 60
14 Responden 14 61
15 Responden 15 66
16 Responden 16 44
17 Responden 17 62
18 Responden 18 49
19 Responden 19 57
20 Responden 20 67
21 Responden 21 48
22 Responden 22 46
23 Responden 23 55
24 Responden 24 79
25 Responden 25 47
26 Responden 26 52
27 Responden 27 59
28 Responden 28 60
29 Responden 29 58
RATA-RATA 59,5

Berdasarkan Tabel 3 tersebut, hasil tulisan siswa dengan nilai terendah

adalah 44 diperoleh responden 16, dengan judul “Taman Penuh Sampah”. Hasil

tulian dapat dilihat pada data 1 berikut ini:


Data 1 “Itulah yang menjadi kesulitan awal. Yang kedua adalah
membuang sampah dadakan, yang tiba-tiba mendatangi
sampah dan meminta untuk pembuangan kardus untuk
pencemaran.
Ini para warga ingin kerja bakti membersihkan sampah” tapi
para warga tidak mau membersihkan, pakai cara lain
panggilkan pengurus”. (Paragraf 1)

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak ada kesesuaian isi

dengan judul karangan. Responden 16 tidak menceritakan kronologis kejadian,

menggunakan percakapan yang tidak sinkron dengan judul, dan belum mampu

menulis menggunakan EYD, huruf depan tidak menggunakan huruf kapital, serta

tidak ada kepaduan antar satu paragraf yang satu dengan paragraf yang lain.

Nilai tertinggi yang diperoleh dari responden 2, dengan judul “Kerja

Bakti” hasil tulisan dapat dilihat pada data 2 berikut ini:

Data 2 “Pada hari Minggu di desaku akan mengadakan kerja bakti,


karena di desaku terdapat sampah yang sangat banyak.
Sampah tersebar dimana-mana, diantaranya di got-got dan di
tepi-tepi jalan yang jarang sekali dibersihkan”. (Paragraf 1).

“Setelah selesai kerja bakti saya dan Ayah pulang dan


membersihkan alat-alat yang saya bawa. Kemudian saya
makan siang dan salat zuhur, setelah itu saya beristirahat
untuk melepas lelah karena seharian bekerja bakti”.
(Paragraf 4)

Dari data 2 diatas dapat disimpulkan bahwa isi tulisan responden 2

memiliki kepaduan antar paragraf, isi cerita menunjukkan kronologis kejadian

berdasrkan urutan tempat dan waktu, penggunaan EYD sudah diterapkan dengan

baik. Dari aspek isi tulisan sudah sesuai dengan tema dan judul.

Dari hasil kegiatan observasi pada tahap pretes terhadap proses KBM

diperoleh deskripsi tentang aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung.


Siswa yang aktif dalam penjelasan materi sebanyak 18 siswa (28%), sedangkan

21 siswa (72%) yang lainnya tampak berbicara sendiri dengan teman sebangku.

Siswa yang aktif dalam menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru sebanyak

4 siswa (14%), sedangkan 25 siswa (86%) lainnya terlihat pasif dan terkesan

mengacuhkan pertanyaan guru. Siswa yang aktif dalam mengerjakan tugas dalam

menulis narasi sebanyak 11 siswa (38%), sedangkan 18 siswa (62%) terlihat

enggan mengerjakan perintah dan tugas yang diberikan guru. Siswa yang mampu

menulis narasi dengan baik pada tahap pretes sebanyak 6 siswa (21%), dan siswa

yang belum mampu menulis dengan baik sebanyak 23 siswa atau sekitar 79%.

Berdasarkan survai awal tersebut, peneliti dan guru mengidentifikasi

permasalahan dan sepakat untuk berkolaborasi untuk menemukan solusi

alternatif dengan melaksanakan tindakan siklus I dan siklus berikutnya.

C. Hasil Penelitian

1. Proses Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Menggunakan Media

Karikatur pada Siswa Kelas VIII A SMP Muhammadiyah 10 Surakarta

Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus yang maasing-

masing terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3)

observasi, dan (4) refleksi.

a. Siklus I

1) Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan, peneliti dan guru berdiskusi

mengidentifikasi masalah dari hasil kegiatan pretes. Masalah yang

dihadapi adalah rendahnya keaktifan siswa dalam proses KBM, dan


banyaknya siswa yang memperoleh nilai di bawah standar Kriteria

Ketuntasan Belajar Minimal (KKM).

Tahap perencanaan tindakan siklus I meliputi kegiatan

sebagai berikut:

a) Peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran menulis

narasi dengan media karikatur, dengan langkah-langkah sebagai

berikut:

(1) Guru memberikan pemahaman awal (apersepsi) dengan

menggali pengalaman siswa yang berkaitan dengan menulis

narasi.

(2) Guru menjelaskan materi menulis narasi. Materi narasi

meliputi: hakikat narasi, ciri-ciri narasi, langkah-langkah

menulis narasi, dan contoh bentuk tulisan narasi.

(3) Guru menjelaskan penggunaan media karikatur dalam

pembelajaran menulis narasi.

(4) Guru memberi pertanyaan kepada siswa mengenai isi/ pesan

yang terkandung dalam karikatur

(5) Guru menugasi siswa untuk menulis narasi menggunakan

media karikatur.

(6) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap pembelajaraan

yang telah dilaksanakan. Refleksi berupa komentar siswa

mengenai isi karikatur.


b) Peneliti dan guru menyusun rencana pembelajaran (RP) sesuai

silabus yang telah ditetapkan sekolah.

Kompetensi dasar yang ditetapkan adalah menulis narasi dengan

menggunakan bahasa yang baik dan benar, serta memerhatikan

penggunaan EYD. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah

tanya jawab, diskusi, refleksi dan penugasan. Peneliti dan guru

merancang evaluasi dengan menetapkan skor penulisan

berdasarkan isi tulisan, koherensi antarparagraf, dan ejaan.

Tindakan siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan dengan

alokasi waktu dua jam pelajaran (2x40 menit).

c) Peneliti dan guru menyiapkan media pembelajaran berupa gambar

karikatur

(sumber: koran harian Kompas, edisi Sabtu,26 April 2008).

d) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian berupa tes.

Instrumen tes dinilai dari hasil pekerjaan siswa dalam menulis

narasi.

2) Tindakan (Acting)

Pada tahap pelaksanaan, guru melaksanakan proses KBM

sesuai rencana pembelajaran yang telah disepakati. Guru memberikan

pemahaman awal (apersepsi) tentang pelajaran menulis yang

berkaitan dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari.

Pemberian apersepsi ini dilakukan guru untuk mengetahui

sejauhmanakah pengetahuan siswa tentang menulis. Untuk ini, guru


mengajukan pertanyaan kepada siswa . Misalnya, “pernahkah kalian

membaca novel?”, “siapakah nama pengarangnya?”, “apakah kalian

ingin menjadi terkenal seperti mereka karena hasil tulisannya?”, dan

sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan tersebut bertujuan memberi

stimulus kepada siswa, agar suasana pembelajaran tidak terkesan

menegangkan.

Guru menjelaskan mengenai pembelajaran menulis narasi,

meliputi hakikat narasi, ciri-ciri narasi, struktur narasi, langkah-

langkah menulis narasi, dan contoh tulisan narasi. Setelah

menjelaskan materi, guru membagikan karikatur kepada siswa dan

menyuruh siswa untuk mengamatinya. Guru memberikan pertanyaan

kepada siswa tentang isi atau pesan yang terkandung di dalam

karikatur. Kemudian guru menugasi siswa untuk menulis narasi

menggunakan media karikatur yang telah disediakan. Siswa diberi

kebebasan dalam menentukan judul untuk tulisan, tetapi guru

menekankan kepada siswa agar memilih judul yang sesuai dengan

gambar karikatur. Sesuai dengan rancangan tindakan yang telah

disepakati peneliti dengan guru, pelaksanaan tindakan siklus I

dilaksanakan di kelas VIII A, dengan alokasi waktu dua jam pelajaran

(2x40 menit).

3) Pengamatan (Observing)

Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama proses KBM

berlangsung, diperoleh deskripsi tentang keaktifan dan aktivitas siswa,

yakni sebagai berikut:


a) Siswa yang aktif selama guru menjelaskan materi sebanyak 13

siswa atau sekitar 45%. Siswa yang lain tampak terlihat diam,

bercanda dengan teman sebangku,dan ada pula siswa yang

menelungkupkan kepalanya di atas meja, sebanyak 16 siswa atau

55%.

b) Siswa yang aktif menjawab pertanyaan-pertanyaan lisan yang

diberikan oleh guru mengenai materi menulis narasi sebanyak 9

siswa atau sekitar 31%. Siswa lain yang terkesan mengacuhkan

pertanyaan dari guru sebanyak 20 siswa atau 69 %.

c) Siswa yang antusias mengerjakan tugas dari untuk menulis narasi

sebanyak 14 siswa atau sekitar 48%. Sedangkan 14 siswa atau

52% siswa yang lainnya terlihat enggan dan malas mengerjakan.

Bahkan ada siswa yang membiarkan lembar kerjanya belum terisi

tulisan, karena sengaja menunggu hasil pekerjaan temannya

dengan maksud dapat mencontoh hasil pekerjaan temannya

tersebut.

d) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa didapat 16 atau sekitar 55%

siswa yang berhasil menulis narasi dengan baik. Siswa yang

belum mampu menulis dengan baik berdasarkan isi, kepaduan

antarparagraf dan ejaan sebanyak 13 siswa atau 45%. Hal ini

menunjukkan bahwa ada kenaikan jumlah dan persentase tulisan

narasi siswa dari tulisan sebelumnya, pada kegiatan pretes. Pada

tahap pretes, siswa yang sudah mampu menulis narasi dengan

baik berdasarkan isi tulisan, kepaduan antarparagraf, dan ejaan


sebanyak 6 siswa atau 21%. Siswa yang belum mampu menulis

narasi pada tahap pretes sebanyak 23 siswa atau 79%.

Dari hasil pengamatan peneliti, guru telah melaksanakan

rancangan tindakan yang telah disepakati bersama dengan peneliti.

Guru juga telah menerapkan rencana pembelajaran (RP) yang telah

disusun bersama peneliti.

4) Refleksi (Reflecting)

Berdasarkan hasil observasi tersebut, peneliti dan guru

melakukan refleksi. Kekurangan yang terjadi pada siklus I adalah

kurangnya pemahaman siswa terhadap penggunaan dan penerapan

EYD dan koherensi antarparagraf. Kelemahan lainnya adalah

kurangnya perhatian siswa terhadap pelajaran menulis narasi. Untuk

mengatasi kekurangan yang terjadi selama proses tindakan siklus I,

guru akan memberikan stimulus kepada siswa berupa pemberian nilai

tambah, pemberian stimulus ini diharapkan akan mejadi motivator

bagi siswa, sehingga siswa akan memberikan feed back (umpan balik)

terhadap proses KBM. Guru juga berusaha memberikan perhatian

kepada siswa secara menyeluruh, dengan melakukan rotasi

pengecekan terhadap siswa ketika mengerjakan tugas menulis narasi

selama KBM berlangsung. Untuk menambah pemahaman siswa

terhadap materi, guru akan memberikan materi tambahan berupa EYD

dan paragraph. Kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya

sudah dapat diatasi. Meskipun terjadi peningkatan hasil tulisan,

namun ada beberapa siswa yang masih mengabaikan penerapan

penggunaan EYD.
Aspek yang dinilai dalam penulisan pada siklus II sama

dengan aspek-aspek yang diterapkan pada tahap pretes, yakni

penilaian berdasarkan isi, kepaduan antarparagraf, dan ejaan (EYD).

Hasil nilai yang dicapai siswa pada siklus I dapat dilihat pada

Tabel 4 berikut:

Tabel 4

Hasil Nilai Tes Siswa pada Siklus I

No. Siswa Nilai


1 Responden 1 72
2 Responden 2 82
3 Responden 3 74
4 Responden 4 67
5 Responden 5 60
6 Responden 6 66
7 Responden 7 73
8 Responden 8 65
9 Responden 9 61
10 Responden 10 52
11 Responden 11 67
12 Responden 12 68
13 Responden 13 71
14 Responden 14 63
15 Responden 15 65
16 Responden 16 49
17 Responden 17 60
18 Responden 18 58
19 Responden 19 60
20 Responden 20 65
21 Responden 21 55
22 Responden 22 60
23 Responden 23 57
24 Responden 24 80
25 Responden 25 -
26 Responden 26 59
27 Responden 27 72
28 Responden 28 63
29 Responden 29 64
RATA-RATA 64,5
Berdasarkan hasil nilai tes siswa pada Tabel 4 di atas, siswa

yang memeroleh nilai terendah adalah responden 16 dengan nilai 49

dengan judul “Harga Terus Naik”.

Hasil tulisan responden 16 dapat dilihat pada data 3 berikut ini:

Data 3 “Harga sekarang naik terus menerus. Karena adanya


kelangkaan BBM dan sandang pangan. saat ini BBM
naik dan akan menambah keperluan di masyarakat ini
maka Indonesia tercatat bahwa penduduk terbanyak
bila harga terus naik lebih tinggi rakyat akan tak
mampu membeli sandang pangan dan rakyat miskin
semakin banyak”. (Paragraf 1)

Dari data di atas menunjukkan bahwa kemampuan menulis

responden 16 sangat rendah. Judul karangan sudah sesuai denan isi

paragraf, tetapi belum mampu menerapkan EYD dengan tepat. Hasil

tulisan responden tidak menggunakan huruf kapital pada setiap awal

kalimat, dan menggunakan kalimat yang tidak tepat.

Nilai tertinggi pada siklus I adalah 82, yang dicapai oleh

responden 2 dengan judul “Harga BBM Melambung Tinggi”.

Hasil tulisan responden 2 dapat dilihat pada data 4 berikut ini:

Data 4 “Pada bulan Mei yang akan datang, harga BBM


(Bahan Bakar Minyak) dan harga pangan naik drastis.
Para pedagang dan pembeli mulai merasa resah ketika
mendengar bahwa harga BBM akan naik”
(Paragraf 1).

“Pada bulan Mei nanti pemerintah mulai membuat


kartu BLT (Bantuan Langsung Tunai) yang akan
diserahkan langsung kepada penduduk yang miskin.
Tetapi penduduk merasa tidak adil terhadap
pemerintah, karena pemerintah membagikan kartu
BLT tersebut tidak merata”. (Paragraf 2)
Dari hasil tulisan responden 2, disimpulkan bahwa sudah ada

relevansi antara isi tulisan dengan tema dan judul, responden 2 juga

sudah menerapkan EYD, yang meliputi penggunaan tanda baca titik

dan koma secara tepat, menggunakan bahasa yang baku, dan terdapat

kepaduan antara paragraf yang satu dengan paragraf yang lain.

Berdasarkan hasil nilai yang dicapai siswa, ternyata masih

banyak siswa yang memeroleh nilai di bawah standar KKM. Untuk

mengatasinya, peneliti dan guru menyepakati perlu adanya

pengembangan program pada tindakan siklus selanjutnya untuk

memperbaiki proses dan hasil KBM.

b. Siklus II

1) Perencanaan (Planning)

Pada tahap perencanaan ini, peneliti dan guru berdiskusi dalam

upaya pencarian solusi permasalahan yang dihadapi. Peneliti dan guru

berupaya mengembangkan program yang akan dilaksanakan pada

tindakan berikutnya.

Peneliti dan guru mendiskusikan rancangan tindakan yang

akan dilaksanakan dalam proses penelitian selanjutnya. Rancangan

tindakan siklus II meliputi penyusunan rencana pembelajaran menulis

narasi menggunakan media karikatur, yang berbeda dari siklus

sebelumnya. Rencana pembelajaran dikembangkan dengan

menambahkan materi tambahan berupa EYD. Guru akan memberikan

stimulasi berupa penambahan nilai bagi siswa yang aktif selama

proses KBM di kelas.


Sebagai upaya mengatasai kelemahan/ kekurangan dari segi

media, telah disepakati dengan meggunakan karikatur yang dicetak

pada kertas HVS warna, karena sebelumnya hanya menggunakan

kertas buram dengan alasan efisiensi dana peneliti. Peneliti dan guru

merumuskan tahap perencanaan siklus II meliputi tahap-tahap sebagai

berikut:

a) Peneliti dan guru merancang skenario pembelajaran dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

(1) Guru memberikan pemahaman awal (apersepsi) dengan

menggali pemahaman dan ingatan siswa mengenai

pembelajaran narasi.

(2) Guru menambahkan materi pembelajaran berupa EYD, dan

paragaf yang padu.

(3) Guru membagikan media karikatur yang telah dicetak pada

kertas HVS warna, serta lembar kerja siswa berupa kertas

folio.

(4) Siswa menjawab pertanyaan-pertanyaan lisan yang diajukan

oleh guru tentang isi/ pesan yang terdapat dalam gambar

karikatur.

(5) Guru menugasi siswa untuk menulis narasi dengan

menekankan penggunaan EYD dan kepaduan antarparagraf di

kertas folio yang telah disediakan.

(6) Guru dan siswa mengadakan refleksi pembelajaran.


b) Peneliti dan guru menyusun rencana pembelajaran (RP) untuk

materi menulis narasi.

Peneliti dan guru menetapkan kompetensi dasar menulis narasi

dengan baik dan benar berdasarkan EYD, dan kepaduan

antarparagraf. Strategi pembelajaran yang digunakan adalah

metode diskusi, tanya jawab, refleksi dan penugasan. Peneliti dan

guru juga menetapkan rancangan evaluasi hasil tes berdasarkan

aspek isi, kepaduan antarparagraf, dan ejaan (EYD). Pada siklus II

akan dilaksanakan selama satu kali pertemuan dengan alokasi

waktu dua jam pelajaran (2x40 menit).

c) Peneliti dan guru menyiapkan media pembelajaran berupa

karikatur (sumber: Koran harian Joglo Semar, edisi Senin 5 Mei

2008), dan lembar kerja berupa kertas folio.

d) Peneliti dan guru menyusun instrumen penelitian berupa soal tes.

Instrumen penelitian terlampir.

2) Tindakan (Acting)

Pada tahap pelaksanaan, guru mengaplikasikan solusi yang

telah disepakati dengan peneliti untuk mengatasi kekurangan yang ada

pada siklus sebelumnya. Guru melaksnakan proses KBM sesuai

dengan rencana pembelajaran yang sebelumnya telah direvisi dan

disepakati bersama peneliti. Siklus II selama dilaksanakan satu kali

pertemuan dengan alokasi waktu dua jam pelajaran (2x40 menit).

Ketika siklus II dilaksanakan, guru dan siswa terlihat berbeda

dari siklus sebelumnnya. Siswa terlihat aktif ketika guru menjelaskan


materi tentang narasi. Materi yang disampaikan oleh guru pada siklus

II sudah dismpaikan pada siklus I, tetapi pada siklus II ini, guru

memberikan pemahaman secara mendalam tentang EYD dan

penyusunan paragraf yang padu. Guru mengadakan tanya jawab

kepada siswa mengenai mataeri menulis narasi. Materi tentang narasi

berupa pengertian narasi, ciri-ciri narasi, dan langkah-langkah menulis

narasi. Setelah guru mengadakan tanya jawab, guru menugasi siswa

untuk menulis narasi menggunakan media karikatur, dengan alokasi

waktu mengerjakan 40 menit. Siswa mengerjakan tugas menulis

narasi menggunakan langkah-langkah menulis narasi yang telah

dijelaskan oleh guru. Langkah-langkah menulis narasi diantaranya

adalah (1) menentukan tema, (2) merumuskan tujuan, (3) menyusun

kerangka karangan, dan (4) mengembangkan kerangka karangan.

Setelah siswa selesai mengerjakan, guru meminta hasil pekerjaan

siswa. Guru menggunakan sisa waktu untuk menganalisis salah satu

pekerjaan siswa, kemudian guru mengajak siswa untuk bersama-sama

membahasnya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang

ingin bertanya dan berkomentar tentang isi/ pesan yang terdapat di

dalam karikatur

3) Observasi (Observing)

Peneliti mengamati proses KBM di kelas dengan materi

keterampilan menulis narasi. Dari hasil pengamatan diperoleh

gambaran suasana kelas yang mulai terlihat hidup ketika guru


mencatat nama siswa yang bersedia merespon pertanyaan guru dan

memberikan nilai tambah. Pada siklus II ini, siswa tampak berperan

aktif dalam pembelajaran. Banyak siswa yang termotivasi dengan

nilai tambah yang akan diberikan, karena mengingat tes kenaikan

kelas akan segera dihadapi. Tentunya nilai tambah tersebut

berpengaruh terhadap nilai Bahasa Indonesia, khususnya pada aspek

keterampilan menulis.

Terlihat dengan jelas adanya interaksi antara guru dan siswa.

Siswa berlomba-lomba agar dapat menjawab pertanyaan dari guru dan

berusaha mengerjakan tugas sebaik mungkin dengan harapan akan

mendapatkan nilai tambah.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti, guru mampu

menggunakan karikatur sebagai media pembelajaran dalam KBM

menulis narasi. Siswa juga mulai tertarik dengan media karikatur yang

diberikan oleh guru.

Hasil pengamatan terhadap proses KBM dapat dinyatakan

bahwa:

a) Siswa yang aktif selama menerima penjelasan dari guru sebanyak

21 siswa atau sekitar 72%. Sebanyak 8 Siswa lainnya atau 28%

tampak diam dan masih ada siswa yang berbicara dengan teman

sebangku.

b) Siswa yang aktif menjawab pertanyaan guru sebanyak 17 siswa

atau sekitar 58%, sedangkan 12 siswa atau 42% siswa yang lain
masih tampak ragu dan takut salah ketika hendak menjawab

pertanyaan.

c) Siswa yang antusias mengerjakan tugas untuk menulis narasi

sebanyak 24 siswa atau sekitar 83%. Sebanyak 5 siswa atau 17%

siswa lainnya masih menunjukkan sikap malas dan enggan

mengerjakan. Mereka masih menggantungkan hasil pekerjaan

siswa lainnya kemudian dicontoh.

d) Berdasarkan hasil pekerjaan siswa didapat 21 siswa atau sekitar

72% siswa yang telah mampu menulis narasi dengan baik dan

memuaskan. Sedangkan 8 siswa atau sekitar 28% siswa masih

perlu meningkatkan keterampilannya menulis narasi. Hal ini dapat

dibuktikan dengan nilai hasil tes siswa pada siklus II.

4) Refleksi (Reflecting)

Proses pembelajaran menulis narasi menggunakan media

karikatur di kelas VIII A pada siklus II berjalan lancar dan siswa

memberikan respon positif. Keantusiasan siswa dalam pembelajaran

menulis narasi meningkat. Hal tersebut ditunjukkan ketika mereka

menjawab pertanyaan dari guru dan keaktifan siswa dalam

mengerjakan tugas. Keaktifan sisiwa yang ditunjukan selama proses

KBM berlangsung memberikan dampak positif berupa hasil

peningkatan kemampuan menulis narasi.

Aspek penilaian hasil tes berdasarkan isi, kepaduan

antarparagraf, dan ejaan.


Hasil/ nilai yang dicapai siswa pada siklus II dapat dilihat pada

Tabel 5 berikut.

Tabel 5
Hasil Nilai Tes Siswa pada Siklus II
No. Siswa Nilai
1 Responden 1 76
2 Responden 2 88
3 Responden 3 76
4 Responden 4 77
5 Responden 5 63
6 Responden 6 67
7 Responden 7 86
8 Responden 8 76
9 Responden 9 65
10 Responden 10 63
11 Responden 11 74
12 Responden 12 74
13 Responden 13 73
14 Responden 14 76
15 Responden 15 75
16 Responden 16 65
17 Responden 17 66
18 Responden 18 65
19 Responden 19 67
20 Responden 20 69
21 Responden 21 62
22 Responden 22 75
23 Responden 23 67
24 Responden 24 81
25 Responden 25 65
26 Responden 26 65
27 Responden 27 74
28 Responden 28 77
29 Responden 29 66
RATA-RATA 71,4

Berdasarkan hasil nilai tulisan siswa pada Tabel 5 di atas, nilai

terendah adalah 62, yang diperoleh dari responden 21 dengan judul

“Gempa di Klaten”.
Hasil tulisan responden dapat dilihat pada data 5 berikut ini:

Data 5 “Pada bulan Mei 2006 gempa melanda di kabupaten


Klaten dan sekitarnya.warga yang banyak mengeluh
karena rumahnya pada roboh akibat kena gempa.
Gempa melumpuhkan aliran listrik, mobil, dan jalan-
jalan pada rusak juga memakan korban jiwa”.
(Paragraf 1)

“Banyak gedung-gedung yang roboh akibat gempa,


banyak warga miskin yang kehilangan tempat tinggal.
Malah pemerintah menaikkan harga-harga kebutuhan
pokok (sembako). Akhirnya mereka jadi tambah
kesusahan. Pemerintah tidak memeperdulikan nasib
para korban gempa dia Klaten dan sekitarnya.
Padahal mereka sangat sulit mencari penghasilan.
Hidup para korban gempa pasca 2 tahun ini malah
semakin terpuruk”. (Paragraf 2)

Dari data 5 tersebut, dapat disimpulkan bahwa sudah ada

kesesuaian isi tulisan dengan tema dan judul. Akan tetapi, responden

21 masih belum mampu menggunakan EYD dengan tepat, responden

belum menggunakan bahasa tata bahasa baku.

Nilai tertinggi yang dicapai pada siklus II adalah 88, yang

diperoleh dari responden 2 dengan judul “Dua Tahun Pasca Gempa”.

Hasil tulisan dapat dilihat pada data 6 berikut:

Data 6 “Dua tahun setelah terjadinya gempa yang terjadi di


sekitar Klaten tepat pada tanggal 26 Mei 2006.
Gempa bumi di sekitar Klaten berkekuatan sekitar 5,9
skala richter. Setelah gempa bumi, bangunan-
bangunan semua runtuh dan rata dengan tanah”.
(Paragraf 1)
“Dua tahun kemudian, pemerintah menaikkan harga
BBM. Dari harga pangan sampai BBM. Warga pun
resah dan susah mencari pekerjaan, akibatnya
masyarakat korban gempa menjadi bertambah susah.
Dalam masa yang sulit ini, pemerintah tidak
memepertimbangkan keputusan. Masyarakat korban
gempa yang belum pulih kondisi ekonominya harus
tunduk pada keputusan pemerintah. Mereka terpaksa
menanggung beban beratnya hidup”. (Paragraf 2)
Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa antara isi tulisan,

tema, dan judul sudah menunjukkan kesesuaian. Tanda baca sudah

diterapkan secara tepat. Responden 2 sudah mampu menulis narasi

dengan baik berdasarkan EYD, menggunakan pilihan kata yang tepat,

dan mampu menyusun koherensi paragraf.

Setelah pelaksanaan tindakan siklus II ini, peneliti dan guru

menyimpulkan bahwa ada peningkatan proses dan hasil KBM.

Nilai rata-rata siswa yang dicapai pada siklus I adalah 64,5 setelah

diadakan tindakan siklus II, nilai rata-rata siswa mengalami

peningkatan yakni 71,4. Berdasarkan hasil nilai tes siswa pada siklus

II menunjukkan keberhasilan guru dalam pembelajaran dengan

menerapkan penggunaan media karikatur untuk meningkatkan

keterampilan menulis narasi siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah

10 Surakarta. Guru juga sangat responsif terhadap penggunaan

karikatur sebagai media pembelajaran menulis narasi, dan bersedia

menerapkan penggunaan media karikatur pada pembelajaran menulis

berikutnya.

2. Hasil peningkatan keterampilan menulis narasi menggunakan media

karikatur pada siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 10 Surakarta.

Berdasarkan tindakan-tindakan yang telah dilakukan guru dan

peneliti, guru berhasil melaksanakan pembelajaran yang mampu menarik

minat dan perhatian siswa yang berakibat pada meningkatnya keterampilan

menulis narasi siswa. Keberhasilan penggunaan media karikatur dalam upaya


meningkatkan keterampilan menulis narasi dapat dilihat dari indikator-

indikator sebagai berikut:

a. Siswa terlihat aktif mengikuti pembelajaran menulis

Setelah dilakukan tindakan, yaitu dengan menggunakan karikatur

sebagai media dalam pembelajaran, siswa menjadi terarik untuk

mengikuti pembelajaran menulis. Siswa terlihat memerhatikan penjelasan

dari guru, serta mengamati dengan seksama karikatur yang telah

disediakan. Selain itu siswa mulai bersedia ikut aktif dan berperan serta

dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung, seperti mau

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Keaktifan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 6 berikut ini.

Tabel 6
Persentase Siswa yang Aktif dalam KBM

Jumlah Siswa / Persentase


No Kegiatan Siswa Siklus II
Pretes Siklus I
(Pos Tes)
1 Aktif selama 8 siswa 13 siswa 21 siswa
penjelasan materi (28%) (45%) (72%)
2 Aktif menjawab 4 siswa 9 siswa 17 siswa
pertanyaan lisan (14%) (31%) (58%)
3 Antusiasme 11 siswa 14 siswa 24 siswa
mengerjakan tugas (38%) (48%) (83%)
menulis narasi
4 Mampu menulis narasi 6 siswa 16 siswa 21 siswa
dengan baik (21%) (55%) (72%)

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa selama

KBM pada tahap pretes, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan.

Peningkatan kegiatan KBM siswa yang terendah adalah keaktifan

menjawab pertanyaan lisan. Pada tahap pretes siswa yang aktif menjawab
pertanyaan ada 4 siswa (14%). Pada siklus I ada 9 (21%), dan pada

siklus II ada 17 siswa (58%). Rendahnya keaktifan siswa disebabkan

karena masih ada siswa yang merasa takut salah dalam menjawab.

Data tersebut diperoleh dari pengamatan proses KBM di kelas.

Peneliti melakukan proses pengamatan tersebut tanpa diketahui siswa.

Hasil persentase diperoleh dari penghitungan jumlah siswa kelas VIII A

SMP Muhammadiyah 10 Surakarta dikali 100%.

b. Siswa mengalami kemajuan dalam pelajaran menulis narasi

Sebelum diadakan tindakan, siswa mengalami kesulitan dalam

mengikuti pelajaran. Siswa juga merasa kesulitan dalam menuangkan

gagasannya ke dalam bentuk tulisan secara runtut, dan kebanyakan siswa

belum menggunakan EYD dengan tepat.

Setelah diadakan tindakan, kemampuan menulis narasi siswa

meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil/ nilai siswa yang mengalami

kenaikan pada setiap siklusnya. Dengan menggunakan media karikatur,

hasil tulisan siswa menjadi lebih teratur. Susunan kalimat dan paragrafnya

cukup baik. Dalam hal ini gurulah yang berperan aktif mengingatkan

siswa untuk selalu memerhatikan penggunaan EYD dalam penulisan

narasi.

c. Nilai yang diperoleh siswa meningkat pada setiap siklusnya

Proses penilaian dalam penelitian ini menekankan pada aspek isi,

kepaduan antar paragraf dan ejaan. Batas minimal kelulusan yang

ditetapkan sekolah sebesar 65. Nilai rata-rata pada siklus I sebesar 64,5
sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan sebesar 71,4. Daftar

hasil/ nilai siswa selama tindakan siklus I dan siklus II terlampir.

Peningkatan proses dan hasil nilai yang dicapai siswa dalam setiap

siklusnya mengindikasikan efektifitas penggunaan dan implikasi media

karikatur dalam pembelajaran yang diungkapkan oleh Yustiniadi (1996:

89) yakni: (1) penggunaan karikatur dapat merangsang minat dan

perhatian siswa, (2) gambar yang dipilih secara tepat membantu siswa

memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbak yang

menyertainya, dan (3) isyarat yang bersifat nonverbal atau simbol-simbol

atau pesan pada gambar karikatur dapat memperjelas pesan yang ingin

disampaikan.

3. Persepsi dan kesan siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 10

Surakarta terhadap pembelajaran menulis narasi menggunakan media

karikatur.

Setelah peneliti dan guru menyelesaikan tindakan siklus I, diperoleh

beberapa tanggapan dari siswa mengenai pembelajaran menulis narasi

menggunakan media karikatur sangat beragam.

Dari hasil wawancara peneliti dengan siswa, didapat beberapa

persepsi dan kesan dari masing-masing siswa.

Persepsi siswa mengenai pembelajaran menulis narasi menggunakan media

karikatur dapa dilihat pada kutipan wawancara berikut:

“Sangat menyenangkan Mbak, menulis pakai media ternyata


memudahkanku untuk menuangkan gagasan. Apalagi karikatur
gambarnya lucu dan menarik. membuatku semangat untuk
menulis. Situasi kejadian yang terdapat dalam karikatur benar-
benar terjadi dan sedang aktual”.
(sumber: wawancara terstruktur)
Dari kutipan wawancara di atas, diperoleh tanggapan yang positif terhadap

pembelajaran menulis narasi yang telah dilakukan. Menurutnya,

pembelajaran menulis dengan menggunakan media karikatur sangat

menyenangkan, karena dalam gambar karikatur terdapat gambar-gambar

yang lucu dan menarik, dan biasanya menceritakan kejadian yang sedang

aktual. Gambar karikatur memudahkannya dalam menceritakan kembali isi

yang terkandung di dalamnya dengan urutan waktu dan tempat kejadian.

Dalam hal ini tentunya berkaitan dengan tulisan narasi yang menceritakan

sesuatu berdasarkan urutan kronologis waktu dan tempat kejadian.

Sependapat dengan tanggapan siswa di atas diungkapkan pula oleh

siswi yang selalu terlihat aktif dalam proses KBM berlangsung.

Persepsi siswa dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut:

“Menurutku, menulis pakai media karikatur adalah cara baru


untuk memudahkanku untuk menulis dan mengungkapkan ide
dalam bentuk tulisan narasi. Dari dulu guruku belum pernah
ada yang pakai media apapun saat pelajaran menulis. Semua
guru biasanya nyuruh nulis dengan tema yang sudah
ditentukan. Aku sangat kesulitan sebelumnya, tapi sesudah
pakai media ternyata menulis menjadi menyenangkan”.
(sumber: wawancara terstruktur)

Kutipan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa dengan

menggunakan media karikatur, ia dapat menuangkan idenya dengan mudah

ke dalam bentuk tulisan. Sebelumnya ia sangat merasa kesulitan dalam

menuangkan gagasannnya karena selama ini setiap guru baik di SD, bahkan

sampai duduk di kelas VIII sekarang pun belum pernah menggunakan media

apapun dalam pelajaran menulis. Kebanyakan guru menyuruhnya untuk

mengarang narasi atau pun jenis tulisan yanga lain, seperti: argumentasi,
persuasi, maupun deskripsi dengan menggunakan tema yang telah ditentukan

oleh guru dan tanpa meanggunakan media yang menarik. Hal itulah yang

menyebabkan pelajaran menulis tidak diminati oleh sebagian besar siswa,

karena dianggap sebagai pelajaran yang membosankan.

Hal serupa juga diungkapkan oleh sekretaris kelas, yang menyatakan

antusiasmenya terhadap pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan

media karikatur yang telah dilakukan.

Hasil wawancara dengan siswa dapat dilihat pada kutipan berikut:

“Aku sangat antusias dengan pelajaran menulis kalau pakai


media karikatur Mbak. Media karikatur memberiku suasana
baru. Menurutku pelajaran menulis itu membosankan, karena
sulit Mbak. Tapi setelah pakai karikatur membuatku mudah
dalam menulis narasi. Aku tidak merasa jenuh lagi ketika
menulis”.
(sumber: wawancara terstruktur)

Dari kutipan hasil wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa selama ini

ia sangat tidak menyukai pelajaran menulis yang menurutnya sangat sulit dan

membosankan. Tetapi dengan pemberian suasana baru menggunakan media

karikatur, ia mengaku bahwa tidak ada lagi rasa jenuh terhadap pelajaran

menulis.

Dari berbagai tanggapan siswa yang telah dikemukakan di atas, masih

ada beberapa siswa yang mengeluh saat diminta untuk menulis.

Persepsi siswa tersebut terdapat pada kutipan wawancara berikut:

“Saya merasa dibantu dengan adanya media karikatur dalam


pelajaran menulis narasi, tapi saya merasa jenuh ketika
diharuskan menulis narasi sebanyak tiga kali, yaitu pada tahap
pretes, siklus I dan pada siklus II”.
(sumber: wawancara terstruktur)
Dari kutipan wawancara tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemungkinan

mereka merasa jemu karena diharuskan menulis narasi sebanyak tiga kali

berturut-turut. Hal inilah yang menjadi kekurangsempurnaan dalam penelitian

ini sehingga dapat dijadikan sumber referensi dan identifikasi masalah bagi

peneliti selanjutnya untuk mengatasi segala bentuk kelemahan dalam

penelitian ini.

D. Pembahasan

Pelaksanaan pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan media

karikatur merupakan pengalaman pertama siswa kelas VIII A SMP

Muhammadiyah 10 Surakarta. Sebelumnya guru tidak pernah menggunakan

media apapun dalam pembelajaran menulis. Pada awal pelaksanaan pembelajaran

menulis dengan media karikatur, masih didapat beberapa kendala yaitu

rendahnya motivasi siswa mengikuti pembelajaran dan masih banyak siswa yang

mendapatkan nilai di bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Setelah diadakan siklus yang kedua, situasi KBM di kelas menjadi lebih berbeda.

Siswa lebih antusias dan aktif selama pembelajaran berlangsung. Hal ini terjadi

setelah guru memberi stimulus berupa nilai tambah dan materi tambahan berupa

EYD dan koherensi paragraf. Guru juga berperan aktif dalam pengecekan

terhadap proses kegiatan menulis yang dilakukan siswa.

Dari penjelasan di atas sudah dapat diketahui bahwa ada peningkatan

keterampilan menulis dengan menggunakan media karikatur. Adanya

peningkatan tersebut juga dapat diketahui dari hasil nilai rata-rata yang diperoleh

siswa pada siklus I yaitu 64, 5 dan pada siklus ke II 71, 4. Hal ini membuktikan
adanya tanggapan siswa yang cukup baik selama pembelajaran menulis narasi

menggunakan media karikatur.

Hasil penelitian ini berupa peningkatan keaktifan siswa dalam KBM dan

peningkatan nilai menulis siswa pada setiap siklusnya. Sedangkan penelitian

Wijayanti (2007) lebih menekankan pada hubungan kelebihan media cergam

(cerita bergambar) sebagai media pembelajaran dengan peningkatan kemampuan

siswa dalam menyusun cerita, memadukan kalimat dengan kata sambung, ejaan,

dan tanda baca secara tepat.

Hasil penelitian antara peneliti dengan Astuti (2007) hampir sama. Dalam

pembelajaran menulis sisiwa diharapkan mampu menulis dengan baik

berdasarkan isi tulisan, kepaduan antarparagraf, ejaan, dan tanda baca. Penulis

dapat menyimpulkan bahwa tingkat kemampuan menulis narasi siswa dan

antusiasme KBM dapat diketahui setelah dilakukan dengan menggunakan media

karikatur yang sebelumnya tidak menggunakan media. Penggunaan media komik

pada penelitian Astuti juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

Sedangkan perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian Astuti adalah

penggunaan media dalam pembelajaran. Penulis menggunakan media karikatur,

sedangkan Astuti menggunakan komik sebagai media pembelajaran.

Dalam penelitian ini dikemukakan bahwa dengan menggunakan media

karikatur dapat memotivasi siswa untuk menuangkan gagasannya ke dalam

bentuk tulisan narasi. Sedangkan dalam penelitian Aminudin (2006)

dikemukakan bahwa dengan menggunakan teks wacana dialog dapat mengurangi

kesalahan siswa dalam penggunaan diksi, kesalahan ejaan, dan pengembangan

isi.
Peneliti memiliki pendapat yang sama dengan Ristanti (2007) bahwa

penggunaan media yang menarik dapat memotivasi siswa untuk menuangkan

gagasan ke dalam bentuk tulisan. Sedangkan yang membedakan antara penelitian

ini dengan penelitian Ristanti adalah penggunaan media pembelajaran. Upaya

peningkatan keterampilan menulis narasi pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan media karikatur. Sedangkan dalam penelitian Ristanti

menggunakan media cergam (cerita bergambar) sebagai upaya meningkatkan

keterampilan menulis narasi.

Peneliti dapat menyimpulkan bahwa media karikatur, komik, cergam

(cerita bergambar), dan media teks wacana dialog memiliki tujuan yang sama

yaitu memotivasi siswa untuk menulis. Media-media tersebut dimaksudkan untuk

memberikan stimulus kepada siswa agar menarik minat siswa untuk menuangkan

ide, gagasan, maupun pendapat ke dalam bentuk tulisan narasi.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Secara singkat simpulan hasil penelitian ini yakni terdapat peningkatan

kualitas pembelajaran (baik proses maupun hasil) keterampilan menulis narasi

pada siswa kelas VIII A SMP Muhammadiyah 10 Surakarta. Peningkatan

kualitas pembelajaran tersebut terjadi setelah peneliti dan guru melaksanakan

beberapa upaya untuk meningkatkan pembelajaran menulis narasi menggunakan

media karikatur. Tindakan tersebut berhasil menjawab rumusan masalah yang

dikemukakan peneliti. Hal tersebut terlihat pada hasil penelitian berikut ini:

1. Proses penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus penelitian diawali dengan

pre-tes sebagai tindakan survei awal untuk mengetahui kondisi di lapangan.

Pada tahap pretes, guru melaksanakan KBM menulis seperti biasa, tanpa

menggunakan media apapun. Dari hasil nilai siswa pada tahap pre-tes

menunjukkan bahwa keterampilan menulis narasi siswa tergolong rendah.

Berdasarkan identifikasi masalah pada tahap pretes, peneliti dan guru

berkolaborasi untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan

melaksanakan tindakan siklus I. Pada siklus I, guru mengaplikasikan

rancangan tindakan yang telah disepakati bersama peneliti dengan

menggunakan media karikatur untuk meningkatkan keterampilan menulis

narasi siswa. Pada siklus II, peneliti dan guru mengembangkan program

rancangan tindakan untuk mengatasi kekurangan/ kelemahan yang ada pada


siklus I. pengembangan program yang disepakati antara peneliti dan guru

sebagai upaya mengatasi kelemahan pada siklus sebelumnya adalah dengan

memberikan materi tambahan berupa EYD, kalimat, dan paragraf. Guru

berusaha memberikan perhatian menyeluruh kepada siswa dengan melakukan

rotasi posisi untuk melakukan pencekan terhadap siswa selama proses KBM

berlangsung. Stimulus diberikan untuk memotivasi siswa agar aktif bertanya,

menjawab pertanyaan dari guru, dan aktif selama KBM. Guru bersedia

memberikan nilai tambah.

2. Hasil penelitian ini berupa peningkatan minat siswa dalam mengikuti

pelajaran yang terindikasikan oleh keaktifan siswa dalam menjawab

pertanyaan-pertanyaan lisan yang diajukan oleh guru selama proses KBM

berlangsung. Keterampilan menulis narasi siswa mengalami peningkatan

yang ditandai dengan meningkatnya penguasaan aspek-aspek menulis, yang

meliputi ejaan (EYD), tata kalimat, dan koherensi antarparagraf. Nilai yang

dicapai siswa dalam setiap siklusnya mengalami peningkatan. Nilai rata-rata

siswa pada tahap pretes 59,5 siklus I 64,5 dan pada siklus II 71,4.

3. Persepsi dan kesan siswa terhadap pembelajaran menulis narasi dengan

menggunakan media karikatur adalah berupa antusiasme dan partisipasi yang

tinggi. Dari hasil wawancara peneliti dengan siswa diperoleh tanggapan

positif. Menurut siswa, pembelajaran menulis adalah pelajaran yang dirasa

sulit bahkan dianggap membosankan. Selain harus menuangkan gagasan ke

dalam bentuk tulisan, guru selalu menuntut siswa untuk dapat menulis dengan

baik dan benar tanpa memberikan solusi dan inovasi pembelajaran baru.
Namun dengan media karikatur, siswa mulai tertarik dengan pelajaran menulis.

Media karikatur yang memuat gambar dan konflik yang menarik sehingga

memudahkan siswa dalam menuangkan ide/ gagasan ke dalam bentuk tulisan.

Terbukti dari proses dan hasil KBM siswa yang meningkat pada setiap siklusnya.

Namun, ada siswa yang memberi persepsi ada rasa jenuh ketika guru meminta

siswa untuk menulis selama tiga kali berturut-turut. Hal inilah yang menjadi

kekurangan dalam penelitian ini, sehingga dapat dijadikan referensi bagi peneliti

selanjutnya untuk memperbaiki dan memperoleh solusi alternatif demi

kesempurnaan penelitian berikutnya.

B. Saran

Berkaitan dengan simpulan di atas, peneliti menyarankan kepada siswa

agar selalu berusaha aktif dan responsif terhadap setiap pembelajaran di kelas.

Siswa yang kurang paham terhadap materi yang diusampaikan oleh guru,

hendaknya berani mengajukan pertanyaan. Siswa juga diharapkan agar selalu

memberikan kritikan dan saran terhadap cara mengajar guru, sehingga dapat

memperbaiki proses dan hasil KBM. Bagi guru bidang studi bahasa dan sastra

Indonesia disarankan agar melakukan perencanaan yang matang sebelum

mengajar, guru harus berusaha meningkatkan kemampuan dalam

mengembangkan materi, menyampaikan materi dengan media maupun metode

yang inovatif, dan mampu mengelola kelas. Hal ini penting untuk memperbaiki

kualitas proses dan hasil KBM.


DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, Sabarti, Maidar. G. Arsyad dan Sakura Ridwan. 1996. Pembinaan


Kemampuan Menulis. Jakarta: Erlangga.

Aminudin, Asep. 2006. “Pembelajaran Menulis Karangan Narasi dengan


Menggunakan Media Teks Wacana Dialog sebagai Upaya Meningkatkan
Keterampilan Menulis (Penelitin Tindakan Kelas VII Siswa SMPN 22
Bandung Tahun Ajaran 2005/2006)”. Skripsi. Universitas Pendidikan
Indonesia, dapat diakses di http//222.124.158.89/pasca/available/etd-
0426106-092510/. diakses tanggal 19 Maret 2008.

AR. Syamsudin, dan Damaianti, Vismaia. 2006. Metode Penelitian Bahasa.


Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Arikunto, Suharsimi, Suhardjono dan Supandi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas.


Jakarta: Bumi Aksara.

Arsyad, Azhar. 2005. Media Pengajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Astuti, Hartanti. 2007. “Pemanfaatan Media Komik dalan Upaya Meningkatkan


Keterampilan Menulis Narasi (Penelitian Tindakan Kelas VII B SMPN 24
Surakarta Tahun Ajaran 2006/2007)”. Skripsi. Surakarta:UNS.

Djuroto, Totok. 2001. Karikatur dan Pers. Bandung: Rosdakarya.

Eman, S. Yayan. 2005. Ajarkan Siswa Menulis. Dalam (www.pikiran-


rakyat.com/cetak/2005/1205/23/1105.htm-18k-), diakses tanggal 20 Maret
2008.

Hamalik, Oemar. 2001. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Husein, Akhlan dan Rahman. 1996. Perencanan Pengajaran Bahasa Indonesia.


Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek
Penataran Guru SLTP Setara D III tahun 1996/1997.

Keraf, Gorys. 2001. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: PT Gramedia.

Kusmiatun, Ari. 2005. Harmoni Kecerdasan Intelektual, Emosional, dan Spiritual


dalam Pembelajaran Menulis. “ Dalam Menuju Budaya Menulis Suatu
Bunga Rampai”. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Marahimin, Ismail. 1999. Menulis Secara Populer. Jakarta: Pustaka Jaya.

Mujiyanto, Yant., Setyawan, Budhi., dan Edi Suryanto. 2000. Puspa Ragam Bahasa
Indonesia (BPK). Surakarta: UNS Press.

66
67

Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra


Indonesia. Yogykarta: BPFE.

Ristanti, Widya. 2007. “Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi pada Siswa


Kelas VII A SMP Islam ALHADI Sukoharjo Menggunakan Media Cerita
Bergambar (Penelitian Tindakan Kelas)”. Skripsi. Surakarta: UNS.

Sadiman, Arif., R. Rahardjito, Anung Haryono. 1996. Media Pendidikan:


Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo.

Suparno dan Yunus, Muhammad. 2004. Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:


Universitas Terbuka.

Suriamihardja, Agus. Husen, Akhlan dan Nunuy Nurjannah. 1996. Menulis. Jakarta:
Depdiknas.

Wibawa, Basuki dan Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV


Maulana.

Wijayanti, Ari. 2006. Pengajaraan Bahasa yang Kreatif. www.geogle.com., diakses


tanggal 24 Marert 2008.

Yustiniadi. 1999. Karikatur: Antara Humor dan Kritik. Bandung: Angkasa.


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas : VIII A

Daftar Nilai Menulis Narasi

No. Nilai
Nama Siswa
Urut Induk Pretes Siklus I Siklus II
1. 925 Afifah Mar’atus 59 72 76
2. 928 Amirudin Khoiri 85 82 88
3. 930 Arya Galang Budi 69 74 76
4. 934 Darmono 65 67 77
5. 939 Harbudi 63 60 63
6. 940 Imadatul Biladiayah 60 66 67
7. 943 Khoirudin 56 73 86
8. 945 M. Syafrudin 63 65 76
9. 946 Mandodari 60 61 65
10. 952 Nureza Arga 53 52 63
11. 953 Nurul Hidayah 66 67 74
12. 957 Sapto Catur. N 59 68 74
13. 963 Tri Ardiyanto 60 71 73
14. 967 Yunia Dewi 61 63 76
15. 968 Ade Bachtiar Devid 66 65 75
16. 969 Ali Amirudin 44 49 65
17. 970 Anan Apriyanto 62 60 66
18. 971 Anwarul Hidayah 49 58 65
19. 972 Arno Purwo Kuncoro 57 60 67
20. 973 Aryo Dipo Kusumo 67 65 69
21. 993 Febri Supriyanto 48 55 62
22. 995 Moh. Joko Sutanto 46 60 75
23. 997 Linda Mahardika 55 57 67
24. 1003 Putri Maharani 79 80 81
25. 1006 Rico Surya Pratama 47 - 65
26. 1008 Setyo Nugroho 52 59 65
27. 1013 Zulaikah 59 72 74
28. 1016 Lilik Setyawan 60 63 77
29. 1118 Bayu Cahyo 58 64 66
RATA-RATA 59,5 64,5 71,4

Guru Kelas

Dra. Lilik Tri. P.


NIGB. 110400275

69
70

TES SIKLUS I

Petunjuk:

1. Tulislah nama, kelas, dan nomor urutmu di sudut kanan pada

kertas yang telah disediakan.

2. Buatlah karangan dengan media karikatur yang telah disediakan.

3. Karangan ditulis sesuai EYD.

4. Panjang karangan Kurang lebih satu halaman folio.

5. Karangan ditulis di kertas folio yang telah disediakan.

6. Waktu mengerjakan 40 menit.

# Selamat Mengerjakan, Terimakasih #


71

TES SIKLUS II

Petunjuk:

1. Tulislah nama, kelas, dan nomor urutmu di sudut kanan pada kertas

yang telah disediakan.

2. Buatlah karangan dengan media karikatur yang telah disediakan.

3. Karangan ditulis dengan menerapkan penggunaan EYD dan dengan

paragraf yang padu.

4. Panjang karangan kurang lebih satu halaman folio dan ditulis di

kertas folio yang telah disediakan.

5. Waktu mengerjakan 40 menit.

# Selamat Mengerjakan, Terimakasih #


72

FORMAT OBSERVASI PROSES KBM


SIKLUS I

No Kegiatan Siswa Jumlah Persentase


Siswa
1 Aktif selama penjelasan materi 13 45%
2 Aktif menjawab pertanyaan lisan 9 31%
3 Antusiasme mengerjakan tugas 14 14%
(menulis narasi)
4 Mampu menulis narasi dengan baik 16 16%
73

FORMAT OBSERVASI PROSES KBM


SIKLUS II

No. Kegiatan Siswa Jumlah Persentase


1 Aktif selama penjelasan 21 72%
materi
2 Aktif menjawab pertanyaan 17 58%
lisan
3 Antusiasme mengerjakan 24 83%
tugas menulis narasi
4 Mampu menulis narasi 21 72%
dengan baik
74

FORMAT OBSERVASI PROSES KBM


PRETES

No Kegiatan Siswa Jumlah Persentase


Siswa
1 Aktif selama penjelasan materi 8 28%
2 Aktif menjawab pertanyaan lisan 4 14%
3 Antusiasme mengerjakan tugas 11 38%
(menulis narasi)
4 Mampu menulis narasi dengan baik 6 21%

Anda mungkin juga menyukai