BAB IV
A. Hasil
Balai pengembangan budidaya air payau (BPBAP) sebagai salah satu Unit
Pelaksana Teknis (UPT) di lingkup Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa
Timur, mempunyai tugas membantu sebagian tugas Kepala Dinas Perikanan dan
Kelautan Propinsi Jawa Timur dalam bidang teknis tertentu, yang tertuang dalam
fungsi pelayanan, pembinaan dan pengujian lapangan (kaji terap) sesuai dengan
Tambak masih diarahkan pada kegiatan budidaya udang dan bandeng dengan
tambak saat ini. Berbagai kajian teknologi budidaya tambak telah dilakukan yang
diarahkan pada pembenihan udang windu sepenggal yang mengacu pada SNI.
dana PBN dan APBD jawa Timur tahun anggaran 1997/1978. Berdasarkan
41
42
keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingakat I Jawa Timur No. 23 tahun 1987
tanggal 29 Januari 1987 tentang susunan organisasi dan tata kerja UPT Dinas
tanggal 14 Desember 2001 tentang Tugas dan Fungsi Unit Pelaksana Teknis
Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Jawa Timur, UPT PBAP melaksanakan
pengendalian mutu, budidaya ikan serta pelatihan dan keterampilan budidaya air
payau. Fungsi dari UPT PBAP Bangil adalah menyusun rencana dan program
budidaya air payau, pelaksana perawatan dan pemeliharaan bahan, sarana dan
kualitas air, hama dan penyakit ikan air payau, pelaksana pengawasan dan
tangga serta pelaksana tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas
b. Struktur Organisasi
Propinsi Tingkat I Jawa Timur. Susunan organisasi PBAP Bangil terdiri atas:
Kepala Balai, Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Perbenihan, Seksi Pengendalian
Kelompok Jabatan Fungsional. Sub Bagian dan Kepala Seksi yang berada di
bawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Balai. Struktur organisasi dapat
perbenihan dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai.
dalam rangka pengendalian mutu, menetapkan sistem jaminan mutu yang diakuai,
air, hama dan penyakit budidaya air payau untuk memenuhi standar mutu,
menyusun tolak ukur dan pedoman standar pengembangan budidaya ikan air
payau, melakukan monitoring dan evaluasi hasil pengujian budidaya ikan air
payau dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh Kepala Balai.
pengembangan produktivitas usaha budidaya ikan air payau melalui kaji terap
budidaya ikan air payau dan melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh
silabus dan jadwal pelaksanaan pelatihan dan keterampilan budidaya air payau,
tahun 2006 terdiri dari 32 orang yaitu pegawai negeri sipil sebanykan 19 orang,
Lokasi PBAP beralamat di Jalan Perikanan No. 746 dan terletak di Desa
lokasi PBAP Bangil dapat dilihat pada lampiran 2. Secara geografis Desa
Kalirejo, sebelah barat berbatasan dengan Desa Tambakan dan Sebelah Timur
Kalianyar adalah 11.809.150 m2. Keadaan pantai Desa Kalianyar adalah landai
berlumpur, dengan Topografi tanahnya adalah datar, rata dan tidak bergelombang.
tahun dan suhu udara berkisar antara 28-320 C. denah Lokasi Kalianyar dapat
padat dan sebagian besar berupa areal pertambakan (82,34%), sehingga sebagian
Komoditas yang diusahakan pada umumnya adalah bandeng, udang windu dan
46
vaname. Tidak jauh dari lokasi PBAP Bangil terdapat pasar ikan yang sebagian
Agar usaha budidaya berjalan dengan lancar maka sangat diperlukan sarana
dan prasarana yang menunjang. Sarana berupa alat dan bahan yang diperlukan
selain itu faktor pendukung yang sangat penting peranannya dalam bidang
budidaya udang vannamei ini adalah prasarana yang tersedia di lingkungan UPT-
Unit tambak :
Rumah genset 36 m2
47
Jembatan kayu 2 m2
TP 1 981 m2
TP 2 865 m2
TP 3 1.061 m2
TP 4 969 m2
RP 1 7.067 m2
RP 2 8.600 m2
RP 3 3.800 m2
RP 4 3800 m2
RP 5 9.150 m2
RP 6 8.800 m2
RP 7 2.780 m2
RP 8 2.780 m2
Denah lokasi tambak unit I dan unit II dapat dilihat pada lampiran.
Senin, 6 Juli 2009 07.00 – 07.15 Apel pagi Dilakukan oleh seluruh peserta PKL
09.00 – 09. 15 Memberi makan pellet udang vaname di bak Dilakukan penulis sendiri dengan
conical. bimbingan dari pembimbing
lapangan.
Pengarahan dari kepala Balai (Bu Ninik
10.00 – 12.00 Setyorini, M.T.) Diikuti oleh Mahasiswa UNESA
Selasa, 7 Juli 2009 07.00 – 07.15 Apel pagi Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
08.00 – 11.00 Observasi kerja lapangan dengan pembimbing
lapangan.
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
15.00 – 15. 15 Apel sore
PKL
08.00 – 11.30 Pembuatan filter arang + ijuk di bak conical. Dilaksanakan oleh penulis dan
beberapa peserta PKL
12.00 – 13.00 Pengarahan dari Kepala Balai Pengarahan terkait dengan usaha
produksi soka dan pembuatan
jembatan
15.00 – 15.15 Apel sore Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
Selasa, 14 Juli 2009 07.00 – 07.15 Apel pagi Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
08.00 – 11.30 Pembuatan jembatan di TP 2 & setting Keramba Dilaksanakan oleh peserta PKL
Keranjang Apung (KKA) kepiting Scylla putra (Mahasiswa) > jembatan &
serrata.
oleh peserta PKL putri (Mahasiswi)
> setting ketranjang
13.00 – 13.30, Memberi makan (pellet + probiotik) udang Dilaksanakan oleh penulis dan
17.00 – 17.20 vaname di bak conical Yasmat (siswa SMK Turen)
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
15.00 – 15.15 Apel sore PKL
Rabu, 15 Juli 2009 07.00 – 07.15 Apel pagi Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
08.00 – 11.30 Pembuatan jembatan di TP 2 & setting Keramba Dilaksanakan oleh peserta PKL
Keranjang Apung (KKA) kepiting Scylla putra (Mahasiswa) > jembatan &
serrata. oleh peserta PKL putri (Mahasiswi)
> setting ketranjang
16.00 – 17.00 Mengambil sisa udang yang mati di RP (Rearing Dilaksanakan oleh penulis dan
Pond) 8 sebagian peserta PKL dari
UNIBRAW,SMK Turen, dan
UNAIR
Kamis, 16 Juli 2009 06.00 – 06.30 Memberi makan pellet udang vaname di bak Dilaksanakan oleh penulis
conical
Jum’at, 17 Juli 2009 07.00 – 07.15 Apel pagi Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
08.00 – 11.30 Pembuatan jembatan di TP 2 & setting Keramba
Keranjang Apung (KKA) kepiting Scylla
serrata.
Dilaksanakan oleh penulis dan
13.00 – 14.00 Menguras sisa air di RP 8 (tambak intensif)
Yasmat (siswa SMK Turen)
dengan menggunakan mesin diesel
14.00 – 14.15 Apel sore Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL
17.00 – 17. 20, Memberi makan (pellet + probiotik) udang Dilaksanakan oleh penulis
22.00 – 22. 30 vaname di bak conical
Selasa, 21 Juli 2009 06.00 – 08.00 Mutilasi kepiting dan tebar kepiting 10 kg
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
07.00 – 07.15 Apel pagi PKL
06.00 – 06.30, Memberi makan (pellet + probiotik) udang
Dilaksanakan oleh penulis dan
09.00 – 09.30, vaname di bak conical
Yasmat (siswa SMK Turen)
13.00 – 13.40,
17.00 – 17.30,
22.00 – 23.00
19.30 – 22.00 Mutilasi kepiting Scylla serrata 10 kg Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Kamis, 23 Juli 2009 06.00 – 06.30, Memberi makan (pellet + probiotik) udang Dilaksanakan oleh penulis dan
17.00 – 17.30, vaname di bak conical Yasmat (siswa SMK Turen)
22.00 – 23.00
07.00 – 07.15 Apel pagi Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
08.00 – 12.00 Panen ikan nila di RP 7 (tambak intensif) Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
13.00 – 15.00 Seminar peserta PKL dari UNIBRAW
Dihadiri oleh seluruh pesert PKL
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
15.00 – 15.15 Apel sore
PKL.
15.00 – 18.00 Dilaksanakan oleh penulis dan
Mutilasi kepiting Scylla serrata 11,5 kg
beberapa peserta PKL.
Jum’at, 24 Juli 2009 07.00 – 07.15 Apel pagi Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
08.00 – 09.00 Menyifon bak conical Dilaksanakan oleh Yasmat (siswa
SMK Turen)
09.00 – 09. 30 Memberi pakan pellet udang vaname di bak
Dilaksanakan oleh penulis dan
conical
Yasmat (siswa SMK Turen)
14.00 – 14.15 Apel sore Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
Senin, 27 Juli 2009 05.30 – 06.45 Membantu Andika memberi makan kepiting Penulis dan Andika
16.00 – 17.30 Membantu Andika memberi makan kepiting Penulis dan Andika
Rabu, 29 Juli 2009 05.00 – 08.00 Mutilasi dan tebar kepiting Scylla serrata 5,5 kg Diikuti oleh Penulis dan beberapa
peserta PKL.
07.00 – 07.15 Apel pagi Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
08.00 – 10.00 Melakukan proses pengeringan bak conical
Penulis beberapa peserta PKL.
15.00 – 15.15 Apel sore Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
19.30 – 23.00 Membuat rel untuk KKA hitam (soliter) Penulis dan Andika
Kamis, 30 Juli 2009 07.00 – 07.15 Apel pagi Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
07.15 – 09.00 Mutilasi dan tebar kepiting Scylla serrata 7,5 kg Penulis & beberapa peserta PKL.
09.00 – 11.30 Membersihkan bak conical dari hama (Balanus Penulis & beberapa peserta PKL
sp.) dengan kaporit
Jum’at, 31 Juli 2009 06.00 – 07.00 Membantu Andika memberi makan kepiting Penulis, Wildan dan Andika
Senin, 03 Agustus 07.00 – 07.15 Apel pagi Dilaksanakan oleh seluruh peserta
2009 PKL.
09.00 – 11.30 Membersihkan bak conical dengan
menggunakan air dari sungai Dilaksanakan oleh penulis &
Yasmat (siswa SMK Turen)
14.00 – 14.30 Monitoring kualitas air di TP 2 (tambak semi
intensif)
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
15.00 – 15.15 Apel sore
PKL.
Selasa, 04 Agustus 07.00 – 07.15 Apel pagi Dilaksanakan oleh seluruh peserta
2009 PKL.
09.00 – 15.00 Presentasi peserta PKL (SMK Turen &
53
Rabu, 05 Agustus 06.00 – 07.00 Panen soka secara continue di TP 2 (tambak Dilaksanakan oleh penulis, Wildan,
2009 semi intensif) dan Andika
07.00 – 07.15
Apel pagi Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
08.00 – 12.00 Mengapur dinding dan dasar bak conical Penulis & beberapa peserta PKL
kemudian dikeringkan
Jum’at, 07 Agustus 06.00 – 07.00 Membantu Andika panen soka di TP 2 (tambak Penulis, Wildan dan Andika
2009 semi intensif)
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
07.00 – 07.15 Apel pagi PKL.
Senin, 10 Agustus 07.00 – 07.15 Apel pagi Dilaksanakan oleh seluruh peserta
2009 PKL.
08.00 – 10.00 Membersihkan dan mengeringkan ijuk + arang Penulis dan Bapak Uman A.Md.,
dalam profil tank
10.00 – 12.30 Mengkaporit dinding dan dasar bak conical, Penulis & beberapa peserta PKL
Selasa, 11 Agustus 07.00 – 07.15 Apel pagi Dilaksanakan oleh seluruh peserta
2009 PKL.
08.30 – 10.00 Memasukkan ijuk + arang ke dalam profil tank Dikerjakan oleh penulis dan Andika
15.00 – 15.15 Apel sore Dilaksanakan oleh seluruh peserta
PKL.
16.00 – 17.30 Membantu Andika panen soka
Rabu, 12 Agustus 02.00 – 03.00 Memasukkan air dari sungai ke dalam bak Dikerjakan oleh penulis dan Bapak
2009 conical Uman A.Md.,
Jum’at, 14 Agustus 07.00 – 07.15 Apel pagi Dilaksanakan oleh seluruh peserta
2009 PKL.
09.00 – 11.00 Presentasi peserta PKL (Mahasiswa dari
UNESA bag.2) dengan penguji Bu Lia dan Pak Presentasi Yossep
Wahyudi
Dilaksanakan oleh seluruh peserta
15.00 – 15.15 Apel sore PKL.
3. Tahapan Kegiatan Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) dalam Bak Conical
ini meliputi :
a. Persiapan Lahan
agar produksi atau budidaya berjalan dengan baik. Persiapan lahan dilakukan
55
Kontruksi bak conical terbuat dari beton seluruhnya baik dinding maupun
mencapai 160 cm (1,6 m). Pasokan air yang digunakan dalam budidaya udang
vaname pada bak conical menggunakan air yang berasal dari sungai (payau) dan
air bor.
maupun dasar bak terdapat retakan sehingga akan mengakibatkan kebocoran baik
kecil maupun besar sehingga akan mengurangi volume air yang akan dimasukkan
yang terdapat retakan dengan semen, adapun perbaikan yang lainnya meliputi
perbaikan pada saluran irigasi (pintu inlet ataupun outlet) dan pompanisasi karena
56
pada bak conical dalam memasukkan air sangat bergantung pada proses pasang
Pengeringan
dasar bak conical hingga kedalaman air hanya setinggi 1 cm, Pengeringan
dasar bak conical yang terbuat dari beton akan mengalami retak, sehingga akan
terjadi kebocoran pada bak apabila sudah diisi air. Pengeringan bertujuan untuk
memutus siklus hidup hama dan penyakit dengan cara menghambat sistem
tranmisinya, yaitu dengan cara membersihkan tritip (Balanus sp.) dan tiram
(Crassostrea sp.) dari dinding dan dasar bak conical dan selanjutnya akan
disemprot dengan air yang diambil dari sungai dengan menggunakan mesin
selang
Gambar 12. Proses pengeringan bak conical
57
Hama merupakan salah satu faktor yang dapat mengganggu dan bahkan
dapat mengancam kehidupan udang Vanname. Untuk itu, hama tersebut harus
Hama yang ditemukan di bak conical pada saat proses budidaya udang
vaname terdiri dari: hama pengganggu (parasit) meliputi tritip (Balanus sp.) dan
tiram (Crassostrea sp.), sedangkan untuk penyakit yang berasal dari virus baik
TSV (Taura Syndrome Virus) maupun BWSS (Bacterial White Spot Syndrome),
yang menyerang udang vaname tidak teridentifikasi, hal ini setelah dilakukan
memberikan kaporit sebanyak 30 ppm pada dasar dan dinding bak conical lalu di
keringkan selama 1 hari, kemudian dibilas dengan air sungai, dikeringkan kembali
selama 1 hari lalu dikapur sebanyak 20 ppm, dikeringkan selama 1 hari kemudian
dibilas lalu di kaporit lagi, selain itu perlu diketahui bahwa dalam melakukan
pengapuran tidak melalui proses pembalikan tanah karena kontruksi bak conical
semuanya terbuat dari beton. Pemberian kaporit juga dilakukan pada kincir air
kaporit
Pengisian air
kegiatan pengisian air pada tambak hingga air mencapai kedalaman 140 cm
dari pasang-surut air laut) yang berjarak ± 15 meter dari tambak, air yang telah
ada dibiarkan selama 2-5 hari dengan tujuan untuk mengetahui tingkat evaporasi
sinar matahari rendah dan disebar secara merata, kemudian diaerasi selama 1 jam
dengan kincir bertujuan supaya kaporit yang diaplikasikan tersebar secara merata
salinitas, kadar logam, dan DO). Pengukuran parameter kualitas air ini bertujuan
59
untuk mengetahui kondisi air secara awal, sehingga pada saat penebaran benur
dapat disesuaikan.
Pemasangan kincir
conical, jumlah kincir yang dimasukkan dalam petakan bak conical dengan luas
(dimatikan) hanya pada waktu memberikan makan udang, hal tersebut hanya
berlangsung selama (5 menit x 5 kali pemberian pakan dalam 1 hari) agar pakan
yang telah diberikan tidak hancur terlebih dahulu sebelum dimakan oleh udang
Pemupukan
Proses pemupukan awal dilakukan dengan aplikasi jenis pupuk urea 5-10
yang berisi pupuk urea tidak sampai pada dasar bak conical (megambang). Tujuan
dari pemupukan media air untuk menyediakan unsur hara (nutrien) bagi pertumbuhan
dan kelangsungan hidup pakan alami yang berupa plankton, yaitu jenis fitoplankton
Kincir air
semi permanen pada akses masuk keluar baik manusia maupun hewan, pada
menjamin tidak adanya organisme lain yang masuk atau keluar, air yang masuk ke
b. Pemilihan benur
benih yang ditebar. Tersedianya benih udang tepat jenis, tepat jumlah, tepat
waktu, tepat mutu dan tepat harga tidak hanya mampu menghasilkan produksi
berbahaya (misal : WSSV). Sebagai petambak, benih harus dipilih dengan cermat
media air yang sesuai pada tingkat kelangsungan hidup (survival rate)
Litopenaeus vannamei. Benur yang dibeli berasal dari petambak Gresik Jawa
timur dengan panjang tubuh mencapai 5 mm. Adapun standar mutu udang vaname
Waktu penebaran benur dilakukan pada pagi hari (pukul 05:00 WIB) atau
pada saat cuaca masih sejuk. Suhu air tambak pada saat penebaran benur
Proses aklimatisasi suhu dan pH pada air tambak dengan kantong plastik
yang terdapat benur udang vaname dilakukan dengan cara mengapungkan plastik
pengemas yang berisi benur udang vaname dalam keadaan tertutup ke dalam
petakan tambak yang diberi sekat bambu agar kantong plastik tidak terbawa arus
selama ± 30 menit, tindakan tersebut dilakukan hingga suhu dan pH air dalam
kemasan plastik mendekati atau sama dengan suhu dan pH pada air petakan
sebagian air tambak ke dalam kemasan plastik benur udang vaname sebanyak 1-2
liter, perlakuan tersebut di hentikan hingga salinitas air dalam kemasan plastik
mendekati atau sama dengan salinitas air petakan tambak. Pada saat kantong
plastik dibuka, benur yang telah beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan
tambak akan keluar sendiri dan langsung menyelam, tapi benur yang kurang sehat
akan tinggal diam dan mengapung di permukaan air. Padat penebaran benur yang
c. Pemberian pakan
maka penyediaan pakan berasal dari pakan tambahan yang telah diolah dalam
63
bentuk Fine crumble dan pellet. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, pakan
udang mengandung (protein : 35%, crude fat : 5%, crude ash : 16%, crude fiber :
3%, moisture : 12%). Selain itu, lingkungan budidaya yang dikelola dengan baik
sangat dinamis dan mampu menyediakan pakan alami bagi udang dalam tambak.
Pemberian pakan yang diberikan yaitu mempunyai nilai Feeding rate (FR)
tergantung dari umur udang. Frekuensi pemberian pakan yaitu 5 kali sehari yang
dimulai pada hari pertama dengan dosis disesuaikan dengan populasi udang
selama pemeliharaan.
pellet
probiotik
pellet
dapat berubah–ubah tergantung pada tingkat nafsu makan udang. Beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi tingkat nafsu makan udang adalah: (1) kondisi dasar
tambak; (2) kualitas air; dan (3) tingkat kesehatan udang. Secara praktis, tingkat
nafsu makan udang dapat diketahui dengan pengontrolan anco yang dilakukan
d. Sampling
Kegiatan sampling pertama akan dilakukan pada saat udang mencapai umur
hari sekali dari sampling sebelumnya. Adapun maksud dilakukan sampling adalah
sebagai dasar dalam menetapkan jumlah makanan yang dibutuhkan oleh udang
yang tertangkap segera dihitung dan ditimbang untuk mengetahui kepadatan, berat
rata–rata udang vaname dan ada atau tidaknya indikasi terserang penyakit. Setelah
Udang vaname
Anco
65
mencegah dan mengatasi adanya penurunan kualitas air. Jenis kegiatan yang
kali dalam 3-10 hari, yaitu pagi/siang hari saja. Adapun kualitas air yang
amonia (NH3), logam Fe2+, dan alkalinitas (tabel 3). Alat yang di gunakan untuk
Secchi disc
DO meter
pH meter refraktometer
f. Panen
bulan lebih 3 hari) pemeliharaan di bak conical, adapun pemanenan ini termasuk
dalam kategori panen dini karena pada umumnya pemanenan udang vaname
dilakukan setelah umur pemeliharaan lebih dari 100 hari (Hasanuddin, 2009).
Permasalahan yang terjadi di bak conical dalam proses budidaya udang vaname
kincir air pada saat malam hari, hal ini mengakibatkan sebanyak ±60 kg udang
(oksigen terlarut) melihat padatnya populasi udang vaname dalam bak conical
udang vaname yang terus terjadi sehingga pengelola bak conical bapak Uman
hapa pada tempat saluran keluar masuknya air, sehingga udang vaname akan
terkumpul menjadi satu pada hapa yang sebelumnya dilakukan pengurasan air
hingga kedalaman air hanya mencapai 2 cm. Proses pemanenan dilakukan pada
malam hari sampai dini hari untuk mencegah dari hal-hal yang tidak diinginkan
seperti halnya burung dan tenaga buri yang hendak mengambil ikan, kemudian
68
udang ditampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sebelumnya, hasil panen
dari budidaya udang vaname yang dilakukan di bak conical keseluruhan mencapai
g. Pemasaran
Hasil dari budidaya udang vaname yang dilakuakan di bak conical Unit
dipasarkan kepada bakul ikan khusus yang ada di sekitar Bangil, akan tetapi
dikarenakan petambak sudah mempunyai koneksi untuk pembeli udang yang telah
dipanen. Adapun harga yang disepakati setelah melakukan negosiasi oleh penjual
ekor.
B. Pembahasan
PBAP bangil dengan menggunakan sistem super intensif yang artinya kepadatan
benur saat penebaran mencapai 400/m2, dengan kontruksi dinding dan dasar
tambak terbuat dari beton, luas tambak mencapai 176,5 m2 dan diameter mencapai
ketersediaan air dari lingkungan (aliran sungai) secara penuh dengan kualitas air
a. Persiapan Lahan
Pada proses budidaya udang vaname yang dilakukan dalam bak conical
terdapat tahapan persiapan lahan tambak sebelum benur ditebar. Hal ini
dikarenakan persiapan kolam yang baik akan mendukung tingginya daya tahan
hidup (survival rate) udang vaname dan tingginya produksi yang dihasilkan pada
setiap panen. Adapun pelaksanaan persiapan lahan tambak udang vaname secara
hama dan penyakit dengan menggunakan kaporit dan kapur, sampling udang,
pencatatan data, dan penerapan biosecurity, hal ini ditujukan untuk mencapai
hasil budidaya tambak yang dinilai menjaga keamanan dan kesehatan konsumen
(food safety).
dilakukan di bak conical (bundar) inlet dan outlet menjadi satu yaitu terletak tepat
hal ini tidak dimungkinkannya hama masuk ke dalam tambak melalui inlet/outlet,
kemudahan dalam proses panen juga didapat dengan adanya kontruksi dasar
tambak yang seperti itu, seperti halnya corong pada saat air dialirkan maka
dengan mudahnya air akan keluar melalui saluran corong yang berada di tengah.
penting dalam proses budidaya udang, hal ini disebabkan pengamatan kualitas air
secara berkala dijadikan standar hasil budidaya dikatakan aman tidaknya udang
penurunan pada pengamatan tanggal 12 Mei – 28 Juli 2009 dari 6 ppt, 5 ppt, 4
ppt, hingga 3 ppt. hal ini tidak sesuai dengan kisaran yang dibutuhkan, karena
kadar garam (salinitas) minimum yang dibutuhkan oleh udang pada umumnya
adalah 5 ppt, akan tetapi dengan salinitas minimum seperti itu tidak berpengaruh
berkisar antara 3-7,5 ppm. Pada siang hari, tambak akan memiliki angka DO
(DO) berkisar anta 4,5 – 5,8 ppm sehingga dapat dikatakan mampu untuk
Oksigen dihasilkan dari proses fotosintesis di siang hari serta berasal dari
difusi oksigen dari atmosfir ke dalam air. Sebaliknya pada malam hari, kandungan
oksigen dalam air akan menurun, untuk itu dipasang kincir guna meningkatkan
kandungan oksigen di dalam air tambak. Budidaya udang vaname dalam bak
untuk mengumpulkan bahan organik untuk menghindari suhu air dan salinitas
udang. Suhu yang paling cocok untuk udang menurut (Rubiyanto, 2005) berkisar
antara 28,5 – 31,50 C. Jika suhu terlalu tinggi, udang akan mengalami kram
(kejang). jika suhu air di bawah 200 C, udang akan bersifat pasif (diam) dan tidak
mau makan, sedangkan bila suhu di bawah 140 C, udang vannamei akan mati,
pada pengamatan suhu yang diketahui dalam budidaya udang vaname di bak
conical terjadi penurunan dari 30-260 C, akan tetapi penurunan suhu tersebut
masih dalam batas toleransi sehingga tidak terlalu berdampak terhadap kondisi
udang vaname.
dengan kandungan karbondioksida dalam air. Pada siang hari, pH akan naik
sebagai hasil dari fotosintesis. Pengukuran pH dilakukan pada pagi dan sore hari.
72
Pada pagi hari, jika pH kurang dari 7, hal itu menunjukkan bahwa tambak sangat
banyak mengandung limbah organik, untuk itu perlu ditambahkan kapur untuk
meningkatkan laju dekomposisi. Seandainya pH air tinggi dan warna air kelam,
yang dilakukan di bak conical mencapai kisaran 8-9 sehingga dapat diasumsikan
Air yang tidak terlampau keruh dan tidak terlampau jernih baik untuk
kehidupan udang. Zat atau material terlarut (tersuspensi) seperti lumpur, senyawa
Padahal sinar matahari yang ditransmisikan ini sangat diperlukan oleh plankton.
Oleh karena itu kondisi air tambak diusahakan tidak terlalu keruh, sedangkan
tingkat kecerahan yang diharapkan untuk budidaya udang vannamei berkisar antara
vaname mencapai peningkatan dari >100 cm - 13 cm, hal ini diduga terjadi
mikroorganisme. Amonia di dalam air terdapat 2 jenis, yaitu amonia dalam bentuk
gas (NH3+) dan amonium (NH4+) dalam bentuk ion. Jika pH air tinggi lebih dari 9,
amonia akan berubah menjadi bentuk NH4+ yang bersifat racun bagi udang.
73
Sedangkan pH 8,5 akan berubah menjadi ion amonium NH3+ yang tidak bersifat
racun, pada pengamatan kadar amonium yang terkandung dalam perairan tambak
fluktuasi kadar amonium yang tidak stabil dari beberapa hari pengamatan, hal ini
dihubungkan dengan jumlah kotoran organik yang berasal dari pakan udang
sehingga dilakukan resirkulasi dan penyifonan agar air yang di dalam tambak
Alkalinitas dipertahankan pada nilai 120 - 160 ppm, alkalinitas yang rendah
atau kurang 120 ppm harus dilakukan pengapuran sehingga alkalinitas mencapai
angka sesuai dengan kisaran. Jenis kapur yang digunakan disesuaikan dengan
kondisi pH air sehingga pengaruh pengapuran tidak membuat pH air tinggi. Jenis
pH air. Bila pH air sudah tinggi, maka untuk menaikan alkalinitas digunakan jenis
kapur carbonat (CaCO3). Pada pemantauan kualitas air terhadap kadar alkili yang
terkandung dalam perairan tambak udang vaname berkisar antara 240 – 585 ppm,
sehingga dapat diketahui bahwa kadar alkali melebihi batas optimum yang
karenakan penggunaan air bor sehingga kadar alkali terus bertambah. Adapun
tindakan preventif yang dilakukan setelah mendapati kadar alkali terus bertambah
Menurut (Rubianto, 2005) kadar H2S (asam sulfida) yang baik untuk
budidaya udang vaname berkisar antara 0,01 – 0,05 ppm. Udang vaname peka
sekali terhadap H2S (asam sulfida), gas ini dihasilkan dari dekomposisi bahan
organik yang dilakukan oleh bakteri anaerobik. Penggantian air yang tepat sangat
penting diperhatikan untuk mencegah timbulnya H2S. Jika pH lebih dari 8, H2S
akan berubah menjadi HS - yang tidak bersifat racun bagi udang, sedangkan jika
pH menurun sampai 7,5, H2S akan terbentuk. H2S tidak merusak secara cepat, tapi
udang akan melemah kondisinya, yang pada akhirnya timbul kematian. Pemberian
kapur akan mengurangi kandungan H2S jika pH airnya rendah. Peningkatan kadar
H2S yang terjadi di bak conical terjadi tidak stabil berkisar antara 0,024 – 0,133
c. Panen
hapa pada tempat saluran keluar masuknya air, sehingga udang vaname akan
terkumpul menjadi satu pada hapa yang sebelumnya dilakukan pengurasan air
hingga kedalaman air hanya mencapai 2 cm. Proses pemanenan dilakukan pada
malam hari sampai dini hari untuk mencegah dari hal-hal yang tidak diinginkan
seperti halnya burung yang hendak mencari ikan dan sebagian masyarakat
setempat yang bermaksud mencari ikan dari sisa panen di tambak. Udang
ditampung ke dalam wadah yang telah disiapkan sebelumnya dengan bagian atas
udang diberi es balok agar udang masih tetap segar, hasil panen dari budidaya
75
3. Pemasaran
dilakukan oleh Bapak Uman A.Md., selaku penanggung jawab dan pengelola
budidaya udang vaname dalam bak conical, pemasaran dilakukan melewati bakul
ikan khusus yaitu udang dijual kepada bakul tertentu dan tetap, selanjutnya udang
akan didistribusikan kepada penjual ikan yang berada pada pasar ikan daerah
setempat dan setelah itu udang tersebut akan dibeli oleh konsumen.
72 kg udang vaname dan harga yang telah disepakati antara kedua belah pihak
(penjual dan pembeli) setelah melakukan negosiasi adalah sebesar Rp. 17.000,00/kg
dengan size (banyak udang/kg) ±500 ekor udang/kg, adapun pada saat itu harga
Rp.17.000,00/kg sebagai akibat dari kondisi udang yang kurang baik saat pemanenan.
Pada proses budidaya udang vaname yang dilakukan dalam bak conical biaya yang
dan probiotik. Setelah masa pemeliharaan udang mencapai panen, hasil budidaya
(kg) panen 72 kg dengan harga udang perkg Rp.17.000, maka dapat disimpulkan