Tgs Book Report KELAS Ipa B RIFA N nINDY
Tgs Book Report KELAS Ipa B RIFA N nINDY
Disusun Oleh :
Rifatul Himah (0701876)
Nindi Leyla Yunita (0701877)
Kita sering bangga bahwa ke-120 juta orang Indonesia yang menduduki
Kepulauan Nusantara kita ini menunjukkan suatu aneka warna besar dalam hal
kebydayaan dan bahasa; kita bangga akan rumus yang melambangkan aneka-
warna bangsa kita, yaitu bhineka tunggal ika, walaupun banyak diantara kita tidak
begitu tahu dengan tepat apa artinya (bhinna= itu; tunggal= satu; jadi bhinna ika
tunggal ika = terpecah itu satu ).
Walaupun di satu pihak kita bangga akan sifat aneka-warna bangsa kita, di
lain pihak kita prihatin juga mengingat aneka-warna masalah yang timbul karena
sifat itu. Masalah yang paling dasar bersangkut paut dengan sifat tersebut adalah
masalah kebudayaan nasional Indonesia. Masalah itu bukan hanya suatu masalah
cita-cita saja, mengenai suatu kebudayaan kesatuan yang kita bayangkan untuk
kelak kemudian hari, melainkan menurut hemat saya adalah suatu masalah yang
amat nyata. Hal itu disebabkan karena masalah kebudayaan nasional menyangkut
masalah kepribadian nasional. Dan masalah kepribadian nasional itu tidak hanya
langsung mengenai identitas kita sebagai bangsa , tetapi juga menyangkut soal
tujuan kita bersama untuk hidup sebagai bangsa, menyangkut soal tujuan kita
bersama untuk dengan susah payah mengeluarkan tenaga banyak untuk
membangun, dan menyangkut soal motivasi kita untuk membangun.
Dalam Repelita II memang ada perhatian khusus terhadap masalah
kebudayaan Nasional (yaitu buku Repelita II, bagian III, bab 24, dimuat dalam
KOMPAS tanggal 11 Februari 1974). Kalau kita perhatika isinya, maka bab
tentang Kebudayaan Nasional Indonesia itu mengenai rencana-rencana program
pengembangan kesenian (yang kuno, yang merupakan warisan sejarah, maupun
yang daerah), pengembangan bahasa (nasional maupun daerah), dan juga ilmu
pengetahuan (bukan aspek penelitiannya melainkan soal penerbitan buku-buku
dan majalah ilmiah.
Adapaun saya sendiri yang mengetahui dari dekat sejarah terjadinya Bab
24 dari Repelita II itu, berpendapat bahwa masih ada usaha-usaha penting lain
yang sebenarnya harus erat dikaitkan dengan pengembangan Kebudayaan
Nasioanal Indonesia it, yaitu : (1) program kampanye dan penerangan besar-
besaran agar rakyat Indonesia mulai menghargai barang-barang hasil produksi
industry nasionalnya, dan barhenti untuk lebih menyukai barang-barang Made in
Hongkong, Made In Japan, atau Made In USA); (2) usaha lebih serius untuk
mengembangkan Hukum Nasional. Namun, karena orang biasanya
mengasosiasikan kebudayaan dengan kesenian, dan tidak dengan barang-barang
hasil produksi industri atau dengan hukum, maka kedua hal tersebut dikeluarkan
dari draft semula dari bab 24 Repelita II. Juga saran-saran bahwa pengembangan
Kebudayaan Nasional itu hanya mungkin dengan usaha-usaha serius untuk
meninggikan kapasitas intelektual, sotisfikasi, kebiasaan membaca, pengetahuan
umum, pokoknya mutu daru rakyat Indonesia pada umumnya, kurang menonjol
dalam Bab 24 itu, walaupun untunglah ada kalimat-kalimat tentang rencana
mengushakan penerbitan buku-buku serta majalah-majalah ilmiah tadi.
Menurut hemat saya, agar suatu Kebudayaan Nasional dapat didukung
oleh sebagian besar dari warga suatu Negara, maka sebagai syarat mutlak sifatnya
harus khas dan harus dapat dibanggakan oleh warganegara yang mendukungnya.
Hal itu perlu karena suatu kebudayaan nasional harus dapat member identitas
kepada warganegara tadi.
Sifat khas suatu kebudayaan memang hanya bisa dimanifestasikan dalam
beberapa unsure yang terbatas dalam suatu kebudayaan, yaitu dalam bahasanya,
dalam keseniannya (yang kuno warisan nenek moyang maupun yang
kontemporer, termasuk misalnya gaya pakaian), dan dalam upacara-upacaranya
(yang tradisional maupun yang baru). Sulit untuk menonjolkan sifat khas yang
memberi identitas itu dalam unsure-unsur lain dari suatu kebudayaan. Sulit
misalnya untuk member identitas dalam system teknologinya (karena teknologi
itu bersifat universal), dalam ekonominya (karena ekonomi itu harus dicocokkan
dengan system ekonomi dinegara-negara maju), dalam system kemayarakatannya
(karena struktur masyarakat berdasarkan beberapa prinsip yang terbatas
kemungkinannya), dalam ilmu pengetahuannya (karena ilmu itu harus bersifat
universal, tak bisa khas, kecuali kalau ada achievement yang khas berupa
misalnya penemuan baru), dan sulit juga dalam agama (karena agama adalah
kehendak Tuhan. Jadi kalau dengan sengaja mau mengembangkan suatu agama
khas Indonesia, hal itu tidak mungkin.
Walaupun demikian ada suatu aspek lain yang harus diperhatikan dalam
mengembangkan Kebudayaan Nasional suatu Negara itu. Aspek lain itu adalah
syarat bahwa agar suatu unsure Kebudayaan Nasional itu bisa memberi identitas
kepada warga dari negaranya, maka ia harus bisa menimbulkan rasa bangga
kepada mereka, dan sebaliknya, supaya bisa menyebabkan kebanggaan bangsa,
maka mutunya harus tinggi.
Kalau Kebudayaan Nasional Indonesia itu kita dasarkan atas konsepsi sifat
khas dan mutu tinggi tadi, maka soal hubungan antara kebudayaan daerah dan
kebudayaan nasional yang sering menjadi bahan perbincangan orang dulu pada
zaman Pergerakkan Nasional sampai sekarang itu, menjadi tak penting lagi. Lepas
dari soal daerah, maka tiap hasil karya putera Indonesia dari suku-bangsa
manapun asalnya, pokoknya asal khas dan bermutu saja, sedemikian rupa
sehingga sebagian besar orang Indonesia mau dan bisa mengidentifikasikan diri
dan merasa bangga dengan karya tadi, maka itulah Kebudayaan Nasional
Indonesia.
Maka apabila ada suatu gaya pakaian wanita yang khas sifatnya tetapi toh
indah, sehingga kita bangga mempertontonkannya, maka itulah suatu unsure
dalam Kebudayaan Nasional kita. Soal apakah gaya pakaian itu berasal dari
kebudayaan Bugis, Minangkabau, Jawa, Bali ataupun Maluku, menjadi tidak
penting lagi. Demikiam juga kalau ada suatu pementasa gamelan yang khas sifat-
sifatnya dan juga indah serta tinggi mutunya, maka gamelan itulah suatu unsure
lagi dalam Kebudayaan Nasional Indonesia. Soal apakah permainan gamelan itu
berasal dari kebudayaan Bali, Sunda atau lain, tidak menjadi penting lagi. Apabila
suatu film nasional mempunyai sifat-sifat yang khas, dan demikian tinggi
mutunya sehingga mendapat sukses besar difestival-festival Internasional, maka
film tersebut menjadi suatu unsure dalam Kebudayaan Nasional kita. Apakah
seniman-seniman dalam film itu orang Menado, orang Jawa, orang Aceh ataupun
orang Banjarmasin tidak penting lagi. Bilamana terjadi seorang ahli kimia
Indonesia menemukan suatu hal baru dalam bidang ilmiah yang khas sifatnya
sedangkan hasilnya tadi demikian tinggi mutunya sehingga ahli kimia tadi
mendapat hadiah Nobel, maka penemuan ilmiah tadi menjadi unsure dalam
Kebudayaan Nasional Indonesia. Soal apakah ahli kimia tadi orang Irian, orang
Lampung, orang Sunda ataupun orang keturunan China, menjadi tidak penting
lagi. Demikian, kalau orkes Simfoni Jakarta bisa mengembangkan sifat-sifat yang
khas dan mencapai mutu tingi sehingga menjadi terkenal di dunia, maka bangsa
Indonesia akan bangga dan sudi mengakui orkes Simfoni itu tadi sebagai suatu
unsure dalam Kebudayaan Nasionalnya. Soal bahwa orkes simfoni berasal dari
kebudayaan barat dan bahwa seniman-seniman dalam orkes tersebut ornag Subda,
orang Jawa, arang keturunan cina, serta orang Indo, tidak menjadi penting lagi.
Demikianlah konsepsi saya mengenai Kebudayaan Nasional Indonesia.
BIDANG-BIDANG KESENIAN
MANAKAH YANG MEMBERI ISI
KEPADA KEBUDAYAAN NASIONAL ?
Seni bangunan
Seni patung
Seni relief
Seni Rupa Seni lukis (gambar)
Seni rias
Seni Tari
Seni kerajinan
Seni drama (termasuk seni
Seni olah raga
pedalangan dan seni film
Seni vocal
Seni instrumental
Seni Suara
Puisi
Seni sastra
Prosa
Seni bangunan sebenarnya adalah suatu bidang kesenian yang amat cocok
untuk dapat mempertinggi rasa kebanggaan dan identitas suatu bangsa. Wujudnya
sangat fisik dan lokasinya di kota-kota besar, yang sering dikunjungi bangsa-
bangsa dari segala penjuru mata angin, sehingga dapat tampak dari luar. Sifat
khasnya bisa mudah ditonjolkan , sedang mutunya pun mudah dapat observasi.
Sumber untuk mengembangkan sifat-sifat khas dalam seni bangunan dari suku-
suku bangsa didaerah atau alam Indonesia seluruhnya, sedangkan, pengembangan
mutu ditentukan oleh standar ilmu arsitektur. Gaya nasional yang bener-bener
bisa kita banggakan sebenarnya belum ditemukan oleh arsitek-arsitek kita. Suatu
gedung seperti Wisma Nusantara di Jakarta, meskipun indah dan bermutu, sama
sekali belum mengandung unsur-unsur khas Indonesia. Banyak gedung baru di
berbagai kota di Indonesia belum meperlihatkan suatu kepribadian yang kuat
walaupun usaha untuk mengelola unsur-unsur tertentu dari seni arsitektur
Indonesia sudah dicoba. Untunglah kita masih mempunyai sumber lain untuk
mengambil hasil-hasil dalam seni bangunan yang baik, yang mempunyai sifat
khas dan bermutu. Sumber itu adalah zaman yang lampau,. Bangunan-bangunan
seperti stupa Borobudur, candi prambanan, candi panataran, dan sebagainya,
memang member kebanggaan epada sebagian besar orang Indonesia, dan sangat
meninggikan kepribadian Indonesia serta mempertinggi rasa identitasnya.
Seni patunr, relief, lukisan dan gambar, merupakan bidang-bidang yang
paling fleksibel dan mudah dipakai untuk mengembangkan sifat kepribadian kita
berdasarkan sifat-sifat khas dan mutu yang tinggi. Sifat khas itu tak hanya dapat
dikaitkan dengan wujud lahiriah dari bidang kesenian itu,tetapi juga dengan
isinya, dan dengan konsepsi intelektualnya. Sumber untuk mencari unsure-unsur
yang bisa memberi sifat kekhususan itu tidak hanya kehidupan zaman yang
lampau, tetapi kehidupan zaman sekarang dan seluruh alam semesta Indonesia,
bahkan seluruh alam semesta di dunia ini.
Seni rias Indonesia, terutama seni pakaian untuk wanita, sudah
mempunyai sifat-sifat khas yang dapat kita banggakan keindahannya dan
kecantikannya, karena itu sebaiknya kita pelihara selama mungkin sebagai salah
satu unsur kebudayaan nasional kita yang menonjol.
Erat bersangkutan dengan seni berpakaian adalah seni kerajinan, terutama
seni tenun, seni batik, seni ikat, dan seni textile Indonesia lain. Cabang kesenian
itu sudah berakar dalam kebudayaan Indonesia sejak lama, tinggi mutu
keindahannya , bisa menonjolkan sifat khas Indonesia, bisa member rasa
kebanggaan kepada kita, dan bisa dikembangkan lebih lanjut dengan
mempertinggi mutunya dalam rangka industry textile modern. Itulah sebabnya
seni textile Indonesia merupakan suatu bidang kerajinan yang dapat mendorong
perkembangan Kebudayaan Nasional Indonesia.
Seni olahraga Indonesia yang harus dihubungkan erat dengan seni Tari
Indonesia, memang sering dipakai sebagai salah satu unsure penting dalam hal
usaha mengembangkan Kebudayaan Nasional Indonesia sejak zaman Taman
Siswa memulai perjuangan pendidikannya untuk menumbuhkan perasaan dan
kesadaran nasional antara anak-anak Indonesia dalam zaman penjajahan Belanda.
Sifat dari beberapa seni tari di Indonesia, baik yang dikembangkan dalam
lingkungan istana-istana swapraja (seperti dalam kebudayaan Jawa) maupun
ditengah kehidupan masyarakat desa (seperti Bali), memang amat khas,
sedangkan mutunya tak dapat diragukan lagi. Meskipun demikian rupa-rupanya
baik seni tari Jawa maupun seni tari Bali sudah mencapai suatu taraf
pengkhususan yang sudah sangat jauh berbeda, sehingga sukar dicampur menjadi
satu tanpa merugikan masing-masing. Memang usaha pencampuran semacam itu
tak perlu diusahakan untuk membentuk suatu seni tari nasional Indonesia. Seni
Tari Indonesia adalah seni tari Jawa dalam manifestasinya yang setinggi-tingginya
(tentu disesuaikan dengan persepsi orang sekarang mengenai waktu) dan seni tari
Bali juga dalam manifestasinya yang setinggi-tingginya. Sedangkan harus ada
kesempatan untuk perkembangan aliran-aliran seni tari yang mempunyai dasar
yang lain, tetapi yang menonjolkan tema indonesia yang khusus dengan mutu
yang tinggi, baik dalam tekhnik seni tari maupun dalam konsepsi intelektualnya.
Seni musik Indonesia berkembang erat sejajar dengan senit tari Indonesia,
tetapi disamping itu dalam seni musik nasional Indonesia harus ada suatu tempat
yang penting untuk seni musik pop Indonesia dan seni musik klasik Indonesia.
Kedua-keduanya memerlukan sifat khas Indonesia dan mutu yang tinggi. Seni pop
Indonesia sedang mencari sifat khasnya itu, sedangkan mutunya msih bisa
ditingkatkan. Seni musik Indonesia masih belum sampai pada taraf kemampuan
untuk mencari sifat khasnya karena mutunya memang masih ada dibawah standar
yang semestinya. Hal itu karena dukungan dari masyarakat luas belum ada.
Pendukung musik klasik dimanapun didunia biasanya adalah golongan intelektual
dalam masyarakat, padahal di Indonesia golongan itu masih sangat lemah.
Seni sastra Indonesia yang bersifat daerah ada benyak macamnya, menurut
bahasa daerah yang menjadi pengembannya. Diantara kesusasteraan-
kesusasteraan daerah itu ada yang mempunyai sejarah tertulis yang panjang
seperti misalnya kesusastraan jawa, bali, melayu dan lain-lain, tetapi pada masa
ini seni sastra daerah yang bersifat kontenporer belum banyak berarti. Hal itu
adalah suatu pra tanda bahwa kehidupan intelektual dalam kebudayaan daerah
pada umumnya masih sangat berorientasi kemasa yang lampau dan belum
menunjukan kemampuan dan potensi baru untuk menyesuaikan diri dengan
suasana hidup masa kini. Sebab dari keadaan itu udah dapat kita pahami.
Industrialisasi dan suasana hidup modern belum berkembang secara berarti di
daerah –daerah. Kota-kota didaerah masih terlampau bersifat kota administratif
dengan suatu golongan pegawai atau golongan priyai sebagai kelas social yang
dominan. Baik kelas usahawan daerah maupun kehidupan intelektual dikota-kota
seperti itu masih terlampau terpengaruh oleh gaya hidup dan metalitas priayi,
yang umumnya belum mempunyai suatu sikap mental modern dan yang karena itu
masih terlampau berorientasi kemasa yang lampau.
Seni sastra dalam bahasa nasional dalam suatu masyarakat majemuk
seperti masyarakat Indonesia, memang merupakan salah satu bidang kesenian
yang paling cocok dan paling kuat untuk bisa mengembangkan kebudayaan
nasional. Kita telah dapat melihat bagaimana pentingnya peranan kesusastraan
nasional dalam perkembangan bahasa nasional kita, dan sebaliknya bagaimana
pentingnya peranan bahasa nasional kita dalam halmengembangkan rasa
kesatuaan nasional dalam masa pergerakan nasional, maupun dalam masa revolusi
kita. Kesusastraan nasional kita, walaupun masih sda dalam pasang surut, toh
sudah menunjukan kemampuannya untuk menghasilkan karya-karya bermutu
yang menonjolkan sifat-sifat khas Indonesia. Cepat atau lambatnya perkembangan
kesusastraan nasional. Walaupun demikian, saya berpendirian bahwa
kesusasteraan nasional Indonesia akan lebih terdorong maju, kalau diimbangi,
kesusastraan daerah kontempoorer dalam bahasa daerah yang juga kuat. Kecuali
penting dipandang dari sudut persaingan yang sehat, kesusastraan daerah yang
lebih terorientasi kejaman sekarang, akan dapat diperkaya kesusastraan nasional.
Lepas dari itu hasil-hasil karya dalam kesusastraan daerah yang khas dan bermutu
tinggi secara an sich dapat pula diangkat sebagai unsure dalam kebudayaan
nasional untuk dibanggakan.
Seni drama, yang dapat dianggap sebagai suatu bidang kesenian keluasan
dari seni kesusastraan, seperti apa yang tergambar dalam bagan 2, mencakup
segala bidang kesenian yang lain. Masalahnya sejajar dengan seni kesusastraaan
Indonesia. Seni drama Indonesia yang bersifat daerah ada banyak macamnya
menurut kebudayaan suku bangsa yang mendiami daerah yang bersangkutan. Seni
drama jawa, bali, Lombok, Banjarmasin, dan lain-lain hidup dalam berbagai
bentuk, tetapi yang paling penting diantaranya adalah sini drama atau seni
pedalangan. Seni drama wayang, diberbagai didaerah tersebut diatas terorientasi
dijaman yang lampau, tapi dismping itu, terutama dikota-kota dijawa, juga ada
beberapa bentuk seni drama yang bersifat kontemporer ( ludruk), sandiwara
rakyat, lenong dan lain-lain. Tentunya masih kasar karena sini drama itu basanya
merupakan tontonan bagi rakyat buruh dikota-kota. Walaupun semikian, sifatnya
menarik, sepontan, mempunyai fungsi social yang penting, dan mungkin juga bisa
memunculkan sifat-sifat kekhususan kebudayaan dan kehidupan bangsa
Indonesia. Hanya saja mutunya belum sedemikian tinggi, sehingga bisa kita akui
sebagai suatu unsur kebudayaan nasional kita.
Seni drama dalam bahasa nasional sudah berkembang mencari
kepribadiaannya sendiri. Demikian juga halnya dengan suatu bidang seni drama
yang sekarang menjadi universal, ialah seni film. Tugas seni film Indonesia
sedang mencari-cari kepribadiannya, dan belum mencapai suatu pemantapan
tekniknya sudah baik, tetapi dipandang dari sudut isinya belum menemukan sifat-
sifat khas kehidupan masyarakat dan kebudayaan Indonesia dan hanya dengan
beberapa terkecualian yang mencolok, pada umumnya masih menunjukan suatu
mutu intelektual yang rendah.
Peninjuaan sepintas lalu mengenai distribusi potensi dan kelemahan dari
berbagai tingkat kesenian yang ada diindoonesia, hanya dimaksud sebagai contoh
mengnai unsure-unsur dan bidang-bidang apakah yang harus kita perhatikan
apabila kita hendak merencanakan pembangunan kebudayaan nasional kita untuk
mengembangkan cirri kekhususan dalam berbagai bidang kesenian, tapi terutama
kesusastraan Indonesia yang dapat kita banggakan, diperlukan mutu. Mutu juga
diperlukan untuk meningkatkan daya kreativ para arsitek, pemahat, pelukis,
penari, ahli music, tetapi terutama daya kreatif para pengarang kita daya kreatif itu
biasanya timbul pada para karyawan, ahli , sarjan atau seniman, dalam suatu
bidang keahlian yang sadar akan kekurangan dalam lingkungan atau karya
mereka. Walaupun demekian, kesadaran saja belum cukup. Walaupun orang sadar
akan bermacam kekurangan yang ada dalam masyarakat sekitarnya yang sadar
akan kekurangan dalam pekerjaan, karya dan hasil karya mereka sendiri, tetapi
toh tak berbuat apa-apa, karena menerima saja kekurangan itu. Atau karena tidak
mampu memperbaiki kekurangan itu sebaliknya, kalau karyawan, ahli sarjana
atau seniman yang bersangkutan telah mempunyai keahlian tinggi, dan memiliki
suatu metalitas untuk selalu memperbaiki buku dari karya-karyanya, maka pada
suatu ketika, ia akan mencapai suatu hasil yang belum pernah dicapai
sebelumnya, baik oleh dirinya, atau pun oleh orang lain dengan demikian ia talah
menciptakan, mengkreasikan, suatu hasil karya yang baru atau ia telah
menciptakan suatu penemuan yang baru.
Daya kreatif diantara para karyawan, ahli, sarjana, atau seniman memang
hanya bisa dikembangkan melalui peningkatan mutu karya mereka dalam teknik
maupun dalam konsepsinya walaupun demikian, pengembangan kesenian
nasional tidak hanya mengharapkan pengembangan waktu dan daya kreatif dari
para karyawan, ahli, sarjana dan senimannya saja tetapi juga menyaratkan
peningkatan mutu dari para konsumennya, yaitu dari golongan rakyat disini
berarti bahwa lebih banyak diantara kita orang Indonesia dari berbagai golongan
harus meningkatkan kemampuan umum kita, harus dibiasakan diri kita unutk
lebih banyak membaca untuk mengambangkan kebiasaan membaca pada anak-
anak kita yang menjadi konsumen dan pendukung kesenian nasional dimasa yang
akan datang.
APAKAH KEPRIBADIAN
MENURUT SUATU KONSEP NON-BARAT
4
5
6
7
Homeostatis
Psikologi