Proposal Masyahdan Siregar E.0610293
Proposal Masyahdan Siregar E.0610293
Disusun Oleh :
MASYAHDAN SIREGAR
NIM : E. 0610293
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, taufik
dan hidayah-Nya sampai hari ini kita selalu mendapat limpahan nikmat kesehatan dan
kesejahteraan dalam menjalani hidup, dan atas karunia-Nya pula penulis dapat
menyelesaikan usulan proposal skripsi ini.
Shalawat serta salam tak lupa kita tujukan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, yang telah memberikan pencerahan bagi seluruh umat dengan
ajaran-Nya serta limpahan ilmu pengetahuan sehingga kita dapat berkiprah di
pendidikan Program Sarjana Hukum Universitas Djuanda, kampus bertauhid.
Tulisan ini merupakan Proposal Skripsi yang dilengkapi dengan kajian dari
berbagai literatur penunjang agar tulisan ini mampu menyajikan tulisan yang utuh dan
mudah dipahami
Tulisan ini disusun untuk memenuhi tugas akhir pada program Sarjana Hukum
di Fakultas Hukum Universitas Djuanda Bogor, Jawa Barat.
Tujuan tulisan ini adalah usulan Proposal Skripsi tentang KEPASTIAN
HUKUM TERHADAP HAK MILIK ATAS TANAH DI ATAS HAK
PENGELOLAAN PERUM PERUMNAS SEBAGAI JAMINAN HUTANG,
yang merupakan kajian secara komprehensif mengenai kepastian hukum
bagi masyarakat yang memiliki Hak Milik atas tanah diatas Hak
Pengelolaan untuk dijadikan sebagai jaminan pelunasan hutang.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak DR. H. Martin Roestamy,
S.H., M.H., pemberi support dan sumber inspirasi bagi penulis baik moril maupun
materil. Bapak Dadang Suprijatna, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik. Ibu Hj.
Endeh Suhartini, S.H., M.H., sebagai Dosen Konselor yang sering memberikan
masukan serta berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian
dan berbagai hal yang berkaitan dengan penyelesaian usulan Proposal Skripsi ini.
Disadari, bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan serta masih sangat jauh
untuk katagori sempurna mengingat segala keterbatasan, kemampuan dan pengetahuan
ii
yang dimiliki penulis. Oleh karena itu segala kritik dan saran yang positif sangatlah
penulis harapkan.
Kepada Allah Penulis berserah diri, semoga apa yang telah dilakukan ini
mendapatkan ridha-Nya, serta tulisan ini dapat membawa manfaat bagi kita semua.
Amin.
( Masyahdan Siregar )
iii
DAFTAR ISI
Halaman
A. Latar Belakang 1
Masalah ..................................................................... 14
B. Identifikasi 15
Masalah ............................................................................ 15
C. Tujuan 16
Penelitian ................................................................................ 28
D. Kegunaan 29
Penelitian ........................................................................... 31
E. Kerangka
Pemikiran ...........................................................................
F. Metoda
Penelitian ...............................................................................
G. Sistematika
Penulisan ........................................................................
iv
Nama : Masyahdan Siregar
Nim : E. 0610293
Fakultas : Hukum
Indonesia Tahun 1945 ”Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
kemakmuran rakyat”. Seperti yang telah dicantumkan dalam Pasal tersebut diatas,
negara tidak perlu bertindak sebagai pemilik, negara cukup bertindak sebagai
kemakmuran rakyat. Dari ketentuan dalam Pasal tersebut bahwa kekuasaan yang
Tanah yang merupakan permukaan Bumi harus diatur dan dikelola secara
dan amanat konstitusi adalah politik pertanahan dan kebijakan pertanahan diarahkan
1
untuk mewujudkan tanah sebagai sumber “sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”,
Pemanfaatan tanah untuk kesejahteraan umum tentunya tidak lepas dari berbagai
Hak atas tanah meliputi semua hak yang diperoleh langsung dari negara
disebut hak primer dan semua hak yang berasal dari pemegang hak atas tanah lain
berdasarkan pada perjanjian bersama, disebut hak sekunder.2 Kedua hak tersebut
Hak atas tanah yang diperoleh dari negara terdiri dari Hak Milik, Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan Hak Pengelolaan. Tiap-tiap hak
hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Menurut Pasal 20 UUPA hak milik
adalah hak turun temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas
tanah. Hak milik dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain.
Hak Milik menurut Pasal 20 ayat (1) UUPA adalah hak turun temurun,
terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat
ketentuan pada Pasal 6. Turun temurun artinya Hak Milik atas tanah dapat
berlangsung terus rnenerus selama pemiliknya masih hidup dan bila pemiliknya
1
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok
Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jilid I Hukum Tanah Nasional. Djambatan, Jakarta, edisi 2005, hlm,
6-7.
2
Urip Santoso, Hukum Agraria dan Hak-Hak Atas Tanah, Kencana, Jakarta, edisi 2005, hlm. 89.
2
meninggal dunia, maka Hak Milik atas tanah dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya
sepanjang memenuhi syarat sebagai subyek Hak Milik Terkuat, artinya Hak Milik
atas tanah lebih kuat bila dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain, tidak
mempunyai batas waktu tertentu, mudah dipertahankan dan gangguan pihak lain,
dan tidak mudah hapus. Terpenuh, artinya Hak Milik atas tanah memberi wewenang
kepada pemiliknya paling luas bila dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain,
dapat menjadi induk bagi hak atas tanah yang lain namun tidak berinduk pada hak
atas tanah yang lain, dan penggunaan tanahnya lebih luas bila dibandingkan dengan
hak atas tanah yang lain. Hak Milik atas tanah hanya dapat dipunyai oleh orang
Hukum Asing serta Warga Negara Asing tidak dapat memiliki Hak Milik atas tanah
karena pembatasan yang dilakukan oleh UUPA, sebagaimana yang diatur pada Pasal
21.
Dalam Pasal 570 KUHPerdata : “Hak milik adalah hak untuk menikmati
kegunaan sesuatu kebendaan dengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap
mempunyai wewenang untuk itu dan asal tidak menimbulkan gangguan terhadap
hak-hak orang lain; kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan adanya
kerugian yang layak dan menurut ketentuan undang-undang. Dari situ dapat kita
simpulkan bahwa hak milik adalah hak yang paling utama jika dibandingkan dengan
3
hak-hak kebendaan yang lain. Karena yang berhak itu dapat menikmatinya dengan
agraria yaitu Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 yang telah mencabut semua
hak-hak kebendaan yang berlainan dengan tanah dari Buku II KUHPerdata. Jadi
dalam hal ini termasuk juga hak milik atas tanah telah dicabut juga hak milik atas
tanah telah dicabut dari buku II KUH Perdata.Dan selanjutnya hak milik atas tanah
itu lalu menjadi objek dari hukum agraria dan tidak merupakan hubungan
keperdataan.4 Hak milik juga termasuk obyek jarninan hak tanggungan sebagaimana
Selain Hak milik, hak atas tanah yang diperoleh dari negara termasuk juga
Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah Pasal 1 ayat (4) adalah “Hak
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 1977 tentang “Tata Cara Permohonan
Dan Penyelesaian Pemberian Hak Atas Bagian Bagian Hak Pengelolaan Serta
4
c. Menyerahkan bagian-bagian dari pada tanah itu kepada pihak ketiga menurut
dengan ketentuan bahwa pemberian hak atas tanah kepada pihak ketiga yang
Dengan demikian hak pengelolaan adalah hak atas tanah yang berkaitan
dengan tanah negara. Untuk beralihnya hak pengelolaan kepada pihak ketiga telah
diatur dalam PMDN Nomor 1 Tahun 1977 Pasal 3 bahwa “setiap penyerahan
penggunaan tanah yang merupakan bagian dari tanah hak pengelolaan kepada pihak
ketiga oleh pemegang hak pengelolaan baik yang disertai atau pun tidak disertai
antara pihak pemegang hak pengelolaan dan pihak ketiga yang bersangkutan”
atas tanah negara tidak bebas, yaitu tanah negara yang diatasnya sudah ditumpangi
5
Tahun 1974, diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 tahun 1988, dan
2004. 5
melaksanakan penataan perumahan dan permukiman bagi masyarakat dan dalam hal
rendah. Dengan tujuan untuk mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak
Pengelolaan, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai. Dalam Peraturan Menteri Dalam
Pemberian Tanah Untuk Keperluan Perusahaan Pasal 5 ayat (7) butir a disebutkan:
dengan hak pengelolaan, atas usul perusahaan tersebut oleh pejabat yang berwenang
sebagai yang dimaksud dalam Pasal 3 dapat diberikan kepada pihak-pihak yang
memerlukannya dengan hak milik, hak guna bangunan atau hak pakai berikut
5
http://www.perumnas.co.id/public/?pgid=sejarah, diakses pada tanggal 28 April 2010.
6
An Andi Hamzah, (et al), Dasar-dasar Hukum Perumahan, Penerbit Rineka Cipta, 2006, hlm.
73.
6
Sebagai Pemegang hak pengelolaan Perum-Perumnas selain berwenang
dan keuangannya.
Dalam hal ini Perum Perumnas sebagai pemegang hak pengeloalan dapat
bekerja sama dengan pihak ketiga yakni pengembang perumahan (developer) untuk
pemukiman yang telah dibangun oleh Perum Perumnas dapat diperoleh masyarakat
melalui jual-beli baik tunai maupun Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam
rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Bank dalam menyalurkan kredit
baik pada perorangan maupun badan hukum, tidak lepas dari agunan sebagai
uang dengan jaminan hak tanggungan harus dibuktikan dengan suatu akta yang
dibuat oleh dan di hadapan pejabat yang ditunjuk oleh Menteri Agraria (selanjutnya
dalam Undang- Undang ini disebut Pejabat). Akta tersebut bentuknya ditentukan
7
oleh Menteri Agraria. Dari pernyataan ini dapat diketahui bahwa hak tanggungan
juga merupakan salah satu hak atas tanah yang wajib didaftarkan.
menjamin kepastian hukum kepada pemberi dan penerima hak tanggungan dan
tindakantindakan yang merugikan pihak lainya. Sebagai contoh ketika pemberi hak
tanggungan tidak dapat melunasi hutang yang dipinjamnya dari pemegang hak
pembayaran atas piutangnya dengan cara mengeksekusi tanah yang dibebani Hak
Tanggungan.
Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan (UUHT) adalah hak jaminan yang
dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam UUPA berikut
atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan suatu kesatuan dengan tanah
itu untuk pelunasan hutang tertentu yang memberikan kedudukan yang diutamakan
atas tanah berisi kewenangan bagi kreditur untuk berbuat sesuatu mengenai tanah
yang dijadikan agunan tetapi bukan untuk dikuasai secara fisik dan digunakan,
melainkan untuk menjualnya jika debitur cidera janji dan mengambil dari hasilnya
seluruh atau sebagian sebagai pembayaran lunas hutang debitur kepadanya. Dalam
8
Pasal 4 sampai dengan Pasal 7 UUHT telah ditunjuk secara tegas hak atas tanah
• Hak Milik
• Hak atas tanah berikut bangunan tanaman dan hasil karya yang telah ada atau
akan ada merupakan satu kesatuan dengan tanah tersebut dan merupakan hak miik
pemegang atas tanah yang pembebanannya dengan tegas dinyatakan didalam akta
usaha dari pemerintah untuk mengatasi permasalahan diatas. Seperti yang tertuang
dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah,
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain
7
Salim HS., Perkembangan Hukum Jaminan Di Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta
2004, hlm. 105.
9
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah
Di masa sekarang ini, tanah memiliki banyak fungsi. Bisa dilihat dari segi
sosial dan ekonomi. Dari segi sosial, tanah memiliki fungsi yang sangat penting
sebagai tempat hidup manusia. Sedangkan, dalam segi ekonomi, tanah sebagai
benda tak bergerak yang bisa diperjual belikan dan juga bisa digunakan sebagai
barang jaminan hak tanggungan dalam proses beracara perdata sesuai dengan
seringkali dijadikan sebagai barang jaminan. Maka, dalam hal tersebut diperlukan
tersebut menjadi dasar kepastian hukum atas penguasaan dan kewenangan Hak
Milik untuk dijaminkan sebagai pelunasan hutang. Hak Milik merupakan salah satu
dan hak atas tanah yang dapat dibebani hak tanggungan sebagaimana diatur dalam
UUHT Pasal 4.
Nomor 4 Tahun 1996 tidak dijumpai dalam UUPA. Hanya dalam Pasal 51 dikatakan
10
S. 1908-542 sebagai yang telah diubah dengan S. 1937-1902. Khususnya dalam
Hal ini sangat berkaitan erat dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
yang bersangkutan dengan mudah dapat mengetahui status atau kedudukan hukum
daripada tanah tertentu yang dihadapinya, letak, luas, dan batas hukumnya.
Siapa yang memiliki dan beban-beban apa yang ada diatasnya?. Undang-Undang
Hak Tanggungan yang diundangkan pada tanggal 9 April 1996 melalui Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 42, merupakan suatu kemajuan
undang tersebut maka sejak saat itu segala hal yang berkaitan dengan hak
Tahun 1996, hal ini berarti pula perintah Pasal 51 UUPA yang memerintahkan
undang-undang ini.
adalah :
tanah, yang selanjutnya disebut dengan hak tanggungan adalah hak jaminan yang
dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana yang dimaksud dalam Undang-undang
11
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau
tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu,
Ada beberapa unsur- unsur pokok yang termuat dalam definisi hak tanggungan
3. Hak tanggungan tidak hanya dapat dibebankan atas tanahnya (hak atas tanah)
saja, tetapi dapat pula dibebankan berikut benda-benda lain yang merupakan
kreditur-kreditur lain.
pranata jaminan hutang dengan tanah sebagai agunanya yang disebut hak
tanggungan.
berstatus Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai. Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai
dapat ditingkatkan haknya menjadi Hak Milik dengan persetujuan pemegang Hak
Pengelolaan sebagaimana diatur dalam Surat Menteri Negara Agraria / Kepala BPN
12
Tanggal 17 September 1998 Nomor 630.1 - 3433 tentang Hak Tanggungan atas Hak
Guna Bangunan diatas tanah Hak Pengelolaan bahwa untuk tanah Hak Guna
Bangunan di atas Hak Pengelolaan yang sedang dibebani Hak Tanggungan, dapat
Peraturan Menteri Negara Agraria I Kepala BPN Nomor 5 Tahun 1998 Pasal 2 ayat
(1), sedangkan didalam ayat (4) menyebutkan bahwa persetujuan perubahan hak
dari pemegang Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku
kepada bank harus mendapat persetujuan dan Perum Perumnas selaku pemegang
Hak Pengelolaan. Dalam Keputusan Menteri Negara Agraria Nomor 9 Tahun 1997
Jo. Keputusan Menteri Negara Agraria Nomor 15 tahun 1997 dan Nomor 1 Tahun
1998 serta dalam Surat Menteri Negara Agraria / Kepala BPN Tangga 18 Februari
1999 Nomor 500 — 3460 menjelaskan bahwa apabila Hak Guna Bangunan tersebut
diatas tanah Hak Pengelolaan Perum Perumnas, maka persetujuan itu wajib
mengingat bidang tugas Perum Perumnas sebagai pemegang Hak Pengelolaan ini
diatur dalam Pasal 3 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nornor 1 Tahun 1977.
13
Dalam pada itu perlu ditambahkan bahwa apabila oleh pemegang Hak
Pengelolaan diberikan dengan Hak Milik kepada Pihak Ketiga, maka dengan
sendirinya bidang tanah Hak Milik tersebut menjadi lepas dari Hak Pengelolaan.
dan Hak Pengelolaan atas bidang tanah tersebut menjadi hapus sejak didaftarkannya
Sebagaimana yang telah diuraikan di atas Hak Milik merupakan hak turun
temurun. terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah. Dari
pengertian tersebut Hak Milik dapat dijaminkan sebagai pelunasan hutang tanpa
persetujuan dari pihak ketiga. Akan tetapi pada kenyataannya Hak Milik yang
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang sebagaimana diuraikan diatas, maka untuk penelitian ini
1. Bagaimana kepastian hukum hak milik atas tanah di atas Hak Pengelolaan
Perum Perumnas?
2. Bagaimana kepastian hukum hak milik atas tanah di atas Hak Pengelolaan
14
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui kepastian hukum hak milik atas tanah di atas hak
2. Untuk mengetahui kepastian hukum hak milik atas tanah di atas hak
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik dari segi teoritis
1. Segi teoritis.
2. Segi praktis.
dalam hal-hal :
kebutuhan masyarakat.
15
b. Memberikan informasi agar dapat dijadikan masukan kepada pengembang,
perbankan maupun pemilik hak milik atas tanah yang berada di atas hak
c. Bermanfaat bagi setiap orang yang ingin mendalami ilmu hukum, khususnya
E. Kerangka Pemikiran
empat: “ ... melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
yuridis bagi tugas, wewenang dan tanggung jawab pemerintah negara Republik
seluruh rakyat Indonesia dalam rangka mewujudkan kesejahteraan rakyat yang adil
dan merata.
Pasal 1 ayat (3) : “Negara Indonesia adalah negara hukum”, Pasal 28 D ayat
(1) : ”Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”, Pasal 28 G ayat
(1) , ”Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan,
16
martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman
dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu
yang merupakan hak asasi”, Pasal 28 H ayat (1) : ”Setiap orang berhak hidup
sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup baik
dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”, Pasal 28 I ayat (4)
Cita-cita pendirian bangsa Indonesia dan cita-cita hukum yang dimuat dalam
konstitusi mengenai tujuan yang akan dicapai dalam pembentukan negara Republik
Dasar dan Pancasila sebagai cita-cita hukum dan cita moral serta falsafah bangsa. E.
Panca Pramudya8 melihat ada pesan sentral yaitu adanya harapan supaya negara
Indonesia yang sudah tidak muda lagi. Secara garis besar, negara kesejahteraan
menunjuk pada sebuah model ide pembangunan yang difokuskan pada peningkatan
8
E. Panca Pramudya, Mengimajinasikan Negara Kesejahteraan, (Kertas Kerja yang disampaikan dalam
diskusi “Negara Kesejahteraan” dari hasil riset, yang diselenggarakan oleh Perkumpulan Prakarya
kerjasama dengan Yayasan Keanekaragaman Hayati (Kehati), Jakarta, 30 Agustus 2005).
17
kesejahteraan melalui pemberian peran yang lebih penting kepada negara dalam
tangan negara terhadap kegiatan ekonomi, merupakan salah satu dari tiga asas
penting yang dibutuhkan dalam rangka pembinaan cita hukum asas-asas hukum
nasional ditinjau dari aspek hukum dagang dan ekonomi. Dua asas lainnya adalah
empat fungsi negara. Pertama negara sebagai provider (penyedia) yang melakukan
upaya untuk memenuhi standar minimal yang dibutuhkan masyarakat dalam rangka
mengatasi kelemahan dan dampak negatif dari akibat diperlakukannya pasar bebas
yang dapat merugikan masyarakat. Kedua sebagai regulator (fungsi pengatur), yang
bertujuan untuk mengatur ketertiban, agar tidak kacau, seperti bidang investasi agar
dilakukan dengan campur tangan langsung, seperti melalui BUMN (Badan Usaha
Milik Negara) khususnya untuk bidang usaha yang vital bagi masyarakat, namun
tidak menguntungkan bagi usaha swasta (misalnya Perum Perumnas) atau Bis Kota
fungsi umpire (fungsi pengawasan) yang berkaitan dengan produk hukum untuk
18
Dari pendapat para ahli tersebut di atas dapat digaris-bawahi peran negara
anggapan bahwa adanya keteraturan atau ketertiban dalam usaha pembangunan atau
perlu. Anggapan lain yang terkandung dalam konsepsi hukum sebagai sarana
pembaharuan adalah bahwa hukum dalam arti kaidah atau peraturan hukum
memang bisa berfungsi sebagai alat (pengatur) atau sarana pembangunan dalam arti
penyalur arah kegiatan manusia ke arah yang dikehendaki oleh pembangunan atau
pembaharuan.12
Hal ini berarti proses pembentukan undang-undang harus dapat menampung semua
hal yang erat hubungannya (relevan) dengan bidang atau masalah yang hendak
19
merupakan suatu pengaturan yang efektif.13 Pengertian hukum yang memadai harus
tidak hanya memandang hukum sebagai suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang
mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, tapi harus pula mencakup lembaga
(institusional) dan proses (process) yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu
dalam kenyataan.14
bidang.15
jika konsepsi tersebut dilakukan dengan pendekatan konsepsi ilmu hukum (filsafat
hukum, bukan sebagai landasan pemikiran politik hukum), maka konsepsi hukum
sebagai sarana pembangunan menjadi lebih luas dari hukum sebagai alat (tool),
karena konsepsi hukum sebagai sarana pembangunan dapat mengisi ruang dalam
rangka pengembangan hukum dan ilmu hukum di Indonesia. Itu juga sebabnya,
20
sebagai sarana pembaharuan masyarakat Indonesia lebih luas jangkauan dan ruang
berdasarkan atas sumber tertib hukum negara yaitu Pancasila dan UUD 1945, yang
di dalamnya terkandung pandangan hidup, kesadaran, dan cita-cita hukum serta cita-
cita moral yang luhur yang meliputi suasana kejiwaan serta watak dari bangsa
kesadaran hukum dalam masyarakat dan membina sikap para penguasa dan para
terhadap harkat dan martabat manusia, dan ketertiban serta kepastian hukum
pembinaan hukum nasional Indonesia pada awal 1970-an, bahwa hukum bagi
sebagai instrumen penjaga ketertiban dalam masyarakat. Namun lebih dari itu,
18
Mochtar Kusumatmadja, Konsep-konsep Hukum Dalam Pembangunan, Alumni, 2002. Hlm. 112.
21
hukum merupakan sarana untuk melakukan sebuah transformasi atau membentuk
pengaturan hukum yang utama, maka perundang-undangan ini yang akan lebih
b. Untuk membuat hukum yang sesuai dengan kebutuhan dan kesadaran hukum
masyarakat.
yang menunjang pembangunan. Dalam hal ini terdapat dua golongan hukum, yaitu :
20
a. Masalah-masalah yang
19
Lili Rasjidi, Peranan Hukum dalam Pembangunan Nasional Indonesia, (Makalah yang disampaikan
dalam Orasi Ilmiah, Dies Natalis kelima dan Wisuda yang diselenggarakan Sekolah Tinggi Hukum
Garut, Garut, 19 Nopember 1986).
20
Ibid.
22
b. Masalah yang bertalian
dengan masyarakat dan kemajuan pada umumnya bersifat “netral” di lihat dari
sudut kebudayaan.
hukum yakni, struktur hukum, substansi hukum dan budaya hukum. Struktur hukum
Aspek lain dari sistem hukum adalah substansi hukum meliputi aturan, norma, dan
pola perilaku nyata manusia yang berada dalam sistem itu.22 Ruang lingkup
lingkup substansi hukum dimulai dari UUD 1945 sebagai sumber hukum tertinggi,
21
Ibid.
22
Ibid.
23
Lebih lanjut lihat Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan di Indonesia, dengan penjelasannya.
23
dari sistem hukum adalah budaya hukum, yaitu sikap manusia terhadap hukum dan
sistem hukum, kepercayaan, nilai, pemikiran serta harapannya. Dengan kata lain
budaya hukum adalah suasana pikiran sosial dan kekuatan sosial yang menentukan
menemukan model dan konsep yang tepat dalam membahas permasalahan kepastian
hukum terhadap hak milik atas tanah di atas hak pengelolaan perum perumnas
pemangku kepentingan terutama lembaga yang menata sistem hukum, baik pembuat
pemerintahan, serta cara pandang dan kelakuan yang menjadi basis penting dari
hukum yang dijalani oleh bangsa dan para birokrat sebagai perpanjangan tangan
kewenangan pemerintahan.
(RPJMN) Tahun 2004 – 2009,25 Presiden yang dalam hal ini bertindak sebagai
24
menghadapi berbagai isu strategis dan global yang secara cepat perlu diantisipasi
samping itu ditentukan juga program pembentukan hukum, dalam program ini
kesatuan yang utuh dan bahwa operasionalisasi suatu peraturan (perundangan) harus
Pada dasarnya UUPA mengatur beberapa macam hak atas tanah, namun
seringkali hak atas tanah yang diatur oleh UUPA hanya dianggap hak-hak pada
Pasal 16 saja. Padahal UUPA juga “mengatur kembali” pelaksanaan hak ulayat atau
sejenisnya pada Pasal 3. Hak ulayat memang bukan ciptaan UUPA namun hak
ulayat yang diatur dalam UUPA sedikit berbeda dengan aslinya, yaitu hak ulayat
26
Maria S.W Sumardjono, Kebijakan Pertanahan Antar Regulasi dan Implementasi, Penerbit Buku
Kompas, Jakarta 2005, hlm. 3.
25
terdapat 2 (dua) jenis hak atas tanah, yaitu hak ulayat dan hak atas tanah menurut
Pasal 16.
dalam hak-hak atas tanah adalah Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan,
Hak Pakai, Hak Sewa, Hak Membuka Tanah, Hak Memungut Hasil Hutan dan Hak-
hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut di atas yang akan ditetapkan
Hak-hak tersebut di atas ditinjau dari sumbernya adalah bersumber dari Hak
Menguasai Negara atas Tanah yang dapat diberikan kepada orang perorangan, baik
Warga Negara Indonesia, maupun Warga Negara Asing (WNA). Juga dapat
diberikan kepada sekelompok orang secara bersama-sama dan juga kepada badan
Ditinjau dari segi kewenangan yang dimiliki oleh pemegang hak atas tanah,
tubuh bumi dan air dan ruang yang ada di atasnya sekedar diperlukan untuk
27
Soedikno Mertokusumo, Mengenal Hukum, Suatu Pengantar, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 2002,
hlm. 87.
26
b. Wewenang Khusus; pemegang hak atas tanah mempunyai wewenang
misalnya wewenang pada tanah Hak Milik adalah dapat untuk kepentingan
pertanian dan untuk mendirikan bangunan, wewenang pada tanah Hak Guna
bangunan di atas tanah yang bukan miliknya, wewenang pada tanah Hak Guna
Khusus mengenai hak untuk membuka tanah dan hak menumpang, karena
belum diatur lebih lanjut, tidak akan diuraikan lebih lanjut. Pada dasarnya, kedua
Hak Milik menurut Pasal 20 ayat (1) UUPA adalah hak turun temurun,
terkuat, dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah dengan mengingat
ketentuan pada Pasal 6. Turun temurun artinya Hak Milik atas tanah dapat
berlangsung terus menerus selama pemiliknya masih hidup dan bila pemiliknya
meninggal dunia, maka Hak Milik atas tanah dapat dilanjutkan oleh ahli warisnya
sepanjang memenuhi syarat sebagai subyek Hak Milik. Terkuat, artinya Hak Milik
atas tanah lebih kuat bila dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain, tidak
mempunyai batas waktu tertentu, mudah dipertahankan dari gangguan pihak lain,
dan tidak mudah hapus. Terpenuh, artinya Hak Milik atas tanah memberi wewenang
kepada pemiliknya paling luas bila dibandingkan dengan hak atas tanah yang lain,
dapat menjadi induk bagi hak atas tanah yang lain, tidak berinduk pada hak atas
27
tanah yang lain, dan penggunaan tanahnya lebih luas bila dibandingkan dengan hak
atas tanah yang lain. Hak Milik atas tanah hanya dapat dipunyai oleh orang
Hukum Asing serta Warga Negara Asing tidak dapat memiliki Hak Milik atas tanah
karena pembatasan yang dilakukan oleh UUPA, sebagaimana yang diatur pada Pasal
21. Hak milik dapat dijadikan jaminan hutang dengan dibebani hak tanggungan.
F. Metode Penelitian
adalah studi dokumen. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian tersebut
yaitu :
1. Sumber Primer yaitu bahan yang memiliki kekuatan yang mengikat seperti
2. Sumber hukum sekunder yaitu bahan yang menjelaskan sumber hukum primer
yang isinya tidak mengikat seperti buku-buku acuan, majalah, surat kabar, serta
3. Sumber hukum tertier yaitu bahan yang menunjang sumber hukum primer dan
memberikan petunjuk dan penjelasan kepada bahan untuk primer dan sekunder.
28
Analisa data dilakukan dengan cara pendekatan kualitatif yang merupakan
tata cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis yaitu apa yang
dinyatakan oleh sasaran penelitian yang bersangkutan secara tertulis atau lisan dan
perilaku nyata. Yang diteliti dan dipelajari adalah penelitian utuh, setelah data
dirumuskan, kemudian dihubungkan dengan data yang satu dengan data yang lain
G. Sistematika Penulisan
Sistematika dalam penulisan skripsi ini akan diuraikan dan disusun dalam
lima bab dan beberapa sub bab dalam bab dengan rincian sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
TANGGUNGAN
Bab ini akan menguraikan tentang Hak Milik Atas Tanah, Hak
Tanggungan.
29
BAB III : HAK MILIK DI ATAS HAK PENGELOLAAN PERUM
Jaminan Hutang.
permasalahan.
30
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku – buku :
31
B. Disertasi dan Karya Ilmiah :
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.1 Tahun 1977 tentang “Tata Cara Permohonan
Dan Penyelesaian Pemberian Hak Atas Bagian Bagian Hak Pengelolaan
Serta Pendaftarannya”
32
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2004 Tentang
Perusahaan Umum (Perum) Pembangunan Perumahan Nasional
Surat Menteri Negara Agraria / Kepala BPN Tanggal 17 September 1998 Nomor
630.1 - 3433 tentang Hak Tanggungan atas Hak Guna Bangunan diatas
tanah Hak Pengelolaan
D. Website :
H. Kamus :
Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, Penerbit Balai Pustaka, Jakarta,
Tahun 2005.
33