Tari Andun merupakan salah satu tarian rakyat yang dilakukan pada saat pesta
perkawinan. Biasanya dilakukan oleh para bujang dan gadis secara berpasangan pada
malam hari dengan diringi musik kolintang. Pada zaman dahulu, tari andun biasanya
digunakan sebagai sarana mencari jodoh setelah selesai panen padi. Sebagai bentuk
pelestariannya, saat ini dilakukan sebagai salah satu sarana hiburan bagi masyarakat
khususnya bujang gadis.
Tari Bambangan Cakil merupakan seni identitas Jawa Tengah, berasal dari Surakarta
dan menggambarkan peperangan antara kebaikan dan kejahatan. Tari ini mengandung
nilai filosofi yang tinggi, dimana kejahatan, kesombongan, kecongkakan dan
sebagainya ternyata tidak ada artinya, karena akan tertumpas habis oleh kebaikan.
Tari ini begitu artistik, biasanya dimainkan oleh wanita (berperan sebagai Arjuna) dan
laki-laki (berperan sebagai Cakil). Durasinya sekitar 20 menit. Fungsi tarian ini
adalah untuk hiburan atau upacara
2. Tari Bedana
Tari Bedana adalah tari muda/i Lampung. Tarian ini biasa dibawakan oleh pemuda/i
dalam acara2 adat dan acara2 yang tidak resmi sebagai ungkapan rasa gembira.
Tari Bedana adalah salah satu jenis seni Tari masyarakat Suku Lampung, baik
Lampung Pepadun maupun Lampung Sebatin. Namun masing-masing memiliki
karakteristik, baik dari alat musik yang digunakan maupun gerakan tarinya.
Beksan Lawung Ageng atau Lawung Gagah Merupakan salah satu bentu genre yang
disebut wiring atau beksan sekawanan yang sangat heroic, sesuai dengan jiwa
penciptanya yaitu Pangeran Mangkubumi sebagai Pendiri Kraton Ngayogyakarta
Hadiningrat dengan penuh perjuangan yang gigih dan militant. Disamping itu lawung
ageng ini hamper selalu hadir dalam upacara perkawinan agung Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai sebuah ritus kesuburan yang secara simbolis
menjadi ajaran yang menyertai perjalanan hidup dalam awal menempuh bahtera hidup
baru.
Tari Bines
Tari Bines merupakan tarian tradisional yang berasal dari kabupaten Gayo Lues. Tari
Bines merupakan bentuk tarian yang dimainkan oleh 12-14 orang perempuan dengan
gerakan mengayunkan tangan dan diikuti irama gerakan badan serta alunan lagu-lagu
Gayo yang di bawakan oleh salah satu penari. Mereka menyanyikan syair yang
berisikan dakwah atau informasi pembangunan. Para penari melakukan gerakan
dengan perlahan kemudian berangsur-angsur menjadi cepat dan akhirnya berhenti
seketika secara serentak.
Tari ini juga merupakan bagian dari tari Saman saat penampilannya. Hal yang
menarik dari tari Bines adalah beberapa saat mereka diberi uang oleh pemuda dari
desa undangan dengan menaruhnya diatas kepala perempuan yang menari.
Tarian ini adlah tarian untuk menyambut para tamu penting dalam adat dan budaya
Gayo.
4. Tari Bosara
Tarian Cakalele atau tarian kebesaran adalah tarian perang yang saat ini lebih sering
dipertunjukan untuk menyambut tamu agung maupun untuk acara yang bersifat adat.
Para penari laki-laki mengenakan pakaian perang yang didominasi oleh warna merah
dan kuning tua. Di kedua tangan penari menggenggam senjata pedang (parang) di sisi
kanan dan tameng (salawaku) di sisi kiri, mengenakan topi terbuat dari alumunium
yang diselipkan bulu ayam berwarna putih. Sementara, penari perempuan
mengenakan pakaian warna putih sembari menggenggam sapu tangan (lenso) di
kedua tangannya. Para penari Cakalele yang berpasangan ini, menari dengan diiringi
musik beduk (tifa), suling, dan kerang besar (bia) yang ditiup.
Keistimewaan tarian ini terletak pada tiga fungsi simbolnya. (1) Pakaian berwarna
merah pada kostum penari laki-laki, menyimbolkan rasa heroisme terhadap bumi
Maluku, serta keberanian dan patriotisme orang Maluku ketika menghadapi perang.
(2) Pedang pada tangan kanan menyimbolkan harga diri warga Maluku yang harus
dipertahankan hingga titik darah penghabisan. (3) Tameng (salawaku) dan teriakan
lantang menggelegar pada selingan tarian menyimbolkan gerakan protes terhadap
sistem pemerintahan yang dianggap tidak memihak kepada masyarakat.
Tari Campak
Tari ini digunakan juga sebagai hiburan dalam berbagai kegiatan seperti penyambutan
tamu atau pada pesta pernikahan di Bangka Belitung. Tarian ini berkembang pada
masa pendudukan bangsa Portugis di Bangka Belitung. Hal ini bisa dilihat dari
beberapa ragam pada tari Campak antara lain akordion dan pakaian pada penari
perempuan yang sangat kental dengan gaya Eropa.
Tari Cokek
Sebagai pembukaan pada tari cokek ialah wawayangan. Penari cokek berjejer
memanjang sambil melangkah maju mundur mengikuti irama gambang kromong.
Rentangan tangannya setinggi bahu meningkah gerakan kaki.
Ada yang berwarna merah menyala, hijau, ungu, kuning dan sebagainya, polos dan
menyolok. Di ujung sebelah bawah celana biasa diberi hiasan dengan kain berwarna
yang serasi. Selembar selendang panjang terikat pada pinggang dengan kedua
ujungnya terurai ke bawah Rambutnya tersisir rapih licin ke belakang. Ada pula yang
dikepang kemudian disanggulkan yang bentuknya tidak begitu besar, dihias dengan
tusuk konde bergoyang-goyang.
5. Tari Didong
Tari Didong
merupakan tarian
yang sangat terkenal
di Aceh Tengah. Tari
ini biasanya
ditampilkan pada saat
acara pernikahan,
pertemuan. Tari juga
bisanya dimainkan
pada saat bulan
purnama di malam
hari. Setiap desa di Aceh biasanya memiliki sebuah team Tari Didong yang memiliki
syair-syair yang khas. Syair-syair yang disampaikan pada saat penampilan team ini
merupakan syair-syair yang spontan yang disesuaikan dengan acara yang sedang
berlangsung. Sehingga syair-syair yang dibawakan oleh 11 penari yang duduk bersila
bersebelahan dengan irama bantal kecil yang dipukulkan bisa menyiratkan rasa sedih,
gembira, tradisi, sosial, nasihat, maupun pesan-pesan yang dapat menggugah siapapun
yang menyaksikannya.
6. Tari Guel
Tarian digelarkan 9 penari muda dan cantik-cantik yang berbusana Adat Aesan Gede,
Selendang Mantri, Paksangkong, Dodot dan Tanggai. Mereka merupakan penari inti
yang dikawal dua penari lainnya membawa payung dan tombak. Sedang di belakang
sekali adalah penyanyi Gending Sriwijaya. Namun saat ini peran penyanyi dan musik
pengiring ini sudah lebih banyak digantikan tape recorder.
Dalam bentuk aslinya musik pengiring ini terdiri dari gamelan dan gong. Sedang
peran pengawal terkadang ditiadakan, terutama apabila tarian itu dipertunjukkan
dalam gedung atau panggung tertutup. Penari paling depan membawa tepak sebagai
Sekapur Sirih untuk dipersembahkan kepada tamu istimewa yang datang, diiringi dua
penari yang membawa pridon terbuat dari kuningan.
Dahulu kala persembahan Sekapur Sirih ini menurut dilakukan oleh putri Sultan atau
bangsawan. Pembawa pridon biasanya adalah sahabat akrab atau inang pengasuh sang
putri. Demikianlah pula penari-penari lainnya. Tari Gending Sriwijaya dan lagu
pengiringnya, diciptakan tahun 1944 untuk mengingatkan para pemuda bahwa para
nenek moyang adalah bangsa besar yang menghormati persaudaraan dan persahabatan
antar manusia dan hubungan antara manusia dengan Sang Pencipta.
7. Tari Jaipongan
8. Tari Jangget
Tari Kecak
Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada
pada kondisi tidak sadar.
Tari kecak merupakan pertunjukan seni khas Bali yang diciptakan tahun 1930-an,
dimainkan oleh puluhan laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama
tertentu menyerukan kata "cak" dan mengangkat kedua lengannya.
Para penari yang duduk melingkar mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur
melingkari pinggang mereka.
Tarian ini menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama
melawan Rahwana. Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang yaitu tradisi
tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi
dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-
harapannya kepada masyarakat.
Wisatawan yang berminat menyaksikan Tari Kecak dapat memilih satu di antara tiga
lokasi pertunjukan, antara lain di Pura Luhur Uluwatu, di Desa Batubulan, serta di
Jalan Hanoman.
Keistimewaan Tari Kecak yaitu tidak mengandalkan alat musik untuk mengiringi
tarian, melainkan paduan suara para penarinya. Tari Kecak juga dikenal dengan
sebutan Tarian Kecak dan Api. Pertunjukan terkahir ini semacam bonus yang dapat
mengundang decak kagum para penonton.
Tari ini dapat berfungsi sebagai hiburan.
Tari Lariangi merupakan bentuk tarian hiburan bagi masyarakat Wakatobi, tarian ini
biasanya dimainkan oleh dua belas orang gadis remaja desa setempat. Tarian ini
sangat eksotik terutama kostumnya. Nama kostum tarian ini sama dengan nama tarian
yaitu Lariangi. Tarian ini dilakukan sambil bernyanyi. Dahulu tarian ditampilkan
untuk menyambut para tamu kerajaan.
Lariangi terdiri dari dua suku kata. Lari dan Angi. Lari berarti menghias atau
mengukir. Angi berarti orang-orang yang berhias dengan berbabagai ornamen untuk
menyampaikan informasi, dengan maksud untuk memberikan nasehat. Bisa juga
menjadi hiburan dengan gerakan tari dan nyanyian.
Sebagai perwujudan dari Lari adalah pakaian para penari yang terdiri dari kain,
manik-manik, hiasan sanggul, logam berukir untuk gelang, kalung, dan hiasan sarung.
Misalnya saja, hiasan sanggul yang dinamakan pantau seperti sebuah radar. Atau
hiasan rambut yang rumit sekali membuatnya. Hanya orang tertentu yang bisa
membuat hiasan rambut ini. Angi diwujudkan dalam bentuk gerakan dan nyanyian.
Tari ini bedurasi 10 menit. Selama sepuluh menit in, kami akan melihat sepuluh orang
perempuan cantik menari dan bernyanyi. Tarian didominasi oleh gerakan duduk dan
melingkar dengan mengibaskan lenso atau kipas.
Klimaks tarian ini ada di akhir. Yaitu gerakan yang dinamakan dengan nyibing.
Nyibing dilakukan oleh dua orang penari lelaki. Mereka menari mengelilingi dua
orang penari perempuan. Ini mengandung maksud, para lelaki, dalam kondisi apapun
harus tetap melindungi para perempuan.
Tari Laweut