Anda di halaman 1dari 4

Hadapi SNMPTN 2010, Pede Aja!

SELEKSI nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) 2010 akan digelar secara
serentak selama dua hari pada Rabu-Kamis, (16-17/6). Berdasarkan pedoman, pada hari pertama
para peserta akan mengikuti tep potensi Akademik (TPA) dan tes bidang studi dasar (TBSD).
Sementara di hari kedua, tes akademik sesuai dengan jurusan yakni tes bidang studi IPA dan tes
bidang studi IPS. Sementara untuk ujian dan tes keterampilan (prodi tertentu) akan dilaksanakan
pada hari Jumat dan Sabtu, (18-19/6).

Bagi sebagian siswa lulusan sekolah menengah atas (SMA) sederajat jalur SNMPTN masih
merupakan salah satu pintu dan bahkan favorit guna dijadikan pilihan masuk perguruan tinggi
negeri (PTN). Apalagi, bagi mereka yang secara ekonomi pas-pasan. Lain halnya jika siswa
tersebut berasal dari golongan ekonomi mapan. Jalur khusus yang disediakan langsung oleh PTN
sebelum pelaksanaan SNMPTN, merupakan salah satu alternatif tentunya bagi siswa yang
berekonomi mapan tersebut. Meski jika dinyatakan lolos, secara keuangan lebih mahal
pembiayaannya ketimbang dengan masuk jalur SNMPTN.

Untuk itulah, tidak heran jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya peserta yang
mendaftar ke panitia lokal Bandung SNMPTN 2010 melebihi target. Jika sebelumnya hanya
ditargetkan sekitar 23 ribu peserta, kini tercatat 27 ribu peserta yang akan bertarung untuk
memperebutkan kursi di PTN di seluruh Indonesia.

Dengan peningkatan jumlah tersebut, maka tentu akan membuat tingkat persaingan sangat ketat.
Apalagi, ada yang menyebutkan dalam pelaksanaan SNMPTN atau sebelumnya dikenal dengan
Sipenmaru, UMPTN, dan kini SNMPTN siswa bagai berjuang bagai memasuki lubang jarum.
Tidak hanya itu, tahun ini juga merupakan tahun kedua di mana pelaksanaan SNMPTN
menggunakan sistem persentil. Apa yang harus dilakukan dan cara apa yang bisa digunakan guna
menghadapi SNMPTN?

Menurut pemilik dan pendiri salah satu bimbingan belajar di Kota Bandung, Sony Sugema
mengatakan, sebetulnya tidak ada yang sulit dalam menghadapi SNMPTN. Ketidaklulusan di
SNMPTN biasanya hanya karena faktor mental dan psikologis saja.

"Sebelum SNMPTN digelar, peserta sebelumnya sudah 'dihajar' duluan oleh pelaksanaan ujian
nasional (UN). Sesudahnya berkutat dengan ujian mandiri yang dilakukan oleh sejumlah
perguruan tinggi negeri atau swasta. Misalnya di Unpad dengan SMUP (Seleksi Masuk Unpad)
atau Simak (Seleksi Masuk UI/Universitas Indonesia)," ungkapnya.

Dengan kondisi itu, maka lanjut Sony, banyak yang kalah sebelum bertanding. Artinya, peserta
yang masuk dan lolos di PTN justru bukan siswa yang pintar secara akademik. Melainkan, siswa
yang secara psikologis disertai mental kuat yang menang dan akhirnya lolos. "Di sinilah
sebetulnya peran orang tua sangat diperlukan. Anak tidak hanya diharapkan untuk terus belajar,
belajar dan belajar. Namun juga dukungan dan support sangat diperlukan peserta," tuturnya.

Tips dan trik

Sony yang dikenal telah meloloskan sejumlah peserta didiknya ke PTN melalui jalur SNMPTN
lebih lanjut mengatakan, selain persiapan mental juga tentunya peserta harus membekali diri
dengan persiapan pelaksanaan tes. Apalagi, ini merupakan tahun kedua dimana SNMPTN
diberlakukan TPA dan sistem persentil. "Jangan remehkan TPA ini. Apalagi bobot TPA adalah
30% dari jumlah keseluruhan penilaian," ucapnya.

Agar peserta dapat lolos dalam TPA yang diadakan pada hari pertama SNMPTN, maka mulai
sekarang berlatih. Bahan untuk berlatih dapat diunduh di internet. Namun, sejumlah bimbel
biasanya juga telah menyediakan modul TPA tersebut.

"TPA ini tidak ada teorinya. Karena itu sebetulnya dalam TPA susah untuk diajarkan. Tetapi
agar dapat lolos dalam TPA, otak tentu perlu dilatih. Misalnya memulai untuk membiasakan
belajar membaca gambar, mencari makna kata-kata dan lainnya," ujarnya.

Tidak kalah penting adalah kekampuan menyelesaikan semua soal tes bidang studi dasar yakni
matematika dasar, bahasa Indonesia, bahasa Inggris, matematika, IPA, biologi, kimia, dan fisika.
Banyak peserta yang tidak lolos SNMPTN akibat nilai kecil karena ketidakmampuannya
menyelesaikan soal SNMPTN.

"Sebab itu, mulailah dengan mengerjakan soal yang gampang terlebih dulu. Jangan terpaku
dengan soal yang sulit dan memerlukan pengerjaan yang lebih lama," tuturnya.

Dijelaskannya, berdasarkan pengalaman, pengerjaan soal dalam SNMPTN memerlukan waktu


sedikitnya 2 menit untuk setiap satu soalnya. "Jika dalam hari yang sama ada mata pelajaran
matematika dan biologi, maka kerjakan dulu mata pelajaran biologi. Sebab, biologi lebih mudah
dikerjakan dibandingkan dengan matematika," urainya.

Langkah tersebut, katanya, agar dapat menyiasati sistem persentil yang diberlakukan oleh panitia
saat ini. "Jika tahun sebelumnya lemah di satu mata pelajaran dapat ditutupi dengan mata
pelajaran lainnya. Untuk tahun ini tidak. Karena itu harus bijak juga menyikapi dan membagi
waktu dalam pengerjaan soal pada SNMPTN," tambahnya. Dengan menggunakan persentil itu,
imbuhnya, maka hati-hati bagi yang nilainya minus atau nol.

Cek lokasi

Di tempat terpisah, humas SNMPTN 2010 panitia lokal Bandung, Weni Widyowati mengatakan,
untuk memudahkan peserta saat mengikuti ujian maka harus diharapkan satu hari sebelumnya
datang dan mengecek lokasi tempat dimana ujian. Berkaca pada tahun sebelumnya, sejumlah
peserta terutama dari luar kota Bandung selalu salah mendatangi tempat ujiannya. Keterlambatan
dan salah lokasi ujian, juga dapat menjadi faktor dalam kegagalan masuk SNMPTN.

"Jika terlambat dan salah tempat ujian, dikhawatirkan akan membuat drop secara psikologis yang
mengakibatkan kurangnya konsentrasi dalam menyelesaikan seleksi. Karena itu, saya sarankan
agar mencek tempat lokasi satu hari sebelum ujian berlangsung," tuturnya. (rinny/"GM")**

Sistem Persentil
Aplikasi sistem penilaian SNMPTN tahun ini sangat
berbeda dengan sistem penilaian tahun-tahun sebelumnya,
yaitu mengakumulasikan jumlah nilai dari mata pelajaran
yang diujikan secara total atau biasa disebut dengan nilai
mentah.
Sistem persentil yang mulai diperkenalkan di Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) tahun 2009 menuntut perubahan strategi peserta. Setiap mata ujian mesti
diperhatikan, tidak boleh ada yang diabaikan.
Sistem persentil menuntut peserta mengerjakan setiap mata uji secara proporsional. Tidak bisa
dikosongkan salah satunya seperti tahun 2008.

Tahun 2008, bisa saja peserta tidak fokus mengerjakan salah satu mata ujian yang tidak
disukainya. Asalkan, mata uji lainnya dimaksimalkan. Tahun 2010, strategi macam itu tidak bisa
lagi dilakukan. Sebab, setiap mata uji dinilai berdasarkan peringkat dalam skala nol sampai 100
sebelum itu dijumlahkan.

Tujuan Snmptn yakni ingin mendapatkan siswa yang pintar di segala bidang. Setidaknya jangan
bodoh sekali di salah satu bidang. Meskipun demikian, peserta tetap tidak bisa gegabah di dalam
mengerjakan ujian. Serupa tahun lalu, skoring tetap menggunakan pola : plus 4 jika benar, 0
tidak diisi, dan minus 1 apabila salah.

Hal lain yang berbeda, adalah dimasukannya Tes Potensi Akademik (TPA) mulai tahun 2009.
Tes ini menguji tiga macam kemampuan pribadi peserta, yaitu verbal, kuantitatif, dan penalaran.

Dalam pembobotan hasil ujian, TPA memiliki bobot yang tidak sedikit. Di program studi
nonketerampilan, bobotnya adalah 30 persen, sedangkan yang ada ujian keterampilannya 18
persen. TPA dianggap penting untuk memberikan prediksi mengenai kemampuan siswa
mengikuti perkuliahan nanti.

TPA juga bertujuan untuk menekan angka drop out (DO). Hal itu karena TPA akan memberikan
penilaian dan pertimbangan cocok tidaknya siswa bersangkutan diterima di jurusan yang
dipilihnya.

Banyak kasus terjadi selama ini, siswa yang diterima masuk PTN tidak bisa menyelesaikan
kuliahnya lantaran salah satu faktor penyebabnya adalah ketidakcocokan dengan jurusan yang
dipilihnya sendiri.

Setiap tahun persentase mahasiswa DO yang masuk lewat jalur SNMPTN cenderung tidak
menurun, berbeda dengan mahasiswa yang lolos lewat jalur Ujian Saringan Masuk (USM) yang
jumlahnya terus menurun meski persentasenya lebih besar.

Konklusi

Dalam sistem penilaian sistem persentil penilaian diadakan secara terpisah itu, hasil tes akan
diberikan rangking. Peserta dengan rangking rata-ratanya besar di semua mata pelajaran yang
diujikan akan berpeluang besar lolos SNMPTN.

Tujuan dari pemberlakukan sistem persentil itu adalah untuk menjaring para peserta SNMPTN
yang memiliki kemampuan lebih komprehensif. Alasannya, banyak kasus yang telah terjadi
sebelumnya, di mana peserta yang lolos dan diterima di sebuah jurusan di PTN ternyata tidak
memiliki kemampuan yang mahir sesuai jurusan yang dipilihnya.

Tegasnya, dengan sistem persentil yang mulai diperkenalkan di Seleksi Nasional Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) tahun 2009 dan dimungkinkan berlanjut di tahun
SNMPTN 2010 ini menuntut perubahan strategi peserta. Setiap mata ujian mesti diperhatikan,
tidak boleh ada yang diabaikan.

Dalam pembobotan hasil ujian, TPA memiliki bobot yang tidak sedikit. Di program studi
nonketerampilan, bobotnya adalah 30 persen, sedangkan yang ada ujian keterampilannya 18
persen. TPA dianggap penting untuk memberikan prediksi mengenai kemampuan siswa
mengikuti perkuliahan nanti.

Panitia SNMPTN merasa perlu merekrut calon mahasiswa yang memiliki kemampuan dasar
komprehensif. Pengetahuannya lebih luas dan tidak hanya pintar di satu bidang. Para calon
dengan kemampuan dasar bagus diperkirakan lebih mampu di perguruan tinggi.

By : Drs. Dewan, S.H. (Team Admin)

Anda mungkin juga menyukai