PENDAHULUAN
oleh penderita HIV melalui beberapa cara yaitu hubungan seksual, berbagi jarum
suntik atau syringe, transfuse darah dan organ serta melalui ibu hamil kepada
Terdapat dua virus utama pada infeksi HIV yaitu HIV-1 yang sejauh ini
paling umum di dunia dan HIV-2 yang menyebar terutama di Afrika Barat. Pintu
masuk utama HIV ke dalam tubuh adalah melalui darah dan mukosa yang terbuka
pada vagina, vulva, rectum, penis dan juga pada oral cavity (Scully, 2002).
Klasifikasi infeksi HIV yang paling sering digunakan adalah yang dipublikasi oleh
U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada tahun 1986, yang
berdasarkan kondisi tertentu yang terkait dengan infeksi HIV. Pada tahun 1993,
klasifikasi CDC telah direvisi menjadi (CDC 1993b) (Hoffmann dkk., 2007).
pasien HIV dimulai apabila terjadi immunnosupresan yaitu CD4 <500, dan juga
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI HIV
Infeksi HIV akan merusak limfosit T, terutama CD4+, yang akan menyebabkan
imunodefisiensi. Hal ini akan menjadi predisposisi terhadap infeksi virus, fungi,
mycobacteria atau parasit. Seiring dengan waktu, HIV akan menjadi Acquired
B. CARA PENULARAN
Menurut Scully (2004), virus HIV terdapat pada jaringan (tissue) dan
cairan tubuh (darah dan saliva) individu yang terinfeksi HIV dan bisa menularkan
hubungan seksual antar lelaki dan lelaki. Penularan melalui anal lebih
3. Transfusi darah dan tranplantasi organ. Namun, penularan melalui cara ini
2
4. Penularan melalui ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya melalui
Terdapat dua virus utama pada infeksi HIV, yang hanya mempunyai
yaitu HIV-1 yang sejauh ini paling umum di dunia dan HIV-2 yang menyebar
dalam waktu 6-12 minggu. Kebanyakan individu yang terinfeksi HIV akan berada
dalam fase viremia selama 2-6 minggu. Pada kasus yang langka, bisa selama 35
adalah 10-12 tahun. Kira-kira 30% penderita AIDS yang meninggal setelah 3
tahun didiagnosa AIDS dan kira-kira 50% hidup selama 10 tahun (Little dkk.,
2002).
Pintu masuk utama HIV ke dalam tubuh adalah melalui darah dan mukosa
yang terbuka pada vagina, vulva, rectum, penis dan juga pada oral cavity. HIV
yang masuk ke dalam tubuh menuju kelenjar limfe dan berada dalam sel dendritik
selama beberapa hari (Greenberg dkk., 2008). Kemudian terjadi sindrom retroviral
akut seperti flu disertai viremia hebat dengan keterlibatan berbagai kelenjar limfe.
Sindrom ini akan hilang sendirir setelah 1-3 minggu, karena kadar virus yang
tinggi dalam darah dapat diturunkan oleh sistem imun tubuh. Proses ini
3
berlangsung berminggu-minggu sampai terjadi keseimbangan antara pembentukan
virus baru dan upaya eliminasi respon imun. Titik keseimbangan disebut set point.
Apabila angka ini tinggi, perjalanan penyakit menuju AIDS akan berlangsung
menjadi positif, terjadi 1-3 bulan setelah infeksi dan pasien akan memasuki masa
tanpa gejala. Pada masa ini terjadi penurunan CD$ secara bertahap (CD4 normal =
800-1.000/mm3) yang terjadi setelah replikasi persisten HIV dengan kadar RNA
tetapi pada 2 tahun terakhir penurunan jumlah menjadi cepat sekitar 50-100/tahun
sehingga jika tanpa pengobatan, rata-rata masa infeksi HIV sampai masa AIDS
adalah 8-10 tahun saat jumlah CD4 akan mencapai di bawah 200 (Tjay, 2000).
D. KLASIFIKASI HIV
Menurut Little dkk. (2002), pertama kali terinfeksi HIV, pasien dapat
dipublikasi oleh U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pada
tahun 1986, yang berdasarkan kondisi tertentu yang terkait dengan infeksi HIV.
Pada tahun 1993, klasifikasi CDC telah direvisi menjadi (CDC 1993b) (Hoffmann
dkk., 2007).
4
Tabel 1. Categorization of HIV Exposure
(Little dkk., 2002)
Kelompok Tanda
Kelompok 1 Immediate post-HIV exposure
Antibodi HIV positif- asimptomatik
Kelompok 2 Progressive Immunosupresan- HIV simptomatik stage.
CD4 < 400
Constitutional symptom (demam, malaise, limfadenopati, diarre,
penurunan berat badan, oral candidiasis)
Kelompok 3 AIDS; CD4 <200
Kaposi’s sarcoma, limfoma, pneumonia, cervical carcinoma,
diarre kronis.
HIV telah menginfeksi CNS yang bisa menyebabkan dimensia.
Tabel 2. Kategori Klinis Pada Klasifikasi CDC untuk Orang Yang Terinfeksi HIV
(Hoffmann dkk., 2007)
Kategori Tanda
Kategori A Infeksi HIV asimptomatis
Akut (primer) infeksi HIV yang disertai dengan penyakit atau
riwayat infeksi HIV akut
Lymphadenopathy yang persisten dan menyeluruh
Kategori B Kondisi simptomatik* yang tidak termasuk pada kondisi dalam
Kategori C. Contohnya, namun tidak tebatas pada:
Bacillary angiomatosis
Candidiasis, oropharyngeal (thrush)
Candidiasis, vulvovaginal; persistent, frequent, or poorly
responsive to therapy
Cervical dysplasia (sedang atau parah)/cervical carcinoma in situ
Constitutional symptoms, misalnya demam (38.5° C) atau diare
yang lebih dari 1 bulan
Hairy leukoplakia, oral
Herpes zoster (shingles), melibatkan paling tidak dua episode yang
terpisah atau lebih dari satu dermatome
Idiopathic thrombocytopenic purpura
Listeriosis
Pelvic inflammatory disease, khususnya jika terdapat komplikasi
dengan tuboovarian abscess
Peripheral neuropathy
5
Kategori Tanda
Kategori C Penyakit AIDS**
Candidiasis of bronchi, trachea, or lungs
Candidiasis, esophageal
Cervical cancer, invasive*
Coccidioidomycosis, disseminated or extra pulmonary
Cryptococcosis, extrapulmonary
Cryptosporidiosis, chronic intestinal (durasi lebih dari 1 bulan)
Penyakit Cytomegalovirus (selain liver, spleen, or nodes)
Cytomegalovirus retinitis (dengan hilangnya penglihatan)
Encephalopathy, HIV-related
Herpes simplex: chronic ulcer(s) (durasi lebih dari 1 bulan); atau
bronchitis, pneumonitis, atau esophagitis
Histoplasmosis, disseminated atau extrapulmonary
Isosporiasis, chronic intestinal (durasi lebih dari 1 bulan)
Kaposi's sarcoma
Lymphoma, Burkitt's (atau istilah sejenis)
Lymphoma, immunoblastic (or equivalent)
Lymphoma, primary, of brain
Mycobacterium avium complex or M. kansasii, disseminated or
extrapulmonary
Mycobacterium tuberculosis, pada tempat tertentu (pulmonary or
extrapulmonary)
Mycobacterium, spesies yang lain atau spesis yang belum
teridentifikasi, disseminated atau extrapulmonary
Pneumocystis pneumonia
Pneumonia, recurrent*
Progressive multifocal leukoencephalopathy
Salmonella septicemia, recurrent
Toxoplasmosis of brain
Wasting syndrome due to HIV
ditunjukkan pada tabel 3. Klasifikasi lesi oral pada infeksi HIV ditunjukkan pada
tabel 4.
6
Table 3. The CD4+ T-lymphocyte categories
(Hoffmann dkk., 2007)
Kategori CD4+ T- lymphocyte
Kategori 1 >500 CD4+ T-cells/µl
Kategori 2 200-499 CD4+ T-cells/µ
Kategori 3 <200 CD4+ T-cells/µl
humoral melawan agen ditemukan 100% pada individu yang terinfeksi HIV.
7
Adanya antibodi sebanding dengan diagnosis infeksi HIV aktif kronis. Diagnosis
laboratorium dengan biological safety level 3), viral antigen (p24 antigen ELISA)
atau asam nukleus virus (misalnya genome virus; NAT – nucleic acid testing).
Menurut Hoffmann dkk (2007), selain tes kualitatif (jawaban “ya” atau
RNA virus pada plasma atau “viral load”, telah menjadi alat yang sangat
IFA)
pasien yang sama harus di uji. Baru kemudian diagnosis infeksi HIV dapat
Menurut Anonim (2010), tes HIV ELISA dan HIV Western blot digunakan
untuk mendeteksi virus HIV dalam darah. Menurut Nisyrios (2005), ELISA
8
dilakukan untuk mendeteksi HIV p24 antigen dan antibodi HIV. Beberapa
➢ Tes ELISA yang menunjukkan hasil positif harus dikonfirmasi dengan uji
menegaskan suatu infeksi HIV. Pemeriksaan lebih lanjut harus diulang dalam
➢ Jika hasil Western blot menunjukkan hasil negatif, maka hasil ELISA
dipertimbangkan sebagai hasil false positive, hal ini menunjukkan pasien tidak
terinfeksi HIV. Pengulangan tes dilakukan jika pasien memiliki resiko dalam
➢ Jika Western blot menunjukkan hasil yang tidak tentu, pasien mungkin baru
terinfeksi HIV dan dalam proses seroconverting. Skrining HIV ELISA harus
diulang setiap interval 2 minggu untuk menentukan apakah uji Western blot
menjadi positif.
➢ Jika HIV ELISA dan Western blot menunjukkan hasil positif, tes darah lainnya
Pada suatu infeksi HIV, hasil uji CBC (complete blood count) dan sel
darah putih akan menunjukkan suatu abnormalitas. Selain itu, jumlah sel CD4
yang lebih rendah dari rentang normal juga menjadi tanda bahwa virus sedang
Menurut Hoffmann dkk (2007), saat ini tersedia tes HIV sederhana/cepat.
Tes semacam ini berguna pada saat dibutuhkan hasil yang cepat, misalnya pada
9
ruangan emergency, sebelum operasi emergency, setelah perlukaan dari jarum dan
untuk meminimalisir rerata hasil “unclaimed” tes (jika hasil tes baru didapat
beberapa hari kemudian, beberapa orang tidak kembali lagi untuk mengambil
digunakan sebagai titik uji perawatan untuk membantu dalam diagnosis infeksi
HIV. Tes ini harus digunakan pada seseorang yang memiliki resiko pada status
klinis, riwayat, dan memiliki faktor risiko. Tes ini harus digunakan dalam
algoritma multites yang sesuai yang dirancang untuk validasi statistik hasil tes
HIV cepat (Anonimb, 2010). Menurut Fine dkk (2005), pada Oktober 2004 FDA
telah menyetujui suatu tes HIV yang baru, dimana seseorang dapat melakukannya
Human Immunodeficiency Virus Type 1 (HIV- 1) and Type 2 (HIV-2) pada cairan
rongga mulut, darah dari fingerstick, darah dari venipuncture, dan spesimen
plasma. Menurut Roeslan (2002), cairan rongga mulut atau cairan celah gusi
10
Gambar 1. Desain OraQuick Assay
Assay yaitu:
11
2. Masukkan perangkat ke dalam buffer
T–C
1. Pembacaan hasil test kurang dari 20 menit atau lebih dari 40 menit akan
2. Tes ini disetujui FDA untuk penggunaan dengan cairan rongga mulut,
dengan tube yang berisi antikoagulan selain EDTA, sodium heparin, sodium
citratem atau ACD solutions A, atau pengujian spesimen plasma yang diambil
3. Individu yang terinfeksi HIV-1 atau HIV-2 yang mendapat HAART (highly
12
active antiretroviral therapy ) dapat memproduksi hasil negatif yang palsu.
sebagai tambahan dalam diagnosis infeksi HIV-1 dan/atau HIV-2. AIDS dan
6. Untuk hasil yang reaktif, intensitas warna pada garis tes tidak berhubungan
atau adany infeksi HIV. Respon antibodi dari paparan awal membutuhkan
G. MEDICAL MANAGEMENT
immunnosupresan yaitu CD4 <500, dan juga adanya infeksi kronis (Little dkk.,
2004). Menurut Greenberg dkk. (2008), terdapat empat kelas antiretroviral yaitu
13
Perawatan pada penderita HIV membutuhkan terapi kombinasi yaitu highly active
antiretroviral therapy (HAART). Pada penderita HIV yang naïf, perawatan yang
yang didasari oleh (1 atau 2 PIs+ 2NRTIs), atau triple NRTI yang didasari oleh (3
NRTIs). Pada penderita HIV dengan koinfeksi HBV, HCV, dan tuberculosis
HIV strains sehingga harus dilakukan perawatan dengan kombinasi antivirus yang
lain seperti acyclovir. Selain itu, perawatan dengan antiretrovirus ini juga
14
mempunyai efek samping yang signifikan. Anemia adalah efek samping utama
karena obat-obat ini merupakan toxic terhadap bone narrow dan sel darah. Pada
dkk., 2002).
15
H. MANIFESTASI ORAL DAN MANAJEMEN DENTAL
Menurut Vaseliu dkk (2010), sistem klasifikasi untuk lesi oral yang
berhubungan dengan infeksi HIV dibagi menjadi dua sistem. Sistem klasifikasi
infeksi bakteri, virus atau fungal atau lesi neoplastic atau kondisi lainnya (Tabel
6). Sistem klasifikasi yang kedua, merupakan sistem yang direkomendasi oleh EC
Fungal Candidiasis
Pseudomembranous
Erythematous
Angular cheilitis
Histoplasmosis
Cryptococcosis
Viral Herpes simplex
Herpes zoster
Human papillomavirus lesions
Cytomegalovirus ulcers
Hairy leukoplakia
16
Etiologi Lesi Oral
Bakteri Linear gingival erythema
Necrotizing ulcerative periodontitis
Mycobacterium avium complex
Bacillary angiomatosis
Neoplastic Kaposi's sarcoma
Non-Hodgkin's lymphoma
Kondisi lainnya Recurrent aphthous ulcers
Immune thrombocytopenic purpura
HIV salivary gland disease - DILS
17
3 Lesi yang terlihat pada infeksi HIV
• Infeksi Bakteri • Infeksi jamur selain candidiasis
a) Actinomyces Israel a) Cryptococcus neoformans
b) Escherichia coli b) Geotrichum candidum
c) Klebsiella pneumoniae c) Histoplasma capsulatum
• Cat-scratch disease d) Mucoraceae
• Reaksi obat (ulseratif, erythema (mucormycosis/
multiforme, lichenoid, toxic zygomycosis)
epidermolysis) e) Aspergillus flavus
• Epithelioid (bacillary) • Recurrent aphthous stomatitis
angiomatosis • Viralinfections
• Neurologic disturbances a) Cytomegalovirus
a) Facial palsy b) Molluscum contagiosum
b) Trigeminal neuralgia
2 Linear Gingival
Erythema in an HIV-
infected adult
(Vaseliu dkk, 2010)
18
3 Karies servikal yang
terjadi akibat xerostomia
(Reznik, 2005)
4 Pseudomembranosus
candidiasis pada
penyakit ringan-sedang
(Reznik, 2005)
5 Pseudomembranosus
candidiasis pada
penyakit yang parang
(Reznik, 2005)
19
7 Kaposi's sarcoma
(Reznik, 2005)
8 Angular cheilitis
(Reznik, 2005)
20
Tabel 9. Pilihan Perawatan Untuk Manifestasi Oral Yang Sering Muncul Pada Pasien HIV
(Vaseliu dkk, 2010)
Lesi Oral Perawatan untuk dewasa Keterangan
Oral Candidiasis Topikal • Bentuk oral kandidiasis yang berbeda
(Erythematous, • Nystatin (Mycostatin) dapat terjadi secara terus menerus
Pseudomembranous • Gel Oral: aplikasi gel setiap 8 atau 6 jam • Hiperplastik candidiasis membutuhkan
dan Hyperplastic) sekali selama 10-14 hari perawatan sistemik
• Cream: aplikasi setiap 12 jam, selama 10-14 • Ketoconazole dapat berinteraksi dengan
hari Lopinavir-Ritonavir (Kaletra) pada dosis
Sistemik >200 mg/hari
• Nystatin (Mycostatin) 400.000-600.000 U • Topikal fluoride harus digunakan untuk
setiap 6 jam selama 14 hari periode yang lama untuk menghalangi
• Ketoconazole (Nizoral) 200-400 mg PO q.d kandungan gula yang tinggi pada
• Fluconazone (Diflucan) 50-100 PO q.d beberapa medikasi antifungal.
• Itroconazole (Sporanox) (capsule atau • Amphotericin B dapat digunakan pada
solution) 200mg PO qd selama 7 hari infeksi yang resisten terhadap azole
• Amphotericin B10 mg IV setiap 6 jam, • Amphotericin B juga terdapat pada
selama 10 hari sediaan topikal
Profilaksis • Gigi tiruan harus dilepas ketika
• Fluconazole 100mg PO qwk, untuk waktu dilakukan medikasi
yang lama
Angular Cheilitis Topikal Lesi cenderung sembuh secara perlahan
• Nystatin-triamcinolone (Mycostatin II) karena gerakan membuka mulut yang selalu
ointment yang diaplikasikan pada area yang berulang-ulang
terkena setelah makan dan waktu tidur.
21
Lesi Oral Perawatan untuk dewasa Keterangan
• Cream Clotrimazole 1% (Mycelex)
• Cream Miconazole 2% diaplikasikan setiap
12 jam pada area terkena, selama 1-2
minggu
Infeksi Herpes Simplex Sistemik • Ganciclovir, Valacyclovir dan
Virus (HSV) • Acyclovir (Zovirax) 800 mg PO q4h, selama Famciclovir kemungkinan efektif.
10 hari • Foscarnet merupak obat pilihan untuk
• Foscarnet 24-40 mg/kg PO q8h, untuk lesi kasus dimana resisten terhadap Acyclovir.
herpetik yang menetap. • Pasien yang mengkonsumsi Acyclovir
harus diinstruksikan untuk mengkonsumsi
banyak cairan.
• Medikasi antiviral topikal berguna untuk
lesi herpes labial dan perioral
Linear Gingival Lokal • Profilaksis yang dianjurkan: sikat gigim
Erythema (LGE) • Skaling dan root-planning flossing, dan penggunaan obat kumur.
• 0.12% chlorhexidine gluconate (Periogard, • Agen antifungal berguna pada perawatan
Peridex) 0.5 oz q12h dikumurkan selama 30 LGE
detik dan diludahkan
Xerostomia Topikal • Pengukuran higienitas oral yang baik dan
• Mengunyah atau menghisap permen bebas- kontrol diet (kontrol gula dan makanan
gula mengandung gula) sangat diajurkan
• Minum air sesering mungkin untuk mencegah karies.
22
Lesi Oral Perawatan untuk dewasa Keterangan
• Subtitusi commercial artificial saliva • Obat kumur dengan kandungan alkohol
• Produk topikal fluoride yang tinggi harus dihindari karena
Sistemik memiliki efek mengeringkan.
• Pilocarpine (Salagen) 5 mg PO q8h sebelum
makan; obat dapat ditingkatkan hingga 7. 5
mg PO q8h
Pembesaran Parotid Sistemik • Pembuangan glandula parotid secara
(Glandula saliva • Anti-inflamasi non steroid bedah berguna untuk alasan estetika
Mayor) • Analgesik
• Antibiotik
• Steroid
Oral Hairy Leukoplakia Lokal • Penggunaan chlorhexidine dapat
(OHL) • Podophyllin resin 25 1-2 kali aplikasi pada menyebabkan staining pada gigi, lidah,
daerah yang terkena, dengan interval 1 dan restorasi; perubahan rasa; dan
minggu deskuamasi dan iritasi mukosa.
• Retinoic acid (Tretinoin) • Metronidazole tidak boleh diberikan
• Surgical excision pada pasien yang mengkonsumsi
Sistemik didanosine (ddI) atau zacitabine (ddC),
• Acyclovir (Zovirax) 800 mg PO q6h, selama karena dapat berpotensi menimbulkan
14 hari peripheral neuropathy.
• Famciclovir 500 mg PO q8h, selama 5-10 hari
• Valacyclovir 1000 mg PO q8h, selama 5-10
hari
23
Lesi Oral Perawatan untuk dewasa Keterangan
Necrotizing Ulcerative Sistemik Lihat keterangan sebelumnya.
Gingivitis (NUG) , • Metronidazole (Flagyl) 250 mg PO q8h atau
500 mg q12h, selama 7-10 hari.
Necrotizing Ulcerative • Clindamycin (Cleocin) 150 mg PO q6h atau
Periodontitis (NUP), 300 mg PO q8h selama 7 hari
• Amoxicillin clavulanate (Augmentin) 250
Necrotizing Stomatitis mg PO q12h, selama 7 hari
Oral Ulcers (Recurrent Topikal • Major aphtous ulcer umumnya
Aphthous Ulcers) • Pasta Triamcinolone dalam membutuhkan steroid sistemik
Carboxymethylcellulose 0.1% • Aphtous ulcer dapat dieksaserbasi oleh
• Betamethasone phosphate: stres
• Ointment Fluocinonide (Lidex) 0.05% yang • Defisiensi besi, vitamin B12, dan folat
diaplikasikan pada ulcer setiap 4 jam sekali harus dihilangkan
• Obat kumur dan expectorate • Dexamethasone elixir harus digunakan
Dexamethasone exilir (0.5 mg/5 ml) untuk multiple ulcer atau ulcer yang tidak
Sistemik dapat dijangkau dengan pemakaian
• Prednisone dimulai 30-40 mg PO setiap hari topikal.
dengan taper over 1 buln untuk penyakit • Thalidomide diindikasikan pada rekurensi
berat yang resisten terhadap agen topikal yang parah dan sering terjadi.
• Thalidomide 200 mg PO setiap hari • Perawatan dengan Thalidomide harus
dimonitor karena kemampuan
teratogenicity. Pengukuran bayi baru lahir
sangat diperlukan.
24
Lesi Oral Perawatan untuk dewasa Keterangan
Oral Wartz Topikal • Rerata rekurensi sangat tinggi
• Aplikasi podophyllin resin 25% q6h selama • Pendekatan terapi secara bersamaan harus
periode yang lama dipertimbangkan
• Eksisi dengan bedah
• Laser ablation
• Cryotherapy
Sistemik
• Cimetidine (Tagamet) 600 mg PO q6h,
untuk jangka waktu yang lama (bulan)
• Interferon alfa-n3 SC/IM 3.000.000 U (1
ml) qwk, untuk beberapa minggu
25
III. LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
• Nama : Supriyanto
• Umur : 40 tahun
• Pendidikan : SLTP
• No RM : 01.48.65.40 (6)
B. Anamnesis Pasien
i. Keluhan utama :
Demam 1 bulan (kiriman dari dr. Kartika W, Sp.PD dengan B20, HBV)
batuk (+) darah (-) Pembesaran kelenjar (-). OS pindah ke dr.umum. Dx?
26
> 10 kg selama 3 bulan terakhir. BAK seperti teh (-). OS periksa RS
Hidayatullah → rawat G.Ker → Rujuk RSS HMRS: diare (-) demam (-)
sariawan (-) mual (-) muntah (-). Faktor resiko: unsave sex (+) transfusi
Pernah mencabutkan gigi geraham kanan dan kiri beberapa tahun yang
lalu.
• Berat badan : 59 kg
• Respirasi : 24x/menit
• Kepala : CA +, SI –
• Thorax : retraksi -, KE –
27
• COI : Cardiomegali -, SI-2 murni, regular, gallop
• Ekut : edema +
Tanggal Rentang
Pemeriksaan
30 -7- 2010 31 -7- 2010 2 – 8 – 2010 4 – 8 - 2010 Normal
Hb 8.5 8.5 11,3 8.5 13.0 - 18.0
Al 2.13 2.13 2,18 4.0 - 11.0
AE 3.13 3.13 4,13 3.43 4.5 – 6.5
AT 352 352 401 150 – 450
HMT 25.3 25.3 35,4 40.0 - 54.0
S 73.7 66,5
MCV 12.7 85,7 80.8 79.0 - 99.0
MCH 12.2 26,7 27.7 27.0 - 31.0
Na 0.5 136 135 – 146
K 0.9 3.5 3.4 - 5.4
Cl 100 106 95 – 108
Alb 1.96 3.5 - 5.0
SGOT/AST 176 (↑) 176 139 (↑) 176 10.0 - 42.0
SGPT/ALT 64 (↑) 64 40 92 10.0 - 40.0
BUN 5.1 (↓) 5,6 7.0 - 18.0
Creatinin 0.84 0,82 0.6 - 1.3
Asam urat 3.2 2,7 2.6 - 7.2
GDS 92
Fe : 10 (↓)
TIBC 206 (↓)
28
Tanggal Rentang
Pemeriksaan
30 -7- 2010 31 -7- 2010 2 – 8 – 2010 4 – 8 - 2010 Normal
IBC : 196
Index = SAT 4.6
Glu 0
prot 1
Bill -
Urobil +
pH 7
Keton -
Tintrit -
Lp 1–2
Bld 0.3
Estimasi 54 64 54 400 – 1200
CD 4
EKG SR.HR 100
x/menit
baik, Hasil:
29
Kesan : Pulpo dan besar COC normal
C. Diagnosis Banding
i. Malaria
ii. Tuberkulosa
iii. Keganasan
D. Diagnosis Kerja
i. Suspect B20
E. Terapi
i. Diet TKTP
30
v. Curama 3x 1
DNA
i. Mon KU/VS
ii. VcT
iv.USG abdomen
Pernah mencabutkan gigi geraham bawah kanan dan kiri beberapa tahun
yang lalu,
iii. PDH
Tidak pernah sariawan, dahulu gusi suka berdarah saat gosok gigi, mulut
terasa kering saat cuaca panas namun tidak terasa kering saat demam.
31
6 : telah dicabut
6 : telah dicabut
8 : belum erupsi
8 : belum erupsi
▪ Orofaring : T.A.K
▪ Gingiva : gingivitis
32
Gambar 2. linea alba pada sisi kanan
33
Gambar 5. T.A.K pada Lidah
H. Rekomendasi Oral
menyikat lidah dengan sikat atau kassa lembut. Menyikat lidah juga
maka pasien dapat diberikan Oral Balance®, yaitu lubrikan oral yang
34
b. Skaling
35
IV. PEMBAHASAN
Perawatan yang paling utama pada pasien HIV adalah mencegah infeksi
dan menjaga pasien agar terbebas dari penyakit gigi dan mulut. Pada kasus ini
pasien belum merasakan suatu keluhan pada rongga mulutnya. Hal ini dapat
disebabkan karena deteksi dini adanya suatu infeksi HIV pada pasien. Menurut
Steel (2010), stage akut atau primer pada infeksi HIV dapat diiringi dengan flu-
oral pada HIV umumnya tidak terjadi hingga stage 3, yaitu pada saat sistem imun
rongga mulut dapat menjadi cara yang baik untuk mengikuti jejak perkembangan
Pada kasus ini ditemukan adanya gingivitis pada pasien. Menurut Steel
(2010), gingivitis merupakan salah satu dari tiga simptom oral utama pada tahap
awal penyakit HIV simptomatik. Pada gingivitis, plak dan tartar menumpuk di
sekitar gigi dan menyebabkan radang gusi. Orang dengan HIV yang menderita
gingivitis mungkin mengalami pendarahan pada gusi dan gusi menjadi berwarna
merah cerah. Komplikasi gingivitis pada orang dengan HIV adalah HIV-NUG dan
mengakibatkan cedera serius dan permanen Dokter gigi dapat membantu pasien
untuk menghilangkan tartar dan plak dari gumline untuk mengurangi radang gusi.
Intervensi dasar yang dapat dilakukan oleh seorang dokter gigi pada pasien
36
HIV adalah memberikan edukasi kepada pasien. Paket standar minimal edukasi
kesehatan gigi dan mulut yang harus diberikan kepada pasien adalah frekuensi,
waktu, cara, alat, dan durasi menyikat gigi, lidah, dan palatum. Frekuensi
menyikat gigi adalah minimal dua kali sehari, sebelum waktu panjang
kekurangaktifan mulut, yaitu setelah sarapan dan sebelum tidur. Kurang aktifnya
memberikan efek selfcleansing yang maksimal bagi mulut. Secara umum cara
menyikat gigi dan gusi yang dianjurkan adalah dengan metode merah putih, yaitu
dari vestibulum oris (perbatasan gingiva cekat dengan mukosa bergerak) ke arah
oklusal/gingival gigi. Alat yang dianjurkan adalah sikat gigi berbulu halus/lembut
supaya tidak melukai gingiva selama proses aplikasi. Penyikatan pada gingiva
gingiva tetap lancar dan sekresi gingival crevicular fluid (GCF) optimal untuk
terutama kalkulus subgingiva. Untuk dapat melakukan metode menyikat gigi yang
baik, pemilihan alat menjadi penting. Standar individual sikat gigi yang baik
adalah memiliki kepala sikat sepanjang jarak antara mesial kaninus kanan dan kiri
rahang bawah. Bila tidak ada sikat gigi yang sesuai di pasaran, sikat gigi yang
menyikat gigi yang berbeda-beda, namun berkisar antara 2-5 menit. Penggunaan
sikat gigi yang berbulu halus akan lebih memungkinkan pencapaian durasi ini
37
karena secara psikologis pasien tidak akan segera merasa mulutnya bersih. Selain
menyikat gigi, pasien juga tetap disarankan menyikat palatum dan lidah. Pada
kasus ini, ditemukan brown hairy tongue yang disertai coated tongue sehingga
dapat mendorong debris ke dalam interpapillary space dan bila digunakan untuk
menyikat bagian lain dari rongga mulut setelah menyikat daerah yang mungkin
Skor OHI pasien buruk karena skor indeks kalkulus yang cukup tinggi,
terjadi perdarahan berlebih pasca scaling, dapat diatasi secara local dengan teknik
• Skaling dan root planning harus dilakukan dengan irigasi 10% povidone-
38
jangka waktu pendek harus dilakukan karena dapat menyebabkan stain pada
mukosa oral
Pada kasus ini pasien tidak mengeluhkan adanya rasa kering pada rongga
volume saliva atau kurangnya cairan pada tubuh pasien. Untuk mengantisipasi
terjadinya gejala rasa kering pada rongga mulut maka pasien dapat diberikan
permen karet non-gula untuk menstimulasi produksi saliva serta penggunaan obat
kumur yang tidak mengandung alkohol. Obat kumur yang mengandung alkohol
Jika gejala mulut kering bertambah parah maka pasien dapat diberikan Oral
oleh penderita HIV kepada dokter gigi, perawat dan pasien lainnya (Little dkk.,
2002). Penularan virus HIV dari pasien kepada ahli kesehatan (Health cara
jarum) dan melalui mucocutaneous yang terkena darah atau cairan badan yang
bercampur darah (Greenberg dkk., 2008). Walaupun diketahui bahwa virus HIV
tidak bisa ditularkan melalui saliva, namun perawatan dental akan menyebabkan
39
perlukaan pada mukosa jaringan lunak yang bisa menyebabkan perdarahan yang
hebat. Darah yang bercampur dengan saliva bisa memercik sehingga mengenai
mata. Selain itu, pada perawatan gigi, sering digunakan benda tajam seperti jarum
suntik untuk anestesi local yang bisa melukai dokter gigi (Little dkk., 2002).
• Apron
40
DAFTAR PUSTAKA
Fine, F., Bremers, A., Masci J.R., Windle, M.L., 2005, Rapid Oral HIV Test,
http://www.emedicinehealth.com/rapid_oral_hiv_test/article_em.htm#Rapi
d Oral HIV Test Introduction, Accessed 8/8/2010.
Greenberg MS., Glick M., Ship J.A., 2008, Burket’s Oral Medicine, 11th edition,
BC Decker Inc, Hamilton.
Hoffman C., Rockstroh J.K., Kamps B.S.,, 2007, HIV Medicine, 15th Ed, Flying
Publisher, Paris
Little JW., Falace DA., Miller CS., Rhodus NL., 2002, Dental Management of
The Medically Compromised Patient, 6th edition, Mosby.
Scully C., 2004, Oral Maxillofacial Medicine- ther basis of diagnosis dan
treatment. Elsevier Limited.
41
Steel E., 2010, Early HIV Symptoms in the Mouth,
http://www.ehow.com/about_5138970_early-hiv-symptoms-mouth.html,
Accessed 8/8/2010.
Vaseliu, N., Kamiru, H., Kabur, M. , 2010, Oral Manifestations of HIV Invection,
http://www.bayloraids.org/curriculum/files/13.pdf, Accessed 8/8/2010.
42