CA SINUS NASAL
Disusun Oleh:
TAHUN 2010
LAPORAN PENDAHULUAN CA SINUS NASAL
Jenis tersering ditemukan adalah karsinoma sel skuamosa, kemudian karsinoma anaplastik dan
tumor yang berasal dari kelenjer. Lokasi tersering adalah sinus etmoid, dan hidung. Tumor ganas
didaerah ini relative jarang bermetastasis kekelenjer leher atau melalui darah.
Definisi
Tumor cavum nasi adalah tumor jinak maupun ganas yang terdapat pada rongga hidung.
Klasifikasix yaitu:
1. Tumor jinak
Dari jaringan lunak : Fribroma, meurofibroma, memigloma.
Dari jaringan tulang : Osteina, giant cell tumor, dysplasia fibroma.
Odentogenik : Kista-kista gigi, ameloblastoma.
Etiologi
penyebabnya sampai saat ini belum diketahui. Rokok diduga berhubungan dengan timbulnya penyakit
ini. Faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab:
Manifestasi Klinis
Gejala tergantung asal tumor primer serta arah dan luas penyebaran tumor. Tumor jinak dan gejala dini
tumor ganas dapat menyerupai rhinitis dan sinusitis kronik.
Gejala dini menyerupai rinosinusitis kronik. Didalam rongga hidung tumor menyebabkan gejala
hidung tersumbat dan epistaksis. Terdapat rinorea unilateral yang menetap. Bila sanagat besar, tulang
hidung akan terdesak sehingga bentuk hidung berubah. Bila meluas kesinus etmoid atau lamina
kribrosa, menimbulkan nyeri daerah frontal. Bila meluas keorbita, menyababkan proptosis, nyeri orbita,
dan diplopia, mungkin teraba massa diorbita. Tumor yang meluas kenasofaring dapat menyebabkan tuli
konduktif akibat gangguan tuba eusthacheus.
Tumor ganas sinus maksila umumnya membuat deformitas dan asimetri pipi kanan dan kiri serta
nyeri.Gejala pada hidung berupa sumbatan epitaksis ringan dan secret hidung kental pada tumor jinak,
sedangkan pada tumor ganas diikuti ingus berbau dan rasa nyeri.
Pada tumor di sinus etmoid, gejala pada mata adalah muncul setelah gejala hidung. Hanya
sedikit terjadi deformitas muka. Tumor sinus frontal cenderung hanya memberikan gejala pada mata
saja, sedangkan pada sinus sphenoid, umumnya memberikan gejala neorologik.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan foto sinus para nasal dan paru untuk melihat adanya metastasis. Dilakukan foto polos
dengan posisi Caldwell, waters, lateral, dan submentoventrikel. Dicari gambaran perselubungan sinus,
massa jaringan lunak, skelerosis dinding sinus, dan destruksi tulang. Dengan tum gram dapat terlihat
jelas perluasan tumor dan distruksi tulang. Tumograpi computer dapat menunjukkan peluasan
kejaringan lunak dan intracranial biopsi untuk diagnosis pasti, dapat dilakukan melalui sinoskopi.
Penatalaksanaan
Pada tumor jinak dilakukan eksterpasing sebersih mungkin. Pada tumor ganas, terapi merupakan
kombinasi operasi, radioterapi (sesudah atau sebelim operasi), dan kemoterapi. Kadang-kadang setelah
operasi diperlukan rekontruksi dengan protese (bedah plastik) dan rehabilitasi.
Prognosis
Prognosis meningkat pada pasien penyajian dengan primary ethmoid, awal lesi diobati dengan baik
radiasi dan pembedahan, dan dengan sejarah terbalik papilloma.20 SCCA lain seperti kepala dan leher,
getah bening keterlibatan node adalah langka dan selektif getah bening node diseksi tidak
menganjurkan . Tingkat ketahanan hidup 5 tahun adalah 60-64%, dan tingkat kekambuhan diperkirakan
31%.
Terapi
Tumor jinak:
Terapi pilihan adalah pembedahan dengan pendekatan antara lain:
1) Rinotomi lateral
2) Caldwell-Luc
3) Pendekatan trans-palatal
Tumor ganas:
1) Pembedahan:
o Reseksi:
Rinotomi lateral
Maksilektomi partial/total (kombinasi eksenterasi orbita atau dengan kombinasi
deseksi leher radikal)
o Paliatif: mengurangi besar tumor (debulking) sebelum radiasi.
2) Radiasi:
o Dilakukan bila operasi kurang radikal atau residif
o Pra bedah pada tumor yang radio sensitif (mis. Karsinoma Anaplastik,
undifferentiated)
3) Kemoterapi:
o Dilakukan atas indikasi tertentu (mis. Tumor sangat besar/inoperable, metastasis jauh,
kombinasi dengan radiasi)
Diagnosa Keperawatan
Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan-Aplikasi pada Praktik Klinis, Ed. 6, EGC, Jakarta
Tim RSUD Dr. Soetomo (1994), Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit THT, RSUD Dr. Soetomo,
Surabaya.
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4, EGC, Jakarta