Anda di halaman 1dari 1

Info buku

TENTANG NEGERI YANG TAK


PERNAH (MAU) BELAJAR
PROGRAM rekonstruksi pascagempa di Bantul, Begitu pemerintah mulai beraksi, justru
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), bisa masalah kian panjang. Soal pangan, distribusi tak
dikatakan hampir selesai seluruhnya. Ada yang tepat tempat, waktu, bahkan tak tepat sasaran
menilai, program pemulihan di Bantul jauh lebih dan bentuk.
cepat daripada program serupa di Aceh Dalam hal distribusi, birokrasi menyebabkan
(meskipun tidak setara benar untuk bantuan tak bisa dengan mudah diakses para
diperbandingkan, mengingat tingkat kerusakan korban. Bahkan, tak sedikit korban yang akhirnya
yang amat jauh berbeda). terlewatkan.
Terlepas dari telah “pulihnya” kehidupan Mengapa hal seperti itu masih saja terjadi?
sosial-ekonomi di Bantul, banyak catatan dari Bahkan, setelah Bantul, hal serupa terjadi pula di
penanganan bencana gempa bumi Sabtu pagi 27 Pangandaran ketika diterjang tsunami, dan Padang
Mei 2006 itu, yang tidak boleh dilupakan ketika diguncang gempa, juga banjir di sepanjang
sekaligus menjadi pelajaran untuk semua pihak Bengawan Solo akhir 2007.
Buku Kisah Kisruh di Tanah Gempa: Catatan Buku ini menunjukkan, hal tersebut karena
Penanganan Bencana Gempa kapasitas sistem dan kinerja
Bumi Yogya-Jateng 27 Mei 2006 Judul : Kisah Kisruh di Tanah Gempa: Catatan birokrasi pemerintah masih
menyampaikan pesan utama bahwa Penanganan Bencana Gempa Bumi sangat lemah. Ruwet dan
kita ternyata belum juga bisa Yogya-Jateng 27 Mei 2006 panjangnya jalur birokrasi
menangani bencana secara benar. Editor : AB Widyanto pemerintah semakin menguatkan
Bahkan, seperti judul buku, Penerbit : Cindelaras Pustaka Rakyat Cerdas penilaian itu.
penanganan pascagempa di Bantul Halaman : xxix + 573 hal Buku berisi kumpulan
justru carut-marut alias kisruh. Tahun : 2007 catatan lapangan para praktisi
Agaknya, ini akibat pengalaman lapangan (sebagian besar dari
buruk penanganan pada bencana-bencana sebelum 27 Mei 2006 di LSM) dalam penanganan bencana yang terjun mulai hari pertama
berbagai tempat di Indonesia tak pernah secara sungguh-sungguh ini, tak semata memberi rapor merah untuk pemerintah.
dijadikan bahan pelajaran. Artinya, peristiwa 27 Mei 2006 makin Sejumlah penulis memberikan catatan reflektif terhadap
mengukuhkan kita sebagai bangsa yang tidak pernah (mau) belajar. peran dan perilaku sejumlah LSM serta media. Sebagian LSM
Masalahnya, akibat dari kondisi seperti itu korbannya tak lain dinilai lebih mementingkan target-target program dan lebih
selalu para korban bencana, rakyat. Untuk kasus Bantul, para korban memihak kepada donor daripada korban sehingga banyak
ibarat didera dua kali gempa. Gempa pertama, guncangan bumi mengabaikan kebijakan setempat bahkan nyaris mematikan
berkekuatan 5,9 Skala Richter. Kedua, gempa sosial akibat guncangan inisiatif masyarakat.
para aktor yang terlibat dalam penanganan bencana. Di sisi lain, selalu Media, tentu tidak semua, masih berkutat pada dramatisasi
saja ada pihak yang diuntungkan dari tiap penanganan bencana. bencana daripada meningkatkan pemahaman tentang
Yang menarik, lebih tepatnya memprihatinkan, pemerintah penanganan bencana. Media yang bertindak sebagai penyalur
menjadi aktor yang paling menonjol dalam sorotan publik termasuk bantuan pun merupakan sebuah persoalan dalam konteks fungsi
dalam sebagian besar dari 26 tulisan di buku setebal 573 halaman ini. media massa yang sesungguhnya. Ketika media menggunakan
Seperti pada bencana sebelumnya, ketika terjadi bencana bendera korporat dalam menyalurkan bantuan, layak
pemerintah menjadi aktor yang hadir pada urutan ke sekian. dipertanyakan siapa yang sesungguhnya diwakili? Korporasikah
Ambil contoh dalam hal bantuan pangan, meskipun pemenuhan atau pembaca/pemirsa?
pangan menjadi kewajiban pemerintah, fakta lapangan Itu satu hal. Hal lain, dalam posisi seperti itu, bagaimana
menunjukkan warga korban dan warga dari daerah yang terbebas fungsi kontrol yang harus dilakukan media ketika media sendiri
dari bencanalah, termasuk elemen masyarakat seperti LSM, yang justru menjadi pihak yang seharusnya dikontrol (sebagai
justru lebih cekatan ketimbang pemerintah. penyalur bantuan). (ded)

10 | Edisi: 008/Desember 2007

Anda mungkin juga menyukai