Optimisasi Jaringan
Optimisasi Jaringan
1. Pendahuluan
1.1 Proses Optimisasi
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan untuk drivetest dalam suatu siklus jaringan
nirkabel, sebagaimana ditunjukkan pada gambar 1.
Gambar 1. Siklus hidup jaringan, drive-test dibutuhkan untuk mengoptimalkan siklus hidup suatu jaringan.
Sebelum menginstalasi BS, hal yang pertama kali perlu dilakukan adalah
melakukan pengukuran untuk mengevaluasi situs agar kita bisa menentukan lokasi yang
tepat untuk BTS. Secara umum proses ini terdiri dari pengiriman sinyal CW (yang belum
dimodulasi) dari situs yang sedang diuji tersebut dan mengukurnya dengan pesawat
penerima yang biasa digunakan untuk drivetest. Selanjutnya, optimasi dan verifikasi awal
dilakukan untuk pengamatan awal cakupan RF-nya ketika sinyal carrier CDMA yang
sudah dimodulasi telah dinyalakan.
Langkah selanjutnya adalah fasa uji terima (acceptance-testing), yaitu setelah
jaringan sudah dialihkan dari vendor ke operator. Kriteria penerimaan ini bergantung
pada data yang terkumpul selama drivetest jaringan. Setelah operator mulai melakukan
layanan komersial, proses optimasi dan troubleshooting akan terus dilakukan selama
masa hidup jaringan sampai nanti situs sel baru dibangun untuk menambah kapasitas
jaringan atau cakupan geografis. Bagaimanapun juga, perubahan dalam jalur propagasi
sinyal akan terus berlanjut yang dikarenakan oleh penambahan gedung baru,
pertumbuhan pohon, perubahan lahan, dan penuaan/kerusakan alat. Selain itu, semakin
bertambahnya pelanggan dan peningkatan kanal trafik, jaringan CDMA perlu dioptimasi
1
ulang untuk menghitung peningkatan daya interferensi yang disebabkan peningkatan
trafik. Selain itu, cell breathing yang disebabkan oleh penggunan trafik yang bervariasi
sepanjang hari memerlukan optimasi jaringan yang berjalan untuk meyakinkan bahwa
kapasitas kanal masih cukup. Drivetest merupakan cara yang tepat untuk membantu
operator dengan mengukur cakupan RF dan interferensi yang mempengaruhi keseluruhan
kapasitas jaringan.
Optimasi merupakan langkah penting dalam siklus hidup suatu jaringan.
Keseluruhan proses optimasi diperlihatkan gambar 2 di bawah. Drivetest merupakan
langkah awal proses, dengan tujuan untuk mengumpulkan data pengukuran yang
berkaitan dengan lokasi user. Setelah data terkumpul sepanjang luas cakupan RF yang
diinginkan, maka data ini akan diproses pada suatu perangkat lunak tertentu. Setelah
masalah, penyebab dan solusi dapat diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah melakukan
pemecahan masalah tersebut. Gambar 2 menggambarkan bahwa optimasi merupakan
proses yang terus berjalan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan QoS, menjaga
pelanggan lama dan menarik pelanggan baru sambil mengembangkan kapasitas jaringan.
Gambar 2. Proses Optimasi dimulai dengan drivetest, lalu post-processing yang memerlukan analisis data,
dan akhirnya dilakukan tindakan yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah. Drivetest dilakukan lagi
untuk memverifikasi apakah tindakan yang dilakukan sudah benar.
2
1.2. Prinsip Drivetest
Bagian ini menggambarkan konsep dasar drivetest. Baik operator ataupun vendor
pasti melakukan drivetest. Operator memerlukannya untuk mengoptimalkan kinerja
jaringannya, sementara sebuah situs sel baru dibangun, dan telah terjadi perubahan pada
lingkungan infrastruktur. Drivetest memungkinkan operator untuk melakukan optimasi
yang terus berjalan. Umumnya, drivetest CDMA dilakukan dengan menghubungkan MS
ke laptop. Pelanggan seluler dan PCS melihat kinerja layanan jaringan berdasarkan
cakupan jaringan dan kualitas panggilan. Perangkat drivetest menggunakan MS untuk
mensimulasikan masalah yang dialami pelanggan ketika akan/saat melakukan panggilan.
Sebagai contoh, jika panggilan pelanggan terputus ketika beroperasi di dalam obyek
bergerak pada suatu lokasi tertentu, maka perangkat drivetest harus mampu
mensimulasikan masalah ini.
Contoh lain masalah yang dialami pelanggan adalah panggilan yang diblokir
(kegagalan mendapatkan akses), kualitas suara yang buruk, dan cakupan area pelayanan
yang kurang. Sistem drivetest melakukan pengukuran, menyimpan data di computer, dan
menampilkan data menurut waktu dan tempat. Frame Erasure Rate (FER) adalah ukuran
pda MS yang megindikasikan kualitas sambungan.
Beberapa tipe system drivetest yang tersedia –berbasis MS, berbasis receiver dan
kombinasi keduanya-. Gambar 3 menunjukkan system drivetest kombinasi antara MS dan
receiver.
3
Sistem drivetest diterapkan dalam kendaraan dan dikemudikan sepanjang area cakupan
operator. Perhatikan Gambar 4.
4
neighbournya. Akhirnya, pewaktuan BS yang salah akan menyebabkan panggilan
terputus, karena system CDMA bergantung pada pewaktuan yang sinkron antar BS.
2. Konsep CDMA
2.1. Latar Belakang
Pemahaman konsep CDMA yang mendalam akan sangat membantu proses
pengukuran dan pengolahan data nantinya. Jaringan seluler dan PCS menggunakan
konsep air interface CDMA yang berdasarkan standar IS-95 dan J-Std008. Jika
dibandingkan dengan membagi-bagi panggilan suara ke setiap kanal frekuensi,
sebagaimana pada sistem FDMA, maka CDMA menggunakan format spread spectrum
yang menggunakan sinyal yang sudah dikodekan secara ortogonal yang menduduki
bandwidth spektrum 1.25 MHz. Perhatikan gambar 5.
Gambar 5. Spektrum CDMA menduduki bandwidth 1.25 Mhz dan terdiri dari beberapa kanal code domain,
bukan terdiri dari kanal-kanal frekuensi seperti pada sistem analog FDMA
Setiap kanal di dalam sebuah sinyal CDMA akan di-spread menggunakan kode
walsh, sebagaimana ditunjukkan gambar 6. Kode Walsh ini men-spread sinyal sepanjang
bandwidth sekitar 1.25 MHz. Hampir seluruh kode Walsh digunakan untuk kanal trafik
suara. Sementara kode lain digunakan untuk kanal pilot, paging dan sinkronisasi. Kanal
paging (kode Walsh 1 sampai 7) digunakan oleh BS untuk memanggil MS. Pada
5
konfigurasi jaringan umumnya, kode Walsh 1 digunakan untuk paging, sehingga kode 2
sampai 7 dapat digunakan untuk kanal trafik suara. Kanal sinkronisasi (kode Walsh 32)
digunakan untuk melakukan pewaktuan dengan MS. Perhatikan gambar 6.
Gambar 6. Kode Walsh yang terbagi menjadi beberapa sinyal CDMA dengan fungsi masing-masing
Untuk memahami bagaimana sinyal pilot bekerja, kita perlu memahami tentang
Short Code. Langkah terakhir untuk membangkitkan sinyal CDMA dalam BS adalah
modulasi data dengan sebuah sekuen pseudo-random yang disebut dengan short code
(kode pendek). Kode ini identik untuk seluruh BS, dengan satu pengecualian. Setiap BS
memiliki versi delay fasa yang berbeda dari setiap kode yang sama. Hal ini diperlihatkan
dengan pergeseran waktu yang diukur dalam chip. (Satu chip sekitar 0,8 mikrodetik).
Perbedaan waktu dalam kode inilah mengidentifikasi setiap BS dengan unik. Perbedaan
waktu (time offset) ini pada dasarnya bertindak sebagai kode pewarna.
Kanal pilot (kode Walsh 0) merupakan versi dari kode pendek tersebut yang tidak
dapat dimodifikasi. Oleh karena itu identik untuk setiap BS, dnegan pengecualian pada
pewaktuan pada pembangkit kode pendek tersebut. Pergeseran/perbedaan pewaktuan
kanal pilot inilah yang mengidentifikasikan BS tertentu dari BS lain, dan sehingga
berkomunikasi dengan BS yang sudah ditentukan.
Perbedaan pewaktuan kanal pilot ini diekspresikan dengan „PN Offset“ yang
merujuk pada suatu waktu absolut. Sekuen kode ini berulang setiap 2 detik, yang
merupakan periode jam detik-genap pada GPS. Oleh karena itu, PN 0 mensejajarkan
dengan permulaan periode kode pendek itu, tepat pada jam GPS. PN 1 diberi pewaktuan
dengan 64 chip. PN 2 memiliki 128 chip lebih tinggi dari PN 0, dan seterusnya. PN
(Pseudo Noise) merupakan istilah yang terkait dengan teori spread spectrum. Ada sampai
512 PN Offset yang unik yang disediakan untuk operator, meskipun hanya satu PN offset
6
yang biasanya digunakan. Kumpulan PN-PN ini dikelompokkan dalam kelipatan integer
dari sebuah nila ON yang dikenal dengan istilah PN Increment.
PN increment yang umumnya digunakan adalah 3, 4, 6. PN increment 3 berarti PN
0, PN 3, PN 6, dst, akan diperuntukkan bagi satu BS atau sektor BS di dalam suatu
jaringan. Setiap operator CDMA akan memilih nilai PN inkremen berdasarkan
kepadatan BS-nya. PN inkremen 3 akan menyediakan lebih banyak PN offset
dibandingkan dengan PN inkremen 6, dilihat dari pembagian antara 512 dengan PN
inkremen. Nilai PN ini mungkin akan digunakan di dalam jaringan yang sama, pada BS
yang teletak pada jarak yang cukup jauh dan antenanya diarahkan saling menjauh.
Nilai kanal pilot ini lah yang diukur oleh sistem drivetest berbasis receiver. Untuk
mengidentifikasi BS, receiver mengukur offset pewaktuan dari short code pada kanal
pilot. Receiver mendapatkan pewaktuan yang tepat ini dari sinyal referensi pulse-per-
second yang didapat dari standar GPS Receiver. Beberapa contoh pilot BS akan
ditunjukkan nanti. MS juga dapat mengukur sinyal pilot. Hanya saja, pilot mana yang
dapat diukur MS bergantung pada jaringan yang terkait dengan neighbour list MS.
7
Gambar 7. Grafik Drivetest berbasis receiver yang menunjukkan 4 sinyal pilot tertinggi.
8
Gambar 8. Jaringan Wireless terdiri dari beberapa BTS
Gambar 9. Sinyal CDMA mengandung sinyal yang terdiri dari semua kode walsh dari setiap BTS
9
Io adalah daya total yang terukur dalam suatu kanal CDMA 1.25 MHz. Ini sudah
termasuk seluruh 64 kode walsh dari setiap BS dab noise atau interferensi lainnya yang
mungkin terdapat dalam kanal 1.25 MHz, dieksperesikan dalam dB. Nilai Io ini
membantu dalam perhitungan rasio antara level daya suatu BS dengan BS lainnya.
(definisi lain Ec/Io adalah perbandingan antara energi setiap chip terhadap spektral energi
dari interferensi).
Pengukuran sinyal pilot dapat dilakukan dengan solusi drive-test dalam beberapa
cara, melalui receiver (independen terhadap jaringan) ataupun MS. Gambar 7
menunjukkan grafik pengukuran sinyal pilot pada receiver. Receiver mengukur semua
sinyal pilot, tanpa tergantung terhadap jaringan yang sedang melayani. Sebaliknya, hasil
pengukuran drivetest berbasis MS akan berbeda. Masing-masing mode pengukuran
memiliki tujuan tersendiri dan keduanya dapat dikombinasikan
Gambar 10. konfigurasi sistem drivetest berbasis MS dengan laptop, dan receiver GPS termasuk antena
(biasanya jenis trimble).
10
Oleh karena drivetest berbasis MS bergantung terhadap jaringan, sinyal pilot yang
ditampilkan hanyalah sinyal pilot yang diinstruksikan oleh operator jaringan untuk
diukur. Untuk memahami prinsip pengukuran sinyal pilot berbasis MS perhatikan gambar
11 berikut.
Gambar 11. Kumpulan Pilot Aktif, kandidat, dan neighbour yang secara kosntan diperbaharui statusnya.
Sebuah MS mengkategorikan suatu pilot pada setiap BS (atau sektor BS) ke dalam
4 macam yaitu, aktif, kandidat, neighbor, dan sisa-sisa pilot lainnya disebut dengan
remainder. Kalau pada drivetest berbasis receiver, pilot remainder ini juga ditampikan
pada grafik, di mana pilot-pilot ini biasanya merupakan sumber interferensi.
Sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 11, MS secara konstan berkomunikasi
dengan banyak BS. Pilot aktif merepresentasikan bahwa BS itu sedang berkomunikasi
dengan MS untuk melakukan suatu panggilan. Pilot kandidat menunjukkan bahwa BS itu
sedang dalam proses transisi dari aktif menjadi non-aktif ataupun sebaliknya, bergantung
apakah dayanya melebihi atau di bawah threshold yang didefinisikan oleh jaringan (Tadd
atau Tdrop). Pilot neighbor mengindikasikan kumpulan BS yang potensial menjadi aktif.
Staf perencanaan pada operator biasanya memprogram agar jaringannya dapat men-
download daftar pilot neighbor ini ke MS. Pilot ini biasanya menunjukkan BS-BS
terdekat yang melayani MS. Dengan demikian, daftar pilot neighbor ini pasti berubah-
ubah seiring MS berjalan di suatu area. Setiap sektor BS memiliki daftar neighbor yang
unik. Ketika suatu panggilan sedang dialihkan (hand-off) dari suatu sel ke sel lainnya
11
(atau dari suatu sektor ke sektor lainnya tetapi masih satu sel), daftar neighbor ini
berubah meliputi neighbor yang dari setiap sektor yang terlibat dalam proses hand-off.
Berikut adalah gambar tampilan 3 macam pilot dalam drivetest berbasis MS.
Gambar 12. Pengukuran Berbasis Phone dengan tampilan pilot active, candidate, dan neighbor.
12
Pengukuran berbasis MS menunjukkan gejala suatu masalah pada jaringan, tetapi
tidak mampu menjelaskan masalah tersebut dengan baik. Sebagai contoh, kenapa
panggilan terputus kerap terjadi pada suatu lokasi tertentu? Untuk memahami penyebab
masalah pada air interface ini, dikembangkanlah sistem pengukuran berbasis receiver
oleh Agilent.
Oleh karena jaringan mengontrol perangkat MS sepenuhnya, pengukuran yang
dilakukan menjadi tidak valid dalam suatu kondisi tertentu. Pewaktuan buat MS biasanya
diatur oleh jaringan menggunakan kanal sinkronisasi BS (kode walsh 32). Kesalahan
pewaktuan pada BS akan menyebabkan rentetan kesalahan lainnya pada MS. Jaringan
juga mengatur MS agar berkomunikasi dengan BS tertentu untuk mendapatkan suatu
sinyal pilot, berdasarkan daftar neighbor yang dikirim MS melalui air interface dari BS.
BS yang tidak terdaftar dalam daftar neighbor yang ditentukan mungkin tidak
diukur oleh MS, meskipun BS-BS ini dapat menyebabkan interferensi, yang akan
mengakibatkan panggilan terputus.
Sebaliknya, pengukuran berbasis receiver independen terhadap jaringan. Sehingga
mereka mampu mengukur semua pilot (sampai 512) tidak tergantung pada daftar neigh
bor yang diberikan operator jaringan. Selain itu, sistem ini mampu melakukan
pengukuran pewaktuan yang absolut, yang sering menjadi penyebab masalah pada
jaringan.
13
GPS juga digunakan untuk mendapatkan lokasi untuk setiap pengukuran yang dilakukan
dalam bujur dan lintang.
14
merupakan sinyal pewaktuan yang serupa dengan yang digunakan oleh BS CDMA.
Untuk mengukur pilot dengan akurat, receiver perlu informasi PN inkremen untuk suatu
jaringan tertentu. PN inkremen merupakan cara pemberian jarak antar sinyal pilot yang
ditentukan oleh operator. PN inkremen 3 berarti PN0, PN3, PN6, dst, dapat digunakan
oleh operator. User harus memasukkan nilai PN inkremen ini pada GUI pengukuran
receiver.
15
.
Gambar 16. Tampilan PN untuk jaringan yang sudah dioptimasi. Terlihat tidak terjadi Polusi pilot.
Gambar 17. Jaringan yang tidak dioptimasi dengan baik mengindikasikan polusi pilot pada gambar.
16
tampilan pilot Top N receiver dengan nilai pada bar merupakan waktu tunda dalam unit
chip. Satu chip sekitar 0,8 mikodetik (1 dibagi 1.25 Mchip/detik). Untuk mengukur
kesalahan pewaktuan pada BS, kendaraan drivetest harus terletak tidak jauh dari BS. Jika
tidak, sistem tidak mampu membedakan antara kesalahan pewaktuan BS dengan delay
propagasi. Pengukuran delay pewaktuan juga mempunyai tujuan lain. Oleh karena delay
propagasi kurang lebih sebesar 6 chip tiap mil, dengan demikian delay yang terukur dapat
digunakan untuk menentukan jarak antara MS dengan BS yang diukur. Sebagai contoh,
jika delay yang terukur 62 chip maka diperkirakan BS terletak 62 mil dari MS, asumsi
propagasinya LOS.
Seringkali, pilot dengan delay yang berlebihan tidak akan terdaftar dalam daftar
neighbor atau berada pada luar jangkauan search window dari MS (fenomena ini disebut
dengan missing neighbor list). Dengan receiver, sistem tidak hanya mampu mencari pilot
neighbor yang menghilang, tapi juga menyediakan informasi delay pewaktuan yang
dengan cepat membantu menganalisa sumber masalah.
17
Sistem receiver juga mampu menagamati multipath dari suatu sinyal pilot.
Multipath termasuk komponen-komponen dari sinyal transmisi yang sama, yang
mengandung beberapa jalur propagasi dikarenakan pantulan bukit, gedung, refraksi,
absorpsi, dll. Karakteristik multipath perlu diperhatikan untuk mengoptimalkan dengan
tepat pengaturan search window dari MS. Yang dimaksud dengan search window MS
adalah interval waktu sepanjang pencarian pilot yang dilakukan MS. Jika search window
terlalu lebar, MS akan banyak membuang waktu untuk mencoba mengkorelasikan daya
sinyal yang diterima dengan delay yang lama. Jika search window terlalu sempit, delay
pewaktuan sistem akan menyebabkan sinyal tidak dapat ditemukan.
Untuk mengatur search window yang sesuai dengan karakteristik multipath, sistem
receiver memperhitungkan parameter seperti delay spread, Ec (Ec/IO) agregat, dan Ec
(Ec/IO) agregat – puncak. Dengan menggunakan tampilan top N pada gambar 19, nilai
pengukuran yang diharapkan dapat ditampilkan. Hasil dari pengukuran propagasi pilot
BS ini merupakan sebuah sinyal yang terbentuk dari berbagai nilai maksimum dan
minimum.
Nilai maks bersesuaian dengan komponen multipath yang nantinya dapat digunakan
untuk rake receiver MS, termasuk dalam area yang lemah dayanya. Oleh karena itu,
search window MS perlu diatur untuk menangkap semua komponen multipath ini.
Sebagaimana diketahui bahwa delay absolut dihitung pada saat nilai tertinggi dari sinyal
multipath (pada saat MS dekat dengan BS). Delay spread adalah ukuran durasi ketika
energi spektrum komponen multipath yang signifikan pada sinyal multipath mengalami
dispersi. Nilai delay spread dalam chip ditunjukkan pada setiap grafik batangan (bar).
18
Gambar 19. Pengukuran Delay spread, membantu untuk mengenali karakteristik multipath
4.5. Pengukuran CW
Dalam siklus hidup susatu jaringan,kita perlu mengevaluasi lokasi sel yang akan
dibangun untuk melihat apakah konstruksi lokasi sel cukup untuk menunjang cakupan
radio. Untuk melakukan evaluasi ini sebuah siggen dengan amplifier daya diperlukan
untuk mengirimkan sinyal CW (continuous wave) dari lokasi sel tersebut. Seringkali
siggen dan antena diposisikan pada sudut elevasi antena yang akurat menggunakan
forklift atau crane. Lalu receiver, dengan antena dan software lainnya, di-drive sepanjang
area sel tersebut. Receiver ini biasanya memang instrumen yang diperuntukkan untuk
mengukur sinyal CW. Data yang dikumpulkan dieksport ke software pemetaan(mapinfo)
dan dari sini hasil cakupan CW dapat dievaluasi.
Dengan sistem drivetest berbasis receiver, baik pengukuran CW dan drivetest
CDMA dapat dilakukan bahkan secara simultan, menggunakan perangkat keras yang
sama. Daya CW yang terukur adalah daya puncak dari sinyal yang ditransmisikan. Daya
CW berbeda dengan daya kanal, yang merupakan daya yang terintegrasi dalam suatu
bandwidth kanal yang telah ditentukan.
19
Gambar 20. Pengukuran daya CW menggunakan receiver digunakan untuk proses mengevaluasi suatu
lokasi sel yang akan dibangun.
20
Gambar 21. Tampilan Spektrum pada Receiver, di gambar terlihat marker yang diletakkan pada
carrier CDMA dan beberapa sinyal GSM.
21
Gambar 22. Sistem Terintegrasi ini mampu mengidentifikasi kondisi “Missing Neighbor” dengan cepat.
Alarm dan software post-processing mengidentifikasi masalah jaringan.
Sebagai contoh, window untuk MS dapat mengukur persentase FER atau panggilan
terputus. FER yang tinggi dapat menyebabkan pelanggan mengalamai panggilan yang
terputus atau kualitas suara yang buruk. MS dapat mengukur pilot aktif dan neighbor,
sebgaimana ditunjukkan pada gambar, tetapi ini tidak tidak cukup untuk mencari lokasi
dari sumber masalah. Sebaliknya, receiver dapat mengukur seluruh pilot, dan
mengindikasikan bahwa PN 129 yang memiliki daya paling tinggi adalah tidak terdaftar
pada neighbor list MS. Oleh karena itu, missing neighbor ini dapat menyebabkan
interferensi yang besar pada MS, selanjutnya dapat menyebabkan seringnya panggilan
terputus dan FER tinggi. Dalam kasus ini, missing neighbor menjadi pilot yang paling
tinggi dayanya. Hal ini tidak dapat diidentifikasi hanya menggunakan MS.
Menggunakan solusi drivetest terintegrasi ini dapat mempercepat engineer
menyelesaikan masalah. Dengan tambahan alarm otomatis, pencarian sumber masalah
dapat dipermudah dan dipercepat. Pada akhirnya, pemrosesan data yang telah
22
dikumpulkan memungkinkan engineer mencari sumber masalah berdasarkan lokasi user
di peta.
5. Kesimpulan
Sistem drivetest membantu operator dan vendor dalam mengoptimalkan performa
jaringannya. Dengan melakukan pengukuran berbasis MS dan receiver, hasil pengukuran
dapat menjelaskan apa dan kenapa suatu masalah bisa terjadi. Dengan demikian, dapat
membantu mengurangi waktu, tenaga, biaya yang dibutuhkan untuk melakukan optimasi
jairngan.
23