Anda di halaman 1dari 12

“ ENSEFHALITIS ”

A. Pengertian

Ensefalitis adalah infeksi yang mengenai CNS yang disebabkan oleh

virus atau mikro organisme lain yang non purulent.

B. Patogenesis Ensefalitis

Virus masuk tubuh pasien melalui kulit,saluran nafas dan saluran

cerna.setelah masuk ke dalam tubuh,virus akan menyebar ke seluruh tubuh

dengan beberapa cara:

1.Setempat:virus alirannya terbatas menginfeksi selaput lendir permukaan

atau organ tertentu.

2. Penyebaran hematogen primer:virus masuk ke dalam darah

Kemudian menyebar ke organ dan berkembang biak di organ tersebut.

3. Penyebaran melalui saraf-saraf : virus berkembang biak di

Permukaan selaput lendir dan menyebar melalui sistem saraf.

Masa Prodromal berlangsung 1-4 hari ditandai dengan demam, sakit

kepala, pusing, muntah, nyeri tenggorokan, malaise, nyeri ekstremintas dan

pucat .

Gejala lain berupa gelisah, iritabel, perubahan perilaku, gamgguan

kesadaran, kejang.

Kadang-kadang disertai tanda Neurologis tokal berupa Afasia,


Hemifaresis, Hemiplegia, Ataksia, Paralisis syaraf otak.

C. Penyebab Ensefalitis:

Penyebab terbanyak : adalah virus

Sering : - Herpes simplex

- Arbo virus

Jarang : - Entero virus

- Mumps

- Adeno virus

Post Infeksi : - Measles

- Influenza

- Varisella

Post Vaksinasi : - Pertusis

Ensefalitis supuratif akut :

Bakteri penyebab Esenfalitis adalah : Staphylococcusaureus, Streptokok,

E.Coli, Mycobacterium dan T. Pallidum.

Ensefalitis virus:

Virus yang menimbulkan adalah virus R N A (Virus Parotitis) virus

morbili,virus rabies,virus rubella,virus denque,virus polio,cockscakie

A,B,Herpes Zoster,varisela,Herpes simpleks,variola.

D. Gejala-Gejala yang mungkin terjadi pada Ensefalitis :

1. Panas badan meningkat ,photo fobi,sakit kepala ,muntah-muntah

lethargy ,kadang disertai kaku kuduk apabila infeksi mengenai


meningen.

2. Anak tampak gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku. Dapat

disertai gangguan penglihatan ,pendengaran ,bicara dan kejang.

I. PENGKAJIAN

1. Identitas

Ensefalitis dapat terjadi pada semua kelompok umur.

2. Keluhan utama

Panas badan meningkat, kejang, kesadaran menurun.

3. Riwayat penyakit sekarang

Mula-mula anak rewel ,gelisah ,muntah-muntah ,panas badan meningkat

kurang lebih 1-4 hari , sakit kepala.

4. Riwayat penyakit dahulu

Klien sebelumnya menderita batuk , pilek kurang lebih 1-4 hari, pernah

menderita penyakit Herpes, penyakit infeksi pada hidung,telinga dan

tenggorokan.

5. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga ada yang menderita penyakit yang disebabkan oleh virus contoh :

Herpes dll. Bakteri contoh : Staphylococcus Aureus,Streptococcus , E , Coli

,dll.

6. Imunisasi

Kapan terakhir diberi imunisasi DTP

Karena ensefalitis dapat terjadi post imunisasi pertusis.


- Pertumbuhan dan Perkembangan

II. POLA-POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

a. Kebiasaan

sumber air yang dipergunakan dari PAM atau sumur ,kebiasaan buang air besar

di WC,lingkungan penduduk yang berdesakan (daerah kumuh)

b. Status Ekonomi

Biasanya menyerang klien dengan status ekonomi rendah.

2. Pola Nutrisi dan Metabolisme

a. Menyepelekan anak yang sakit ,tanpa pengobatan yang sempurna

Biasanya klien dengan gizi kurang asupan makana dan cairan dalam jumlah

kurang dari kebutuhan tubuh.,

b. Pada pasien dengan Ensefalitis biasanya ditandai

Dengan adanya mual, muntah, kepalah pusing, kelelahan.

c. Status Gizi yang berhubungan dengan keadaan tubuh.

Postur tubuh biasanya kurus ,rambut merah karena kekurangan vitamin A,

berat badan kurang dari normal.

Menurutrumus dari BEHARMAN tahun 1992 ,umur 1 sampai 6 tahun

Umur (dalam tahun) x 2 + 8. Tinggi badan menurut BEHARMAN umur 4

sampai 2 x tinggi badan lahir. Perkembangan badan biasanya kurang karena

asupan makanan yang bergizi kurang. Pengetahuan tentang nutrisi biasanya

pada orang tua anak yang kurang pengetahuan tentang nutrisi. Yang dikatakan
gizi kurang bila berat badan kurang dari 70% berat badan normal.

III. Pola Eliminasi

a. Kebiasaan Defekasi sehari-hari

Biasanya pada pasien Ensefalitis karena pasien tidak dapat melakukan

mobilisasi maka dapat terjadi obstipasi.

b. Kebiasaan Miksi sehari-hari

Biasanya pada pasien Ensefalitis kebiasaan mictie normal frekuensi normal.

Jika kebutuhan cairan terpenuhi.

Jika terjadi gangguan kebutuhan cairan maka produksi irine akan menurun

,konsentrasi urine pekat.

IV. Pola tidur dan istirahat

Biasanya pola tidur dan istirahat pada pasien Ensefalitis biasanya tidak dapat

dievaluasi karena pasien sering mengalami apatis sampai koma.

V. Pola Aktivitas

a. Aktivitas sehari-hari : klien biasanya terjadi gangguan karena bx Ensefalitis

dengan gizi buruk mengalami kelemahan.

b. Kebutuhan gerak dan latihan : bila terjadi kelemahan maka latihan gerak

dilakukan latihan positif.

c. Upaya pergerakan sendi : bila terjadi atropi otot pada px gizi buruk maka

dilakukan latihan pasif sesuai ROM


Kekuatan otot berkurang karena px Ensefalitisdengan gizi buruk Kesulitan

yang dihadapi bila terjadi komplikasi ke jantung ,ginjal ,mudah terkena infeksi

ane. berat,aktifitas togosit turun ,Hb turun ,punurunan kadar albumin serum

,gangguan pertumbuhan.

IV. Pola Hubungan Dengan Peran

Interaksi dengan keluarga / orang lain biasanya pada klien dengan Ensefalitis

kurang karena kesadaran klien menurun mulai dari apatis sampai koma.

1. Pola Persepsi dan pola diri

Pada klien Ensenfalitis umur > 4 ,pada persepsi dan konsep diri

Yang meliputi Body Image ,seef Eslum ,identitas deffusion deper somalisasi

belum bisa menunjukkan perubahan.

2. Pola sensori dan kuanitif

a. Sensori

- Daya penciuman

- Daya rasa

- Daya raba

- Daya penglihatan

- Daya pendengaran

3. Pola Reproduksi Seksual

Bila anak laki-laki apakah testis sudah turun ,fimosis tidak ada.

4. Pola penanggulangan Stress


Pada pasien Ensefalitis karena terjadi gangguan kesadaran :

- Stress fisiologi  biasanya anak hanya dapat mengeluarkan air mata saja

,tidak bisa menangis dengan keras (rewel) karena terjadi afasia.

- Stress Psikologi tidak di evaluasi

5. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Anak umur 3-4 tahun belum bisa dikaji

PEMERIKSAAN LABORATORIUM / PEMERIKSAAN PENUNJANG

Gambaran cairan serebrospinal dapat dipertimbangkan meskipun tidak

begitu membantu. Biasanya berwarna jernih ,jumlah sel 50-200 dengan dominasi

limfasit. Kadar protein kadang-kadang meningkat, sedangkan glukosa masih

dalam batas normal.

Gambaran EEG memperlihatkan proses inflamasi difus (aktifitas lambat

bilateral).Bila terdapat tanda klinis flokal yang ditunjang dengan gambaran EEG

atau CT scan dapat dilakukan biopal otak di daerah yang bersangkutan. Bila tidak

ada tanda klinis flokal, biopsy dapat dilakukan pada daerah lobus temporalis yang

biasanya menjadi predileksi virus Herpes Simplex.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING TERJADI

1. Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan terhadap infeksi turun.

2. Resiko tinggi perubahan peR/usi jaringan b/d Hepofalemia, anemia.

3. Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umu.


4. Nyeri b/d adanya proses infeksi yang ditandai dengan anak menangis, gelisah.

5. Gangguan mobilitas b/d penurunan kekuatan otot yang ditandai dengan ROM

terbatas.

6. Gangguan asupan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

mual muntah.

7. Gangguan sensorik motorik (penglihatan, pendengaran, gaya bicara) b/d

kerusakan susunan saraf pusat.

8. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan sakit kepala mual.

9. Resiko gangguan integritas kulit b/d daya pertahanan tubuh terhadap infeksi

turun.

10. Resiko terjadi kontraktur b/d spastik berulang.

DIAGNOSA KEPERAWATAN I.

Resiko tinggi infeksi b/d daya tahan tubuh terhadap infeksi turun

Tujuan:

- tidak terjadi infeksi

Kriteria hasil:

- Masa penyembuhan tepat waktu tanpa bukti penyebaran infeksi

endogen

Intervensi

1. Pertahanan teknik aseptic dan teknik cuci tangan yang tepat baik petugas atau

pengunmjung. Pantau dan batasi pengunjung.


R/. menurunkan resiko px terkena infeksi sekunder . mengontrol penyebaran

Sumber infeksi, mencegah pemajaran pada individu yang mengalami nfeksi

saluran nafas atas.

2. Abs. suhu secara teratur dan tanda-tanda klinis dari infeksi.

R/. Deteksi dini tanda-tanda infeksi merupakan indikasi perkembangan

Meningkosamia .

3. Berikan antibiotika sesuai indikasi

R/. Obat yang dipilih tergantung tipe infeksi dan sensitivitas individu.

DIAGNOSA KEPERAWATAN II

Resiko tinggi terhadap trauma b/d aktivitas kejang umum

Tujuan :

- Tidak terjadi trauma

Kriteria hasil :

- Tidak mengalami kejang / penyerta cedera lain

Intervensi :

1. Berikan pengamanan pada pasien dengan memberi bantalan,penghalang

tempat tidur tetapn terpasang dan berikan pengganjal pada mulut, jalan nafas tetap

bebas.

R/. Melindungi px jika terjadi kejang , pengganjal mulut agak lidah tidak
Tergigit.

Catatan: memasukkan pengganjal mulut hanya saat mulut relaksasi.

2. Pertahankan tirah baring dalam fase akut.

R/. Menurunkan resiko terjatuh / trauma saat terjadi vertigo.

3. Kolaborasi.

Berikan obat sesuai indikasi seperti delantin, valum dsb.

R/. Merupakan indikasi untuk penanganan dan pencegahan kejang.

4. Abservasi tanda-tanda vital

R/. Deteksi diri terjadi kejang agak dapat dilakukan tindakan lanjutan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN III

Resiko terjadi kontraktur b/d kejang spastik berulang

Tujuan :

- Tidak terjadi kontraktur

Ktiteria hasil :

- Tidak terjadi kekakuan sendi

- Dapat menggerakkan anggota tubuh

Intervensi

1. Berikan penjelasan pada ibu klien tentang penyebab terjadinya spastik ,

Terjadi kekacauan sendi.


R/ . Dengan diberi penjelasan diharapkan keluarga mengerti dan mau

Membantu program perawatan .

2. Lakukan latihan pasif mulai ujung ruas jari secara bertahap

R/ Melatih melemaskan otot-otot, mencegah kontraktor

3. Lakukan perubahan posisi setiap 2 jam

R/ Dengan melakukan perubahan posisi diharapkan peR/usi ke

Jaringan lancar, meningkatkan daya pertahanan tubuh .

4. Observasi gejala kaerdinal setiap 3 jam

R/ Dengan melakukan observasi dapat melakukan deteksi dini bila

Ada kelainan dapat dilakukan inteR/ensi segera

5. Kolaborasi untuk pemberian pengobatan spastik dilantin / valium sesuai

Indikasi

R/ Diberi dilantin / valium ,bila terjadi kejang spastik ulang


DAFTAR PUSTAKA

Laboratorium UPF Ilmu Kesehatan Anak, Pedoman Diagnosis dan Terapi,

Fakultas Kedokteran UNAIR Surabaya, 1998

Ngastiyah, Perawatan Anak Sakit, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta,

1997.

Rahman M, Petunjuk Tentang Penyakit, Pemeriksaan Fisik dan

Laboratorium, Kelompok Minat Penulisan Ilmiah

Kedokteran

Salemba, Jakarta, 1986.

Sacharian, Rosa M, Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2 Penerbit Buku

Kedokteran EGC, Jakarta ,1993.

Sutjinigsih (1995), Tumbuh kembang Anak, Penerbit EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai