Menggunakan E-Commerce.
Pada dasarnya para pihak yang terlibat dalam dunia bisnis terlepas apapun
sesuatunya dapat berjalan sesuai dengan apa yang telah mereka rencanakan, akan
tetapi dalam praktek ada kalanya apa yang telah disetujui oleh para pihak tidak
dapat dilaksanakan karena salah satu pihak mempunyai penafsiran yang berbeda
dengan apa yang telah disetujui sebagaimana yang tercantum dalam kontrak,
tersebut dapat menimbulkan berbagai hal yang tidak diinginkan oleh kedua belch
kembali, dengan demikian ditinjau dari sudut bisnis jelas kurang menguntungkan
karena is dapat menimbulkan kerugian bukan saja materiil akan tetapi juga
immateriil.
yang dapat diterima yang diperlukan untuk mengangkat negara paling melarat
Jika pendapat Adam Smith ini kita telaah lebih jauh maka menjadi peringatan bagi
kita bahwa setiap gerak perkembangan perekonomian dan kegiatan praktek bisnis,
tidak mungkin mencapai hasil gemilang dan lancar tanpa dukungan sistem
peradilan yang dapat diterima, karena mampu dengan cepat dan tepat untuk
ringan, tidak sesuai dan tidak dapat diterima dalam dunia bisnis, sistem peradilan
menjadi tinggi, kredibilitas para pihak rusak, sebab kemungkinan perusahaan akan
itu tidak dapat diterima dalam dunia bisnis karena tidak sesuai dengan tuntutan
dunia bisnis, cara penyelesaian sengketa yang diinginkan dan dituntut dunia bisnis
adalah sistem penyelesaian sederhana, cepat dan biaya ringan atau informal
procedure and can be put in motion quickly dalam arti: penyelesaian sengketa
tetap berada dalam jalur sistem yang formal dan resmi serta dibenarkan oleh
hukum yang lazim disebut juga: Formal and official law enforcement system,
tidak dibenarkan cara penyelesaian melalui sistem yang tidak dibenarkan oleh
hukum atau secondary enforcement system, sistem yang seperti ini membawa
oleh mafia atau Yakuza, memang sangat efektif dan efisien akan tetapi dalam
telah dipancangkan sebagai salah satu asas dalam peradilan Indonesia, pasal 4
fungsi peradilan, jadi secara teoritis, tuntutan dunia bisnis yang menghendaki
kenyataannya asas itu selalu berhadapan dengan sistem yang lain yang membuat
tidak adanya titik temu tentang hal yang dipersengketakan, maka cara apa yang
harus ditempuh.
yang mungkin timbul dari transaksi tersebut, didasarkan pada asas-asas Hukum
kepentingan yang berbeda sehingga ada kecenderungan para pihak juga akan
sengketa tersebut.
Secara umum pada dasarnya ada dua cars yang dapat digunakan yakni:
penyelesaian sengketa dalam kontrak bisnis para pihak, dalam klausula tersebut
biasanya ditegaskan bahwa jika timbul sengketa dari hubungan bisnis mereka,
peradilan yang menangani sengketa dagang ini misalnya saja adalah WTO,
namun dalam hal ini WTO hanya menangani sengketa yang berhubungan dengan
sengketa antarnegara anggota WTO saja. Umumnya pun sengketa lahir karena
adanya suatu pihak (pengusaha atau negara) yang dirugikan karena adanya
menurut hasil pengamatan beberapa sarjana kurang begitu diminati oleh negara-
internasional, yakni the ELSI Case antara Amerika Serikat melawan Italia, dan
Litigasi sebagai salah satu proses penyelesaian sengketa saat ini, apalagi
dianggap tidak efektif dan efisien, walaupun satu sisi memang keberadaan badan
lain:1
(putusan Tuhan) atau disebut His Decision = Judicium Die, oleh karena itu
yang memiliki kelas tersendiri dari pejabat pemerintah yang lain (judges a
class a part from other governmental officers), itu sebabnya para hakim
dihormati.
3. Selain dari itu pengadilan masih tetap dianggap memiliki fungsi dan
dengan kinerja dan putusan yang dijatuhkan. Kritik terhadap citra pengadilan dan
hakim ini bukan hanya terjadi di Indonesia karena hampir disemua negara timbul
kritik yang sama, kritik dan kecaman yang dilontarkan masyarakat Amerika, jauh
lebih ramai jika dibandingkan dengan yang terjadi di Indonesia, begitu juga
paling umum dilontarkan kepada pengadilan. Kritik umum ini dirangkum dari
antaranya adalah:2
telah digambarkan oleh J. David Reitzel: "There is a long wait for litigants to get
untuk memulai pemeriksaan sajapun harus menunggu waktu yang cukup lama,
Hetger Muller juga ikut memberikan tanggapan bahwa "The advent of litigious
society and the increasing case loads and delays that this generate are already
litigasi ini merupakan kenyataan yang umum di seluruh pelosok dunia, lihat saja
kenyataan yang terjadi di Jepang, di mana dibutuhkan waktu rata-rata antara 10-
15 tahun, Di Korea Selatan waktunya rata-rata 5-7 tahun, hal ini juga terjadi di
sampai tingkat Kasasi, rata-rata dibutuhkan waktu antara 7-12 tahun. Kelam-
banan ini sulit dihilangkan sebab hampir semua perkara diajukan Banding dan
Kasasi, bahkan permintaan Peninjauan Kembali scat ini sudah menjadi trend.
tidak lagi mempersoalkan apakah putusan yang dijatuhkan benar dan adil,
kekalahan dianggap ketidakadilan, oleh karena itu segala upaya hukum yang
kum yang diselimuti itikad buruk, sehingga sistem litigasi ini menjadi sangat
yang demikian barangkali ada benarnya apa yang diungkapkan oleh Tony Mc
Adams bahwa: "To many American our system of justice is neither systematic or
just" bahkan lebih dramatis lagi keadaan yang dikemukakan oleh Peter
Lovenheim yang menyatakan bahwa: "a litigated case may be pending for two,
dilihat dari yang dikemukakan oleh Tony Mc Adams, pada tahun 1985
berdasarkan data ini timbul kritik: "Law has become a very big American
perkara dianggap relatif cepat antara 5-7 tahun, kecepatan ini tetap memakan
biaya yang sangat mahal (very expensive), pihak yang berperkara dibebani biaya
Amerika rata-rata antara $35 hingga $250 per jam, memperhatikan betapa
"So the cost of a law suits may exceeded the value of winning". Jumlah
biaya perkara yang dikeluarkan pihak yang berperkara, bisa melampaui nilai hasil
kemenangan.
yang relatif lama (waste of time), dan harus Pula mengeluarkan biaya yang
tidak adil atau unfair, karena dianggap hanya memberi kesempatan dan
miskin (ordinary citizen). Rakyat miskin dan rakyat biasanya sering tidak
mendapat pelayanan yang wajar, karena mereka tidak mampu membayar biaya
Namun syarat inilah yang menjadi penghalang bagi rakyat biasa mendapat
terpaksa dia tampil sendiri tanpa didampingi pengacara, padahal sama sekali dia
buts htikum. Dalam keadaan yang seperti itu jarang pengadilan yang tanggap
Tidak ada putusan pengadilan yang mengantar para pihak yang bersengketa
tetapi menempatkan kedua belah pihak pada dua sisi ujung yang sating
berhadapan yakni: menempatkan salah satu pihak pada posisi pemenang (the
winner) dan menyudutkan pihak yang lain sebagai pihak yang kalah (the losser),
yang akhirnya pihak yang kalah dan menang ini bukan melahirkan kedamaian dan
ketentraman akan tetapi justru akan menimbulkan dendam dari pihak yang kalah
1. Terkadang tanpa dasar dan alasan yang masuk akal, pengadilan menjatuhkan
tidak pasti (uncertainty) dan tidak dapat diprediksi serta adanya disparitas
para pihak kepada suatu kedamaian, serta memberi penyelesaian yang memuaskan
kepada kedua belah pihak, dan suasana yang demikian tidak dapat diharapkan dari
Pada masa belakangan ini, terutama pada era IPTEK muncul pendapat umum
di mana hakim dilihat sebagai sosok manusia yang genera/is, pada sisi lain
perkembangan ilmu dan teknologi telah membonceng berbagai permasalahan
mampu memiliki pengetahuan yang bersifat luar saja, oleh karena itu mana
mungkin diharapkan penyelesaian yang baik dan objektif dari para hakim,
Oleh karena para hakim belum memiliki kualitas yang menyeluruh atas
masalah yang kompleks, terutama sengketa yang timbul dari permasalahan High-
pokok.
masyarakat terhadap peran dan fungsi pengadilan. Selain daripada kritik yang
your neighbours to compromise whenever you can, point out to them how the
nominal winner is often a real losser-infus, expence, and waste of time". Yang
yang menang berperkara adalah pihak yang kalah, karena untuk memperoleh
kemenangan itu dia harus mengeluarkan biaya yang mahal dan membuang waktu
yang lama". Selanjutnya Voltair juga pernah mengungkapkan bahwa "I was
ruined but twice, once when I won a lawsuit and once when I lost one" (saya
mengalami kehancuran dua kali, pertama apabila saya menang perkara, yang
kedua apabila saya kalah perkara) dari pendapat Voltair ini terlihat bahwa
them not only against one another but against the others employed
bermusuhan, tidak hanya antara para pihak akan tetapi menyePabkan semua
pihak yang terlibat. Selain daripada itu Peter Lovenheim juga mengatakan bahwa
satu segi menemukan kebenaran sangat ideal, tetapi sebaliknya makna kebenaran
itu sangat kabur, hanya dapat diungkapkan hakim dengan kalimat: Salah (guilty)
atau Tidak Salah (not guilty), melanggar perjanjian (breach of contract) atau tidak
tidak pelanggaran (not violation of law). Padahal tujuan berperkara bukan hanya
sekedar mencari dan menemukan kebenaran yang kabur, akan tetapi lebih
kepuasan kepada kedua belah pihak. Muncul gejala yang mendunia tentang
maju dan negara industri baru mencari dan menciptakan bentuk penyelesaian
agar terciptanya cara penyelesaian sengketa yang efektif dan efisien, penyelesaian
sengketa yang tidak melulu formalistik atau informal procedure and can be put in
motion quickly, tidak bertele-tele dan buang waktu serta murah, selain itu dunia
hubungan yang lebih baik di antara para pihak, agar tetap terjalin hubungan bisnis
yang saling menguntungkan, oleh karena itu penyelesaian sengketa bisnis bukan
bertujuan menempatkan para pihak pada ujung sisi yang saling berlawanan dalam
posisi sebagai pihak menang dan kalah, tetapi yang diinginkan adalah pemecahan
semata, tetapi menghendaki relevansi penyelesaian yang lebih luas yang dapat
menjanjikan harapan atas penyelesaian yang tidak mematikan kegiatan bisnis para
sistem analisis, keamanan dan kehati-hatian yang seksama, tetap saja ini bukan
sepenuhnya.
1. Negosiasi
Dalam buku Business Law, Principles, Cases and Policy karya Mark E.
which two parties, with differing demand reach an agreement generally through
Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa yang paling dasar dan paling
paling penting, banyak sengketa diselesaikan setiap hari oleh negosiasi ini tanpa
adanya publisitas yang menarik perhatian publik. Alasan utamanya adalah karena
atau konsensus para pihak, senada dengan hal tersebut, Kahona mengemukakan
bahwa negosiasi adalah "an efficacious means of setting disputes relating to an
the wishes of all the disputants" (suatu alat-alat perselisihan yang mengatur
paling manjur berkenaan dengan suatu persetujuan sebab hal ini memungkinkan
berkedudukan tidak seimbang, salah satu pihak kuat, yang lain lemah, maka
dalam keadaan seperti ini salah satu pihak yang kuat berada dalam posisi untuk
menekan pihak lainnya dalam bernegosiasi dan hal ini acapkali terjadi ketika dua
sering lambat dan memakan waktu yang cukup lama, ini terutama karena sulitnya
sekali ada persyaratan penetapan batas waktu bagi para pihak untuk
dasarnya para pihak dapat berhak untuk menyelesaikan sendiri sengketa yang
selanjutnya harus dituangkan dalam bentuk tertulis yang disetujui oleh para
pasal 1851 s.d. 1864 KUHPerdata, di mana perdamaian itu adalah suatu
atau menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang bergantung
atau mencegah timbulnya suatu perkara. Persetujuan mana harus dibuat secara
tertulis dengan ancaman tidak sah. Namun ada beberapa hal yang membedakan,
yaitu: pada negosiasi diberikan tenggang waktu penyelesaian paling lama 14 hari,
di luar pengadilan.
dan kedua: negosiasi digunakan ketika suatu sengketa telah lahir, prosedur
negosiasi ini merupakan proses penyelesaian sengketa oleh para pihak (dalam arti
negosiasi).
2. Mediasi
Mediasi adalah suatu cara penyelesaian melalui pihak ketiga, pihak ketiga
tersebut bisa individu (pengusaha) atau lembaga atau organisasi profesi atau
dagang, mediator ikut serta secara aktif dalam proses negosiasi, biasanya is
neutral third person, the mediator, helps disputing parties to reach an agreement.
diberikan oleh para pihak, bukan atas penyelidikannya. jika usulan tersebut
membuat usulan-usulan baru, oleh karena itu, salah satu fungsi utama mediator
dapat disepakati para pihak serta membuat usulan-usulan yang dapat mengakhiri
sengketa.
prosedurnya sendiri, hal yang paling penting adalah kesepakatan para pihak
mulai dari proses (pemilihan) cara mediasi, menerima atau tidaknya usulan-
tidak wajib atau tidak harus menyelesaikan sengketanya melalui mediasi. Ketika
1999, atas kesepakatan tertulis para pihak, sengketa atau beda pendapat
diselesaikan melalui bantuan "seorang atau lebih penasihat ahli" maupun melalui
tertulis adalah final dan mengikat bagi para pihak untuk dilaksanakan dengan
waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak penandatanganan, dan
wajib dilaksanakan dalam waktu lama 30 (tiga puluh) hari sejak pendaftaran.
Mediator dapat dibedakan: mediator yang ditunjuk secara bersama oleh para
pihak, mediator yang ditunjuk oleh lembaga arbitrase atau lembaga alternatif
positif berupa Dispute Resolution Act, yang ditandatangani oleh presiden Jimmy
persuade your neighbour to compromise point out to them how the nominal
3. Sebagian besar didukung dana pemerintah (public fund) dan sebagian berasal
dari dana yayasan atau dari biaya administrasi yang dibayar pihak pemakai.
criminal cases).
5. Sengketa antar partner bisnis, sengketa antar tetangga, sengketa antar suami
penyelesaian sengketa melalui sistem ADR, mediasi dianggap sebagai salah satu
pilihan terbaik di antara sistem dan bentuk ADR yang ada, di mana digunakannya
mediasi ini dikarenakan adanya kesadaran mereka berkaitan dengan: Tidak hanya
biaya perkara dan upah pengacara yang mahal melalui litigasi, tetapi juga akan
menguras tenaga dan waktu eksekutif perusahaan. Lamanya penyelesaian
memburuk dan rusak, dan litigasi juga akan menguras sumber penting
perusahaan seperti uang, waktu, hubungan, pendapat umum (image), dan tenaga
para pekerja.
dari mergerdan akuisisi, Sengketa yang timbul antara karyawan dan majikan,
1. Pada hakikatnya, hanya mencoba menolong para pihak mencari jalan keluar
dari persengketaan yang mereka hadapi (merely tries to help to parties work
kompromi, tidak mutlak final dan binding. Meskipun telah dicapai kompromi
mutlak mengikat para pihak, bergantung pada itikad baik para pihak untuk
memenuhi secara sukarela, apabila tidak dipenuhi oleh para pihak, lembaga
3. Mediator tidak berperan sebagai hakim, dalam hal ini mediator tidak
menentukan pihak yang mana salah dan benar, tidak bertindak dan berperan
pemberi nasihat (counsellor) atau mengobati (the rapist), dan mediator hanya
berperan sebagai penolong (helper frole), oleh karena itu fungsi mediator
berusaha mem-
bawa dan mengajak para pihak yang bersengketa membicarakan bersama
menemukan pemecahan solusi yang dapat diterima secara mufakat" (the two
of you find solution of you own making), oleh karena itu mediator dalam
mungkin, menjaga supaya tetap terjalin komunikasi yang lancar antara para
untuk menghargai apa saja yang dikemukakan kedua belah pihak, oleh
karena itu mediator menjadi pendengar yang ahli dan bijak, mampu
bersengketa.
tidak ada yang kalah dan tidak ada pemenang, tetapi sama-sama menang.
1. Ada dua pihak yang bersengketa, apabila ada pihak yang bersengketa, yang
namun status para pihak dalam mediasi tidak begitu prinsipil, kemungkinan
saja dalam proses bisa terjadi pergeseran, pihak yang semula menjadi
sengketa adalah Claimant dan orang yang ditarik sebagai lawan Respondent,
hal itu tidak bersifat sangat teknik sekali dalam proses penyelesaian sengketa
melalui mediasi.
nyebut nama saja, cara ini sangat bermanfaat agar tidak terkesan para pihak
dipenuhi agar sengketa dapat dilakukan melalui mediasi, hal ini berkaitan
pihak, oleh karena itu jika terjadi sengketa dan ingin menyelesaikannya
maka mendekati pihak lawan untuk mencapai kesepakatan tentang itu atau
jika hal itu tidak mungkin, karena diperkirakan sulit mengajak pihak lawan,
sengketa (describing the disputes) tidak panjang dan tidak teknis seperti
fundamentum pitendi).
3. Konsiliasi
Yang dimaksud dengan konsiliasi adalah usaha yang dilakukan pihak ketiga
penyelesaian sengketa.
unantagontic manner used in courts before trial with a view towards avoiding
avoid litigation".
Strategi ini lazim dipergunakan untuk mendamaikan para pihak yang terlibat
pihak ketiga yang dapat diterima oleh para pihak yang bersengketa.
dengan bergantian. Namun menurut Behrens, ada perbedaan antara kedua istilah
tersebut, yaitu konsiliasi lebih formal daripada mediasi, konsiliasi bisa juga
diselesaikan oleh seorang individu atau suatu badan yang disebut dengan badan
atau komisi konsiliasi, komisi konsiliasi ini bisa sudah terlembaga atau ad hoc
penyelesaian yang diterima oleh para pihak, namun putusannya tidaklah mengikat
para pihak.
Persidangan suatu komisi konsiliasi biasanya terdiri dari dua tahap yaitu,
mendengarkan keterangan lisan dari para pihak, para pihak dapat hadir pada
akan menyerahkan laporannya kepada para pihak disertai dengan kesimpulan dan
oleh karena itu diterima tidaknya usulan tersebut bergantung sepenuhnya kepada
para pihak. Contoh komisi konsiliasi yang terlembaga adalah badan yang
modal asing, yaitu the ICID Rule of Procedure for Conciliation Proceeding
kurang populer. Sejak berdiri tahun 1966 badan konsiliasi ICID hanya menerima
dua kasus, kasus pertama diterima pada 5 Oktober 1982 (selama 16 tahun
kosong), namun sebelum badan konsiliasi terbentuk para pihak sepakat untuk
berhasil diselesaikan pada tahun 1985 setelah para pihak sepakat untuk menerima
yang telah diuraikan di atas, konsiliasi pun tidak dirumuskan secara jelas dalam
penyelesaian sengketa di luar pengadilan adalah suatu tindakan atau proses untuk
hal-hal atau sengketa di mana telah diperoleh suatu putusan hakim yang telah
pada dasarnya agak berbeda dengan yang dipraktekkan di Jepang dan Korea
2. Maka pada tahap yang demikian berarti telah diperoleh penyelesaian tanpa
kemauan baik).
mana menurut ketentuan ini, diatur suatu sistem Koneksitas antara Mediasi-
sistem koneksitas antara ketiga jenis ADR tersebut dengan cara menempatkan
conciliation di tengah.
Proses apabila sengketa diajukan ke KCAB untuk diminta penyelesaian
5. Ibid.
efektif menjadi award (putusan arbitrase) yang bersifat final and binding,
meningkat menjadi award yang bersifat final and binding kepada para
putusan arbitrase.
(arbital award) yang bersifat final and binding kepada para pihak.
4. Arbitrase
diselenggarakan oleh dan berdasarkan kehendak serta itikad baik dari pihak-
pihak yang berselisih agar perselisihan mereka tersebut diselesaikan oleh hakim
yang mereka tunjuk dan angkat sendiri, dengan pengertian bahwa putusan yang
diambil oleh hakim tersebut merupakan putusan yang bersifat final (putusan pada
tingkat akhir) dan dapat mengikat kedua belch pihak untuk melaksanakannya.
peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian Arbitrase yang dibuat secara
yang terdapat dalam Uncitral Arbitration Ruler maka kita dapat mengemukakan
1. Arbitrase ad hoc
bersifat insidental dan jangka waktunya tertentu sampai sengketa itu diputuskan.
2. Arbitrase Institusional
sebagaimana dalam pasal 1 ayat 2 konvensi New York 1958. Arbitrase ini
para pihak menggunakan arbitrase maka arbitrase yang dimaksud adalah arbitrase
internasional. Suatu arbitrase dianggap internasional apabila para pihak pada scat
tempat usaha di Indonesia dan pihak lain memiliki tempat usaha di Amerika, jika
terjadi sengketa atau perselisihan di antara mereka dan mereka memilih cara
beberapa hal terpenuhi, dari ketentuan pasal 1 UNCITRAL Rule terse-but dapat
perjanjian arbitrase) terletak di luar negara tempat usaha para pihak, jadi
meskipun mereka memiliki tempat usaha yang sama dalam satu negara,
yang berbeda dengan tempat usaha mereka, maka arbitrase tersebut akan
dagang dari para pihak harus dilaksanakan atau tempat di mana objek
usaha para pihak. Misalnya dua perusahaan dagang yang tempat usahanya
Dari apa yang diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa cara yang
badan arbitrasenya jika di dalam klausul arbitrase para pihak memilih badan
setiap negara peserta atau negara yang ikut serta meratifikasi dapat
atau warga negara lain, jika warga negara mereka memilih ICSID untuk
internasional.
2. Internasional menurut struktur/prosedur, umumnya arbitrase internasional
sistem, struktur atau prosedur hukum negara di mana arbitrase itu akan
atau prosedur suatu badan arbitrase yang berada di luar negara di mana
internasional.
arbitrase internasional.
badan arbitrase, hal ini dapat terjadi meskipun arbitrase ini diorganisasi dan
pengertian yang agak berbeda, istilah choice of forum berarti pilihan cara untuk
mengadili sengketa, dalam hal ini pengadilan atau lembaga arbitrase, sedangkan
lain.
sengketa yang telah lahir, alternatif lainnya, atau melalui perbuatan suatu klausul
arbitrase dalam suatu perjanjian sebelum sengketanya lahir (klausul arbitrase atau
arbitration clause). Dalam hal ini balk submission clause atau arbitration clause
harus tertulis, syarat ini sangat esensial, sistem hukum nasional dan internasional
mensyaratkan hal ini sebagai suatu syarat utama untuk arbitrase, dalam hukum
nasional Indonesia syarat ini tertuang dalam pasal 1 ayat (3) Undang-Undang No.
instrumen hukum internasional termuat dalam pasal 7 ayat (2) UNCITRAL Model
York 1958. Hal yang penting dalam hal ini adalah klausul arbitrase melahirkan
menjadi acuan bagi banyak negara di dunia, yaitu Model Law on International
Dilihat dari proses saat terjadinya perselisihan, maka terdapat dua macam
1. Pada saat perselisihan sudah terjadi, maka para pihak sepakat memilih
dalam suatu dokumen tertulis yang ditandatangani para pihak, balk secara di
bawah tangan
atau di hadapan Notaris. Pernyataan tertulis itu harus memuat persoalan-
persoalan yang menjadi pokok perselisihan dan nama para arbiter dalam
2. Saat yang lain untuk memilih penyelesaian sengketa melalui arbitrase, adalah
Dalam hal ini Pengadilan melepaskan yurisdiksinya. Dengan kata lain perkataan
perselisihan hanya dapat diselesaikan oleh para arbiter. Untuk dapat merumuskan
suatu klausula arbitrase yang baik sudah barang tentu peranan ahli hukum atau
ketentuan yang terkandung dalam klausula tersebut harus sangat hati-hati agar
pihaknya atau kedua pihak sama-sama puas dan sama-sama tidak merasa
bentuk standar klausula arbitrase yang dapat digunakan para pihak seperti antara
lain:
1. Standar klausula Arbitrase ICSID yang berbunyi:
States".
Commerce):
'Any dispute arising in connection with the present contract shall be finally
Industry Arbitration Rules, The Real Estate Valuation Arbitration Rules, The
Rules of the General Arbitration Council of the Textile and Apparel Industries,
The Securities Arbitration Rules, and the Accident Claims Arbitration Rules".
sengketa yang timbul dari perjanjian ini akan diselesaikan dalam tingkat pertama
dan terakhir menurut peraturan prosedur BANI oleh arbitrase yang ditunjuk
segi isi perjanjian tidak ada perbedaan, sehingga dalam pembahasan mengenai isi
arbitrase ini adalah hal-hal yang boleh dicantumkan dalam perjanjian arbitrase,
yakni:
Pada prinsipnya klausula arbitrase tidak boleh melampaui isi kontrak pokok,
perselisihan yang relevan dengan pokok kontrak, klausula arbitrse tidak boleh
pokok, misalnya jika isi kontrak berkaitan dengan jual-beli tekstil, maka tidak
dengan bisnis elektronik. Asas ini sejalan dengan ketentuan pasal 615 ayat (3)
penyelesaian perselisihan yang mungkin timbul atau yang telah timbul dari
perjanjian pokok, begitu pula halnya sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 4
ayat (2) BANI di mana ditegaskan bahwa BANI dapat memeriksa dan memutus
suatu sengketa yang terjadi atau yang timbul dari perjanjian pokok antara para
pihak
atas persetujuan para pihak tersebut. Dalam UNCITRAL Arbitration Rule juga
UNCITRAL Arbitration Rule tersebut jelas terlihat bahwa isi perjanjian arbitrase
Penegasan prinsip yang terdapat dalam Pasal 615 ayat (3) dan Pasal 618 Rv
maupun yang diatur dalam UNCITRAL Arbitration Rule, sama dengan yang
diatur dalam Pasal I ayat (1) Konvensi New York 1958, antara lain pasal ini
menegaskan bahwa "all or any differences which have arise or which may arise
masih barada dalam ruang lingkup perjanjian pokok, klausula yang demikian
hanya batal sepanjang halhal yang menyimpang atau melampaui, namun masih
tetap sah dan mengikat sepanjang isi klausula masih relevan dengan perjanjian
pokok, karena batal sebagian isi klausula tidak dapat dijadikan dasar untuk
secara umum, cars perumusan secara umum berpedoman kepada ketentuan Pasal
615 ayat (3) Rv yakni para pihak dapat memperjanjikan kesepakatan mengikat
diri satu sama lain untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan yang timbul
kepada seseorang atau beberapa orang arbiter. Ketentuan ini sejalan dengan Pasal
618 Rv, berarti baik dalam pactum de compromittendo maupun akta kompromis
boleh mencantumkan klausula secara umum, begitu juga Pasal II ayat (1)
all or any differences which have arisen or which may arise between them".
Isi klausula arbitrase yang bersifat umum dapat dirumuskan secara ringkas,
klausula yang seperti ini disebut jugs klausula yang tidak terperinci, klausula ini
meliputi segala jenis perselisihan yang timbul dari perjanjian pokok, klausula
yang umum seperti itu dapat menimbulkan bahaya, bahayanya terletak pada
itikad buruk para pihak, apabila salah satu pihak dimotivasi oleh itikad buruk, dia
perselisihan, misalnya, bisa saja pihak yang beritikad buruk membantah bahwa
apa yang diajukan pihak lawan belum dapat diklasifikasikan sebagai perselisihan,
pemenuhan perjanjian, bisa saja ditolak sebagai bentuk perselisihan yang takluk
dari klausula yang bersifat umum maka lebih tepat jika merumuskan perjanjian
syarat-syarat yang dirumuskan secara rinci dalam bentuk: terinci sekali secara
memantau dan menemukan apakah sesuatu keadaan atau tindakan yang dilaku-
kan salah satu pihak termasuk atau tidak kedalam kerangka perjanjian arbitrase,
sekaligus pula hal tersebut memberi pegangan yang lebih pasti bagi anggota
perjanjian apabila klausula merinci mulai dari masalah perselisihan yang akan
dalam pemenuhan perjanjian, pada satu segi memang balk dan ideal untuk
memuat klausula arbitrase secara rinci ditinjau dari semua aspek perjanjian
pokok. Cuma kita sadar sangat sulit untuk merumuskan suatu rekayasa tentang
perselisihan yang akan timbul dikemudian hari, dan dilain pihak kemampuan kita
cukup terbatas untuk menyusun suatu rincian yang limitatif atas semua aspek
yang mungkin timbul dari suatu perjanjian, bahkan klausula arbitrase yang terlalu
sehingga menimbulkan sikap kaku dan terlalu hati-hati, karena takut terjebak
klausula yang rincian rumusannya bersifat 'moderasi; klausula yang seperti ini,
yang menjadi perselisihan dalam suatu perjanjian saja yang rinci dalam klausula,
dari segi pendekatan hukum dan pengalaman praktek, pokok-pokok utama yang
contract), Klaim (claim) mengenai ganti rugi atas wanprestasi atau perbuatan
melawan hukum.
bidang bisnis tertentu, hal ini tidak mengurangi hak para pihak untuk
telah diatur secara lengkap dalam Pasal II ayat (1) Konvensi New York 1958, di
mana syarat-syarat tersebut adalah: Perjanjian tersebut harus dibuat dalam bentuk
mungkin akan timbul di antara para pihak, sengketa-sengkata yang timbul ter-
sebut adalah sengketa yang berasal dari hubungan hukum balk yang
sifatnya kontraktual atau bukan. Sengketa-sengketa tersebut adalah masalah-
masalah yang bisa diselesaikan oleh arbitrase, para pihak dalam perjanjian
mereka, dan perjanjian arbitrase tersebut harus sah menurut hukum para pihak
dan apabila tidak ada pengaturan seperti itu maka perjanjian tersebut harus sah
tersebut ada pula syarat-syarat lainnya yang sifatnya juga mengikat, misalnya
para pihak.