(E-1)
I. TUJUAN PERCOBAAN
a. Menentukan percepatan katrol.
b. Menentukan kecepatan.
1
Hukum Newton II berbunyi :” Bila gaya resultan F yang bekerja pada suatu benda dengan massa
m tidak sama dengan nol, maka benda tersebut mengalami percepatan ke arah yang sama
dengan gaya”. Percepatan a berbanding lurus dengan gaya dan berbanding terbalik dengan
massa benda.
a = F atau F = m.a
m
Untuk percepatan yang konstan maka berlaku persamaan Gerak yang disebut Gerak Lurus
Berubah Beraturan. Bila sebuah benda berputar melalui porosnya, maka gerak melingkar ini
berlaku persamaan-persamaan gerak yang ekivalen dengan persamaan-persamaan gerak linier.
Dalam hal ini besaran fisis momen inersia (I) yang ekivalen dengan besaran fisis massa (m)
pada gerak linier. Momen inersia suatu benda terhadap poros tertentu harganya sebanding
dengan massa benda tersebut dan sebanding dengan kuadrat dan ukuran atau jarak benda
pangkat dua terhadap poros.
I~ m
I ~ r2
Untuk katrol dengan beban maka berlaku persamaan :
a = (m+m1) – m2 .g
m + m1 + m2 + I/ r2
dengan
a = percepatan gerak
m = massa beban
I = momen inersia katrol
2
r = jari-jari katrol
g = percepatan gravitasi
Udara akan memberikan hambatan udara atau gesekan udara terhadap benda yang jatuh.
Besarnya gaya gesekan udara yang akan gerak jatuh benda berbanding lurus dengan luas
permukaan benda. Makin besar luas permukaan benda, makin besar gaya gesekan udara yang
bekerja pada benda tersebut. Gaya ini tentu saja akan memperlambat gerak jatuh benda. Untuk
lebih memahami secara kualitatif tentang hambatan udara pada gerak jatuh, kita dapat
mengamati gerak penerjun payung. Penerjun mula-mula terjun dari pesawat tanpa membuka
parasutnya. Gaya hambatan udara yang bekerja pada penerjun tidak begitu besar, dan jika
parasutnya terus tidak tidak terbuka, penerjun akan mencapai kecepatan akhir kira-kira 50 m/s
ketika sampai di tanah. Kecepatan itu kira-kira sama dengan kecepatan mobil balap yang melaju
sangat cepat. Sebagai akibatnya, penerjun akan tewas ketika sampai di tanah. Dengan
mengembangkan parasutnya, luas permukaan menjadi cukup besar, sehingga gaya hambatan
udara yang bekerja papa penerjun cukup basar untuk memperlambat kelajuan terjun.
Berdasarkan hasil demonstrasi ini dapatlah ditarik kesimpulan sementara bahwa jika hambatan
udara dapat diabaikan maka setiap benda yang jatuh akan mendapatkan percepatan tetap yang
sama tanpa bergantung pada bentuk dan massa benda. Percepatan yang tetap ini disebabkan oleh
medan gravitasi bumi yang disebut percepatan gravitasi (g). Di bumi percepatan gravitasi
bernilai kira-kira 9,80 m/s2. untuk mempermudah dalam soal sering dibulatkan menjadi 10 m/s2.
Untuk membuktikan pernyataan diatas bahwa jika hambatan udara dihilangkan, setiap benda
jatuh akan mendapat percepatan tetap yang sama tanpa bergantung pada benda dan massa benda,
di dalam laboratorium biasanya dilakukan percobaan menjatuhkan dua benda yang massa dan
bentuknya sangat berbeda di dalam ruang vakum.
Sehubungan dengan hal di atas, Gerak Jatuh Bebas adalah gerak suatu benda dijatuhkan dari
suatu ketinggian tanpa kecepatan awal dan selama geraknya mengalami percepatan tetap yaitu
percepatan gravitasi, sehingga gerak jatuh bebas termasuk dalam gerak lurus berubah beraturan.
Perhatikan karena dalam gerak jatuh bebas, benda selalu bergerak ke bawah maka unutk
mempermudah perhitungan, kita tetapkan arah ke bawah sebagai arah positif. Persamaan-
persamaan yang digunakan dalam gerak jatuh bebas adalah :
vo = 0 dan a = g
keterangan :
a1, a2 : silinder beban
a3 : beban
b : katrol yang dapat bergerak bebas
c : tali penggantung
3
d : penyangkut beban
e : penghenti silinder
f : tiang penggantung
g : penjepit silinder
Jika pada sistem pesawat dilepaskan penjepitnya, maka sistem akan bergerak dengan
percepatan tetap. Besarnya percepatan a berbanding lurus dengan gayanya. Untuk gaya yang
konstan, maka percepatan tetap sehingga berlaku persamaan gerak lurus berubah beraturan :
xt = ½ at2
dimana:
t = waktu tempuh
a = percepatan sistem
xt = jarak setelah t detik
Setelah beban mb ditahan oleh pengangkut beban, silinder a1 dan a2 tetap melanjutkan
gerakannya dengan kecepatan konstan. Dalam keadaan ini resultan gaya yang bekerja pada
sistem sama dengan nol (sesuai dengan hukum Newton I ). Sehingga jarak tempuh silinder a 1
dan a2 setelah beban tersangkut, dapat dinyatakan sebagai berikut :
xt = v.t
• Gerak Rotasi
Bila sebuah benda mengalami gerak rotasi melalui porosnya, ternyata pada gerak ini akan
berlaku persamaan gerak yang ekuivalen dengan persamaan gerak linier.
Apabila torsi bekerja padabenda yang momen inersianya I, maka dalam benda ditimbulkan
percepatan sudut yaitu :
Τ = I.α
• Persamaan Gerak untuk Katrol
Bila suatu benda hanya dapat berputar pada porosnya yang diam, maka geraknya dapat dianalisa
sebagai berikut :
N
ΣF = 0
r -T1 – m + T2 + N = 0
-T1 + T2 = 0
-T1 = T2
4
mg
T1 T2
Bila beban diputar dan katrol pun dapat berputar pula maka geraknya dapat dianalisis sebagai
berikut :
T1 T2
T1 T2
m2
m1 m
Στ = Iα
T1.r + T2.r = Iα
Percepatannya adalah : a = (m+m1) – m2 . g
m + m1 + m2 + I/ r2
m + m1 + m2
ρ = m
5
π r2
dm = ρ . r . dr . dθ
I = ∫∫ r2 . ρ . r . dr . dθ
= m . ∫ r3 . dr . ∫ dθ
π r2
= m . ¼ r4 ] . θ]
π r2
I = ½ mr2
m + m1 + m2 + I/r2
6
DAFTAR PUSTAKA