Anda di halaman 1dari 2

Daily Letter for the inspirational people

Renungkanlah oleh Anda betapa bahagia dan betapa bangganya perasaan seseorang apabila ia bisa
diterima sebagai mahasiswa di universitas yang bergengsi seperti Yale atau Harvard University di
USA.
Tentunya lebih hebat lagi adalah orang-orang yang bisa menjadi guru besar di Universitas tsb.

Mr Henri adalah seorang guru besar bukan saja di kedua universitas tsb diatas melainkan juga di
Universitas Notre Dame. Ia begitu disegani oleh rekan-rekan maupun para mahasiswanya sebagai
wong pinter yang terpandang. Jadi sudah benar-benar berada di puncak kedudukan kariernya seorang
ilmuwan.

Pada saat dimana ia sedang berada di puncak karier kehidupannya, tiba-tiba ia merubah arah
hidupnya! Ia telah merubah arah kehidupannya bukannya untuk UPWARD lagi melainkan ingin
DOWNWARD.

Ia melepaskan seluruh jabatannya di ketiga universitas bergengsi tsb. Ia melepaskan ribuan siswa-
siswinya untuk diganti hanya oleh 10 orang siswa lainnya. Bahkan untuk para siwa barunya ini ia
mengabdikan dirinya 24 jam sehari. Disitu ia telah benar-benar turun menjadi Mr Nobody.

Disitu tidak ada seorang pun yang mengenal dia, bahkan tidak ada seorang pun yang pernah membaca
buku hasil karyanya. Begitu juga tidak ada seorang pun yang merasa kagum terhadap dirinya sebagai
guru besar yang memiliki gelar sepanjang 1 meter. Disitu ia benar- benar menjadi Mr. Nobody tulen.
Masalahnya semua anak didiknya sekarang ini adalah anak-anak yang cacad mental. Melalui anak-
anak cacad tsb baru dia menyadari, bahwa segala prestasi yang pernah diraih sebelumnya itu, tidak
ada manfaatnya sama sekali dalam
pergaulannya dengan mereka.

Boro-boro bisa membaca dan menulis, mandi sendiri pun mereka sudah tidak mampu lagi. Dari guru
besar dihadapan ratusan siswa berubah menjadi pelayan untuk melayani anak-anak cacad. Dimana
setiap harinya ia harus membersihkan badan mereka dari kotoran-kotorannya.
Bantu menyikat gigi maupun mencukur jenggot mereka dan juga membantu memakai pakaiannya
sebelumnya diletakan di kursi rodanya.

Salah satu diantaranya adalah seorang pemuda yang bernama Adam. Bagi kebanyakan orang Adam
itu sudah benar-benar tidak berguna sama sekali, sehingga sebenarnya percuma saja ia dilahirkan
juga. Adam walaupun usianya sudah mencapai 25 tahun, tapi ia masih harus dirawat seperti layaknya
seorang bayi. Ia tidak bisa makan maupun minum sendiri, sehingga untuk ini ia harus menyuapi dan
menunggunya dengan sabar. Buang air besar pun tidak bisa, maka dari itu setiap hari ia harus mencuci
celana maupun badannya yang penuh dengan kotoran yang bau. Ia juga seorang penderita epilepsi
yang parah sehingga badannya sering menjadi kejang dan kaku.

Pekerjaan yang tidak ringan maupun mudah dan terlebih lagi membutuhkan banyak kesabaran. Untuk
ini tidak ada penghargaan maupun ucapan terima kasih dari Adam, sebab boro-boro bisa berbicara,
senyum atau menangispun Adam sudah tidak bisa lagi. Hanya sekali pernah terlihat dimana Adam
mengeluarkan air mata yang mengalir di pipinya.

Mungkin bagi orang lain apa yang dilakukan Henri sekarang ini adalah pekerjaan wong rendahan dan
tiada artinya sama sekali, tetapi bagi dia bahkan masa hidup yang sekarang inilah yang terpenting di
dalam
kehidupannya.
Henri pernah mengutarakan bahwa ia telah mendapatkan banyak sekali berkat dari pelayanannya ini.
Ia menilai bahwa dari fisik dan pikiran Adam muncul seorang manusia yang paling baik yang telah
menawarkan dan memberikan kepada dia suatu hadiah yang paling indah daripada apa yang bisa ia
berikan kepadanya ialah pelajaran tentang cinta kasih. Dari situlah ia merasa bahwa sebenarnya ialah
yang dilayani oleh Adam untuk belajar melayani, bersabar maupun berbagi kasih yang tak
berkesudahan.

Apa yang diucapkan oleh Henry ini bukannya hanya sekedar basa-basi, sebab untuk ini ia telah
menulis satu buku khusus, mengenai hikmah dan pelajaran apa saja yang telah ia dapatkan dari Adam
dalam bukunya "Adam´s Peace".

Bayangkan saja ia seorang guru besar dari universitas bergengsi, ternyata telah bisa menimba ilmu
dari anak-anak cacad. Anak-anak cacad tsb telah berhasil mengajarkan kepada Henry apa artinya cinta
kasih itu. Terlebih lagi disitulah baru ia menyadari, bahwa bahwa apa yang membuat kita menjadi
manusia, bukanlah gelar, harta, maupun jabatan kita. Begitu juga bukanlah otak kita, tapi hati kita!

Bukan kemampuan kita berpikir, tetapi kemampuan kita untuk mengasihi. Henry telah turun menjadi
Mr Nobody dimata dunia, tetapi dilain pihak ia telah berhasil menjadi VIP dimata Sang Pencipta.

Mr. Henry Josef Michael Nouwen (1932 - 1996) dengan sengaja telah meninggalkan komunitas
orang-orang hebat dan bergengsi untuk memilih hidup di komunitas anak-anak cacad di L´Arche
Daybreak di Toronto.
Ia melayani disitu terus sampai dengan akhir hayatnya. Ia juga seorang penulis buku rohani. Lebih
dari 40 buku rohani yang pernah ia tulis salah satu bukunya yang paling banyak dibaca ialah: "Innder
Voice of Love".

Menurut ukuran dunia keberhasilan seseorang diukur berdasarkan keberhasilan maupun ketinggian
yang bisa diraih oleh orang tsb dengan motto "How high can you fly?" Beda dengan dunia
kerohanian.
Disana berlaku motto kebalikannya ialah "How low can you go?".
Jalan ilahi adalah jalan yang menurun kebawah.

Salam,

Anda mungkin juga menyukai