Anda di halaman 1dari 15

Bab 1

BISNIS KEMATIAN
Sebuah Cerita yang Menghilangkan Selera Makan

Rekayasa genetika dapat mempercepat secara drastis proses pemuliaan


untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan pada hewan dan tanaman.
Perbaikan sifat dalam pemuliaan konvensional yang memakan waktu 20
tahun dapat dicapai hampir dalam sehari saja oleh rekayasa genetika.
Rekayasa genetika juga memungkinkan penciptaan bentuk kehidupan yang
tidak pernah ada di alam, karena gen dari spesies yang sama sekali berbeda
dapat dipertukarkan dan ditransplantasikan. Puncak dari semua itu adalah
teknologi “terminator”, yaitu teknologi yang mengungkapkan kepada dunia
tentang maksud-maksud Monsanto dan industri agrokimia yang
sesungguhnya. Jika kita ingin mengkarikaturkan maksud raksasa-raksasa
industri bioteknologi tanaman, kita tidak akan pernah menemukan yang lebih
baik. “Terminator,” begitu pihak-pihak yang menentang menyebutnya,
merupakan contoh dari teknologi yang hanya mementingkan keuntungan
finansial tanpa sedikitpun memberi tempat pada keuntungan sosial. Teknik
tersebut membahayakan praktek yang sangat vital seperti pertanian, untuk
satu dan hanya satu tujuan yaitu menggembungkan keuntungan perusahaan
raksasa. Selain itu, hal ini hanyalah merupakan episode awal dari
serangkaian skandal panjang yang dilakukan Monsanto.

Terminator:
Teknologi untuk Menciptakan Ketergantungan Petani

Alam memiliki kemampuan menghasilkan dan menggandakan secara


spontan. Itulah yang memungkinkan pertanian berkembang selama beribu-
ribu tahun. Sekarang ini, para penjual benih melihat kemampuan alam itu
sebagai bencana perdagangan yang sesungguhnya. Jika para petani
memelihara dan menanam biji-bijian yang mereka panen tahun sebelumnya,
para pembuat benih kehilangan pasar yang luar biasa besar. Karena itu,
pasar benih harus dicengkeram kuat. Salah satu cara yang paling efektif
adalah melalui bibit steril1: terminator.
Jika kita menanam sesuatu, normalnya tanaman itu akan menghasilkan biji-
bijian, tetapi yang satu ini tidak bisa lagi ditanam ulang. Jika kita ingin
memulai lagi, harus membeli persediaan benih baru dan membayar tunai
kepada pabrik yang memproduksinya. “Terminator,” merupakan perwujudan
mimpi kapitalis yang paling mengerikan.
Pada bulan Maret 1998, Badan Paten Amerika memberikan sebuah paten
atas sistem pertama sterilisasi genetika kepada Kementerian Pertanian
Amerika dan perusahaan swasta Delta and Pine Land Co. Prinsipnya
sederhana, yaitu, memasukkan suatu gen “pembunuh” ke dalam genetika
suatu tanaman yang akan memblokir perkecambahan. Dengan keluarnya
paten tersebut, teknologi “terminator” yang terkenal itu sudah lahir. Belum
lagi dua bulan sesudah itu, Monsanto menawarkan satu milyar dolar untuk
membeli perusahaan Delta and Pine Land Co. beserta paten yang penuh
kontroversi itu. Walaupun hanya diujikan pada tanaman tembakau dan kapas,
proses itu sudah dipatenkan untuk semua budidaya. Delta and Pine Land Co.
memperkirakan ia dapat menghasilkan sampai 1,5 milyar dolar setiap tahun
dan menyebar pada sekitar 400 juta hektar tanaman budidaya, terutama di
negara-negara sedang berkembang. Cina dan India menjadi incaran karena
sangat sulit mengawasi “pembajakan” benih yang dipatenkan di negara-
negara besar itu. Menteri Pertanian Amerika menyatakan bahwa teknik itu
akan dengan cepat menyebar sehingga para petani tidak lagi punya pilihan
lain selain membeli bibit yang hanya bisa dipakai satu kali itu.”2
Teknologi “Terminator” telah membangkitkan gerakan protes, bahkan sampai
ke wilayah yang umumnya mendukung bioteknologi. Jaringan pusat penelitian
agronomik internasional yang terbesar, CGIAR3, telah secara resmi menolak
prinsip itu. Jika tanaman tidak lagi secara alami menghasilkan, kita akan
menyaksikan suatu pemiskinan keanekaragaman hayati, tanaman-tanaman
yang tumbuh berdekatan juga bisa menjadi steril (karena bias pollen-serbuk
sari), pekerjaan penyeleksian dan perbaikan bibit akan menjadi tidak
mungkin. Dan keseluruhan pertanian akan dihambat evolusinya.

Arti Penting Keanekaragaman Hayati

Jika kita menghancurkan keanekaragaman hayati, pada akhirnya


langsung maupun tidak langsung tidak hanya menghancurkan spesies
binatang tapi juga kehidupan kita sendiri.
Bagi banyak petani dan masyarakat asli di Selatan, ada kaitan langsung
antara keberadaan keanekaragaman hayati dan kehidupan mereka.
Kebanyakan penghidupan tradisional tergantung pada tingkat
keanekaragaman yang amat tinggi, baik secara kultural, hayati, maupun
ekonomi; karenanya hilangnya keanekaragaman hayati akan
mengancam kehidupan mereka. Sebagai contoh, masyarakat Indian
Huastec di Meksiko membudidayakan 300 jenis tanaman di kebun kecil,
di ladang pertanian dan hutan. Di sebuah desa khas di Indonesia, tidak
sulit menemukan seratus atau lebih spesies tanaman. Semuanya
digunakan untuk memenuhi kebutuhan tertentu: makanan, obat-obatan,
bahan bangunan, kayu bakar, dan lain-lain. Praktek mengumpulkan,
memanen, dan membudidayakan sumberdaya yang langsung diperlukan
untuk menopang kehidupan, dikembangkan selama berabad-abad dan
disesuaikan secara cermat dengan kondisi lingkungan yang ada dan
untuk itu seringkali penuh tantangan. Hal ini memerlukan pemahaman
yang dalam dan intensif mengenai tumbuhan, hewan, ekosistem, iklim,
sifat tanah, dan faktor lain. Tanpa ini masyarakat akan mati.

Dikutip dari: Janet Bell dan Michael Pimbert, dalam Miges Baumann, Cs
(penyuntuing), Bisnis Kehidupan, Read Book, 2001, halaman 4 dan 6

Di Utara, keanekaragaman hayati juga amat penting walaupun kebanyakan


orang berada jauh dari proses produksi pangan. Sistem pangan dan

20
kesehatan amat bergantung pada tingkat keanekaragaman hayati. Tanpa
ekspedisi (untuk koleksi) berkala di hutan-hutan, pasar, lahan pertanian, serta
kebun rakyat di daerah Selatan, negara-negara industri tidak akan mampu
memproduksi pangan seperti sekarang, dan tidak akan mempunyai beragam
obat yang sekarang mereka kuasai. Ada kesalahpahaman umum bahwa
aplikasi bioteknologi akan melepaskan ketergantungan Utara pada
keanekaragaman hayati alami dan bahwa bioteknologi akan menjadi alat
yang berguna untuk melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman hayati.
Di negara-negara Selatanlah perspektif ‘alam steril’, yang secara menyeluruh
dikendalikan oleh agrobisnis, telah menimbulkan reaksi yang paling hebat.
Selama ini, delapan puluh persen (80%) petani dunia ketiga menggunakan
kembali benih mereka dari tahun ke tahun, karena tidak bisa membeli stok
baru setiap musim tanam. Terminator tidak memungkinkan cara itu dilakukan
lagi. Akibatnya ketergantungan total petani kepada perusahaan multinasional
penghasil benih tak terhindarkan.
Di India, ribuan petani turun ke jalan untuk memprotes penemuan itu.
Hasilnya, sebagai tindakan pencegahan, pemerintah India melarang impor
bibit gen “Terminator”4. Delegasi Afrika di FAO, organisasi PBB untuk
makanan dan pertanian, juga telah menyatakan bahwa mereka menolak
penggunaan gen “Terminator” di atas tanah-tanah Afrika. Mereka menyatakan
bahwa hal itu adalah sebuah teknologi tinggi yang tidak memperbaiki apa-apa
dalam produksi makanan. Sebaliknya, teknologi itu bisa berakibat fatal.
Sebuah drama terjadi pada bulan Oktober 1999. Presiden Monsanto, Robert
Shapiro, menyatakan di hadapan publik untuk tidak memperdagangkan
“Terminator”. Perusahaan itu mencoba tetap percaya diri di hadapan para
konsumen yang menolak pengenalan organisme yang dimodifikasi secara
genetika di dalam makanan mereka. Tetapi pernyataan yang sempat
dipublikasi secara luas di media itu tidak berhasil menghentikan
penyebarannya. Jika Monsanto mengatakan tidak akan “mengkomersialkan”
teknik sterilisasi itu di masa yang akan datang, Delta & Pine Land Co
sebaliknya menegaskan bahwa mereka akan melanjutkan untuk
mengembangkan teknologi serupa guna melindungi investasi mereka.
Akhirnya, dalam situasi krisis, pada bulan Januari 2000 raksasa teknologi itu
mengumumkan tidak akan melanjutkan upaya membeli perusahaan Delta &
Pine Land Co, dan melepas hak paten yang sangat kontrovesial itu. Sebagai
akibat secara tiba-tiba menghentikan pembelian kembali yang sedang
diproses itu, Monsanto bisa dituntut untuk membayar denda 8 juta dolar
kepada Delta & Pine Land Co.
Sementara itu, di laboratorium-laboratorium Monsanto dan pesaing-
pesaingnya (Novartis, Astra Zeneca, Pioneer Hi-Breed, Rhône-Poulent, Du-
Pont, dan lain-lain)5 para peneliti sedang bekerja di depan pipa-pipa mereka
untuk menemukan teknik-teknik sterilisasi yang semakin canggih. Sebuah
organisasi dari Kanada, RAFI (lihat kotak) telah mendokumentasi 20-an paten
untuk teknik pengendalian gen yang dihasilkan oleh 12 lembaga berbeda.

RAFI, Rural Advancement

21
Di bagian terdepan gerakan menentang “Terminator,” kita temukan
organisasi Kanada bernama Rural Advancement Foundation
International (RAFI). Organisasi inilah yang telah mengungkap skandal
itu, yang memberi nama “Terminator”, dan yang telah mengabarkannya
ke seluruh dunia. Untuk pekerjaan penyelidikan, RAFI juga telah
menerima “Prix d l’information la moins couverte par les médias en 1998
– Hadiah untuk informasi yang paling ditutupi oleh media tahun 1998”
(Project Censored – California). Surat protesnya yang ditujukan kepada
Menteri Pertanian Amerika telah menghasilkan ribuan tanda tangan. Jika
anda ingin mengetahui (lebih) dan ingin bergabung dengan gerakan itu,
kunjungilah situs Internetnya: http:///www.rafi.org/ (dalam bahasa
Inggris, beberapa bagian ada terjemahan dalam bahasa Perancis).

Monsanto: Berkubang dalam Industri Pencemaran

Di seluruh penjuru dunia, “Terminator” telah menimbulkan suara hingar bingar


luar biasa. Tetapi produk Monsanto yang menimbulkan kepanikan tidak hanya
“Terminator”. Sejak diciptakan, banyak produknya yang menimbulkan reaksi
keras dari para buruh di pabrik, di pinggir sungai, atau para konsumen.
Monsanto Chemical Company didirikan tahun 1901, di Saint-Louis, Missouri,
oleh John Francis Queeny, seorang ahli kimia otodidak. Dialah yang
mengenalkan kepada Amerika Serikat teknik fabrikasi sakarin dari Jerman,
gula tiruan yang pertama. Pada tahun 1920-an, Monsanto menjadi salah satu
penghasil utama asam sulfur dan produk industri dasar lainnya. Dengan
sangat cepat, perusahaan itu mengkhususkan diri pada produksi bahan-
bahan mencemari dan beracun. Pada tahun 1940-an, Monsanto memusatkan
kegiatannya pada bahan-bahan plastik dan sintetik. Lalu pabrik menghasilkan
polystyren, plastik yang terutama digunakan untuk pembungkus makanan.
Produksi itu menghasilkan limbah yang sangat beracun sehingga polystyren
kemudian oleh badan Amerika untuk perlindungan lingkungan (EPA)
didudukkan pada uturan kelima sebagai produk paling berbahaya.
Pada waktu yang sama, Monsanto mengembangkan keluarga baru produk
kimia, bernama PCB7, yang sasarannya untuk bahan industri listrik dan
berbagai produksi industri. Sudah sejak tahun 1930-an kita tahu bahwa
produk-produk itu sangat beracun. Karena racun itu tidak dirasakan hingga
bertahun-tahun, ia menumpuk di jaringan lemak sepanjang sistem makanan
dalam tubuh. Para peneliti telah menemukannya berkonsentrasi di dalam
darah, bulu, dan lemak hewan liar. Manusia, yang juga bertempat di puncak
rantai makanan, secara khusus peka terhadap penumpukan PCB. Sebuah
kajian yang dilakukan di AS tahun 1974 mengungkap kehadiran PCB di
dalam 99% contoh susu ibu yang diambil. Produk kimia itu mengakibatkan
kanker dan bertanggung jawab untuk serangkaian kekacauan kekebalan,
gangguan perkembangan janin, dan reproduksi. Sekarang ini PCB dilarang di
banyak negara, tetapi masih tersisa dalam jumlah banyak – hampir 180.000
ton – yang disimpan di negara-negara dunia ketiga.8

22
Skandal Dioksin

Menjelang akhir tahun 1940-an, Monsanto mulai menghasilkan herbisida


2,4,5-T. Menurut Peter Sillis, penulis buku tentang dioksin, pada saat itu para
buruh Monsanto mulai mengeluhkan bermacam-macam gangguan kesehatan
(penyakit kulit, nyeri pada anggota tubuh, dan sebagainya). “Catatan intern
menunjukkan bahwa perusahaan itu mengetahui bahwa pekerja-pekerjanya
sakit, tetapi [Monsanto] menghapus bukti-buktinya,” tulisnya. Herbisida itu
juga telah menjadi barang yang lama dipertukarkan antara angkatan
bersenjata Amerika dan Monsanto. Angkatan bersenjata tertarik pada dioksin
karena ia melihatnya sebagai senjata kimia potensial.

Monsanto adalah salah satu penghasil dioksin terbesar di dunia.


Dokumen intern perusahaan itu yang dibuka tahun 1987 mengakui:
“Kami menghasilkan dioksin lebih banyak dari pihak mana pun”

J. Greer and Al.: “Greenwash, The Reality Behind Corporate


Environmentalism, Third World Network, 1996

Kegiatan-kegiatan itu telah membawa Monsanto pada serangkaian skandal


yang berkaitan dengan pembuangan dioksin ke lingkungan. Pada tahun 1949,
meledaknya pabrik Nitro Monsanto, di Virginia Barat, menimbulkan gangguan
akibat pencemaran dioksin kepada para pekerja. Tahun 1982, kota Times
Beach yang berdekatan dengan pabrik-pabrik Monsanto, harus dievakusi
secara keseluruhan, karena tingkat polusinya yang terlalu tinggi. Penduduk
Times Beach telah menunggu 11 tahun untuk evakuasi mereka, sementara
sudah diketahui 8 tahun lamanya bahwa dioksin merupakan sumber
kontaminasi itu. Laki-laki dan perempuan jatuh sakit, hewan-hewan mati.
Tetapi penyelidikan terhadap sebab-sebab kontaminasi tidak pernah berhasil,
Monsanto bersumpah bahwa dioksin itu bukan milik mereka, tetapi milik
perusahaan kimia di dekatnya. Di bawah presiden Ronald Reagan,
penanggung jawab polusi Times Beach mendapat perlindungan dari yang
berkuasa. Pers mengungkap bahwa Gedung Putih telah memerintahkan
kepada Rita Lavelle, pegawai di Badan Perlindungan Lingkungan, untuk
menyimpan dokumen itu dan juga dokumen lain yang sejenis. Ia muncul di
depan pengadilan karena telah merobek dokumen-dokumen dan dihukum 6
bulan penjara untuk kesaksian palsu dan menghambat keadilan. Seorang
wartawan “Philadelphia Inquirer” telah mengidentifikasi Monsanto sebagai
salah satu raksasa kimia yang sering mengundang Nyonya Lavelle makan
siang.

Parade Para Pembuat Polusi

Catatan resmi polusi beracun yang terjadi di industri Amerika, yang


dibuat badan Amerika untuk perlindungan lingkungan tahun 1995,
menempatkan Monsanto pada posisi kelima pencemar lingkungan
dengan menyebarkan 180.000 ton limbah ke udara, tanah, dan air.

23
(The Ecologist)

Agent Orange: Prestasi Monsanto dalam Perang

Monsanto adalah salah satu penghasil agent orange, suatu defolian (bahan
kimia penggugur daun) yang ditebarkan angkatan bersenjata Amerika di
hutan-hutan tropis musuh selama perang Vietnam, dari 1962 sampai 1971.
Agent orange merupakan kombinasi dua herbisida, yaitu herbisida 2,4,D dan
2,4,5-T. Penggunaan Agent orange dalam perang Vietnam dimaksudkan
untuk menghancurkan tanaman dan hutan dalam jangka panjang, dengan
demikian mencegah tentara Vietkong bersembunyi9 dan memperoleh sumber
makanan mereka. Tetapi kenyataannya Agent orange bukan saja
menghancurkan hutan dan tanaman. Konsentrasi dioksin yang besar memiliki
konsekuensi mengerikan terhadap penduduk setempat: kanker, cacat tubuh,
penyakit kulit, dan lain-lain. Diperkirakan 500.000 bayi yang lahir di Vietnam
sejak tahun 1960 menderita cacat akibat dioksin.10 Prajurit-prajurit AB
Amerika Serikat juga tidak dapat diselamatkan. Hanya saja mereka berada
pada posisi yang lebih baik dibanding penduduk Vietnam dalam menuntut
atas kerugian mereka. Para veteran perang yang mendapat simptom akibat
defolian tersebut membawa para pembuatnya ke pengadilan. Monsanto
akhirnya harus membayar 45% untuk kerugian total 180 juta dolar yang
dibayarkan kepada para veteran oleh tujuh penghasil agent orange. Dalam
jawabannya pada dokumen yang dipublikasikan oleh Le Courrier
International, Monsanto meminta bahwa proses itu diselesaikan dengan ‘cara
damai’ dan terus meyakinkan bahwa tidak ada satu pun pengaruh buruk
serius untuk kesehatan yang bisa dihubungkan dengan defolian itu.”11

Roundup: Racun Paling Laris di Dunia

Pada tahun 1974, Monsanto menemukan Roundup, herbisida yang saat ini
paling laris di dunia. Roundup yang merupakan tambang emas bagi
Monsanto adalah herbisida yang tujuannya untuk membuang rumput-rumput
yang menggangu dari padang rumput atau kebun buah-buahan, ladang atau
hutan-hutan pohon pinus yang luas. Walaupun terus terjadi rintangan alam
terhadap pertumbuhan penjualan Roundup, tetapi pada tahun 1996 volume
penjualan Roundup tetap mengalami peningkatan hingga melampaui 20%.
Pada tahun itu, penjualan herbisida ini menghasilkan lebih dari satu milyar
dolar untuk Monsanto12.
Jika kita memakai terlalu banyak herbisida, ia tidak saja membunuh rumput-
rumput yang mengganggu, tetapi juga membunuh tanaman yang kita ingin
lindungi.13 Untuk mengatasi dilema itu, Monsanto menciptakan tanaman yang
bisa menerima herbisida roundup, yang meliputi; Roundup ready kedelai,
kapas, dan colza (sejenis tanaman berbunga kuning terang yang dari bijinya
diambil minyak, dan daunnya dimanfaatkan untuk makanan domba dan babi).
Para petani yang memakai bibit-bibit baru tersebut sejak saat itu bisa

24
menyemprotkan sejumlah Roundup secara tepat, tanpa beresiko
menghancurkan hasil panen mereka. Statistik Kementerian Pertanian AS
memperlihatkan peningkatan 72% pemakaian herbisida itu pada budidaya
kedelai Roundup Ready pada tahun 1997. Bagi Monsanto, itu adalah
kemenangan ganda: bukan saja meningkatkan penjualan herbisidanya, tetapi
lebih lagi, ia menciptakan pasar untuk benih barunya. Tetapi harus diingat
bahwa keuntungan yang semakin tinggi dari penjualan herbisida berarti
menimbulkan resiko lain yang semakin tinggi pula pada kesehatan dan
lingkungan. Studi-studi ilmiah telah membuktikan hal itu.
Roundup dapat menimbulkan gangguan kesehatan serius pada para pekerja
yang menanganinya (iritasi pada kulit, rasa mual, serangan pada paru-paru),
dan herbisida itu dalam jangka panjang meracuni makanan yang diproduksi.
Pada bulan Maret 1999, peneliti-peneliti Swedia menyatakan bahwa herbisida
itu meningkatkan risiko kanker dan merekomendasikan studi epidemiologik
untuk masalah tersebut.14
Apapun hasil studi yang dilakukan oleh lembaga lain mengenai resiko
herbisida, Monsanto tetap bersikukuh pada produk herbisidanya dengan
menegaskan bahwa tak ada yang lebih ekologis daripada glyphosate, produk
kimia aktif dalam Roundup. Monsanto bahkan menyatakan “herbisida yang
dihasilkannya sebagai yang paling menghormati lingkungan.” Seorang
direktur Monsanto di Thailand bahkan mengatakan pada pers bahwa
Roundup lebih tidak menyerang dibanding garam meja atau kopi.15 Namun,
jaksa penuntut negara bagian New York telah mewajibkan Monsanto untuk
menarik istilah “biodegradable” dan “ekologis” dari iklan untuk Roundup.

Roundup Mengancam Keanekaragaman Hayati

Roundup adalah herbisida total yang membunuh tanaman tanpa pilih-


pilih. Ia menghancurkan secara besar-besaran vegetasi dan juga
serangga, burung-burung atau mamalia yang bergantung pada tanaman-
tanaman itu untuk mendapat makanan atau untuk berlindung. Lebih lagi,
Roundup sangat beracun untuk ikan-ikan. Herbisida membuat ikan-ikan
menghilang dari sawah-sawah, dan ini berarti hilangnya protein untuk
penduduk.”

Neth-Dano, direktur ornop Searice, Filipina

Paten yang dipegang Monsanto untuk Roundup berakhir pada tahun 2000.
Resep herbisida itu, yang menggemukkan kantung Mosanto selama 25 tahun,
kemudian masuk menjadi milik umum. Perusahaan lain akan bisa
memproduksi herbisida glyphosate, tetapi dengan memakai nama lain. Hal itu
tidak membuat Monsanto khawatir. Semakin banyak herbisida itu
berkembang di dunia, semakin banyak ia akan menjual benih barunya yang
tahan terhadap glyphosate. Berkat paten yang baru diperolehnya, ia menjadi
satu-satunya perusahaan yang dapat memproduksi varietas itu di Eropa,
seperti halnya di Amerika Serikat.

25
Dunia Makanan yang Dimodifikasi Secara Genetika

Pada tahun 1984, Monsanto membuka Pusat Sains Kehidupan di pinggiran


kota Saint-Louis di Amerika Serikat. Dua ratus lima puluh (250) laboratorium
dan dua puluh enam (26) rumah kaca dipakai untuk penelitian bioteknologi
pertanian. Perusahaan itu melemparkan diri ke pasar dengan menjual benih
tanaman pangan hasil manipulasi genetika. Organisme yang dimodifikasi
secara genetika yang pertama yang ditemukan di dalam piring-piring
konsumen Eropa tahun 1996 adalah kedelai yang tahan terhadap Roundup.
Benih-benih yang tahan terhadap herbisida itu bukanlah satu-satunya
produksi transgenik dari Monsanto. Laboratoriumnya juga telah
mengembangkan benih-benih tanaman yang menghasilkan insektisidanya
sendiri. Benih itu disebut Bt (Bacillus thuringiensis). Tak perlu lagi insektisida,
karena racun itu sudah ada dalam tanaman. Parasit tertentu mati jika makan
dari tanaman itu. Disajikan sebagai obat ajaib budidaya, Bt menimbulkan
gerakan-gerakan perlawanan di banyak negara selain Perancis dan Pilipina.
Pertama-tama, mereka tidak membawa jalan keluar apa pun dalam jangka
panjang. Dengan cepat, serangga akan terbiasa dengan racun itu, lalu
mengembangkan ketahanan terhadap Bt, dan tidak lama, harus ditemukan
racun yang lebih kuat lagi untuk memusnahkannya.16 Bahkan, dampak ini
sudah terjadi di Amerika Serikat. Menurut Agus Dana Permana dari
Departemen Biologi Institut Teknologi Bandung (ITB) ketika memberikan
keterangannya sebagai saksi dalam sidang gugatan pembatalan SK Menteri
Pertanian no. 107 tahun 2001 tentang pelepasan secara terbatas kapas
transgenik Bt di Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Jakarta Timur,
mengatakan bahwa di Amerika Serikat penanaman kapas transgenik telah
mengakibatkan resistensi hama kapas dalam waktu empat tahun sejak
pertama ditanam. Uji coba kapas transgenik di Amerika serikat pertama kali
dilakukan pada tahun 1996 dan dampaknya terlihat tahun 2000 (Kompas, 24
Agustus 2001- penyuniting).
Bakteri Bacillus thuringiensis (Bt), yang secara alami ada di dalam bakteri
tanah, dipakai sejak lama dalam pertanian biologis. Insektisida alami itu
menjadi tidak berguna jika serangga-serangga tidak lagi peka. Lalu, tanaman-
tanaman yang berdekatan juga berisiko terpengaruh Bt. Lalu kita bayangkan
perkembangan serangga yang sangat buruk, yang tahan terhadap Bt,
sehingga kita membutuhkan insektisida super untuk memusnahkannya. Di
tempat lain, budidaya Bt juga tampaknya membunuh serangga-serangga lain
seperti juga yang dituju racun itu, termasuk serangga-serangga bermanfaat
sebagai alat transportasi pollen suatu tanaman ke tanaman lain atau
serangga yang berguna untuk memusnahkan parasit lainnya. Akhirnya,
benih-benih itu berisiko lebih mempermudah epidemi ketimbang
mencegahnya.
Di samping itu, benih-benih tersebut akan mampu menyerang kesehatan
manusia. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa racun Bt yang ada pada
makanan dapat mempengaruhi sistem pencernaan. Tumbuh-tumbuhan itu
juga mengandung potongan-potongan antibiotika yang dipakai sebagai “gen
penanda”. Artinya, makhluk yang mengkonsumsi makanan yang dimodifikasi

26
secara genetika dapat menjadi tidak peka terhadap antibiotika tertentu, lalu
mengembangkan penyakit yang tak bisa diobati.17
Banyak pertanyaan tetap tak terjawab dalam hal dampak budidaya transgenik
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Di seluruh dunia, para
konsumen menjadi marah karena dijadikan babi percobaan dengan menelan
produk-produk yang belum lagi diuji. Prinsip pencegahan yang paling dasar
menuntut kita menghentikan tindakan brutal itu dan menyediakan waktu untuk
mengevaluasi konsekuensinya.
Dalam paket produk yang dimodifikasi secara genetika, Monsanto juga
menjual hormon untuk pertumbuhan sapi, HCBr, (atau yang dalam bahasa
Inggris disebut Recombinant Bovine Growth Hormone, yang disingkat rBGH)
dengan tujuan untuk meningkatkan produksi susu sapi. Produk ini juga tidak
terlepas dari protes dan kontroversi. Banyak ilmuwan menganggap HCBr
tidak hanya berbahaya bagi sapi penerima hormon, tetapi juga bagi manusia
konsumen susu sapi tersebut. Tetapi anehnya FDA (badan pengawas obat
dan makanan Amerika Serikat) dengan mudah meloloskan HCBr.
Persetujuan FDA tersebut didasarkan pada hasil studi binatang yang tidak
dipublikasikan yang dilakukan oleh perusahaan Monsanto. FDA
mempublikasikan laporan hasil studi tersebut, dan menyatakan bahwa tikus
yang memakan hormon dalam dosis tinggi lebih dari 90 hari menunjukan tak
adanya bukti bahwa mereka telah menyerap (absorb) hormon tersebut.
Ilmuwan Kanada yang memeriksa kembali data yang tidak dipublikasi dari
studi yang diminta oleh Monsanto ternyata mendapati adanya efek kesehatan
yang tidak disebutkan dalam laporan tersebut. Beberapa penelitian lain juga
membuktikan bahwa insulin-dependent growth factor 1 (IGF 1), protein yang
meningkat di dalam susu dari sapi yang diberi hormon bovin, merupakan
faktor yang menimbulkan resiko tinggi terhadap kanker payudara, prostat, dan
usus.
Pada bulan Januari 1998 peneliti-peneliti kesehatan Harvard melaporkan
dalam jurnal “Science” bahwa orang dengan peningkatan level IGF-1 di dalam
darah mereka, walaupun masih pada level normal, kemungkinan
mendapatkan kanker prostat empat kali lipat dibanding orang yang IGF-nya
pada level rata-rata. Hasil penelitian tersebut didasarkan pada database dari
15.000 orang. Kemudian pada bulan Mei, laporan hasil risert kesehatan yang
lain muncul dalam “The Lancet”, jurnal kesehatan yang berpengaruh di
Inggris. Para peneliti di Brigham, Women Hospital, dan Harvard Medical
School mendapati bahwa wanita yang berumur dibawah 51 tahun dengan
konsentrasi IGF-1 tinggi dalam darah, mereka beresiko tujuh kali lipat untuk
terkena kanker payudara. Darah yang digunakan untuk analisa statistik
dikumpulkan pada tahun 1989 dan 1990 dari 32.826 perawat yang sehat, di
mana 397 dari mereka terdiagnosis menderita kanker payudara, dan mereka
semua memiliki tingkat IGF-1 yang tinggi, baik ketika mereka berada pada
kondisi sehat maupun ketika sakit.
Walaupun sudah banyak laporan hasil penelitian yang sangat meyakinkan,
FDA tetap bersikukuh pada ijin mereka untuk memasarkan produk
HCBr/rBGH, dengan alasan bahwa keamanan HCBr telah diperkuat oleh
World Health Organization dan U.N. Food and Agriculture Organization Joint

27
Expert Committee on Food Additives. Padahal, menurut DR. Sam Epstein,
seorang ahli kanker dan obat-obatan Universitas Illinois, Komite Ahli WHO
tidak lebih dari tukang setempel FDA dari pada sebagai lembaga yang
independen, dengan kebanyakan keanggotaannya mencerminkan pengaruh
pejabat-pejabat AS, konsultan industri peternakan dan obat-obatan, dan ahli
makanan dan Veterinary. Tak ada satupun ahli kesehatan masyarakat, tak
ada satupun ahli kanker dan pengobatan preventif yang duduk dalam komite
tersebut.
Dalam masalah HCBr, Uni Eropa cukup berhati-hati dengan
mempertimbangkan resiko-resiko terhadap kesehatan konsumen, sehingga
mereka melarang barang itu diimpor.18
Serangkaian skandal produk yang panjang itu memuncak dengan lahirnya
teknologi “Terminator”, dan berisiko berlanjut lebih jauh lagi di masa depan.
Penanaman modal besar-besaran yang dilakukan Monsanto di sektor agro-
alimentaire tidak memberikan sesuatu tanda yang baik bagi keamanan
pangan dunia. Sejarah Monsanto hanya sesuatu yang membuat celaka.
Sejarah itu dengan jelas mengungkap logika perusahaan itu, di atas
segalanya adalah keuntungan, apa pun produknya, apa pun konsekuensinya.
Untuk meningkatkan angka bisnis mereka, perusahaan multinasional itu tidak
di hambat oleh keraguan apa pun: kegiatannya mengancam kesehatan,
pekerjaan atau kesejahteraan penduduk, bahkan kehidupan. Sukar dipercaya
ketika, dengan sinisme yang luar biasa, ia meluncurkan mottonya yang paling
baru di media massa: “Nutrisi. Kesehatan. Masa Depan.”

Gen Pengembara

Terra Prima memproduksi kue jagung bio di Texas. Ia diwajibkan


menghancurkan produk senilai 87.000 dolar setelah menyatakan bahwa
budidaya jagung bio telah terkontaminasi serbuk sari jagung transgenik
yang berasal dari ladang yang berdekatan. “Tortilla” itu mengandung
organisme yang dimodifikasi secara genetika, tidak cocok dengan label
bio. Karena angin, serbuk sari itu dengan mudah berpindah dalam jarak
yang mengesankan. Organisasi Les Amis de la Terre telah menemukan
serbuk sari colza transgenik di dalam sarang lebah yang berjarak 5 km
dari ladangnya dimana colza itu berasal. Sekali di alam, gen-gen
pengembara itu dapat ditemukan di dalam spesies berbeda. Juga lobak
liar menjadi resistan terhadap herbisida setelah berada di dekat colza
yang resistan terhadap herbisida itu. Penemuan yang dilakukan di
Inggris itu telah memperkuat kekhawatiran melihat polusi genetika yang
tak terkendali berlipat ganda.

28
MONSANTO: PERUSAHAAN KEMATIAN
Kasus Agent Orange
Oleh: Raoul Marc JENNAR

Teknologi kematian bukan hal baru di perusahaan Monsanto. Bersama enam


perusahaan Amerika lainnya, Monsanto telah menghasilkan satu senjata
kimia yang paling mengerikan: agent orange.

Segalanya Berantakan

Lien, Hong, dan Nga, tiga orang Vietnam yang tidak pernah mengucapkan
nama mereka. Tidak punya apa-apa selain saudara-saudara mereka, Hung
dan Manh. Kelimanya lahir antara tahun 1971 dan 1985. Kelimanya
menderita bisu-tuli bawaan lahir dan mengalami keterbelakangan mental.
Long, ibu mereka, dan But, ayah mereka adalah orang-orang yang ikut
perang. Si ibu mematikan ranjau. Si ayah merupakan anggota satuan tetap.
Keduanya terkena herbisida yang ditebar pesawat tempur Amerika.
Di RS Tu Du di Ho Chi Minh City, sejak 1988, 30% bayi yang baru lahir
menderita cacat tubuh: tangan atau kaki berhenti tumbuh, langit-langit mulut
tidak tertutup, spina bifida (cacat bawaan pada punggung), dan enfants
trisomiques. Tahun 1988, 17 tahun setelah penghentian dijatuhkannya
defolian, bahan-bahan beracun terus ditemukan pada buah-buahan dan
sayuran yang ditanam di tanah yang penuh dengan dioksin yang diproduksi
oleh Monsanto. Generasi kedua yang lahir setelah perang merupakan korban
senjata kimia yang dipakai oleh Amerika. “Bukan bayi yang dilahirkan, tapi
monster” kata dokter Le Diem Huong sesudah membantu kelahiran seorang
anak laki-laki yang organ kelaminnya berada pada wajahnya.
Kapten Tom Nesbitt menjadi pilot salah satu helikopter Bell Huey dari
Pasukan Penyerang 114 di Vinh Long, di delta Mekong. Pada awal tahun
1971, ia berangkat untuk misi menebarkan defolian di atas hutan U Minh.
Setiap kali lewat, pada saat ia setengah berbelok, ratusan tetes masuk ke
dalam pesawatnya. Nesbitt seperti juga sesama serdadu lain tidak
menggunakan pelindung khusus. Dua puluh tahun kemudian, ia menderita
ganggung psikologis dan fisik. Dokternya sangat tidak menganjurkannya
untuk memiliki anak, karena anak-anak itu nantinya bisa menderita cacat
berat. Banyak prajurit terekspos seperti Nesbitt, dan menderita lebih berat
lagi. Banyak yang meninggal sejak perang berakhir.

Agent orange

Selama Perang Dunia II, ketika kekuatan Amerika dengan susah payah
mengalahkan tentara Jepang, sebuah gagasan diajukan untuk membuat
Jepang kelaparan dengan menghancurkan panen beras menggunakan
kekuatan herbisida. Sebuah penelitian didanai oleh pemerintah. Penelitian-
penelitian itu menghasilkan kombinasi dua herbisida: 2,4-D dan 2,4,5-T.
Kombinasi itu dalam sejarah perang Vietnam mendapat julukan agent orange.
29
Pada saat herbisida kedua dibuat, yang merupakan 48,75% dalam komposisi
defolian itu, sebuah produk turunan muncul yaitu TCDD, atau lebih dikenal
dengan nama “dioksin”. Menurut pembuatnya, “ketidakmurnian” itu tidak bisa
dihilangkan. Semakin banyak herbisida 2,4,5-T ditingkatkan dalam komposisi
defolian, maka semakin tinggi tingkat dioksinnya.
Agent orange diuji di sebuah pulau karang di Pasifik. Daya rusaknya
sedemikian hebat, sehingga Presiden Roosevelt memutuskan untuk
menghentikannya dan melarang militer Amerika menggunakannya. Presiden-
presiden selanjutnya berbeda pandangannya. Presiden Eisenhower pada
tahun 1959 mengizinkan dimulainya teknologi dirgantara yang memungkinkan
penyebaran defolian.
Pada awal tahun 1960-an, Monsanto dan enam perusahaan Amerika lainnya
(Dow Chemicals, Diamond Shamrock Corporation, Hercules Inc, Uniroyal Inc,
T-H Agricultural & Nutrition Company, dan Thomson Chemical Corporation)
memproduksi herbisida yang mengandung TCDD. Sementara penelitian
kedokteran menemukan tiga sifat yang tak diragukan: mengakibatkan kanker,
mengakibatkan cacat bawaan lahir pada janin, dan merupakan asal
modifikasi genetika.

Senjata Kimia Dalam Perang Indo Cina kedua

Tanggal 30 November 1961, Presiden John F. Kennedy memberikan lampu


hijau sebuah aksi udara untuk merusak hutan Vietnam. Beberapa bulan
kemudian, ia menandatangani perintah memakai cara yang sama untuk
merusak hasil pertanian. Operasi “Ranch Hand” diluncurkan. Tanggal 12
Januari 1962, Hercules C-123 bermotor dua mendarat untuk misi pertama
perang kimia yang terbesar yang terjadi dalam sejarah manusia.
Untuk pertama kali, penghancuran lingkungan menjadi sasaran perang.
Harus dilakukan pencegahan supaya hutan dan rimba tidak menyamarkan
musuh, tempat-tempat persembunyian mereka, dan tempat mereka
berpindah. Harus menghancurkan hasil panen yang memberi makan para
penduduk yang sukar diawasi, dan mendesak para petani meninggalkan desa
mereka yang disusupi gerilyawan.
Selama sepuluh tahun, pesawat Amerika telah menebarkan 72 juta liter
herbisida yang berarti 41.635.000 liter agent orange di hamparan seluas
hampir dua juta hektar hutan dan sawah, di tiga negara yang terkena, yang
berarti 34% telah disirami lebih dari satu kali dan, sedikitnya, 12% sudah
dilakukan tiga kali. Wilayah yang menjadi sasaran terbentang seluas 16.000
km jalur Ho Chi Minh ke Laos dan ke Kamboja, di atas wilayah yang
membentang di delta Mekong sampai ke jazirah Camau, di Vietnam Selatan,
di atas wilayah yang berbatasan dengan Kamboja dan Laos, di atas wilayah
yang khusus diberi nama Rung Sat, yang mengendalikan semua sungai yang
menuju ke Saigon, dan di atas wilayah bebas militer di Selatan paralel ke 17,
perbatasan antara dua Vietnam.

30
Korban-korban Agent Orange

Mustahil mendapatkan angka yang tepat mengenai berapa korban yang jatuh
akibat penggunaan senjata kimia berupa Agent orange di Vietnam. Puluhan
ribu petani telah teracuni herbisida, termasuk juga ribuan prajurit Vietnam
maupun Amerika. Di Vietnam, tingkat konsentrasi dioksin yang dideteksi pada
orang dewasa, dan juga pada anak-anak yang lahir sesudah perang
meningkat secara tidak normal di wilayah tempat agent orange pernah
ditebarkan.
Ketika di bagian lain Asia Tenggara frekuensi choriocarcinome (sejenis
kanker rahim) mencapai 1–2 per seribu orang, di Vietnam Selatan angka itu
adalah 6 per 100. Sesudah perang, ribuan prajurit Amerika, Australia, Korea,
dan Selandia Baru yang pernah bertugas di Vietnam masih menjadi korban
penyakit kulit, tumor, berbagai bentuk penyakit Hodgkins, kanker paru-paru,
kanker pangkal tenggorokan, kanker tenggorokan, dan kanker prostat.
Tingkat anak-anak yang cacat fisik atau mental, yang lahir dari seorang ayah
yang bertugas di Vietnam, meningkat secara tidak normal. Kematian tiba-tiba
pada bayi-bayi para prajurit yang teracuni agent orange empat kali lebih
sering dibandingkan anak-anak lain. Tingkat kematian prematur jauh lebih
tinggi pada veteran Perang Vietnam yang terkena defolian dibanding para
pejuang lain sebelumnya. Tak ada satu alasanpun untuk berpikir bahwa ciri-
ciri yang dengan mudah diungkap di negara-negara kaya tidak ditemukan di
tiga negara Indocina korban agent orange.
Perkiraan kerusakan ekologi dan pertanian sebagai akibat penebaran
herbisida (harus ditambahkan kerusakan yang diakibatkan oleh pemboman,
khususnya napalm -bahan kimia untuk membuat bensin kental):

- 43% wilayah pertanian diracun;


- 60% tanaman hevea dihancurkan;
- 44% hutan dihancurkan;
- 36% hutan bakau dihancurkan dan diperlukan lebih dari 100 tahun
untuk memperbaikinya;
- 30 tahun setelah perang, 6.250 km² di bagian Selatan Vietnam, tetap
tidak bisa ditanami;
- di Kamboja, 150.000 hektar hutan dan perkebenunan hevea
dihancurkan;
- di Laos, 160.000 hektar hutan dihancurkan;
- pencemaran air dan tanah yang luar biasa. Pada tahun 1995, sebuah
sungai di bagian tengah Vietnam mengandung tingkat dioksin satu
milyar kali lebih tinggi dibanding sebuah sungai di Kanada di wilayah
industri. Pencemaran tanah mengakibatkan penyebaran racun pada
keseluruhan rantai makanan selama puluhan tahun.

Selama tahun enam puluhan itu, 75.700 liter agent orange juga disebar di
wilayah bebas militer yang membatasi dua Korea.

31
Salah Satu Kejahatan Brutal Terhadap Kemanusiaan

Selama Perang Dunia I, tiga puluhan bahan kimia pernah digunakan,


merupakan gas yang digunakan tentara Jerman pada April 1915 di daerah
Ypres (Belgia). Resiko yang diakibatkan senjata semacam itu terhadap
prajurit di dua kamp dan kepada penduduk sipil telah mendesak masyarakat
internasional untuk mengadopsi apa yang kemudian disebut “Protokol
Jenewa 1925.”
Protokol ini melarang pemakaian bahan-bahan padat, cair atau gas yang
dapat menimbulkan efek racun kepada tanaman, hewan dan manusia.
Protokol itu juga melarang pemakaian semua bahan yang efeknya tidak
diketahui sebagai senjata perang. Herbisida yang dipakai untuk tujuan militer
masuk dalam kategori senjata kimia.
Protokol tahun 1925 itu membentuk hukum internasional yang memiliki
kekuatan menyangkut senjata kimia ketika campur tangan Amerika dimulai di
Vietnam. Dengan mengijinkan pemakaian agent orange untuk
menghancurkan hutan dan sawah, Presiden AS telah melanggar protokol itu
dengan sengaja. Agent orange seperti semua defolian lain yang mengandung
TCDD telah mengakibatkan cacat fisik dan/atau mental pada bayi-bayi yang
baru lahir, dan pada orang dewasa menyebabkan disfungsi fisik dan/atau
mental yang dapat membawa kematian. Agent orange adalah senjata kimia
yang luar biasa berbahaya.
Untuk menghasilkan herbisida yang mengandung dioksin tinggi dan untuk
menyebarkannnya secara luas sebagai senjata kimia, tujuh perusahaan
Amerika –salah satunya Monsanto– dan pemerintah AS sama-sama
bertanggung jawab atas salah satu kejahatan terbesar pada kemanusiaan.
Kejahatan yang sampai saat ini masih menimbulkan pengaruh. Kejahatan
yang belum mendapat hukuman.

Sumber-sumber:

- Cecil B. Currey, Residual Dioxin in Viet Nam, Charlotsville, University of


Virginia, The Sixties Project, 1992.
- Croix Rouge du Vietnam – Fonds des victime de l’agent orange. Hanoi,
1999.
- Hutchinson Encyclopedia, Chemical Warfare, Washington DC, Helicon
Publishing, 1999.
- Institute of Medecine, Veterans and Agent Orange, Washington DC,
National Academy Press, 1999.
- Pepal Jennifer, “Comment reboiser le Vietnam?” Quebec, CRDI Explore,
Centre de Recherces pour le Developpement Internasional, 1995.
- Solomon Kane & Franck Altobelli, “Les nouvelles générations sacrifiées de
laguerre américaine au Vietnam,” Bruxelles, DE Morgen, 27 november 1988.
- US Department of Veterans Affairs, “Agent Orange and related issues,”
Washington DC, 1997.

32
- William A. Buckingham Jr, Ph.D., “Operation Ranch Hand. Herbicides in
Southeast Asia, 1961-1971.” Washington DC, US Government Printing Office,
1982.

1
Istilah “benih steril” dipakai karena kesalahan. Artinya di sini adalah tanaman yang dihasilkan dari
benih ini tidak mampu menghasilkan benih untuk tanaman selanjutnya. Baca artikel Jean-Pierre Berlan
dan Richard C. Lewontin, “La menace du complexe génético industriel,” Le Monde Diplomatique,
Desember 1998.
2
New Scientist, 28/3/1998
3
Consultative Group on International Agricultural Research
4
Lihat laporan kami di India halaman 57
5
Le Monde, 12/3/1999
7
PCB: polychlorobiphenyles
8
J.E. Cummins, “PCB – Can The World’s Sea Mammals Survive Them”, The Ecologist, vol 28 no.5,
sept/oct 1998
9
Lihat penyelidikan Raoul Marc Jennar di halaman 26 dan selanjutnya.
10
H. Warwick: “Agent Orange, The Poisoning of Vietnam”, The Ecologist, vol 28 no5 , sept/oct 1998
11
Lihat halaman 26 dan selanjutnya.
12
The Guardian, oktober 97
13
J. Mendelson, “Roundup: l’herbicide le plus vendu au monde”, The Ecologist/Le Courier
International, no 452, juli 1999.
14
Journal of American Cancer Society, 15/3/99, dikutip oleh Pesticide Action Network – Asia Pacific
(http://www.poptel.org.uk/panap/latest/glympa.htm)
15
Bangkok Post, 9/6/99
16
Lihat laporan tentang Filipina pada halaman 50
17
D. Kuyek: “Corporate Report: Monsanto”, Pesticide Action Network – Asia Pacific, 2000
18
Informasi lebih banyak tentang hormon itu halaman 39

33

Anda mungkin juga menyukai