BISNIS KEMATIAN
Sebuah Cerita yang Menghilangkan Selera Makan
Terminator:
Teknologi untuk Menciptakan Ketergantungan Petani
Dikutip dari: Janet Bell dan Michael Pimbert, dalam Miges Baumann, Cs
(penyuntuing), Bisnis Kehidupan, Read Book, 2001, halaman 4 dan 6
20
kesehatan amat bergantung pada tingkat keanekaragaman hayati. Tanpa
ekspedisi (untuk koleksi) berkala di hutan-hutan, pasar, lahan pertanian, serta
kebun rakyat di daerah Selatan, negara-negara industri tidak akan mampu
memproduksi pangan seperti sekarang, dan tidak akan mempunyai beragam
obat yang sekarang mereka kuasai. Ada kesalahpahaman umum bahwa
aplikasi bioteknologi akan melepaskan ketergantungan Utara pada
keanekaragaman hayati alami dan bahwa bioteknologi akan menjadi alat
yang berguna untuk melestarikan dan meningkatkan keanekaragaman hayati.
Di negara-negara Selatanlah perspektif ‘alam steril’, yang secara menyeluruh
dikendalikan oleh agrobisnis, telah menimbulkan reaksi yang paling hebat.
Selama ini, delapan puluh persen (80%) petani dunia ketiga menggunakan
kembali benih mereka dari tahun ke tahun, karena tidak bisa membeli stok
baru setiap musim tanam. Terminator tidak memungkinkan cara itu dilakukan
lagi. Akibatnya ketergantungan total petani kepada perusahaan multinasional
penghasil benih tak terhindarkan.
Di India, ribuan petani turun ke jalan untuk memprotes penemuan itu.
Hasilnya, sebagai tindakan pencegahan, pemerintah India melarang impor
bibit gen “Terminator”4. Delegasi Afrika di FAO, organisasi PBB untuk
makanan dan pertanian, juga telah menyatakan bahwa mereka menolak
penggunaan gen “Terminator” di atas tanah-tanah Afrika. Mereka menyatakan
bahwa hal itu adalah sebuah teknologi tinggi yang tidak memperbaiki apa-apa
dalam produksi makanan. Sebaliknya, teknologi itu bisa berakibat fatal.
Sebuah drama terjadi pada bulan Oktober 1999. Presiden Monsanto, Robert
Shapiro, menyatakan di hadapan publik untuk tidak memperdagangkan
“Terminator”. Perusahaan itu mencoba tetap percaya diri di hadapan para
konsumen yang menolak pengenalan organisme yang dimodifikasi secara
genetika di dalam makanan mereka. Tetapi pernyataan yang sempat
dipublikasi secara luas di media itu tidak berhasil menghentikan
penyebarannya. Jika Monsanto mengatakan tidak akan “mengkomersialkan”
teknik sterilisasi itu di masa yang akan datang, Delta & Pine Land Co
sebaliknya menegaskan bahwa mereka akan melanjutkan untuk
mengembangkan teknologi serupa guna melindungi investasi mereka.
Akhirnya, dalam situasi krisis, pada bulan Januari 2000 raksasa teknologi itu
mengumumkan tidak akan melanjutkan upaya membeli perusahaan Delta &
Pine Land Co, dan melepas hak paten yang sangat kontrovesial itu. Sebagai
akibat secara tiba-tiba menghentikan pembelian kembali yang sedang
diproses itu, Monsanto bisa dituntut untuk membayar denda 8 juta dolar
kepada Delta & Pine Land Co.
Sementara itu, di laboratorium-laboratorium Monsanto dan pesaing-
pesaingnya (Novartis, Astra Zeneca, Pioneer Hi-Breed, Rhône-Poulent, Du-
Pont, dan lain-lain)5 para peneliti sedang bekerja di depan pipa-pipa mereka
untuk menemukan teknik-teknik sterilisasi yang semakin canggih. Sebuah
organisasi dari Kanada, RAFI (lihat kotak) telah mendokumentasi 20-an paten
untuk teknik pengendalian gen yang dihasilkan oleh 12 lembaga berbeda.
21
Di bagian terdepan gerakan menentang “Terminator,” kita temukan
organisasi Kanada bernama Rural Advancement Foundation
International (RAFI). Organisasi inilah yang telah mengungkap skandal
itu, yang memberi nama “Terminator”, dan yang telah mengabarkannya
ke seluruh dunia. Untuk pekerjaan penyelidikan, RAFI juga telah
menerima “Prix d l’information la moins couverte par les médias en 1998
– Hadiah untuk informasi yang paling ditutupi oleh media tahun 1998”
(Project Censored – California). Surat protesnya yang ditujukan kepada
Menteri Pertanian Amerika telah menghasilkan ribuan tanda tangan. Jika
anda ingin mengetahui (lebih) dan ingin bergabung dengan gerakan itu,
kunjungilah situs Internetnya: http:///www.rafi.org/ (dalam bahasa
Inggris, beberapa bagian ada terjemahan dalam bahasa Perancis).
22
Skandal Dioksin
23
(The Ecologist)
Monsanto adalah salah satu penghasil agent orange, suatu defolian (bahan
kimia penggugur daun) yang ditebarkan angkatan bersenjata Amerika di
hutan-hutan tropis musuh selama perang Vietnam, dari 1962 sampai 1971.
Agent orange merupakan kombinasi dua herbisida, yaitu herbisida 2,4,D dan
2,4,5-T. Penggunaan Agent orange dalam perang Vietnam dimaksudkan
untuk menghancurkan tanaman dan hutan dalam jangka panjang, dengan
demikian mencegah tentara Vietkong bersembunyi9 dan memperoleh sumber
makanan mereka. Tetapi kenyataannya Agent orange bukan saja
menghancurkan hutan dan tanaman. Konsentrasi dioksin yang besar memiliki
konsekuensi mengerikan terhadap penduduk setempat: kanker, cacat tubuh,
penyakit kulit, dan lain-lain. Diperkirakan 500.000 bayi yang lahir di Vietnam
sejak tahun 1960 menderita cacat akibat dioksin.10 Prajurit-prajurit AB
Amerika Serikat juga tidak dapat diselamatkan. Hanya saja mereka berada
pada posisi yang lebih baik dibanding penduduk Vietnam dalam menuntut
atas kerugian mereka. Para veteran perang yang mendapat simptom akibat
defolian tersebut membawa para pembuatnya ke pengadilan. Monsanto
akhirnya harus membayar 45% untuk kerugian total 180 juta dolar yang
dibayarkan kepada para veteran oleh tujuh penghasil agent orange. Dalam
jawabannya pada dokumen yang dipublikasikan oleh Le Courrier
International, Monsanto meminta bahwa proses itu diselesaikan dengan ‘cara
damai’ dan terus meyakinkan bahwa tidak ada satu pun pengaruh buruk
serius untuk kesehatan yang bisa dihubungkan dengan defolian itu.”11
Pada tahun 1974, Monsanto menemukan Roundup, herbisida yang saat ini
paling laris di dunia. Roundup yang merupakan tambang emas bagi
Monsanto adalah herbisida yang tujuannya untuk membuang rumput-rumput
yang menggangu dari padang rumput atau kebun buah-buahan, ladang atau
hutan-hutan pohon pinus yang luas. Walaupun terus terjadi rintangan alam
terhadap pertumbuhan penjualan Roundup, tetapi pada tahun 1996 volume
penjualan Roundup tetap mengalami peningkatan hingga melampaui 20%.
Pada tahun itu, penjualan herbisida ini menghasilkan lebih dari satu milyar
dolar untuk Monsanto12.
Jika kita memakai terlalu banyak herbisida, ia tidak saja membunuh rumput-
rumput yang mengganggu, tetapi juga membunuh tanaman yang kita ingin
lindungi.13 Untuk mengatasi dilema itu, Monsanto menciptakan tanaman yang
bisa menerima herbisida roundup, yang meliputi; Roundup ready kedelai,
kapas, dan colza (sejenis tanaman berbunga kuning terang yang dari bijinya
diambil minyak, dan daunnya dimanfaatkan untuk makanan domba dan babi).
Para petani yang memakai bibit-bibit baru tersebut sejak saat itu bisa
24
menyemprotkan sejumlah Roundup secara tepat, tanpa beresiko
menghancurkan hasil panen mereka. Statistik Kementerian Pertanian AS
memperlihatkan peningkatan 72% pemakaian herbisida itu pada budidaya
kedelai Roundup Ready pada tahun 1997. Bagi Monsanto, itu adalah
kemenangan ganda: bukan saja meningkatkan penjualan herbisidanya, tetapi
lebih lagi, ia menciptakan pasar untuk benih barunya. Tetapi harus diingat
bahwa keuntungan yang semakin tinggi dari penjualan herbisida berarti
menimbulkan resiko lain yang semakin tinggi pula pada kesehatan dan
lingkungan. Studi-studi ilmiah telah membuktikan hal itu.
Roundup dapat menimbulkan gangguan kesehatan serius pada para pekerja
yang menanganinya (iritasi pada kulit, rasa mual, serangan pada paru-paru),
dan herbisida itu dalam jangka panjang meracuni makanan yang diproduksi.
Pada bulan Maret 1999, peneliti-peneliti Swedia menyatakan bahwa herbisida
itu meningkatkan risiko kanker dan merekomendasikan studi epidemiologik
untuk masalah tersebut.14
Apapun hasil studi yang dilakukan oleh lembaga lain mengenai resiko
herbisida, Monsanto tetap bersikukuh pada produk herbisidanya dengan
menegaskan bahwa tak ada yang lebih ekologis daripada glyphosate, produk
kimia aktif dalam Roundup. Monsanto bahkan menyatakan “herbisida yang
dihasilkannya sebagai yang paling menghormati lingkungan.” Seorang
direktur Monsanto di Thailand bahkan mengatakan pada pers bahwa
Roundup lebih tidak menyerang dibanding garam meja atau kopi.15 Namun,
jaksa penuntut negara bagian New York telah mewajibkan Monsanto untuk
menarik istilah “biodegradable” dan “ekologis” dari iklan untuk Roundup.
Paten yang dipegang Monsanto untuk Roundup berakhir pada tahun 2000.
Resep herbisida itu, yang menggemukkan kantung Mosanto selama 25 tahun,
kemudian masuk menjadi milik umum. Perusahaan lain akan bisa
memproduksi herbisida glyphosate, tetapi dengan memakai nama lain. Hal itu
tidak membuat Monsanto khawatir. Semakin banyak herbisida itu
berkembang di dunia, semakin banyak ia akan menjual benih barunya yang
tahan terhadap glyphosate. Berkat paten yang baru diperolehnya, ia menjadi
satu-satunya perusahaan yang dapat memproduksi varietas itu di Eropa,
seperti halnya di Amerika Serikat.
25
Dunia Makanan yang Dimodifikasi Secara Genetika
26
secara genetika dapat menjadi tidak peka terhadap antibiotika tertentu, lalu
mengembangkan penyakit yang tak bisa diobati.17
Banyak pertanyaan tetap tak terjawab dalam hal dampak budidaya transgenik
terhadap lingkungan dan kesehatan manusia. Di seluruh dunia, para
konsumen menjadi marah karena dijadikan babi percobaan dengan menelan
produk-produk yang belum lagi diuji. Prinsip pencegahan yang paling dasar
menuntut kita menghentikan tindakan brutal itu dan menyediakan waktu untuk
mengevaluasi konsekuensinya.
Dalam paket produk yang dimodifikasi secara genetika, Monsanto juga
menjual hormon untuk pertumbuhan sapi, HCBr, (atau yang dalam bahasa
Inggris disebut Recombinant Bovine Growth Hormone, yang disingkat rBGH)
dengan tujuan untuk meningkatkan produksi susu sapi. Produk ini juga tidak
terlepas dari protes dan kontroversi. Banyak ilmuwan menganggap HCBr
tidak hanya berbahaya bagi sapi penerima hormon, tetapi juga bagi manusia
konsumen susu sapi tersebut. Tetapi anehnya FDA (badan pengawas obat
dan makanan Amerika Serikat) dengan mudah meloloskan HCBr.
Persetujuan FDA tersebut didasarkan pada hasil studi binatang yang tidak
dipublikasikan yang dilakukan oleh perusahaan Monsanto. FDA
mempublikasikan laporan hasil studi tersebut, dan menyatakan bahwa tikus
yang memakan hormon dalam dosis tinggi lebih dari 90 hari menunjukan tak
adanya bukti bahwa mereka telah menyerap (absorb) hormon tersebut.
Ilmuwan Kanada yang memeriksa kembali data yang tidak dipublikasi dari
studi yang diminta oleh Monsanto ternyata mendapati adanya efek kesehatan
yang tidak disebutkan dalam laporan tersebut. Beberapa penelitian lain juga
membuktikan bahwa insulin-dependent growth factor 1 (IGF 1), protein yang
meningkat di dalam susu dari sapi yang diberi hormon bovin, merupakan
faktor yang menimbulkan resiko tinggi terhadap kanker payudara, prostat, dan
usus.
Pada bulan Januari 1998 peneliti-peneliti kesehatan Harvard melaporkan
dalam jurnal “Science” bahwa orang dengan peningkatan level IGF-1 di dalam
darah mereka, walaupun masih pada level normal, kemungkinan
mendapatkan kanker prostat empat kali lipat dibanding orang yang IGF-nya
pada level rata-rata. Hasil penelitian tersebut didasarkan pada database dari
15.000 orang. Kemudian pada bulan Mei, laporan hasil risert kesehatan yang
lain muncul dalam “The Lancet”, jurnal kesehatan yang berpengaruh di
Inggris. Para peneliti di Brigham, Women Hospital, dan Harvard Medical
School mendapati bahwa wanita yang berumur dibawah 51 tahun dengan
konsentrasi IGF-1 tinggi dalam darah, mereka beresiko tujuh kali lipat untuk
terkena kanker payudara. Darah yang digunakan untuk analisa statistik
dikumpulkan pada tahun 1989 dan 1990 dari 32.826 perawat yang sehat, di
mana 397 dari mereka terdiagnosis menderita kanker payudara, dan mereka
semua memiliki tingkat IGF-1 yang tinggi, baik ketika mereka berada pada
kondisi sehat maupun ketika sakit.
Walaupun sudah banyak laporan hasil penelitian yang sangat meyakinkan,
FDA tetap bersikukuh pada ijin mereka untuk memasarkan produk
HCBr/rBGH, dengan alasan bahwa keamanan HCBr telah diperkuat oleh
World Health Organization dan U.N. Food and Agriculture Organization Joint
27
Expert Committee on Food Additives. Padahal, menurut DR. Sam Epstein,
seorang ahli kanker dan obat-obatan Universitas Illinois, Komite Ahli WHO
tidak lebih dari tukang setempel FDA dari pada sebagai lembaga yang
independen, dengan kebanyakan keanggotaannya mencerminkan pengaruh
pejabat-pejabat AS, konsultan industri peternakan dan obat-obatan, dan ahli
makanan dan Veterinary. Tak ada satupun ahli kesehatan masyarakat, tak
ada satupun ahli kanker dan pengobatan preventif yang duduk dalam komite
tersebut.
Dalam masalah HCBr, Uni Eropa cukup berhati-hati dengan
mempertimbangkan resiko-resiko terhadap kesehatan konsumen, sehingga
mereka melarang barang itu diimpor.18
Serangkaian skandal produk yang panjang itu memuncak dengan lahirnya
teknologi “Terminator”, dan berisiko berlanjut lebih jauh lagi di masa depan.
Penanaman modal besar-besaran yang dilakukan Monsanto di sektor agro-
alimentaire tidak memberikan sesuatu tanda yang baik bagi keamanan
pangan dunia. Sejarah Monsanto hanya sesuatu yang membuat celaka.
Sejarah itu dengan jelas mengungkap logika perusahaan itu, di atas
segalanya adalah keuntungan, apa pun produknya, apa pun konsekuensinya.
Untuk meningkatkan angka bisnis mereka, perusahaan multinasional itu tidak
di hambat oleh keraguan apa pun: kegiatannya mengancam kesehatan,
pekerjaan atau kesejahteraan penduduk, bahkan kehidupan. Sukar dipercaya
ketika, dengan sinisme yang luar biasa, ia meluncurkan mottonya yang paling
baru di media massa: “Nutrisi. Kesehatan. Masa Depan.”
Gen Pengembara
28
MONSANTO: PERUSAHAAN KEMATIAN
Kasus Agent Orange
Oleh: Raoul Marc JENNAR
Segalanya Berantakan
Lien, Hong, dan Nga, tiga orang Vietnam yang tidak pernah mengucapkan
nama mereka. Tidak punya apa-apa selain saudara-saudara mereka, Hung
dan Manh. Kelimanya lahir antara tahun 1971 dan 1985. Kelimanya
menderita bisu-tuli bawaan lahir dan mengalami keterbelakangan mental.
Long, ibu mereka, dan But, ayah mereka adalah orang-orang yang ikut
perang. Si ibu mematikan ranjau. Si ayah merupakan anggota satuan tetap.
Keduanya terkena herbisida yang ditebar pesawat tempur Amerika.
Di RS Tu Du di Ho Chi Minh City, sejak 1988, 30% bayi yang baru lahir
menderita cacat tubuh: tangan atau kaki berhenti tumbuh, langit-langit mulut
tidak tertutup, spina bifida (cacat bawaan pada punggung), dan enfants
trisomiques. Tahun 1988, 17 tahun setelah penghentian dijatuhkannya
defolian, bahan-bahan beracun terus ditemukan pada buah-buahan dan
sayuran yang ditanam di tanah yang penuh dengan dioksin yang diproduksi
oleh Monsanto. Generasi kedua yang lahir setelah perang merupakan korban
senjata kimia yang dipakai oleh Amerika. “Bukan bayi yang dilahirkan, tapi
monster” kata dokter Le Diem Huong sesudah membantu kelahiran seorang
anak laki-laki yang organ kelaminnya berada pada wajahnya.
Kapten Tom Nesbitt menjadi pilot salah satu helikopter Bell Huey dari
Pasukan Penyerang 114 di Vinh Long, di delta Mekong. Pada awal tahun
1971, ia berangkat untuk misi menebarkan defolian di atas hutan U Minh.
Setiap kali lewat, pada saat ia setengah berbelok, ratusan tetes masuk ke
dalam pesawatnya. Nesbitt seperti juga sesama serdadu lain tidak
menggunakan pelindung khusus. Dua puluh tahun kemudian, ia menderita
ganggung psikologis dan fisik. Dokternya sangat tidak menganjurkannya
untuk memiliki anak, karena anak-anak itu nantinya bisa menderita cacat
berat. Banyak prajurit terekspos seperti Nesbitt, dan menderita lebih berat
lagi. Banyak yang meninggal sejak perang berakhir.
Agent orange
Selama Perang Dunia II, ketika kekuatan Amerika dengan susah payah
mengalahkan tentara Jepang, sebuah gagasan diajukan untuk membuat
Jepang kelaparan dengan menghancurkan panen beras menggunakan
kekuatan herbisida. Sebuah penelitian didanai oleh pemerintah. Penelitian-
penelitian itu menghasilkan kombinasi dua herbisida: 2,4-D dan 2,4,5-T.
Kombinasi itu dalam sejarah perang Vietnam mendapat julukan agent orange.
29
Pada saat herbisida kedua dibuat, yang merupakan 48,75% dalam komposisi
defolian itu, sebuah produk turunan muncul yaitu TCDD, atau lebih dikenal
dengan nama “dioksin”. Menurut pembuatnya, “ketidakmurnian” itu tidak bisa
dihilangkan. Semakin banyak herbisida 2,4,5-T ditingkatkan dalam komposisi
defolian, maka semakin tinggi tingkat dioksinnya.
Agent orange diuji di sebuah pulau karang di Pasifik. Daya rusaknya
sedemikian hebat, sehingga Presiden Roosevelt memutuskan untuk
menghentikannya dan melarang militer Amerika menggunakannya. Presiden-
presiden selanjutnya berbeda pandangannya. Presiden Eisenhower pada
tahun 1959 mengizinkan dimulainya teknologi dirgantara yang memungkinkan
penyebaran defolian.
Pada awal tahun 1960-an, Monsanto dan enam perusahaan Amerika lainnya
(Dow Chemicals, Diamond Shamrock Corporation, Hercules Inc, Uniroyal Inc,
T-H Agricultural & Nutrition Company, dan Thomson Chemical Corporation)
memproduksi herbisida yang mengandung TCDD. Sementara penelitian
kedokteran menemukan tiga sifat yang tak diragukan: mengakibatkan kanker,
mengakibatkan cacat bawaan lahir pada janin, dan merupakan asal
modifikasi genetika.
30
Korban-korban Agent Orange
Mustahil mendapatkan angka yang tepat mengenai berapa korban yang jatuh
akibat penggunaan senjata kimia berupa Agent orange di Vietnam. Puluhan
ribu petani telah teracuni herbisida, termasuk juga ribuan prajurit Vietnam
maupun Amerika. Di Vietnam, tingkat konsentrasi dioksin yang dideteksi pada
orang dewasa, dan juga pada anak-anak yang lahir sesudah perang
meningkat secara tidak normal di wilayah tempat agent orange pernah
ditebarkan.
Ketika di bagian lain Asia Tenggara frekuensi choriocarcinome (sejenis
kanker rahim) mencapai 1–2 per seribu orang, di Vietnam Selatan angka itu
adalah 6 per 100. Sesudah perang, ribuan prajurit Amerika, Australia, Korea,
dan Selandia Baru yang pernah bertugas di Vietnam masih menjadi korban
penyakit kulit, tumor, berbagai bentuk penyakit Hodgkins, kanker paru-paru,
kanker pangkal tenggorokan, kanker tenggorokan, dan kanker prostat.
Tingkat anak-anak yang cacat fisik atau mental, yang lahir dari seorang ayah
yang bertugas di Vietnam, meningkat secara tidak normal. Kematian tiba-tiba
pada bayi-bayi para prajurit yang teracuni agent orange empat kali lebih
sering dibandingkan anak-anak lain. Tingkat kematian prematur jauh lebih
tinggi pada veteran Perang Vietnam yang terkena defolian dibanding para
pejuang lain sebelumnya. Tak ada satu alasanpun untuk berpikir bahwa ciri-
ciri yang dengan mudah diungkap di negara-negara kaya tidak ditemukan di
tiga negara Indocina korban agent orange.
Perkiraan kerusakan ekologi dan pertanian sebagai akibat penebaran
herbisida (harus ditambahkan kerusakan yang diakibatkan oleh pemboman,
khususnya napalm -bahan kimia untuk membuat bensin kental):
Selama tahun enam puluhan itu, 75.700 liter agent orange juga disebar di
wilayah bebas militer yang membatasi dua Korea.
31
Salah Satu Kejahatan Brutal Terhadap Kemanusiaan
Sumber-sumber:
32
- William A. Buckingham Jr, Ph.D., “Operation Ranch Hand. Herbicides in
Southeast Asia, 1961-1971.” Washington DC, US Government Printing Office,
1982.
1
Istilah “benih steril” dipakai karena kesalahan. Artinya di sini adalah tanaman yang dihasilkan dari
benih ini tidak mampu menghasilkan benih untuk tanaman selanjutnya. Baca artikel Jean-Pierre Berlan
dan Richard C. Lewontin, “La menace du complexe génético industriel,” Le Monde Diplomatique,
Desember 1998.
2
New Scientist, 28/3/1998
3
Consultative Group on International Agricultural Research
4
Lihat laporan kami di India halaman 57
5
Le Monde, 12/3/1999
7
PCB: polychlorobiphenyles
8
J.E. Cummins, “PCB – Can The World’s Sea Mammals Survive Them”, The Ecologist, vol 28 no.5,
sept/oct 1998
9
Lihat penyelidikan Raoul Marc Jennar di halaman 26 dan selanjutnya.
10
H. Warwick: “Agent Orange, The Poisoning of Vietnam”, The Ecologist, vol 28 no5 , sept/oct 1998
11
Lihat halaman 26 dan selanjutnya.
12
The Guardian, oktober 97
13
J. Mendelson, “Roundup: l’herbicide le plus vendu au monde”, The Ecologist/Le Courier
International, no 452, juli 1999.
14
Journal of American Cancer Society, 15/3/99, dikutip oleh Pesticide Action Network – Asia Pacific
(http://www.poptel.org.uk/panap/latest/glympa.htm)
15
Bangkok Post, 9/6/99
16
Lihat laporan tentang Filipina pada halaman 50
17
D. Kuyek: “Corporate Report: Monsanto”, Pesticide Action Network – Asia Pacific, 2000
18
Informasi lebih banyak tentang hormon itu halaman 39
33