Anda di halaman 1dari 33

BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori

1. Belajar Mengajar

a. Konsep Belajar Mengajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, anak adalah sebagai subjek

dan objek dari kegiatan. Karena itu inti proses pengajaran tidak lain

adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan

pengajaran. Tujuan pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak

didik berusaha secara aktif untuk mencapainya keaktifan. Anak didik

tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi juga dari segi kejiwaan. Bila

hanya fisik anak yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif,

maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai, ini sama

halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan

perubahan di dalam dirinya. Padahal belajar menurut Hamalik (2000:45)

adalah terjadinya perubahan persepsi dan perilaku, termasuk juga

perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan

pribadi secara lengkap. Pendapat senada juga oleh Suprayekti (2004: 2)

yang mengatakan bahwa belajar secara umum dapat diartikan sebagai

proses perubahan perilaku akibat interaksi individu dengan lingkungan.

Namun demikian tidak semua perubahan termasuk kategori belajar

misalnya perubahan fisik, mabuk, gila dan sebagainya.

7
8

Kegiatan mengajar bagi seorang guru menghendaki hadirnya

sejumlah anak didik, berbeda dengan belajar. Belajar tidak selamanya

memerlukan kehadiran seorang guru, cukup banyak aktivitas yang

dilakukan oleh seseorang di luar dari keterlibatan guru, belajar di rumah

cenderung menyendiri dan terlalu banyak mengharapkan bantuan dari

orang lain apalagi aktivitas belajar itu berkenaan dengan kegiatan

membaca sebuah buku tertentu.

Mengajar pasti merupakan kegiatan yang mutlak memerlukan

keterlibatan individu anak didik, bila tidak ada anak didik atau objek,

siapa yang diajar. Hal ini perlu sekali guru sadari agar tidak terjadi

kesalahan tafsir terhadap kegiatan pengajaran karena itu belajar dan

mengajar merupakan istilah yang sudah baku dan menyatu di dalam

konsep pengajaran, guru yang mengajar dan anak didik yang belajar

adalah dwi tunggal dalam perpisahan raga jiwa bersatu antara guru dan

anak didik.

Biasanya permasalahan yang guru hadapi ketika berhadapan

dengan sejumlah anak didik adalah masalah pengelolaan kelas, apa,

siapa, bagaimana, kapan dan dimana adalah serentetan pertanyaan yang

perlu dijawab dalam hubungannya dengan masalah pengelolaan kelas,

peranan itu itu paling tidak berusaha mengatur suasana kelas yang

kondusif bagi kegairahan dan kesenangan belajar anak didik. Setiap kali

guru masuk kelas selalu dituntut untuk mengelola kelas hingga

berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Jadi masalah pengaturan kelas ini


9

tidak akan pernah sepi dari kegiatan guru, semua kegiatan itu guru

lakukan tidak lain demi kepentingan anak didik, demi keberhasilan

belajar anak didik.

Sama halnya dengan belajar, mengajar pun pada hakikatnya

adalah suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan

yang ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan

mendorong anak didik melakukan proses belajar. Pada tahap berikutnya

mengajar adalah proses memberikan bimbingan atau bantuan kepada

anak didik dalam melakukan proses belajar (Sudjana, 2000 : 29).

Peranan guru sebagai pembimbing bertolak dari cukup

banyaknya anak didik yang bermasalah, dalam belajar anak didik yang

lamban mencerna bahan yang diberikan oleh guru, ketiga tipe belajar

anak didik ini menghendaki agar guru mengatur strategi pengajarannya

yang sesuai dengan gaya-gaya belajar anak didik. Akhirnya, bila hakikat

belajar adalah “perubahan” maka hakikat belajar mengajar adalah proses

“pengaturan” yang dilakukan oleh guru.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

pada hakikatnya adalah terjadi perubahan di dalam diri seseorang setelah

berakhirnya melakukan aktivitas belajar, sedangkan mengajar adalah

suatu proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang

ada di sekitar anak didik, sehingga dapat menumbuhkan dan mendorong

anak didik melakukan proses belajar.


10

b. Ciri-ciri Belajar Mengajar

Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar

tidak terlepas dari ciri-ciri tertentu. Menurut Suardi (2003: 187) ciri-ciri

tersebut meliputi : (1) memiliki tujuan, (2) ada suatu prosedur yang

direncanakan, (3) penggarapan materi yang khusus, (4) aktivitas anak

didik, (5) guru berperan sebagai pembimbing, (6) membutuhkan disiplin,

(7) ada batas waktu untuk mencapai tujuan, dan (8) evaluasi.

1) Belajar mengajar memiliki tujuan

Belajar mengajar memiliki tujuan untuk membentuk anak didik

dalam suatu perkembangan tertentu, inilah yang dimaksud kegiatan

belajar mengajar itu sadar akan tujuan dengan menempatkan anak

didik sebagai pusat perhatian anak didik mempunyai tujuan, unsur

lainnya sebagai pengantar dan pendukung.

2) Ada suatu prosedur (jalannya interaksi) yang direncanakan.

Prosedur yang direncanakan, didesain untuk mencapai tujuan

secara optimal, maka dalam melakukan interaksi perlu ada prosedur

atau langkah-langkah yang harus sistematik dan relevan. Untuk

mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang lain,

mungkin akan membutuhkan prosedur dan desain yang berbeda pula.

Sebagai contoh, misalnya tujuan pembelajaran agar anak didik dapat

menunjukkan letak kota New York tentu kegiatannya tidak cocok

kalau anak didik disuruh membaca dalam hati dan begitu seterusnya.
11

3) Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penggarapan materi

yang khusus.

Dalam hal ini didesain sedemikian rupa sehingga cocok untuk

mencapai tujuan sudah barang tentu dalam hal ini perlu

memperhatikan komponen-komponen yang lain, apalagi komponen

anak didik yang merupakan sentral, materi sudah didesain dan

disiapkan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.

4) Ditandai dengan aktivitas anak didik

Sebagai konsekuensi bahwa anak didik merupakan syarat

mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar, aktivitas anak

didik dalam hal ini baik secara fisik maupun secara mental, aktif.

Inilah yang sesuai dengan konsep CBSA. Jadi tidak ada gunanya

melakukan kegiatan belajar mengajar kalau anak didik hanya pasif

karena anak didiklah yang belajar maka merekalah yang harus

melakukannya.

5) Guru berperan sebagai pembimbing

Dalam perannya sebagai pembimbing, guru harus berusaha

menghidupkan dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi

yang kondusif, guru harus siap sebagai mediator dalam segala situasi

proses belajar mengajar sehingga guru akan merupakan tokoh yang

dilihat dan ditiru tingkah lakunya oleh anak didik, guru (akan lebih

baik bersama anak didik) sebagai desainer akan memimpin terjadinya

interaksi.
12

6) Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin

Disiplin dalam kegiatan belajar mengajar ini diartikan sebagai

suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut

ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik

dengan sadar. Mekanisme konkret dan ketaatan pada ketentuan atau

tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur. Jadi langkah-

langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang sudah

digariskan penyimpangan dari prosedur berarti suatu indikator

pelanggaran disiplin.

7) Ada batas waktu untuk mencapai tujuan pembelajar tertentu

Dalam sistem berkelas (kelompok anak didik), batas waktu

menjadi salah satu ciri yang tidak bisa ditinggalkan, setiap tujuan akan

diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu sudah harus tercapai.

8) Evaluasi dari seluruh kegiatan

Masalah evaluasi bagian penting yang tidak bisa diabaikan,

setelah guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar, evaluasi harus

guru lakukan untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran

yang telah ditentukan.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ciri-

ciri belajar meliputi: memiliki tujuan, ada prosedur yang direncanakan,

penggarapan materi yang khusus, adanya aktivitas anak didik, guru

berperan sebagai pembimbing, adanya disiplin, ada batas waktu untuk

mencapai tujuan, dan terjadinya evaluasi.


13

c. Strategi Belajar Mengajar

Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis

besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah

ditentukan dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan

sebagai pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan

kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.

Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi

hal-hal berikut :

1) Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan


kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik
sebagaimana yang diharapkan.
2) Memilih sistem pendidikan belajar mengajar berdasarkan
aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3) Memilih dan menetapkan prosedur, metode dan teknik
belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga
dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan
mengajarnya.
4) Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan
atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan
pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan
belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpan balik buat
penyempurnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara
keseluruhan. (Suardi, 2003: 196)

Dari uraian di atas tergambar bahwa ada empat masalah pokok

yang sangat penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman buat

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai dengan yang

diharapkan, apa yang harus dinilai dan bagaimana penilaian itu harus

dilakukan termasuk kemampuan yang harus dimiliki oleh guru. Seorang

anak didik dapat dikategorikan sebagai anak didik yang berhasil, bisa

dilihat dari berbagai segi, bisa dilihat dari segi kerajinannya mengikuti
14

tatap muka dengan guru, perilaku sehari-hari di sekolah, hasil ulangan

hubungan sosial, ketrampilan, prestasi olahraga, kepemimpinan dan lain-

lain atau dapat dilihat dari gabungan berbagai aspek.

d. Metode sebagai Strategi Pengajaran

Dalam kegiatan belajar mengajar tidak semua anak didik mampu

berkonsentrasi dalam waktu yang relatif lama, daya serap anak didik

terhadap bahan yang diberikan juga bermacam-macam, ada yang cepat,

ada yang sedang dan ada yang lambat. Faktor intelegensi mempengaruhi

daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.

Cepat lambatnya penerimaan anak didik terhadap bahan pelajaran yang

diberikan menghendaki pemberian waktu yang bervariasi, sehingga

penguasaan penuh dapat tercapai.

Terhadap perbedaan daya serap anak didik sebagaimana tersebut

di atas memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Metodelah salah satu

jawabannya untuk sekelompok anak didik boleh jadi mereka mudah

menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode tanya jawab,

tetapi untuk sekelompok anak didik yang lain mereka lebih mudah

menyerap bahan pelajaran bila guru menggunakan metode demonstrasi

atau metode eksperimen.

Karena itu, dalam kegiatan belajar mengajar menurut Roestiyah

(1989: 1), guru harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara

efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu

langkah untuk memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik


15

penyajian atau biasanya disebut metode mengajar, dengan demikian

metode mengajar adalah strategi pengajaran sebagai alat untuk mencapai

tujuan yang diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perbedaan

daya serap anak didik memerlukan strategi pengajaran yang tepat. Guru

harus memiliki strategi agar anak didik dapat belajar secara efektif dan

efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk

memiliki strategi itu adalah harus menguasai teknik-teknik penyajian

Sekelompok anak didik mungkin mudah menyerap bahan pelajaran bila

guru menggunakan metode tanya jawab, tetapi untuk sekelompok anak

yang lain mereka lebih mudah menyerap dengan metode lain.

2. Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar

a. Tujuan dan Kemampuan Pengajaran Bahasa Inggris di SD

Bahasa Inggris merupakan alat untuk berkomunikasi secara lisan

dan tulis. Berkomunikasi adalah memahami dan mengungkapkan

informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu pengetahuan,

teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam pengertian

yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan memahami

dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan dalam

empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan, berbicara, membaca

dan menulis. Keempat keterampilan inilah yang digunakan untuk

menanggapi atau menciptakan wacana dalam kehidupan bermasyarakat.

Oleh karena itu, mata pelajaran Bahasa Inggris diarahkan untuk


16

mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut agar lulusan

mampu berkomunikasi dan berwacana dalam bahasa Inggris pada tingkat

literasi tertentu.

Mata Pelajaran Bahasa Inggris diajarkan pada tingkat SD

bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.:

1). Mengembangkan kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan


secara terbatas untuk mengiringi tindakan (language
accompanying action) dalam konteks sekolah.
2). Memiliki kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris
untuk meningkatkan daya saing bangsa dalam masyarakat global.
(Depdiknas, 2006:

Menurut Surakhmad (2001, 214) pelajaran bahasa Inggris di

sekolah dasar diajarkan siswa dengan harapan siswa memiliki :

1) Kemampuan bahasa (language competence) yang


mencakup unsur-unsur kata bunyi, kosa kata, tata bahasa, tata
tulis dan tata budaya.
2) Keterampilan bahasa (language performance)
menggunakan unsur-unsur tersebut di atas dalam bentuk
sederhana.

Jadi dapat disimpulkan bahwa bahasa Inggris diajarkan di SD

dengan tujuan agar siswa mampu berkomunikasi dalam listening,

speaking, reading dan writing. Tujuan lain yang diharapkan adalah untuk

menumbuhkan kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Inggris

sebagai salah satu bahasa asing untuk menjadi alat utama belajar.

b. Standar Kompetensi Bahasa Inggris

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Inggris di SD/MI

mencakup kemampuan berkomunikasi lisan secara terbatas dalam

konteks sekolah, yang meliputi aspek-aspek mendengarkan, berbicara,


17

membaca, dan menulis. Keterampilan menulis dan membaca diarahkan

untuk menunjang pembelajaran komunikasi lisan (Depdiknas, 2006:

403).

1) Mendengarkan (listening)

Memahami berbagai makna (interpersonal, ideasional, tekstual)

dalam berbagai teks lisan yang memiliki tujuan komunikatif, struktur

teks dan linguistik tertentu.

2) Berbicara (speaking)

Mengungkapkan berbagai makna (interpersonal, ideasional,

tekstual) dalam berbagai teks lisan yang memiliki tujuan komunikatif,

struktur teks dan linguistik tertentu.

3) Membaca (reading)

Memahami berbagai makna (interpersonal, ideasional, tekstual)

dalam berbagai teks tulis yang memiliki tujuan komunikatif, struktur

teks dan linguistik tertentu

4) Menulis (writing)

Mengungkapkan berbagai makna (interpersonal, ideasional,

tekstual) dalam berbagai teks tulis yang memiliki tujuan komunikatif,

struktur teks dan linguistik tertentu (Sudjana, 1991 : 29)

Menurut Boediono (2003) dalam mengembangkan kompetensi,

pengembangan pembelajarannya diarahkan ke keterampilan siswa

melakukan tindak tutur seperti membuka percakapan,

mempertahankannya, menutup percakapan, meminta tolong dan


18

sebagainya yang semuanya harus direalisasikan ke dalam lexico –

grammar atau tata bahasa dan kosakata. Dengan demikian tema yang

berkonotasi dengan kosa kata dan tata bahasa dipertimbangkan untuk

tujuan mencapai kompetensi yang ditargetkan. Singkatnya, pendekatan

yang biasanya bermakna “let’s talk about something” dalam pelajaran

“conversation” diubah menjadi “let’s do something with the language”

bahasa berbicara berarti belajar bagaimana menyapa, mengeluh,

mengungkapkan kegembiraan dan sebagainya. Yang dilakukan dalam

konteks situasi tertentu, konteks inilah yang berperan terhadap

terpilihnya tema yang melibatkan kosa kata dan tata bahasa di dalam

pembelajaran menulis, langkah-langkan komunikasi, seperti

mengkolaborasikan, menambah, mempertajam fokus, menyatakan

gagasan utama, menyimpulkan disebut sebagai langkah-langkah atau

pengembangan retorika atau “speech act” dalam bentuk tertulis. Tampak

jelas disini bahwa tindak tutur atau retorika hanyalah salah satu dari

kompetensi berbahasa yang diharapkan untuk memperoleh kompetensi

wacana.

Tujuan pembelajaran berbasis kompetensi adalah pencapaian

kompetensi itu sendiri. Oleh karenanya, pendekatan, metode serta teknik-

teknik pengajarannya diserahkan kepada para pengelola pengajaran

sesuai dengan kapasitas dan sumber-sumber yang ada dengan syarat

kompetensi yang ditetapkan indikator yang ditetapkan dapat dicapai.

Cara mengukurnya adalah tampak, meskipun pendekatan, metode dan


19

tehnik-tehnik pengajaran diharapkan fleksibel perlu ditekankan bahwa

dalam implementasinya pengajar diharapkan memperhatikan proses atau

tahapan-tahapan yang dirancang dengan matang sehingga semua kegiatan

yang terjadi di dalam kelas mengarah kepada satu tujuan yakni

pemerolehan kompetensi wacana atau kemampuan untuk menggunakan

bahasa dalam komunikasi perlu memperhatikan bahwa semua tahapan

penulis bahwa semua tahapan penulis di atas dapat berlangsung jika

siswa telah memiliki pengalaman membaca teks naratif, pernah

membahasnya, pernah menganalisisnya sehingga teks naratif bukan lagi

bahasa Inggris otomatis juga mengaktifkan kegiatan mendengarkan dan

berbicara karena siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan

pendapat atau hasil refleksinya terhadap teks. Dengan demikian semua

keterampilan berbahasa dapat berkembang secara terpadu. Sepanjang

proses ini guru dapat mengamati banyak hal mulai dari pengetahuan

siswa, kegigihannya menyelesaikan tugas dan hasil akhir yang

diharapkan mencapai target yang telah ditetapkan.

Untuk menjamin terjadinya proses pembelajaran yang efektif,

penulis silabus perlu merumuskan berbagai learning experiences atau

pengalaman pembelajaran yang diharapkan akan dialami oleh siswa,

merumuskan pengalaman pembelajaran yang sesuai memerlukan

pemahaman dan penghayatan terhadap model kompetensi, model bahasa,

tingkat literasi dan perbedaan secara lisan dan tertulis yang mendasari

penulisan kurikulum ini. Seperangkat pengalaman belajar yang


20

dirumuskan ini akan membimbing guru dalam merencanakan proses

pembelajaran, sebuah silabus yang lengkap diharapkan mencantumkan

contoh-contoh materi yang disarankan dan informasi teoritis menjadi

dasar filosofis pengembangan kurikulumnya.

Kompetensi dasar dalam kurikulum bahasa Inggris pendidikan

tingkat dasar dan menengah mencakup kompetensi tindak bahasa (action

competence), kompetensi linguistik, kompetensi sosiokultural,

kompetensi strategis dan kompetensi wacana. Kompetensi tindak bahasa

disajikan dalam bentuk matriks yang meliputi keterampilan

mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis, sedangkan kompetensi

yang lain disajikan dalam bentuk daftar. Kompetensi tindak bahasa

disajikan dalam bentuk matriks yang terdiri atas kolom kompetensi dasar,

indikator dan materi pokok karena realisasi kompetensi tersebut dapat

diamati sebagai satuan langkah dalam proses komunikasi atau

pengembangan wacana. Satuan langkah tersebut melibatkan kompetensi-

kompetensi lain yang tidak dapat diajarkan secara tersendiri, dengan kata

lain kompetensi-kompetensi lain ini dapat dihadirkan dalam indikator-

indikator kompetensi tindak bahasa dalam matriks.

Dalam pengembangan silabus bahasa Inggris sesuai dengan

kurikulum kompetensi, harus dipahami sebagai satu kesatuan untuk

membentuk kompetensi komunikatif yang utuh. Di samping itu, aspek

pengembangan sikap juga perlu dicakup dalam silabus. Untuk

memudahkan para pengguna kurikulum ini disediakan lampiran-lampiran


21

yang memuat (1) glossary yang menjelaskan istilah teknis,

(2) conversation gambits, (3) jenis dan struktur teks dan (4) contoh-

contoh teks.

Pembelajaran bahasa Inggris dalam kurikulum berbasis

kompetensi ke pencapaian kompetensi yang dapat terlibat dalam

kepiawaian siswa melakukan langkah-langkah komunikasi. Sebagai

contoh, pengajaran berbicara diarahkan ke keterampilan melakukan dan

merealisasi tindak tutur yang sering disebut speech act. Speech function

atau language function ini dimaksudkan agar fokus pembelajaran

berbicara tidak hanya diarahkan ke tema yang biasa dimaknai dengan

“berbicara tentang tema tertentu.”

Pengajaran bahasa Inggris bagi Sekolah Dasar (SD) itu sangat

penting, terutama bahasanya. Bahasa adalah alat yang digunakan untuk

mengutarakan perasaan, gagasan, penjelasan terhadap orang lain atau

bisa dikatakan bahwa bahasa adalah alat yang digunakan untuk

komunikasi baik lisan maupun tulisan. Bahasa yang dimiliki oleh

manusia sering digunakan dan dikembangkan sebagai alat komunikasi

manusia, masyarakat dan bahasa merupakan tiga unsur yang terkait erat

satu sama lain bahkan tidak mungkin dipisahkan, dimana ada manusia,

disitu pula ada bahasa yang digunakan oleh masyarakat untuk

mengekspresikan segala ide dan keinginan dan ia mengikat orang-orang

dalam sistem kemasyarakatan.


22

Bahasa sebagai alat penyampaian pesan yang terdiri dari dua

unsur bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan ekspresi yaitu

gagasan-gagasan situasi sosial dan arti (Glesson, dikutip oleh Hadi

Sumarto). Pengertian bahasa menurut para ahli sebagai berikut :

1) Finocchiaro yang dikutip oleh A. Chaedar Alwasilah (1989 : 2)

“Language is a system of arbitary, vocal symbol which permits

all people in a given culture or to communicate or to interact.“

Bahasa merupakan suatu sistem symbol vocal yang arbiter (manasuka)

memungkinkan semua orang atau suatu sistem kebudayaan tersebut

untuk berkomunikasi atau berinteraksi. Jadi bahasa merupakan simbol

yang dibuat manusia untuk melakukan komunikasi dan interaksi.

2) Websister’s new collegiate dictionary

“Language is system of communication by siund i.e through the

organs of speech and heary, among human beings of certain group or

community, using vocal symbols.” Bahasa adalah suatu sistem

komunikasi dengan bunyi, yaitu lewat alat ujaran dan pendengaran,

antara orang-orang dari kelompok atau masyarakat tertentu dan

menggunakan simbol-simbol vokal yang mempunyai arti arbiter dan

konvensional (John B. Carol, dalam Ramelon (1992 : 10))

“Language is arbitary of speech sound or sequence of speech sound

which is used of can be used in interpersonal communication by

annuggregation of human being and which rather exhaustively catalog

thing, process and in the human environment.” Dari definisi bahasa


23

tersebut dapat dipahami bahwa karakteristik dasar bahasa adalah arbitary

(manasuka), systematic, spoken, social and complete.

Dalam kurikulum berbasis kompetensi terdapat tingkat literasi yang

ditargetkan di setiap jenjang pendidikan artinya adalah perlu ditetapkan

tingkat literasi bahasa Inggris apa yang diharapkan dan dicapai oleh

lulusan SD, SMP dan SMA. Jadi ada standar kemampuan di setiap

tingkatan jenjang pendidikan pada zaman sekarang kurikulum di tingkat

SD maupun sekolah tinggi lain itu menggunakan KTSP sebagai bahan

ajar mereka para guru, pengajaran film kartun ini juga dapat dikatakan

masuk ke dalam kurikulum itu sendiri walaupun di dalam KTSP tidak

dicantumkan akan tetapi pengajaran ini juga terdapat atau memiliki

aspek-aspek yang sama seperti halnya pengajaran dengan menggunakan

buku tapi memang dalam pengajaran film ini ada cara tersendiri atau

memiliki cara yang berbeda karena dalam film sendiri harus

menggunakan alat / media yang bisa dilihat oleh seluruh siswa agar siswa

itu dapat merespon dengan cepat dan pengajaran di media memiliki daya

tarik sendiri bagi anak-anak sehingga mereka mau belajar dengan senang.

3. Film sebagai Media Pengajaran

a. Pemilihan Film sebagai Media Pengajaran Bahasa Inggris

Untuk membantu proses belajar mengajar maka penggunaan media

pengajaran sangatlah diperlukan. Pemilihan VCD film berbahasa Inggris

sebagai media pengajaran sangatlah tepat dengan mempertimbangkan hal-

hal sebagai berikut :


24

1) Ketepatan dengan tujuan pengajaran

Secara umum bahasa digunakan sebagai alat berkomunikasi

penggunaan film berbahasa Inggris sangatlah tepat karena dialog-dialog

yang ada dalam film tersebut menggunakan bahasa Inggris, sehingga

siswa dapat mempelajari mengembangkan vocabulary (kosa kata) dan

bagaimana penggunaan bahasa Inggris dalam berkomunikasi.

2) Ketepatan dalam pengajaran

Sekarang banyak VCD film, terutama VCD film yang berbahasa

Inggris yang dapat digunakan sebagai media pengajaran bahasa Inggris.

Dalam hal ini, guru dituntut untuk memilih jenis VCD film yang sesuai

dengan isi pembelajaran sehingga hasil pembelajaran akan optimal.

3) Sesuai dengan taraf berpikir siswa

VCD film yang disajikan kepada siswa hendaknya disesuaikan

dengan taraf berpikir siswa. Pemberian film kepada siswa SD jenisnya

berbeda dengan siswa SMP maupun SMA, mungkin dapat dilihat dari

tema, jalan cerita, kata-kata yang digunakan dan sebagainya.

4) Keterampilan guru dalam menggunakannya

Pemutaran VCD film sangatlah mudah karena VCD film sudah

umum dalam kehidupan sehari-hari sehingga guru dapat

menggunakannya sebagai media pengajaran dengan mudah.

5) Tersedianya alat dan waktu penggunaannya.


25

Alat yang digunakan untuk memutar sebuah VCD film sangatlah

mudah dan banyak kita jumpai, sekarang ini setiap sekolah pasti

mempunyai televisi, dengan adanya televisi ditambah video, VCD atau

DVD maka film tersebut dapat disajikan kepada siswa sebagai media

pengajaran, dalam waktu yang dibutuhkan untuk memutar film pun

tidak terlalu banyak, agar dapat berlangsung proses belajar

mengajarnya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemilihan

film sebagai media pengajaran Bahasa Inggris dengan

mempertimbangkan ketepatan dengan tujuan pengajaran, ketepatan

dalam pengajaran, ketepatan dalam pengajaran, sesuai dengan taraf

berpikir siswa, keterampilan guru dalam menggunakannya dan

tersedianya alat dan waktu penggunaannya.

b. Peranan Film Bahasa Inggris dalam Pendidikan Bahasa Inggris

Film berbahasa Inggris mempunyai peranan dalam pendidikan

bahasa Inggris karena film tersebut dapat digunakan untuk membantu

siswa mempelajari bahasa Inggris. Hal-hal yang dapat dipelajari ketika

siswa menonton sebuah film berbahasa Inggris antara lain :

1) Siswa dapat mengamati bagaimana bahasa Inggris

digunakan dalam berkomunikasi.

2) Siswa dapat mengamati grammar dan pronounciation

3) Siswa mendapatkan kata-kata yang baru sehingga

menambah perbendaharaan kata atau vocabulary.


26

4) Siswa dapat mempelajari kultur budaya mereka

melalui gambar dan peran para tokoh-tokohnya.

Jadi peranan film dalam pendidikan Bahasa Inggris untuk siswa

adalah agar siswa mengamati bagaimana bahasa Inggris digunakan dalam

berkomunikasi, grammar dan pronounciation, mendapatkan kata-kata

yang baru sehingga menambah perbendaharaan kata atau vocabulary serta

mempelajari kultur budaya mereka melalui gambar dan peran para tokoh-

tokohnya.

c. Jenis-jenis Film

Dengan adanya perubahan-perubahan yang disesuaikan dengan

kemajuan teknologi yang ada dan perkembangan zaman serta keinginan

penonton terhadap film, maka film disajikan kepada penonton berbeda-

beda jenisnya, berikut ada beberapa jenis film sesuai dengan

pengelompokkannya.

Menurut cerita yang dikemas, film dibagi menjadi 2 yaitu :

1) Film fiksi adalah film yang dibuat dengan rekayasa semata. Film ini

biasanya bercerita tentang kejadian-kejadian yang ada dalam kehidupan

sehari-hari dengan nama tokoh, cerita, setting yang tidak nyata atau

fiktif, biasanya film ini bertujuan hanya untuk menyampaikan pesan

moral tentang kehidupan.

2) Film non fiksi adalah kisah nyata yang dibuat film. Film ini merupakan

kisah nyata tentang perjalanan hidup seseorang, kejadian-kejadian yang

ada dalam film merupakan kejadian yang disamaratakan untuk


27

menghindari hal-hal yang tidak diinginkan tetapi ada juga film non fiksi

yang nama tokoh-tokohnya sesuai dengan yang sebenarnya, biasanya

film jenis ini bertujuan untuk dokumentasi.

Menurut tingkatan usia penonton, film digolongkan menjadi 3

yaitu :

1) Film anak-anak adalah film yang disajikan atau dipertontonkan untuk

anak-anak.

2) Film remaja adalah film yang ditonton oleh kalangan remaja biasanya

mengisahkan tentang kehidupan remaja.

3) Film dewasa adalah film yang hanya boleh ditonton oleh orang yang

dianggap sudah dewasa.

Ada juga beberapa jenis film lainnya, yaitu :

1) Film dokumentasi adalah dokumentasi dalam bentuk film mengenai

suatu peristiwa sejarah.

2) Film horor adalah film yang menyajikan lakon horor atau cerita yang

menyeramkan.

3) Film serial adalah film yang disajikan dalam bentuk berseri.

4) Film asing adalah film yang diproduksi oleh negara lain yang diimpor.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis film untuk

media pengajaran dapat dibedakan menurut cerita yang dikemas, usia

penonton, film dokumentasi, horor, dan film seri. Menurut usia terdapat

film anak-anak, remaja dan dewasa, sedangkan menurut cerita yang

dikemas terdapat film fiksi dan non fiksi.


28

4. Film Kartun sebagai Media Pengajaran Bahasa Inggris

a. Perkembangan film kartun

Perkembangan film kartun di Indonesia semakin semarak karena di

zaman modern ini banyak anak-anak sehingga acara kartun semakin

banyak macamnya seperti film kartun Tom and Jerry, Mickey Mouse,

Dora The Explorer, Strawberry and Tweety, sebenarnya sangat banyak

film-film kartun di Indonesia dan acaranya pun semakin menarik perhatian

anak-anak, alur cerita yang lucu dan para tokoh-tokohnya yang sangat

membuat anak-anak senang untuk melihatnya. Dengan acara film kartun

yang lucu sehingga dapat memancing penontonnya untuk melihat film

kartun berikutnya termasuk para siswa yang sangat senang dengan

pengajaran menggunakan film kartun disamping bisa ditonton juga bisa

untuk belajar seperti mendengarkan bahasanya, memahami kosa katanya

serta dapat diambil sisi positifnya bagi siswa itu sendiri.

b. Arti dan fungsi film kartun

1) Pengertian film kartun

Film sebagai alat bantu audio visual, itu dapat membantu

seorang guru yang mengajar bahasa baru terutama vocabulary atau

kosakata yang penggunaanya harus tersedia dalam kondisi kelas dimana

guru tersebut mengajar.

Banyak guru yang merasa siswanya bosan dalam menerima

pelajaran, karena itu harus dicari alternatif untuk menarik perhatian


29

mereka, agar dalam kelas tercipta komunikasi yang sangat penting bagi

siswa dalam menguasai vocabulary (kosakata), reading (membaca),

speaking (berbicara), listening (mendengarkan) dan writing (menulis).

Disinilah peran audio visual terutama VCD film, yang dirasa sebagai

alternatif terbaik.

Media yang diambil ini adalah media VCD film kartun, dalam

VCD itu sendiri adalah video compact disc, pengertian dari film kartun

adalah sebuah film yang isi dan cerita tersebut merasa menyenangkan,

lucu dan mengasyikkan sehingga dapat memancing penonton untuk

tertawa. Film kartun ini juga dapat menghilangkan stress seseorang

apalagi siswa yang memang pantas untuk melihat film-film sebayanya.

Film kartun ini dapat dilihat dan didengar dengan melalui

proses yang panjang sehingga menghasilkan gambar dan gerak yang

dapat disajikan melalui berbagai multimedia. Jika dahulu orang pergi ke

bioskop untuk menonton film, sekarang dengan adanya kemajuan

teknologi kita dapat menonton film di rumah dengan berbagai alat

multimedia yang bisa kita jumpai di lingkungan kita sehari-hari. Hal ini

seperti yang terdapat dalam UU RI No.8 tahun 1992 tentang perfilman,

pada pasal 1 menyatakan bahwa “Film adalah karya cipta seni dan

budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang dengar yang

dibuat berdasarkan atas sinematografi yang direkam seluloid, pita,

video, piringan video dan bahan penemuan teknologi lainnya dalam

segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses


30

elektronik atau proses lainnya dengan tanpa suara yang dapat

ditunjukkan dan ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik,

elektronik dan lain-lain.

2) Fungsi film kartun

Menurut Seno Cumiro Ajidharma berpendapat bahwa sebuah

film, sebagai produk kesenian maupun sebagai medium adalah suatu

cara berkomunikasi, ada sesuatu yang ingin disampaikan.

Adapun fungsi film menurut Defler dan Denni sebagai berikut:

a) As mass comunication. Film merupakan alat komunikasi massa yang

digunakan untuk menyampaikan suatu hal kepada khalayak ramai.

b) As mass propaganda. Film digunakan sebagai alat propaganda,

misalnya dalam peran, agar tidak diketahui lawan maka orang

menggunakan film untuk menyampaikan pesan.

c) As development of theme and style. Film merupakan perkembangan

tema dan gaya dalam karya seni dan sastra. Jika dahulu sastra

diungkapkan melalui buku sekarang para ka ryawan menuangkan ide

dan pemikiran mereka tentang sastra melalui film.

d) As genre. Film merupakan suatu cara bertutur atau bercerita untuk

menyampaikan sesuatu cerita atau mengisahkan suatu peristiwa.

e) As public reference. Film merupakan salah satu pilihan yang

memudahkan bagi masyarakat untuk mencari informasi,

menuangkan ide dan pikiran maupun sebagai pilihan media hiburan.


31

f) As social force. Film merupakan sesuatu yang dapat mempengaruhi

kehidupan masyarakat. Pesan yang disampaikan melalui film dapat

mempengaruhi kehidupan masyarakat, misalnya sikap, emosi,

pandangan dan pemikiran masyarakat dapat berubah karena film

yang telah ditontonnya.

g) As documentary. Film merupakan suatu industri yang dapat

dijadikan usaha yang dapat menghasilkan film, mulai dari proses

produksinya sampai pada penyampaiannya kepada masyarakat.

h) As entertainment. Film merupakan suatu hiburan bagi masyarakat,

seperti kata-kata Albert Chamus, seni yang tak terputus yang

dirundung mimpi untuk menyempurnakan dunia. Dengan adanya

film maka masyarakat akan terhibur dengan tontonan yang disajikan

seakan mengajak penontonnya memasuki dunia rekaan, semacam

dunia yang tidak tertata.

i) As edutainment / as teaching learning media. Film digunakan

sebagai alat media pembelajaran dalam pelaksanaan proses belajar

mengajar dengan adanya film sebagai media pembelajaran, maka

siswa-siswi akan lebih tertarik atau senang untuk belajar bahasa

Inggris dengan menggunakan media film.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa film kartun

adalah sebuah film yang isi dan cerita tersebut merasa menyenangkan,

lucu dan mengasyikkan sehingga dapat memancing penonton untuk

tertawa. Fungsi film kartun antara lain alat komunikasi massa yang
32

digunakan untuk menyampaikan suatu hal kepada khalayak ramai, alat

propaganda, untuk mencari informasi, menuangkan ide dan pikiran

maupun sebagai pilihan media hiburan

c. Kelebihan dan kelemahan dalam pengajaran menggunakan film kartun.

Dalam pengajaran film kartun pasti memiliki kelebihan cara

pengajaran diantaranya adalah sebagai berikut :

1) Siswa dapat melihat dan mendengarkan.

2) Pengajaran yang sangat simpel dan praktis.

3) Dapat membantu guru.

4) Dapat membuat siswa tertarik untuk belajar.

5) Memberikan sisi positif bagi anak-anak.

Serta memiliki kelemahan seperti :

1) Memerlukan biaya untuk pengajarannya.

2) Dapat mempengaruhi tingkah laku siswa karena prosesnya berjalan

dibawah sadar mereka.

3) Mengurangi materi yang akan disampaikan kepada siswa.

Jadi kelebihan film kartun siswa dapat melihat dan mendengarkan

serta membuat siswa tertarik untuk belajar, sedangkan kekurangannya

mempengaruhi tingkah laku siswa karena prosesnya berjalan dibawah

sadar mereka dan mengurangi materi yang akan disampaikan kepada

siswa.

d. Manfaat penggunaan film kartun dalam pengajaran bahasa Inggris.


33

Tujuan utama penggunaan film berbahasa Inggris dalam

pengajaran bahasa Inggris adalah untuk memperlihatkan kepada siswa

bagaimana native speaker bahasa Inggris berkomunikasi dengan

bahasanya, dengan adanya interaksi dengan native speaker melalui film,

diharapkan siswa dapat belajar tentang kata yang biasa digunakan native

speaker, bagaimana pengucapannya dan kultur budaya mereka selain

manfaat penggunaan film berbahasa Inggris dalam pengajaran bahasa

Inggris antara lain :

1) Mengajak siswa berinteraksi langsung dengan native speaker bahasa

Inggris melalui film.

2) Memotivasi siswa dalam belajar sehingga meningkatkan prestasi belajar

siswa.

3) Menambah vocabulary (kosakata) bahasa Inggris bagi siswa.

4) Memberi pengalaman baru bagi siswa dalam belajar.

Selain manfaat, terdapat pula kebiasaan yang dapat diperoleh dari

penerapan film kartun dalam pembelajaran bahasa Inggris, yaitu

membiasakan siswa untuk strategi belajar mengajar meliputi:

1) Mendengarkan bahasa Inggris melalui dialog-dialog yang dilakukan

tokohnya.

2) Menambah variasi dalam pemberian materi bahasa Inggris kepada

siswa sehingga tidak monoton.

3) Meningkatkan kreativitas kepada guru dalam menyampaikan materi

kepada siswa.
34

4) Memperlancar proses belajar mengajar.

Jadi manfaat penggunaan film kartun dalam bahasa Inggris dapat

mengajak siswa berinteraksi langsung, memotivasi siswa dalam belajar,

menambah vocabulary dan memberi pengalaman baru.

5. Pembelajaran Menggunakan Film Kartun

Pembelajaran bahasa Inggris dapat dilakukan dengan cara

memberikan media pembelajaran berupa tontonan film kartun. Agar selama

pembelajaran dengan film kartun teratur, guru hendaknya telah

mempersiapkan segala yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut.

Siswa terlebih dahulu diberikan tugas pengamatan yang harus

dilakukan selama pemutaran film tersebut. Kemudian secara bersama-sama

guru dan siswa membahas tugas yang telah dikerjakan oleh siswa. Secara

rinci Widodo (2008: 1) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran film

kartun sebagai berikut :

a. Pra Pembelajaran
1) Guru mempersiapkan alat-alat dan media pembelajaran seperti :
computer/laptop, LCD Proyektor dan layar, serta film kartun
pilihan.
2) Guru menyiapkan Lembar Kerja.
3) Guru mengkondisikan siswa belajar dengan media baru (film
kartun).
b. Langkah-langkah Pembelajarannya :
1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar.
2) Siswa dibentuk menjadi beberapa kelompok beranggotakan 3-4
anak.
3) Guru memutarkan film kartun terpilih dan siswa menyaksikannya
dengan seksama.
4) Guru membagikan lembar kerja (berisi pertanyaan mengenai film
kartun tersebut).
5) Siswa berdiskusi mengerjakan lembar kerja secara kelompok.
35

6) Setelah selesai, setiap kelompok menampilkan hasil diskusi atau


lembar kerja di depan kelas secara bergiliran.
7) Diskusi kelas dipimpin guru.

8) Evaluasi.
9) Refleksi dan Penutup.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dalam pembelajaran

menggunakan film kartun seorang guru harus telah mempersiapkan peralatan

terlebih dahulu, begitu pula lembar kerja yang harus dikerjakan oleh siswa.

Siswa disuruh mengamati hal penting dalam film, kemudian setelah selesai

siswa disuruh mengerjakan lembar kerja yang telah dipersiapkan untuk

dibahas secara bersama-sama. Pada bagian akhir pembelajaran guru

mengadakan evaluasi dan refleksi hasil pembelajaran.

B. Pembelajaran Bahasa Inggris dalam Kelompok Eksperimen dan Kontrol

Pembelajaran Bahasa Inggris pada Kelompok Eksperimen dan Kontrol

dilakukan pada materi pembelajaran yang sama, begitu pula alokasi waktu dan

metode pembelajaran juga sama. Perbedaan terjadi pada sumber belajar dan

langkah-langkah pembelajarannya. Pembelajaran dilakukan dalam dua pertemuan,

dengan alokasi waktu untuk satu pertemuan 2 x 35 menit yang disesuaikan dengan

ketetapan alokasi waktu kurikulum SD. Guna lebih menjelaskan pembelajaran

yang dilakukan pada kelompok eksperimen dan kontrol, berikut ini disajikan

dalam bentuk tabel tiap pertemuannya.

Tabel 2.1 Pembelajaran pada Pertemuan I

Pembelajaran Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


Materi Nama hewan, benda-benda, tempat Nama hewan, benda-benda, tempat
dan jenis pekerjaan di lingkungan dan jenis pekerjaan di lingkungan
sekitar sekitar
36

Pembelajaran Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


Alokasi Waktu 2 x 35 menit 2 x 35 menit
Metode Ceramah,Diskusi dan Tanya Jawab Ceramah, Diskusi dan Tanya Jawab
Sumber Belajar Buku Bahasa Inggris Kelas VI SD Buku Bahasa Inggris Kelas VI SD
Film Kartun Tweety and Sylvester Gambar-gambar kartun hewan,
Gambar-gambar hewan, benda- benda-benda, tempat
benda, tempat
Langkah-langkah Pendahuluan Pendahuluan
1. Greetings, Checking for the roll 1. Greetings, Checking for the roll
2. Tanya jawab berbagai hal terkait 2. Tanya jawab berbagai hal terkait
kondisi siswa kondisi siswa
3. Menjelaskan tujuan 3. Menjelaskan tujuan pembelajaran
pembelajaran pada hari itu pada hari itu
Kegiatan Inti Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan tujuan 1. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi pembelajaran atau kompetensi
dasar. dasar.
2. Siswa dibentuk menjadi 2. Siswa dibentuk menjadi beberapa
beberapa kelompok kelompok beranggotakan 3-4
beranggotakan 3-4 anak. anak.
3. Guru memutarkan film kartun 3. Guru memberikan ceramah
terpilih tweety and sylvester tentang nama hewan, benda-
tentang nama hewan, benda- benda, tempat dengan bantuan
benda, tempat dan siswa gambar dan siswa memperhatikan
menyaksikannya. dengan seksama.
4. Guru membagikan lembar kerja 4. Guru membagikan lembar kerja
(berisi pertanyaan mengenai (berisi pertanyaan mengenai
film kartun tersebut). ceramah gambar kartun tersebut).
5. Siswa berdiskusi mengerjakan 5. Siswa berdiskusi mengerjakan
lembar kerja secara kelompok. lembar kerja secara kelompok.
6. Setelah selesai, setiap kelompok 6. Setelah selesai, setiap kelompok
menampilkan hasil diskusi atau menampilkan hasil diskusi atau
lembar kerja di depan kelas lembar kerja di depan kelas
secara bergiliran. secara bergiliran.
7. Pembahasan hasil diskusi kelas 7. Pembahasan hasil diskusi kelas
dipimpin guru. dipimpin guru..
8. Evaluasi pembelajaran 8. Evaluasi pembelajaran
Penutup Penutup
1. Menanyakan kesulitan siswa 1. Menanyakan
selama PBM. kesulitan siswa selama PBM.
2. Menyimpulkan materi 2. Menyimpulk
pembelajaran. an materi pembelajaran.
3. Menugaskan siswa untuk 3. Menugaskan
menggunakan ungkapan- siswa untuk menggunakan
ungkapan yang dipelajari dalam ungkapan-ungkapan yang
situasi yang sesungguhnya. dipelajari dalam situasi yang
37

Pembelajaran Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


sesungguhnya.

Tabel 2.2 Pembelajaran pada Pertemuan II

Pembelajaran Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


Materi Kata sifat, kata kerja untuk Kata sifat, kata kerja untuk
berinteraksi dengan lingkungan berinteraksi dengan lingkungan
sekitar sekitar
Alokasi Waktu 2 x 35 menit 2 x 35 menit
Metode Ceramah,Diskusi dan Tanya Jawab Ceramah, Diskusi dan Tanya Jawab
Sumber Belajar Buku Bahasa Inggris Kelas VI SD Buku Bahasa Inggris Kelas VI SD
Film Kartun Tweety and Sylvester Gambar-gambar lingkungan sekitar
Gambar-gambar lingkungan
sekitar
Langkah-langkah Pendahuluan Pendahuluan
1. Greetings 1. Greetings
2. Tanya jawab berbagai hal terkait 2. Tanya jawab berbagai hal terkait
kondisi siswa kondisi siswa
3. Menjelaskan tujuan 3. Menjelaskan tujuan pembelajaran
pembelajaran pada hari itu pada hari itu
Kegiatan Inti Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan tujuan 1. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi pembelajaran atau kompetensi
dasar. dasar.
2. Siswa dibentuk menjadi 2. Siswa dibentuk menjadi beberapa
beberapa kelompok kelompok beranggotakan 3-4
beranggotakan 3-4 anak. anak.
3. Guru memutarkan film kartun 3. Guru memberikan ceramah
terpilih tweety and sylvester tentang lingkungan sekitar dan
tentang lingkungan sekitar dan siswa memperhatikan dengan
siswa menyaksikannya. seksama.
4. Guru membagikan lembar kerja 4. Guru membagikan lembar kerja
(berisi pertanyaan mengenai (berisi pertanyaan mengenai
film kartun tersebut). ceramah gambar kartun tersebut).
5. Siswa berdiskusi mengerjakan 5. Siswa berdiskusi mengerjakan
lembar kerja secara kelompok. lembar kerja secara kelompok.
6. Setelah selesai, setiap kelompok 6. Setelah selesai, setiap kelompok
menampilkan hasil diskusi atau menampilkan hasil diskusi atau
lembar kerja di depan kelas lembar kerja di depan kelas
secara bergiliran. secara bergiliran.
7. Pembahasan hasil diskusi kelas 7. Pembahasan hasil diskusi kelas
dipimpin guru. dipimpin guru..
38

Pembelajaran Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol


8. Evaluasi pembelajaran 8. Evaluasi pembelajaran
Penutup Penutup
1. Menanyakan kesulitan siswa 1. Menanyakan kesulitan siswa
selama PBM. selama PBM.
2. Menyimpulkan materi 2. Menyimpulkan materi
pembelajaran. pembelajaran.
3. Menugaskan siswa untuk 3. Menugaskan siswa untuk
menggunakan ungkapan- menggunakan ungkapan-
ungkapan yang dipelajari dalam ungkapan yang dipelajari dalam
situasi yang sesungguhnya. situasi yang sesungguhnya.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan perbedaan pembelajaran antara

kelompok eksperimen dan kontrol terletak pada sumber belajar berupa media

film kartun tweety and sylvester. Pembelajaran Bahasa Inggris pada kelompok

eksperimen diberikan media pembelajaran berupa film kartun tweety and

sylvester dan pembelajaran di kelompok kontrol tidak dilakukan pemberian

media film kartun tweety and sylvester.

C. Kerangka Berpikir

Prestasi belajar siswa sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan,

metode pengajaran dan kompetensi guru. Dalam melakukan belajar bahasa

Inggris sangat diperlukan teknik, cara dan langkah pengajaran bahasa Inggris

agar siswa dapat belajar dengan baik. Dalam memilih materi pengajaran bahasa

Inggris guru harus dapat memilih materi yang tepat untuk diberikan pada siswa

di kelas.

Penggunaan film kartun berbahasa Inggris dalam pengajaran bahasa

Inggris dapat memberikan stimulus / rangsangan pada siswa secara efektif dan

dapat meningkatkan serta dapat menunjang prestasi belajar siswa. Proses

komunikasi antar individu menimbulkan interaksi dan saling mempengaruhi,


39

sehingga terjadilah: 1) proses belajar yang meliputi aspek kognitif dan afektif

(aspek berpikir dan merasa), 2) proses penyampaian dan penerimaan lambang-

lambang komunikasi dan 3) mekanisme penyesuaian diri, misalnya soal

sosialisasi, permainan peranan, identifikasi, proyeksi dan sebagainya. Adanya

komunikasi dalam film kartun, maka terjadi proses pembelajaran dalam

kemampuan kognitif, afektif dan keterampilan bahasa Inggris dalam diri siswa.

Setelah diketahui hal-hal yang berkaitan dengan media penggunaan

film kartun berbahasa Inggris dalam pengajaran bahasa Inggris, maka dapat

ditarik kerangka berpikir sebagai berikut :

D. Hipotesis

Menurut Arikunto (2002 : 67) hipotesis dapat diartikan suatu jawaban

yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai berikut

melalui data yang terkumpul. Adapun Hadi (2001 : 63) hipotesis adalah

kemungkinan terkaan, kesimpulan yang sangat sementara, teori, kesan, umum

atau dasar apapun yang masih dipandang sebagai konflik final.

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir maka peneliti

merumuskan hipotesis sebagai berikut :

“Siswa yang diajar menggunakan film kartun berbahasa Inggris

memperoleh prestasi bahasa Inggris yang lebih baik daripada siswa yang diajar

tanpa menggunakan film kartun.”

Anda mungkin juga menyukai