Fbr04 Prop
Fbr04 Prop
1. Latar Belakang
Kinerja merupakan salah satu faktor penting yang menunjukkan efektifitas dan
efisiensi suatu organisasi dalam rangka mencapai tujuannya. Penilaian kinerja
dimaksudkan untuk menilai keberhasilan suatu organisasi. Penurunan kinerja secara
terus-menerus dapat menyebabkan terjadinya Financial Distress yaitu keadaan yang
sangat sulit bahkan dapat dikatakan mendekati kebangkrutan. Financial Distress pada
bank-bank apabila tidak segera diselesaikan akan berdampak besar pada bank-bank
tersebut dengan hilangnya kepercayaan dari nasabah.
Kinerja perbankan akan selalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang
terjadi. Perubahan yang terjadi pada sektor perbankan yang mengalami perubahan baik
pada sisi kompetisi maupun regulasi yang memaksanya untuk beradaptasi terhadap
lingkungan baru tersebut. Secara paradoksal memang terlihat adanya ancaman terhadap
kompetisi yang sangat ketat di satu sisi, tetapi terlihat pula adanya market power yang
potensial pada sisi yang lain. Berdasarkan data BI, bisa dikatakan bahwa sepanjang 2008
kinerja perbankan nasional cukup memuaskan. Padahal, di tahun itu kondisi perbankan
sedang sulit akibat kabut tebal krisis ekonomi global. Dari beberapa indikator perbankan
menunjukkan perbaikan yang signifikan. bisa diketahui bahwa loan to deposit ratio
(LDR) atau rasio kredit terhadap penghimpunan DPK pada 2008 sudah mencapai 74,61
persen. Ini menandakan bahwa fungsi intermediasi perbankan sudah berjalan cukup
baik. Hal yang penting dicatat adalah pada 2008 ini rasio kredit bermasalah
(nonperforming loans/ NPL) cenderung terus menurun meskipun ekspansi kredit
perbankan cukup tinggi. Tercatat, NPL per Desember 2008 hanya sebesar 3,20 persen
atau turun 87 basis points (bps) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya
yang sebesar 4,07 persen. Hal ini tentu menjadi prestasi tersendiri. Sayangnya, perbaikan
pada berbagai indikator kinerja perbankan pada tahun 2008 tersebut tidak diikuti dengan
pertumbuhan laba. Pada 2008 laba perbankan justru mengalami kontraksi atau tumbuh
minus 12,59 persen. Padahal, dalam tiga tahun sebelum 2008, laba perbankan
mengalami pertumbuhan yang pesat yaitu dari Rp 33,9 trilyun tahun 2005 menjadi Rp
40,6 trilyun tahun 2006 dan pada tahun 2007 meningkat lagi menjadi Rp 49,9 trilyun,
atau rata-rata meningkat sebesar 21% per tahun.
Dampak dari krisis global tersebut, BI sempat beberapa kali menaikkan dan
menurunkan suku bunga acuan (BI rate)-nya. Sebagai contoh, BI sempat menurunkan
suku bunganya masing-masing sebesar 25 basis poin, yaitu dari 8,0% menjadi 8,25%
pada tanggal 9 Mei 2008 dan kemudian bulan Juni menaikkan kembali sebesar 25 basis
poin sehingga mencapai 8,5%. Sebelumnya BI telah mencoba bertahan, karena selisih
suku bunga BI telah cukup tinggi dibandingkan suku bunga yang ditetapkan Bank
Central Amerika Serikat. Namun desakan inflasi memaksa BI menaikkan suku bunganya
untuk menahan laju aliran dana keluar negeri. Kenaikan BI rate tersebut membuat
perbankan terbebani kenaikan biaya dana. Untuk menghadapi kondisi tersebut
perbankan harus melakukan efisiensi. Jika tidak dilakukan, kondisi tersebut bisa
menyebabkan perbankan mengalami kerugian yang buntutnya adalah penurunan kinerja.
Selain itu, bank akan terpaksa menaikkan suku bunga pinjaman yang jika tidak
dilakukan secara hati-hati akan berdampak pada kredit macet. Berdasarkan uraian diatas
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul “Analisis
Pengaruh Tingkat Suku Bunga BI Rate Kinerja Industri Perbankan Nasional Tahun
2008”
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut:
“Apakah perubahan tingkat suku bunga BI rate berpengaruh terhadap terhadap kinerja
industri perbankan nasional pada tahun 2008?”
4.1.2. BI Rate
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 10 /3/DPM tanggal 31 Januari 2008
disebutkan bahwa BI-Rate adalah suku bunga kebijakan dengan tenor 1 (satu)
bulan yang ditetapkan Bank Indonesia secara periodik sebagai sinyal kebijakan
moneter untuk jangka waktu tertentu serta diumumkan kepada publik. BI rate
mencerminkan kondisi perekonomian di Indonesia, ketika terjadi perubahan kondisi
perekonomian di Indonesia, BI meresponnya dengan menaikkan/menurunkan BI rate. BI
Rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian moneter untuk
mengarahkan agar Rata-Rata Tertimbang Suku Bunga SBI 1 bulan berada di sekitar BI
Rate.
4.1.3. Kinerja Bank
Kinerja bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan. Kinerja
(performance) bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank
dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan
dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia (Abdullah, 2005:45).
Berdasarkan apa yang dinyatakan diatas, kinerja keuangan bank merupakan
gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek
penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator
kecukupan modal, likuiditas dan profitabilitas bank.
Dalam mengukur kinerja suatu bank terdapat suatu tolok ukur yang dapat
dijadikan standar dalam pengukuran yaitu sistem penilaian yang ditetapkan oleh Bank
Indonesia melalui suatu Surat Edaran Bank Indonesia No. 30/3/DPNP Tanggal 14
Desember 2001 mengenai Pedoman Perhitungan Rasio Keuangan. Untuk mengukur
kinerja keuangan bank yang sehat, biasanya menggunakan berbagai alat ukur. Salah satu
alat ukur yang utama yang digunakan untuk menentukan kondisi suatu bank dikenal
dengan nama analisis CAMEL. Analisis ini terdiri dari aspek capital, assets,
management, earning dan liquidity. Hasil dari masing-masing aspek ini kemudian akan
menghasilkan kondisi suatu bank. Adapun aspek tersebut adalah sebagai berikut:
1. Aspek Permodalan (Capital)
Penilaian tersebut didasarkan kepada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah
ditetapkan oleh Bank Indonesia.
2. Aspek Kualitas Aset (Assets)
Rasio ini dapat dilihat dalam neraca yang telah dilaporkan secara berkala kepada
Bank Indonesia.
3. Aspek Kualitas Manajemen (Management)
Dalam aspek ini yang dinilai adalah manajemen permodalan, manajemen kualitas
aktiva, manajemen umum, manajemen rentabilitas dan manajemen likuiditas.
4. Aspek Earning/ Rentabilitas
Penilaian ini meliputi juga hal-hal seperti:
a. Rasio laba terhadap total asset (ROA).
b. Perbandingan biaya operasi dengan pendapatan operasi (BOPO).
5. Aspek Likuiditas (Liquidity)
Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan mampu
membayar semua hutangnya terutama hutang-hutang jangka pendek.
4.3. Hipotesis
Hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa:
“Diduga tingkat suku bunga BI rate berpengaruh terhadap kinerja industri perbankan
nasional pada tahun 2008”
5. Metodologi Penelitian
5.1. Populasi dan Sampel
5.1.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bank nasional baik bank pemerintah
maupun swasta yang ada di Indonesia
5.1.2. Sampel
Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan oleh peneliti adalah 5 bank
persero dan bank umum swasta nasional (BUSN) devisa yang terdaftar di Bank
Indonesia sebanyak 31 bank.
Kinerja bank secara keseluruhan diketahui dengan cara menjumlahkan seluruh rasio
keuangan, yaitu rasio CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO, dan LDR yang sebelumnya
telah diberi bobot nilai tertentu sesuai dengana aturan ditetapkan Bank Indonesia.
n ∑ XY - ∑ X ∑ Y
r=
(n ∑ X 2
− (∑ X)
2
)(n∑ Y 2
− (∑ Y)
2
)
Dimana:
r = koefisien korelasi, yang menunjukan kuat atau lemahnya hubungan antara
variabel X dan variabel Y.
n = jumlah data yang dianalisis
Y = variabel terikat kinerja perbankan
X = variabel bebas, yaitu BI Rate
Besarnya koefisien korelasi adalah -1 < r < 1, dimana:
a. Apabila (-) : Berarti terdapat pengaruh yang negatif atau berlawanan
b. Apabila (+) : Berarti terdapat pengaruh yang positif atau searah
Interpretasi yang digunakan dalam menghitung koefisien korelasi adalah:
a. Bila r = +1, atau mendekati 1, maka hubungan X dan Y sempurna atau sangat
kuat dan positif atau searah (Jika X naik, maka Y naik, atau sebaliknya).
b. Bila r = 0, atau mendekati 0, maka hubungan X dan Y lemah sekali atau tidak
ada hubungan dan negatif.
c. Bila r = -1 atau mendekati 1, maka hubungan sempurna atau sangat kuat dan
negatif atau berlawanan arah (Jika X naik, maka Y naik, atau sebaliknya).
d. Pengujian Hipotesis
Untuk menguji apakah variabel X (BI Rate) mempunyai peranan terhadap variabel Y
(kinerja perbankan), maka penulis melakukan pengujian hipotesis dengan kriteria
sebagai berikut:
Adapun kriteria pengujian:
a. Bila thitung < ttabel (α : df), maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya antara variabel
BI Rate dengan kinerja perbankan tidak mempunyai hubungan atau hubunganya
negatif.
b. Bila thitung > ttabel (α : df), maka H0 ditolak dan H1 diterima, artinya antara variabel
BI Rate dengan kinerja perbankan mempunyai hubungan yang positif.
c. Menentukan taraf signifikan atau tingkat kesalahan (α), yaitu 5% (0,05). dengan
demikian, maka tingkat keyakinan adalah sebesar 95%.
d. Menentukan derajat kebebasan (df).
Df = n – ( k + 1 )
Dimana:
df = derajat kebebasan
n = jumlah data,
k = variabel bebas.
1 = variabel terikat.
e. Menentukan statistik uji, yaitu dengan menggunakan rumus:
r n-2
t=
1- r2
Dimana:
t = nilai t yang dihitung
r = koefisien korelasi.
r2 = koefisien determinasi.
n = jumlah data.