1. Waktu hamil
• Hidromnion ringan jarang diberi terapi klinis, cukup diobservasi dan berikan terapi simptomatis
• Pada hidromnion yang berat dengan keluhan-keluhan, harus dirawat dirumah sakit untuk istirahat
sempurna. Berikan diet rendah garam. Obat-obatan yang dipakai adalah sedativa dan obat duresisi.
Bila sesak hebat sekali disertai sianosis dan perut tengah, lakukan pungsi abdominal pada bawah
umbilikus. Dalam satu hari dikeluarkan 500cc perjam sampai keluhan berkurang. Jika cairan
dikeluarkan dikhawatirkan terjadi his dan solutio placenta, apalagi bila anak belum viable. Komplikasi
pungsi dapat berupa :
1) Timbul his
2) Trauma pada janin
3) Terkenanya rongga-rongga dalam perut oleh tusukan
4) Infeksi serta syok
bila sewaktu melakukan aspirasi keluar darah, umpamanya janin mengenai placenta, maka pungsi
harus dihentikan.
2. Waktu bersalin
• Bila tidak ada hal-hal yang mendesak, maka sikap kita menunggu
• Bila keluhan hebat, seperti sesak dan sianosis maka lakukan pungsi transvaginal melalui serviks bila
sudah ada pembukaan. Dengan memakai jarum pungsi tusuklah ketuban pada beberapa tempat, lalu
air ketuban akan keluar pelan-pelan
• Bila sewaktu pemeriksaan dalam, ketuban tiba-tiba pecah, maka untuk menghalangi air ketuban
mengalir keluar dengan deras, masukan tinju kedalam vagina sebagai tampon beberapa lama supaya
air ketuban keluar pelan-pelan. Maksud semua ini adalah supaya tidak terjadi solutio placenta, syok
karena tiba-tiba perut menjadi kosong atau perdarahan post partum karena atonia uteri.
3. Post partum
• Harus hati-hati akan terjadinya perdarahan post partum, jadi sebaiknya lakukan pemeriksaan
golongan dan transfusi darah serta sediakan obat uterotonika
• Untuk berjaga-jaga pasanglah infus untuk pertolongan perdarahan post partum
• Jika perdarahan banyak, dan keadaan ibu setelah partus lemah, maka untuk menghindari infeksi
berikan antibiotika yang cukup
Muchtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC: Jakarta Staf Pengajar LAB / UPF Obstetri dan Ginekologi.
1989. Osbetetri Patologi. Ekstar Offset: Bandung Winknjosastro, Hanifa. 2005. Ilmu Kebidanan. YBP-SP: Jakarta
http://www.kompas.co.id/kesehatan/news/0509/07/073621.ht
http://reproduksiumj.blogspot.com/2009/09/polihidramnion.html
http://www.conectique.com/i/art/adved_1140057675.jpg
KEHAMILAN KEMBAR
Kehamilan kembar terjadi bila 2 atau lebih ovum mengalami pembuahan ( dizygotic) atau
bila satu ovum yang sudah dibuahi mengalami pembelahan terlalu dini sehingga membentuk
2 embrio yang identik (monozygotic).
Kembar monozygotik terjadi pada 2.3 – 4 per 1000 kehamilan pada semua jenis suku bangsa,
30% dari semua jenis kehamilan kembar.
Kembar dizygotic (fraternal) adalah dua buah ovum yang mengalami pembuahan secara
terpisah, 70% dari semua jenis kehamilan kembar.
15 tahun terakhir ini angka kejadian kehamilan kembar meningkat oleh karena :
Morbiditas dan mortalitas maternal lebih tinggi pada kehamilan kembar dibanding kehamilan
tunggal akibat :
Persalinan preterm
Perdarahan
Infeksi traktus urinarius
Hipertensi dalam kehamilan
2/3 kehamilan kembar berakhir dengan persalinan janin tunggal (sebagian embrio lain
berakhir dalam usia kehamilan 10 minggu)
Mortalitas perinatal kehamilan kembar lebih tinggi dari kehamilan tunggal oleh karena :
Kelainan kromosome
Prematuritas
Kelainan kongenital
Hipoksia
Trauma
PATOGENESIS
Kehamilan kembar yang terjadi dari fertilisasi sebuah ovum dari satu sperma.
Kehamilan kembar yang berasal dari dua buah ovum dan dua sperma.
Kehamilan kembar dizyogitic dapat memiliki jenis sex berbeda atau sama.
o Anemia gravidarum
o Infeksi traktus urinariums
o Preeklampsia –eklampsia
o Perdarahan sebelum-selama dan sesudah persalinan
o Kejadian plasenta previa
o Inersia uteri
Plasenta dan selaput ketuban pada kembar monozygote dapat bervariasi seperti terlihat pada
gambar 22.1, tergantung pada saat “pembelahan awal” pada discus embrionik. Variasi yang
dapat terlihat adalah :
1. Pembelahan sebelum stadium morula dan diferensiasi trofoblas (pada hari ke III)
menghasilkan 1 atau 2 plasenta, 2 chorion dan 2 amnion (sangat menyerupai kembar
dizygotic dan meliputi hampir 1/3 kasus kembar monozygotic)
2. Pembelahan setelah diferensiasi trofoblas tapi sebelum pembentukan amnion (hari ke
IV – VIII) menghasilkan 1 plasenta dan 2 amnion ( meliputi 2/3 kasus kembar
monozygotic)
3. Pembelahan setelah diferensiasi amnion ( hari ke VIII – XIII) menghasilkan 1
plasenta, 1 chorion dan 1 amnion
4. Pembelahan setelah hari ke 15 menyebabkan kembar tak sempurna, pembelahan pada
hari ke XIII – XV menyebabkan kembar siam.
Masalah paling serius pada plasenta monochorionic adalah jalur pintas pembuluh darah yang
disebut sebagai sindroma “twin to twin tranfusion” yang terjadi akibat anastomosis masing-
masing individu sejak kehamilan awal mereka.
Komunikasi yang terjadi dapat ateri-arteri, vena-vena atau arteri – vena. Yang paling
berbahaya adalah kombinasi arteri-vena yang dapat menyebabkan sindroma “twin to twin
tranfusion”
Janin resipien akan mengalami : edematous, hipertensi, asites, ‘kern’ icterus, pembesaran
ginjal dan jantung, hidramnion akibat poliuria, hipervolemia dan meninggal akibat gagal
jantung dalam usia 24 jam pertama.
Janin donor : kecil, pucat, dehidrasi akibat PJT-Pertumbuhan janin terhambat, malnutrisi dan
hipovolemia, oligohidramnion, anemia berat, hidrops fetalis dan gagal jantung.
Janin kedua sering mengalami ancaman terjadinya solusio plasenta, hipoksia, serta
“constriction ring dystocia”.
Kejadian insersio vilamentosa pada kehamilan kembar 7% (pada kehamilan tunggal 1%)
Kejadian sindroma arteri umbilikalis tunggal sering terjadi pada kehamilan monozygotik.
B. Janin
Melalui pemeriksaan ultrasonografi secara dini, diketahui bahwa angka kejadian kehamilan
kembar sebelum kehamilan 12 minggu kira-kira 3.29 – 5.39%.
Namun 20% diantaranya satu atau lebih janin akan menghilang secara spontan dan kadang-
kadang disertai dengan perdarahan pervaginam yang merupakan kjadian abortus (“vanishing
twin”).
GEJALA KLINIK
1. Temuan Laboratorium
Sebagian besar kehamilan kembar terdeteksi atas dasar pemeriksaaan MSAFP dan atau
ultrasonografi.
1. Pemeriksaan ultrasonografi
Pada kehamilan kembar dichorionic : jenis kelamin berbeda, plasenta terpisah dengan dinding
pemisah yang tebal (> 2mm) atau “twin peak sign” dimana membran melekat pada dua buah
plasenta yang menjadi satu.
1. Kehamilan tunggal
Kesalahan dalam penentuan tanggal HPHT-hari pertama haid terakhir dan Estimated Date of
Confinement-EDC sering menyebabkan kesalahan diagnosa kehamilan kembar.
2. Polihidramnion
3. Mola Hidatidosa
Mioma uteri
Tumor ovarium
Vesika urinaria yang penuh
Bila satu dari janin kembar dizygotik mati, janin yang mati akan mengalami mumifikasi
Janin yang mati potensial untuk menyebabkan masalah pada ibu atau janin lain (gangguan
pembekuan darah pada ibu) dan ini dapat menimbulkan masalah medis yang pengambilan
keputusan kliniknya amat sulit.
PENATALAKSANAAN
Persalinan
Pasien harus segera ke rumah sakit bila muncul tanda awal persalinan, KPD atau mengalami
perdarahan pervaginam.
Persiapan-persiapan yang perlu untuk tindakan bedah sesar yang mungkin dikerjakan.
Klasifikasi presentasi intrapartum :
Penatalaksanaan persalinan :
KOMPLIKASI
PROGNOSIS
Rujukan