Anda di halaman 1dari 3

Mencari Arah Kemerdekaan

Oleh Thomas Koten


“Hanya semangat kebebasan yang dipikul oleh perasaan keadilan dan kemanusiaan dapat
mengantar kita maju di dalam sejarah dunia. (Syahrir).

Nukilan seorang founding father kita, Sjahrir di atas menjelaskan mengapa bangsa ini
harus merdeka. Dengan latar apa bangsa ini bisa bangkit mengangkat senjata dan mengusir
penjajah. Dan bagaimana bangsa besar dan merdeka ini bisa maju dan dapat bersaing dengan
bangsa-bangsa lain dan bisa mengukir namanya dalam sejarah dunia.

Artinya, karena bangsa Indonesia merasa terus-menerus dijajah untuk bekerja keras, di
perlakukan sangat tidak adil, karena hasil-hasil bumi milik negeri ini dikuras dan dibawa ke
negara penjajah, maka bangkitlah perlawanan menentang penjajah dan berjuang mengusirnya
keluar dari bumi Indonesia. Dan karena bangsa Indonesia merasa tidak bebas memimpin diri
sendiri dan menentukan nasib sendiri, lantaran diperbudak bangsa asing, maka penjajah harus
dihapus dari bumi pertiwi, dan negara merdeka dapat dibangun agar bangsa Indonesia bisa
memimpin diri sendiri dan dapat menentukan nasibnya sendiri. Dengan demikian, bangsa ini bisa
maju dan dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya.

Dari sini pula dapat dimaknai bahwa kemerdekaan itu hakikat dasarnya adalah
terbebasnya bangsa dari kesewenang-wenangan, kelaparan dan kesengsaraan. Dan negara
merdeka hanyalah sebagai alat ekspresi diri bangsa untuk menggapai tujuan-tujuan berbangsa,
yaitu menggapai kebebasan yang menjunjung tinggi penegakan hak asasi manusia, demi
peningkatan martabat bangsa yang dilandasi pula pembangunan ekonomi, politik, dan hukum
yang berkeadilan, agar kesejahteraan rakyat dapat tercipta.

Arah kemerdekaan

Karena itu, setelah merdeka para pemimpin bangsa ini harus merancang strategi dan
menyusun grand design Indonesia ke depan. Dengan strategi yang terancang baik, pemerintah
memiliki arah yang jelas, dan titik yang dituju oleh arah itu. Maka, pemerintah atau pemimpin
memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam memimpin dan melakukan tata kelola negara.
Mengapa dibutuhkan strategi dan grand design? Karena, apabila tidak ada arah yang jelas dan
tujuan pasti, di samping arah pembangunan tidak fokus, dan menemukan banyak kebingungan,
juga bangsa ini akan tetap terjerat persoalan-persoalan yang sama, tanpa ada perbaikan dan
kemajuan, alias masuk ke dalam bentuk-bentuk penjajahan baru.

Pertama, republik ini akan terus terjerat oleh persoalan korupsi, suap, politik uang,
penegakan hukum yang tidak becus, dan terjadinya dekadensi moral bangsa yang semakin parah.
Kedua, jeratan berbagai masalah yang terus mendera yang menggiring bangsa ke dalam krisis
ekonomi yang tak berujung, seperti krisis energi listrik dan krisis BBM. Ujung yang paling parah
dari krisis ini adalah munculnya busung lapar, akibat tersandera kemiskinan yang parah.

Ketiga, jeratan neoliberalisme. Pemerintah Indonesia hingga saat ini, secara sadar, telah
mengadopsi secara bulat prinsip-prinsip pasar dalam menjalankan roda pemerintahan atau roda
kenegaraan dalam bidang ekonomi. Keganasan neoliberalisme yang berjalan di atas doktrin
dasarnya, yaitu pemujaan terhadap pasar, telah menelan korban begitu banyak negara. Slogan
neoliberalisme yang hendak menciptakan kemakmuran bagi semua pihak, ternyata kosong
belaka. Dan keganasannya semakin menjadi-jadi dengan terus melucuti peran negara.

Okelah, pasar dapat menciptakan kompetisi dan menggenjot semangat juang bagi pelaku
ekonomi. Dengan meminjam pemikiran filsuf Immanuel Kant, kompetisi membuat manusia bisa
membuang hahaya laten yang tersimpan dalam diri manusia, yaitu kemalasan. Tetapi, pasar yang
kompetitif selalu melahirkan pihak yang kalah, menggencet kaum miskin, mengusir gelandang
dan menggusur pedagang kaki lima.

Dan itulah yang terjadi dalam beberapa dekade, dan pemerintah seperti tidak memiliki
solusi dan arah yang jelas, terutama dalam menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
masyarakat atau orang kecil yang terpinggirkan oleh keganasan neoliberalisme itu. Padahal,
konstitusi mengatakan secara jelas bahwa, fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.
Dan inilah yang harus diperhatikan oleh negara, bahwa tugasnya mengayomi seluruh warga,
terutama warga negara yang miskin. Ingat bahwa kemiskinan rakyat dalam sejarahnya bukan
karena kemalasan, tetapi lebih karena adanya struktur masyarakat yang tidak adil. Dan boleh
dikatakan, kemiskinan rakyat dalam beberapa dekade terakhir ini lebih disebabkan oleh terjangan
neoliberalisme itu.

Tantangan

Tentu sudah banyak prestasi membanggakan telah diraih bangsa ini, dan telah banyak
persoalan kemasyarakatan dan keberbangsaan sudah diselesaikan dengan baik sejak Proklamasi
Kemerdekaan 65 tahun lalu. Meski demikian, berbagai macam persoalan yang masih terus
menyergap bangsa, seperti korupsi, suap, politik uang, mafia hukum, terjeratnya neoliberalisme
dan lain-lain/ Semua itu tentu menunjukkan masih sangat banyak tantangan yang harus diatasi
jika kita benar-benar ingin merdeka seagaimana dicita-citakan oleh para founding fathers
republik ini, yaitu merdeka dari kemiskinan, korupsi, ketidakadilan, dan merdeka dari jeratan
neoliberalisme.

Untuk menyelesaikan persoalan-persoalan di atas agar bangsa ini dapat menemukan


kemerdekaan yang sungguh-sungguh, sebagaimana telah ditegaskan di atas, pemerintah harus
memiliki arah yang jelas dan fokus pasca peringatan kemerdekaan ke-65 ini. Dengan begitu,
pemerintah dapat menaikan kredibilitasnya, yang secara langsung dapat mengikis skeptisisme
publik, bahwa pemerintah selama ini tidak sanggup mengelola negeri ini dan memenuhi cita-cita
proklamasi kemerdekaan, yaitu menyejahterakan rakyat seluruhnya. Dalam hal mana, cita-cita
kemerdekaan itu tetap menggntung di langit-langit kosong, jika reformasi hukum yang
berkeadilan tidak dilakukan, kemiskinan tidak diberantas, pengangguran tidak diperkejakan,
korupsi tidak dibasmi secara tuntas, politik uang tidak dihentikan dan jeratan neoliberalisme
tidak dibongkar.

Penulis, direktur Social Development Center

Anda mungkin juga menyukai