PENDAHULUAN
1
Pengaruh perubahan hormonal pada gingiva wanita hamil yaitu,
secara klinis terdapat perubahan inflamatori pada gingivanya. Inflamasi ini
ditemukan 30% -100% pada wanita hamil dan keadaan ini disebut sebagai
pregnancy gingivitis. Tingkat keparahan gingivitis ini secara progresif
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia kehamilan.
Kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh ibu hamil adalah
kecenderungan untuk menjadi lebih malas menggosok gigi serta merawat
kesehatan gigi.
Perubahan hormonal dan kebiasaan buruk pada ibu hamil ini akan
memberikan efek yang sangat buruk pada kesehatan kavitas rongga mulut
yang kemudian akan berpengaruh juga pada kondisi janin.
Oleh karena itu, menjaga kesehatan gigi dan mulut pada masa
kehamilan ini sangat penting dan tidak patut disepelekan serta perlu untuk
dilakukan pembahasan yang lebih rinci, lebih lengkap dan lebih jelas lagi,
karena kebanyakan para ibu hamil kurang mengerti akan pentingnya
menjaga dan merawat kesehatan gigi dan mulut pada masa kehamilan.
2
1.3. Tujuan
3
BAB 2
ISI MATERI
4
2.2. Tanda- Tanda Kehamilan
5
dan membesar, pembuluh darah pada payudara terlihat lebih jelas dan
berwarna kebiruan.
Juga didapat keadaan syncope dan hipotensi postural.
Perkembangan janin selama tiga bulan pertama kehamilan adalah suatu
masa proses yang kompleks dan sensitif terhadap defek
perkembangan.10%- 20% kemungkinan mengalami keguguran sebagai
etiologi yang tidak terlalu jelas dan juga dapat terpengaruh faktor
keturunan, ibu pecandu narkoba, peminum alkohol dan perokok berat.
Pada ibu hamil tanpa disadari oleh organ dan sistem tubuh
termasuk gigi geligi janin sudah mulai terbentuk pada awal minggu ke 4-6
kehamilan. Awal trimester kehamilan adalah masa sensitif dimana
malformasi janin dapat terjadi. Pada kehamilan pertengahan trimester
pertama, estrogen dan progesteron tidak dihasilkan oleh korpus luteum
gravidatatis melainkan oleh plasenta
6
c. Kehamilan trimester ketiga
Kehamilan trimester ketiga adalah keadaan mengandung embrio
atau fetus di dalam tubuh pada 28-40 minggu. Pada trimester ketiga, rasa
lelah, ketidaknyamanan dan rasa depresi ringan akan meningkat. Tekanan
darah ibu hamil biasanya tinggi, tetapi akan kembali normal setelah
melahirkan. Pada masa akhir trimester didapat suatu sindroma supine
hipersensitif berupa tekanan darah menurun, berkeringat, mual rasa
brakikardia, lemas dan sulit untuk bernafas dalam posisi supine (tertekan
vena cava inferior karena uterus gravis). Hal ini dapat menyebabkan
output jantung menurun dan menyebabkan kesadaran terganggu hingga
pingsan. Pada trimester ketiga plasenta menghasilkan steroid seks dalam
jumlah sangat besar.
7
Dengan melakukan cara makan yang sehat, tidak hanya membuat
ibu hamil menjadi lebih fit dan sehat, tapi juga membantu perkembangan
bayi dalam kandungan. Perkembangan bayi memang sangat tergantung
dari apa yang ibu berikan dan lakukan baginya. Sehingga seorang ibu yang
sedang hamil, tidak bisa menyepelekan nutrisi pada makanan yang ia
makan. Nutrisi yang dibutuhkan tersebut harus bisa tercukupi dengan baik.
Nutrisi yang dibutuhkan oleh janin dalam kandungan ibu tersebut,
antara lain :
o Vitamin D berguna untuk pertumbuhan dan
pembentukan tulang bayi Anda. Sumbernya terdapat pada
minyak hati ikan, kuning telur dan susu.
o Vitamin E berguna bagi pembentukan sel
darah merah yang sehat. Makanlah lembaga biji-bijian terutama
gandum, kacang-kacangan, minyak sayur dan sayuran hijau.
o Asam folat berguna untuk perkembangan
sistem saraf dan sel darah, banyak terdapat pada sayuran
berwarna hijau gelap seperti bayam, kembang kol dan brokoli.
Pada buah-buahan, asam folat terdapat dalam jeruk, pisang,
wortel dan tomat. Kebutuhan asam folat selama hamil adalah
800 mcg per hari, terutama pada 12 minggu pertama
kehamilan. Kekurangan asam folat dapat mengganggu
pembentukan otak, sampai cacat bawaan pada susunan saraf
pusat maupun otak janin.
o Kalsium, diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi
janin, serta melindungi ibu hamil dari osteoporosis Jika
kebutuhan kalsium ibu hamil tidak tercukupi, maka kekurangan
kalsium akan diambil dari tulang ibu. Sumber kalsium yang
lain adalah sayuran hijau dan kacang-kacangan. Saat ini
kalsium paling baik diperoleh dari susu serta produk
olahannya. Susu juga mengandung banyak vitamin, seperti
vitamin A, D, B2, B3, dan vitamin C.
8
Nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu selama mengandung, antara lain:
o Karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat
tenaga untuk menghasilkan kalori dapat diperoleh dari serealia,
umbi-umbian.
o Protein sebagai sumber zat pembangun
dapat diperoleh dari daging, ikan, telur dan kacang-kacangan.
o Mineral sebagai zat pengatur dapat diperoleh
dari buah-buahan dan sayur – sayuran.
o Vitamin B kompleks berguna untuk menjaga
sistem saraf, otot dan jantung agar berfungsi secara normal.
Dapat dijumpai pada serealia, biji – bijian, kacang-kacangan,
sayuran hijau, ragi, telur dan produk susu.
o Vitamin E berguna bagi pembentukan sel
darah merah yang sehat. Makanlah lembaga biji-bijian terutama
gandum, kacang-kacangan, minyak sayur dan sayuran hijau.
o Zat besi yang dibutuhkan ibu hamil agar
terhindar dari anemia, banyak terdapat pada sayuran hijau
(seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun pepaya),
daging dan hati. Masa kehamilan menyebabkan terjadinya
peningkatan kebutuhan akan zat besi. Janin yang sedang
berkembang mengambil sejumlah zat besi dari ibunya hingga
5-6 bulan setelah lahir sehingga kebutuhan akan zat besi
meningkat selama kehamilan.
Kehilangan zat besi selama kehamilan cenderung menurun
karena wanita hamil tidak mengalami menstruasi sehingga bisa
menyerap zat besi dari usus dengan lebih baik.
o Kalsium, diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi
janin, serta melindungi ibu hamil dari osteoporosis Jika
kebutuhan kalsium ibu hamil tidak tercukupi, maka kekurangan
kalsium akan diambil dari tulang ibu. Sumber kalsium yang
9
lain adalah sayuran hijau dan kacang-kacangan. Saat ini
kalsium paling baik diperoleh dari susu serta produk
olahannya. Susu juga mengandung banyak vitamin, seperti
vitamin A, D, B2, B3, dan vitamin C.
10
luteinisasi yang disekresi oleh hipofisis. Hormon ini merangsang korpus
luteum untuk mensekresi lebih banyak hormon estrogen dan progesteron.
Dibawah pengaruh hormon gonadotropin korionik ini korpus luteum
tumbuh sekitar dua kali ukuran awal pada bulan pertama kehamilan,
sehingga estrogen dan progesteron disekresi terus menerus untuk
mempertahankan endometrium uterus yang diperlukan pada awal
perkembangan plasenta dan janin. Sekresi hormon ini kira- kira 7-9 hari
setelah ovulasi dan menurun menjelang 16- 10 minggu setelah ovulasi.
Selain disekresi oleh korpus luteum dalam jumlah besar, plasenta
juga mensekresi hormon progesteron dan estrogen dalam jumlah yang
sangat besar, kadang- kadang sebanyak satu gram perhari menjelang akhir
kehamilan.
Selama masa kehamilan, terjadi peningkatan level hormonal.
Progesterone mencapai tingkat 100mg/ml, sepuluh kali fase puncak luteal
menstruasi. Pertumbuhan estrogen plasma meningkat sekitar 30 kali
ukuran normal pada akhir kehamilan.
Disebutkan pula oleh Ganong, bahwa fungsi korpus luteum mulai
menurun setelah delapan minggu kehamilan, tetapi korpus luteum menetap
selama kehamilan.
Korpus luteum ovarium menghasilkan progesteron selama masa
kehamilan awal, sedangkan suplai tambahan disekresikan oleh plasenta
setelah bulan kedua.
Efek khusus progesteron yang penting untuk kehamilan yang
normal, antara lain :
1. Progesteron menyebabkan sel- sel desidui berkembang dalam
endometrium uterus dan kemudian sel- sel desidui ini memainkan
peran penting untuk memberi makanan pada embrio.
2. Progesteron emmpunyai pengaruh khusus dalam menurunkan
kontraktilitas uterus gravid, jadi mencegah kontraksi uterus yang
menyebabkan abortus spontan.
11
3. Progesteron juga menyokong perkembangan ovum sebelum
implantasi, karena secara khusus ia meningkatkan sekresi tuba fallopi
dan uterus untuk memberikan zat- zat gizi yang sesuai bagi morulla
dan blastokista yang sedang berkembang.
4. Progesteron yang disekresi selama kehamilan juga untuk membantu
menyiapkan kelenjar mammae untuk laktasi (Guyton, 1997).
Sekresi gonadotroin korionik menurun setelah peningkatan
mencolok pada awal kehamilan, tetapi sekresi estrogen dan progesteron
meningkat tepat sebelum persalinan.
Peningkatan produksi hormon estrogen dan progesteron akan
menimbulkan perubahan keseimbangan hormonal yang dapat berpengaruh
antara lain terhadap mukosa rongga mulut, sehingga menjadi sangat peka
terhadap rangsangan lokal meskipun sangat kecil (Depi, 2005).
12
krevikular, pola produksi kolagen dan meningkatkan kerusakan folat
(dibutuhkan dalam pemeliharaan jaringan) (Depi, 2005).
Baik estrogen maupun progesterone menstimulasi produksi
prostaglandin khususnya PGE1 dan PGE2 yang merupakan mediator poten
pada respon inflamasi. Kedua hormone ini mempunyai reseptor spesifik
pada jaringan gingival, sehingga secara otomatis peningkatan kedua
hormone ini akan mempengaruhi kesehatan jaringan gingival. Jaringan
gingival menjadi lebih sensitive terhadap bakteri pathogen, pendarahan
dan rasa sakit Hal ini dianggap sebagai factor eksternal yang dapat
mempengaruhi wanita hamil untuk menjadi takut menggosok gigi. Kondisi
ini menyebabkan bertambah dalamnya poket periodontal serta didukung
oleh perubahan pH saliva akibat efek dari gejala muntah selama masa awal
kehamilan sehingga mendukung terjadinya peningkatan frekuensi karies
pada ibu hamil. Karena besarnya pengaruh peningkatan hormone seksual
terhadap jaringan gingival, saliva, serum dan cairan krevikular, maka akan
tersedia tempat pertumbuhan mikroorganisme pathogen periodontal, hal
ini akan diawali dengan mudah terbentuknya plak dalam rongga mulut.
Mikroflora normal rongga mulut juga akan berubah menjadi agresif
anaerobic pada masa kehamilan, hal inilah yang menyebabkan
metabolisme jaringan berubah dan respon imun berkurang selama
kehamilan (Airlangga Univ. Press, 1985).
Selain itu, pada masa kehamilan terjadi perubahan fisiologis yang
disertai dengan perubahan sikap, suasana atau perilaku yang tidak biasa.
Perubahan perilaku yang terjadi ini pada umumnya adalah mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut yang menyebabkan karies dan penyakit
periodontal seperti dalamnya poket periodontal (Natalia, 2005).
13
Adanya perubahan hormonal dan kebiasaan yang sangat
berpengaruh pada kavitas rongga mulut, memungkinkan munculnya
berbagai kelainan- kelainan dalam rongga mulut. Kelainan- kelainan
tersebut antara lain :
o Gingivitis
Gingiva adalah salah satu bagian dari periodonsium yang
mempunyai fungsi utama untuk melindungi jaringan
dibawahnya.
Jaringan ini bisa mengalami inflamasi yang disebut
gingivitis.
Gingivitis adalah suatu penyakit dimana terjadi inflamasi
pada jaringan gingiva. Kehadiran penyakit ini sering kurang
disadari oleh penderita karena pada tahap awal penyakit ini
jarang memberikan keluhan pada penderita dan tanda
klinisnya kurang menjadi perhatian karena tidak nampak.
Inflamasi atau radang merupakan salah satu mekanisme
pertahanan alami yang penting bagi tubuh dan merupakan
respon tubuh terhadap luka jaringan. Menurut Yuwono et al
(2001), radang merupakan respon tubuh yang umum dan
menguntungkan terhadap suatu iritan atau mikroorganisme.
Sedangkan menurut Adam (1992), radang merupakan
reaksi tubuh yang bersifat lokal dan berbeda dengan infeksi
yang bersifat difuse atau menyebar.
Perubahan warna merupakan tanda klinis yang penting
pada penyakit gingiva. Secara normal, warna gingiva
adalah ’coral pink’ tergantung pada vaskularisasi jaringan
dan modifikasi susunan sel epitel.
Radang gingiva yang menyerang ibu hamil disebut dengan
gingivitis gravidarum/ pregnancy gravidarum/ hyperplasia
gravidarum (Natalia, 2005).
14
Gingivitis karena faktor lokal (Penyebab Primer)
Gingivitis yang diinduksi plak gigi merupakan bentuk
paling umum dari penyakit gingiva dengan karakterisitik
adanya tanda- tanda inflamasi pada gingiva tanpa adanya/
kehilangan perlekatan. Plak gigi merupakan suatu biofilm
ayng melekat secara kuat pada permukaan keras dalam
rongga mulut gigi, termasuk restorasi cekat dan lepasan
dengan bakteri sebagai kompisis utamanya. Inflamasi
gingiva biasanya diawali dengan terjadinya pemupukan
mikroorganisme dalam sulkus gingiva, mikroorganisme
tersebut mampu mensintesis produk- produk berbahaya
yang dapat menyebabkan kerusakan sel- sel epitel dan sel
jaringan ikat, serta bahan interseluler seperti kolagen,
substansi dasar dan glikolitik. Kerusakan ini menyebabkan
melebarnya ruang interseluler antara sel- sel junctional
epithelium sehingga bakteri dan produknya dapat dengan
mudah masuk dan menyebar ke gingiva yang lebih dalam.
Hal ini dapat menyebabkan distensi dan dilatasi kapiler
serta penipisan dan ulserasi dari epitel sulkus. Sehingga
mikroorganisme patogen tersebut tidak langsung merusak
gingiva, melainkan merusak gingiva secara tidak langsung
melalui hasil sintesis produk- produk berbahaya
mikroorganisme yang dapat merusak jaringan gingiva. Hal
ini merupakan penyebab gingivitis melalui faktor lokal,
yakni adanya koloni bakteri atau mikroorganisme patogen
pada rongga mulut (Natalia, 2005)
15
yang mengalami perubahan klinis pada kondisi
sistemiknya, misalnya gingivitis pada saat kehamilan
merupakan contoh inflamasi sebagai pencetus gingivitis.
Peningkatan hormon estrogen dan perogesteron pada
wanita hamil, mempengaruhi respon vaskular dari jaringan
hingga mengalami iritasi atau awal gingivitis.
Perubahan hormonal yang menyebabkan gingivitis ini
merupakan faktor sistemik penyebab gingivitis.
Pada masa kehamilan terjadi perubahan hormon, sehingga
peradangan yang ringan sekalipun yang sebenarnya sulit di
deteksi dapat menjadi hebat, serta kadang- kadang disertai
dengan pembesaran dan pendarahan pada gingiva.
Pembesaran yang terbatas dapat terjadi pada papilla dari
satu atau dua gigi dan dapat mengganggu proses
pengunyahan, karena menimbulkan pendarahan. Walaupun
disebut tumor kehamilan, tetapi sebenarnya tumor ini terdiri
dari jaringan peradangan. Keadaan ini tidak akan terjadi
bila sudah dilakukan pengontrolan plak yang teliti.
Gingivitis dilaporkan memuncak pada bulan ke-6
kehamilan (trimester kedua dan trimester ketiga) dan
kemudian menurun diakhir kehamilan seiring dengan
penurunan tingkat hormon estrogen dan progesteron. Hal
ini menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa
meningkatnya level estrogen dan progesterone yang terjadi
selama kehamilan meningkatkan sensitifitas pada gingiva
dan mengiritasi (Natalia, 2005).
16
a. Warna gusi, jaringan gusi yang mengalami peradangan
berwarna merah terang sampai kebiruan, kadang-
kadang berwarna merah tua.
b. Kontur gusi, reaksi peradangan lebih banyak terlihat di
daerah sela-sela gigi dan pinggiran gusi terlihat
membulat.
c. Konsistensi, daerah sela gigi dan pinggiran gusi terlihat
bengkak, halus dan mengkilat. Bagian gusi yang
membengkak akan melekuk bila ditekan, lunak, dan
lentur.
d. Risiko perdarahan, warna merah tua menandakan
bertambahnya aliran darah, keadaan ini akan
meningkatkan risiko perdarahan gusi.
e. Luas peradangan, radang gusi pada masa kehamilan
dapat terjadi secara lokal maupun menyeluruh. Proses
peradangan dapat meluas sampai di bawah jaringan
periodontal dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut
pada struktur tersebut.
17
yaitu plak yang dipicu dengan perubahan hormonal,
sehingga menyebabkan perubahan metabolisme jaringan.
18
kehamilannya sehingga ibu malas menggosok gigi.
Keadaan ini dengan sendirinya akan menambah
penumpukan plak sehingga memperburuk keadaan
(Winkjosastro, 1999).
19
sehingga jaringan akan lebih sensitif, lebih mudah
mengalami peradangan serta mudah mengalami
pendarahan.
Peradangan ini akan jelas terlihat pada gingiva. Gingiva
terlihat semakin merah dengan permukaan mengkilap dan
ada kecenderungan untuk berdarah apabila penderita
menyikat gigi atau mengunyah makanan, kadang- kadang
juga ditemukan halitosis (Airlangga Univ. Press, 1985).
20
2.9. Upaya Pencegahan Kelainan Rongga Mulut pada Masa Kehamilan
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh ibu hamil agar tidak
terjadi gingivitis, serta penyakit lainnya yang dapat menyerang kavitas
rongga mulut saat hamil, yaitu dengan menciptakan kebersihan rongga
mulut yang optimal, seperti :
2. Penekanan tentang pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang
dapat dilakukan di rumah, seperti :
a. Penyikatan gigi secara teratur dan benar.
Karena gingiva menjadi lebih sensitif, maka lebih baik
menggunakan sikat gigi dengan bulu sikat yang halus dan
menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride.
Penyikatan gigi ini minimal dilakukan dua kali sehari, dengan
tujuan untuk mengurangi penumpukan sisa makanan sehingga
bisa meminimalisir munculnya plak serta dapat mencegah
peradangan gingiva dan munculnya karies pada ibu hamil.
b. Membersihkan sela- sela gigi dengan dental floss, dengan
tujuan untuk menghilangkan sisa- sisa makanan dan timbunan
plak pada sela- sela gigi.
c. Penggunaan obat kumur antiseptic secara teratur apabila
sering mengalami morning sickness atau muntah- muntah di
pagi hari, manfaat obat kumur antiseptic, antara lain :
i. Obat kumur membantu membersihkan gigi dan jaringan
lunak, sehingga mampu mengurangi dan meminimalisir
penimbunan sisa- sisa makan dan mencegah munculnya
plak yang merupakan tempat pertumbuhan mikoorganisme
patogen dalam rongga mulut. Sehingga karies akan semakin
berkurang.
ii. Membantu meniadakan bau- bau yang tidak enak. Aroma
segar dari obat kumur tersebut memberikan aroma yang
21
segar pula pada rongga mulut. Sehingga halitosis bisa
teratasi.
iii. Obat- obat kumur mempunyai daya antiseptic yang dapat
membunuh atau mengurangi pertumbuhan kuman- kuman
mikroorganisme.
iv. Penambahan rasa pada obat kumur mengakibatkan perasaan
enak dan segar.
22
d. Tahap pemeliharaan, tahap ini dilakukan untuk mencegah
kambuhnya penyakit periodontal setelah perawatan. Tindakan
yang dilakukan adalah pemeliharaan kebersihan mulut di
rumah dan pemeriksaan secara periodik kesehatan jaringan
periodontal.
23
membutuhkan penyinaran radiografi, maka hal ini sangat
berbahaya bagi si janin. Sinar radiograf tersebut mampu
menyebabkan janin tersebut mengalami keguguran, perubahan
bentuk atau kelainan pertumbuhan pada janin. Pengaruh obat-
obatan yang diberikan oleh dokter gigi, apabila dokter gigi
membreikan obat dengan ceroboh tanpa memperhatikan kondisi
pasien yang sedang hamil, maka akan mengganggu pertumbuhan
fetus didalamnya (Pujiastuti, 2003).
24
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
25
vi. Metabolisme jaringan rongga mulut terganggu
vii. Sistem imun menurun
26
DAFTAR PUSTAKA
Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Guyton, Arthur and John Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Pujiastuti, Peni. 2003. “Perbedaan Jumlah Koloni Bakteri Plak Subgingiva Wanita
Hamil dan Tidak Hamil.” Majalah Kedokteran Gigi ( Dental Journal). Surabaya:
Airlangga University Press
Moestopo, “ Pemeliharaan Gigi Dimulai Sejak dari Kandungan Sang Ibu”. Jakarta
Timur: Ghalia Indonesia
27
1985. “Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga”. Airlangga University
28