Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Keadaan dan keasaman dalam rongga mulut manusia selalu


berubah- ubah, tergantung situasi dan kondisi masing- masing individu
seperti halnya pada masa kehamilan. Wanita yang sedang mengandung
sangat rentan terserang penyakit. Hal ini disebabkan karena sistem imun
wanita yang sedang mengandung menurun dari biasanya.
Penurunan sistem imun ini sangat mempengaruhi kondisi fisik
wanita hamil tersebut. Baik itu kondisi fisik secara umum, maupun kondisi
fisik secara khusus, seperti kesehatan rongga mulut pada wanita hamil,
sehingga keadaan dalam rongga mulut seorang ibu yang sedang
mengandung sangat berbeda dengan keadaan rongga mulut ibu yang tidak
sedang mengandung. Seorang wanita yang sedang hamil sangat rentan
terserang gingivitis, penyakit periodontal, dan kelainan rongga mulut yang
lainnya. Hal ini tidak lain disebabkan karena adanya perubahan hormonal
dalam tubuh Sang Ibu yang sedang hamil. Semua hormone mengalami
perubahan, namun perubahan yang paling meningkat dan signifikan adalah
hormone estrogen, progesterone dan androgen.
Progesteron merupakan hormone yang penting untuk kehamilan.
Selain disekresi dalam jumlah sedang omeh korpus luteum pada
permulaan kehamilan, ia disekresi dalam jumlah banyak oleh plasenta.
Perubahan hormonal pada ibu hamil tidak hanya berpengaruh pada
kondisi fisik Sang ibu, namun juga berpengaruh terhadap respon jaringan
gingival serta jaringan penyangga lainnya yang berada dalam kavitas
rongga mulut.

1
Pengaruh perubahan hormonal pada gingiva wanita hamil yaitu,
secara klinis terdapat perubahan inflamatori pada gingivanya. Inflamasi ini
ditemukan 30% -100% pada wanita hamil dan keadaan ini disebut sebagai
pregnancy gingivitis. Tingkat keparahan gingivitis ini secara progresif
meningkat sesuai dengan bertambahnya usia kehamilan.
Kebiasaan buruk yang sering dilakukan oleh ibu hamil adalah
kecenderungan untuk menjadi lebih malas menggosok gigi serta merawat
kesehatan gigi.
Perubahan hormonal dan kebiasaan buruk pada ibu hamil ini akan
memberikan efek yang sangat buruk pada kesehatan kavitas rongga mulut
yang kemudian akan berpengaruh juga pada kondisi janin.
Oleh karena itu, menjaga kesehatan gigi dan mulut pada masa
kehamilan ini sangat penting dan tidak patut disepelekan serta perlu untuk
dilakukan pembahasan yang lebih rinci, lebih lengkap dan lebih jelas lagi,
karena kebanyakan para ibu hamil kurang mengerti akan pentingnya
menjaga dan merawat kesehatan gigi dan mulut pada masa kehamilan.

1.2. Rumusan Masalah

a. Apa saja pengaruh kehamilan terhadap kesehatan rongga mulut?


b. Apa sajakah kelainan atau penyakit rongga mulut yang sering
muncul pada masa kehamilan?
c. Seberapa pentingkah menjaga kesehatan rongga dan mulut pada
masa kehamilan?
d. Bagaimana upaya menjaga dan merawat kesehatan rongga mulut
dari berbagai kelainan rongga mulut yang muncul pada masa
kehamilan?

2
1.3. Tujuan

a. Sasaran mampu memahami pengaruh kehamilan terhadap kesehatan


rongga mulut.
b. Sasaran mampu memahami kelainan rongga mulut yang sering terjadi
pada masa kehamilan serta upaya pencegahannya.
c. Sasaran mampu memahami pentingnya menjaga kesehatan rongga
mulut pada masa kehamilan.
d. Sasaran mampu mengerti, memahami dan mempraktekkan upaya
menjaga dan merawat kesehatan rongga mulut dari berbagai kelainan
pada masa kehamilan.

3
BAB 2
ISI MATERI

2.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan atau gestasi adalah proses pembuahan ovum dan terjadi


rangkaian peristiwa yang sama sekali baru, dan pembuahan ini akan
berkembang menjadi janin (Guyton, 1994).
Kehamilan adalah keadaan mengandung embrio atau fetus di
dalam tubuh, setelah penyatuan sel telur dengan sperma (Dorland, 1998).
Kehamilan adalah kejadian fisiologis normal yang menyebabkan
perubahan dalam keseimbangan hormonal.
Proses terjadinya kehamilan, segera setelah ovum memasuki tuba
fallopi, tetapi sebelum sperma memasuki ovum, sperma harus dapat
menembus korna radinat, yaitu lapisan yang tebal dari sel granulosa yang
melekat disisi luar ovum. Sehingga untuk menembus korna radinata,
sperma memerlukan enzim hialurodinase dan proteolitik yang dilepaskan
oleh akrosom sperma untuk membuka jalan yang dapat dilalui oleh satu
sperma. Setelah masuk, kepala sperma terlepas dari ekornya kemudian
melebur dengan ovumdan terjadi proses evolusi. Sel telur membelah diri
menjadi dua bagian sel dan kromosom- kromosom yang berasal dari dua
inti tersebut berpasangan. Pertumbuhan akan terus berlangsung sambil sel-
sel tersebut berjalan sepanjang saluran telur (tuba fallopi) menuju rahim
(uterus). Di dalam rahim ovum akan tertanam dalam lapisan rahim
(endometrium) yang menebal secara perlahan- lahan selama siklus dan
berkembang menjadi janin (Ganong, 1999).

4
2.2. Tanda- Tanda Kehamilan

Rasa mual, lemah dan muntah merupakan tanda- tanda umum


kehamilan, disamping tidak adanya menstruasi. Tanda- tanda lainnya yaitu
sering buang air kecil dan buah dada terasa lunak pada awal kehamilan,
disebabkan karena adanya peningkatan hormon dan juga sebagai
persiapan memberi makanan pada janin. Selain lunak, buah dada juga
terasa penuh dan membesar karena peningkatan hormon- hormon seksual
seperti hormon estrogen (Praharani, 2005).
Hormon estrogen disekresi secara berlebihan selama kehamilan.
Jumlah estrogen yang sangat berlebihan akan menyebabkan pembesaran
uterus, genetalia eksterna wanita, payudara dan pertumbuhan struktur
duktus payudara. Hal inilah yang menyebabkan payudara wanita hamil
membesar. Estrogen juga merelaksasi berbagai ligamentum pelvis
sehingga persendian sakroiliaka menjadi relatif lentur dan simfisis pubis
menjadi elastis (Guyton, 1997).
Selain itu, wanita hamil juga akan sering mengalami kram perut.
Kram perut disebabkan karena adanya peregangan otot- otot rahim untuk
mempersiapkan tempat bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Nyeri
punggung akan semakin dirasakan karena punggung bagian bawah
terdorong oleh berat janin yag semakin bertambah (Wiknjosastro, 1999)

2.3. Usia Kehamilan


Menurut Mansjoer (2001), usia kehamilan dibagi menjadi tiga
periode, yaitu:
a.Kehamilan trimester pertama
Kehamilan trimester pertama adalah keadaan mengandung embrio
atau fetus di dalam tubuh pada 0-14 minggu. Penemuan yang didapat pada
trimester pertama adalah rasa lelah dan mual- mual, sambil kadang-
kadang disertai muntah- muntah (morning sickness). Payudara terasa nyeri

5
dan membesar, pembuluh darah pada payudara terlihat lebih jelas dan
berwarna kebiruan.
Juga didapat keadaan syncope dan hipotensi postural.
Perkembangan janin selama tiga bulan pertama kehamilan adalah suatu
masa proses yang kompleks dan sensitif terhadap defek
perkembangan.10%- 20% kemungkinan mengalami keguguran sebagai
etiologi yang tidak terlalu jelas dan juga dapat terpengaruh faktor
keturunan, ibu pecandu narkoba, peminum alkohol dan perokok berat.
Pada ibu hamil tanpa disadari oleh organ dan sistem tubuh
termasuk gigi geligi janin sudah mulai terbentuk pada awal minggu ke 4-6
kehamilan. Awal trimester kehamilan adalah masa sensitif dimana
malformasi janin dapat terjadi. Pada kehamilan pertengahan trimester
pertama, estrogen dan progesteron tidak dihasilkan oleh korpus luteum
gravidatatis melainkan oleh plasenta

b. Kehamilan trimester kedua


Kehamilan trimester kedua adalah keadaan mengandung embrio
atau fetus di dalam tubuh pada 14-28 minggu. Pada trimester kedua ibu
hamil akan merasa lebih tentram tanpa gangguan berarti. Muncul
stretchmark atau garis putih di perut dan payudara akibat pembesaran
organ, berat badan semakin meningkat dan sering buang air kecil karena
kandung kemih tertekan oleh rahim yang besar. Pada trimester kedua
janin tumbuh dan berkembang menuju maturasi, maka pemberian obat-
obatan harus dijaga agar jangan mengganggu pembentukan gigi geligi
janin, misalnya antibiotika, obat tetrasiklin dan klindamisin.
Menurut Prawiroharjo (1999), pada kehamilan trimester kedua
plasenta menghasilkan steroid seks dalam jumlah besar. Selain itu terjadi
pula peningkatan sekresi hormon PRL dari hipofisis anterior. Plasenta juga
membentuk human chorionic somatommaotropin (hCS), human placental
lactogen (hPL) atau human chorionic thyrotropin (hCT).

6
c. Kehamilan trimester ketiga
Kehamilan trimester ketiga adalah keadaan mengandung embrio
atau fetus di dalam tubuh pada 28-40 minggu. Pada trimester ketiga, rasa
lelah, ketidaknyamanan dan rasa depresi ringan akan meningkat. Tekanan
darah ibu hamil biasanya tinggi, tetapi akan kembali normal setelah
melahirkan. Pada masa akhir trimester didapat suatu sindroma supine
hipersensitif berupa tekanan darah menurun, berkeringat, mual rasa
brakikardia, lemas dan sulit untuk bernafas dalam posisi supine (tertekan
vena cava inferior karena uterus gravis). Hal ini dapat menyebabkan
output jantung menurun dan menyebabkan kesadaran terganggu hingga
pingsan. Pada trimester ketiga plasenta menghasilkan steroid seks dalam
jumlah sangat besar.

2.4. Nutrisi yang Dibutuhkan pada Masa Kehamilan


Menurut Moestopo, selama masa kehamilan, salah satu bagian
yang penting dalam membantu perkembangan janin dalam kandungan
adalah tergantung pada apa yang Anda makan dan cara makan Anda
selama kehamilan.
Makan yang baik selama kehamilan, antara lain:
o Ubahlah cara makan Anda sesuai dengan
diet makan ibu hamil
o Hindari makanan yang dapat membahayakan ibu dan janin
o Jangan berdiet selama kehamilan
o Makan dengan porsi yang kecil tetapi sering
o Minum vitamin ibu hamil secara teratur
o Minum air yang cukup
o Konsumsi makanan berserat, buah-buahan dan sayuran

7
Dengan melakukan cara makan yang sehat, tidak hanya membuat
ibu hamil menjadi lebih fit dan sehat, tapi juga membantu perkembangan
bayi dalam kandungan. Perkembangan bayi memang sangat tergantung
dari apa yang ibu berikan dan lakukan baginya. Sehingga seorang ibu yang
sedang hamil, tidak bisa menyepelekan nutrisi pada makanan yang ia
makan. Nutrisi yang dibutuhkan tersebut harus bisa tercukupi dengan baik.
Nutrisi yang dibutuhkan oleh janin dalam kandungan ibu tersebut,
antara lain :
o Vitamin D berguna untuk pertumbuhan dan
pembentukan tulang bayi Anda. Sumbernya terdapat pada
minyak hati ikan, kuning telur dan susu.
o Vitamin E berguna bagi pembentukan sel
darah merah yang sehat. Makanlah lembaga biji-bijian terutama
gandum, kacang-kacangan, minyak sayur dan sayuran hijau.
o Asam folat berguna untuk perkembangan
sistem saraf dan sel darah, banyak terdapat pada sayuran
berwarna hijau gelap seperti bayam, kembang kol dan brokoli.
Pada buah-buahan, asam folat terdapat dalam jeruk, pisang,
wortel dan tomat. Kebutuhan asam folat selama hamil adalah
800 mcg per hari, terutama pada 12 minggu pertama
kehamilan. Kekurangan asam folat dapat mengganggu
pembentukan otak, sampai cacat bawaan pada susunan saraf
pusat maupun otak janin.
o Kalsium, diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi
janin, serta melindungi ibu hamil dari osteoporosis Jika
kebutuhan kalsium ibu hamil tidak tercukupi, maka kekurangan
kalsium akan diambil dari tulang ibu. Sumber kalsium yang
lain adalah sayuran hijau dan kacang-kacangan. Saat ini
kalsium paling baik diperoleh dari susu serta produk
olahannya. Susu juga mengandung banyak vitamin, seperti
vitamin A, D, B2, B3, dan vitamin C.

8
Nutrisi yang dibutuhkan oleh ibu selama mengandung, antara lain:
o Karbohidrat dan lemak sebagai sumber zat
tenaga untuk menghasilkan kalori dapat diperoleh dari serealia,
umbi-umbian.
o Protein sebagai sumber zat pembangun
dapat diperoleh dari daging, ikan, telur dan kacang-kacangan.
o Mineral sebagai zat pengatur dapat diperoleh
dari buah-buahan dan sayur – sayuran.
o Vitamin B kompleks berguna untuk menjaga
sistem saraf, otot dan jantung agar berfungsi secara normal.
Dapat dijumpai pada serealia, biji – bijian, kacang-kacangan,
sayuran hijau, ragi, telur dan produk susu.
o Vitamin E berguna bagi pembentukan sel
darah merah yang sehat. Makanlah lembaga biji-bijian terutama
gandum, kacang-kacangan, minyak sayur dan sayuran hijau.
o Zat besi yang dibutuhkan ibu hamil agar
terhindar dari anemia, banyak terdapat pada sayuran hijau
(seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun pepaya),
daging dan hati. Masa kehamilan menyebabkan terjadinya
peningkatan kebutuhan akan zat besi. Janin yang sedang
berkembang mengambil sejumlah zat besi dari ibunya hingga
5-6 bulan setelah lahir sehingga kebutuhan akan zat besi
meningkat selama kehamilan.
Kehilangan zat besi selama kehamilan cenderung menurun
karena wanita hamil tidak mengalami menstruasi sehingga bisa
menyerap zat besi dari usus dengan lebih baik.
o Kalsium, diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi
janin, serta melindungi ibu hamil dari osteoporosis Jika
kebutuhan kalsium ibu hamil tidak tercukupi, maka kekurangan
kalsium akan diambil dari tulang ibu. Sumber kalsium yang

9
lain adalah sayuran hijau dan kacang-kacangan. Saat ini
kalsium paling baik diperoleh dari susu serta produk
olahannya. Susu juga mengandung banyak vitamin, seperti
vitamin A, D, B2, B3, dan vitamin C.

2.5. Perubahan Hormonal pada Masa Kehamilan

Hormon adalah senyawa yang secara normal dikeluarkan oleh


kelenjar endokrin atau jaringan tubuh dan dilepas dalam peredaran darah
menuju jaringan sasaran, berinteraksi secara selektif dengan reseptor khas
dan menimbulkan efek biologis. Hormon merupakan senyawa kimia yang
ada di dalam darah dengan kadar yang sangat rendah, yang mempunyai
fungsi mengatur metabolisme jaringan spesifik. Hormon mempengaruhi
metabolisme dan fungsi sel sasaran dengan mengatur aktivitas enzim
dalam sel tersebut (Airlangga univ. Press, 1985).
Wanita mempunyai sistem hormon yang terdiri dari (Depi, 2005) :
1. Hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus, yaitu
gonadotropin released hormone (GnRH) atau disebut juga sebagai
hormon pelepas luteinizing hormon (LH).
2. Hormon hipofisis anterior yaitu follicle stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH), keduanya disekresi
sebagai respon terhadap pelepasan GnRH dari hipotalamus.
3. Hormon- hormon ovarium yaitu estrogen dan progesteron
yang disekresi oleh ovarium sebagai respon terhadap kedua hormon
yang disekresi oleh hipofisis anterior.
Pada masa kehamilan, plasenta membentuk gonadotropin korionik,
estrogen, progesterone dan somatomammotropin korionik. Gonadotropin
korionik merupakan glikoprotein yang mempunyai berat molekul 30.000
serta struktur molekul dan fungsinya sangat mirip dengan hormon

10
luteinisasi yang disekresi oleh hipofisis. Hormon ini merangsang korpus
luteum untuk mensekresi lebih banyak hormon estrogen dan progesteron.
Dibawah pengaruh hormon gonadotropin korionik ini korpus luteum
tumbuh sekitar dua kali ukuran awal pada bulan pertama kehamilan,
sehingga estrogen dan progesteron disekresi terus menerus untuk
mempertahankan endometrium uterus yang diperlukan pada awal
perkembangan plasenta dan janin. Sekresi hormon ini kira- kira 7-9 hari
setelah ovulasi dan menurun menjelang 16- 10 minggu setelah ovulasi.
Selain disekresi oleh korpus luteum dalam jumlah besar, plasenta
juga mensekresi hormon progesteron dan estrogen dalam jumlah yang
sangat besar, kadang- kadang sebanyak satu gram perhari menjelang akhir
kehamilan.
Selama masa kehamilan, terjadi peningkatan level hormonal.
Progesterone mencapai tingkat 100mg/ml, sepuluh kali fase puncak luteal
menstruasi. Pertumbuhan estrogen plasma meningkat sekitar 30 kali
ukuran normal pada akhir kehamilan.
Disebutkan pula oleh Ganong, bahwa fungsi korpus luteum mulai
menurun setelah delapan minggu kehamilan, tetapi korpus luteum menetap
selama kehamilan.
Korpus luteum ovarium menghasilkan progesteron selama masa
kehamilan awal, sedangkan suplai tambahan disekresikan oleh plasenta
setelah bulan kedua.
Efek khusus progesteron yang penting untuk kehamilan yang
normal, antara lain :
1. Progesteron menyebabkan sel- sel desidui berkembang dalam
endometrium uterus dan kemudian sel- sel desidui ini memainkan
peran penting untuk memberi makanan pada embrio.
2. Progesteron emmpunyai pengaruh khusus dalam menurunkan
kontraktilitas uterus gravid, jadi mencegah kontraksi uterus yang
menyebabkan abortus spontan.

11
3. Progesteron juga menyokong perkembangan ovum sebelum
implantasi, karena secara khusus ia meningkatkan sekresi tuba fallopi
dan uterus untuk memberikan zat- zat gizi yang sesuai bagi morulla
dan blastokista yang sedang berkembang.
4. Progesteron yang disekresi selama kehamilan juga untuk membantu
menyiapkan kelenjar mammae untuk laktasi (Guyton, 1997).
Sekresi gonadotroin korionik menurun setelah peningkatan
mencolok pada awal kehamilan, tetapi sekresi estrogen dan progesteron
meningkat tepat sebelum persalinan.
Peningkatan produksi hormon estrogen dan progesteron akan
menimbulkan perubahan keseimbangan hormonal yang dapat berpengaruh
antara lain terhadap mukosa rongga mulut, sehingga menjadi sangat peka
terhadap rangsangan lokal meskipun sangat kecil (Depi, 2005).

2.6. Pengaruh Perubahan Hormon pada Rongga Mulut

Perubahan hormonal ini mempunyai pengaruh yang kuat pada


rongga mulut. Saat hamil, respon imun lebih rendah, konsentrasi
progesterone dan estrogen sangat meningkat, akibatnya akumulasi plak
bakteri meski sedikit dapat menyebabkan respon inflamasi jaringan
periodontal yang berlebihan terhadap iritasi lokal. Iritasi lokal tersebut
adalah kalkulus/plak yang telah mengalami pengapuran, sisa-sisa
makanan, tambalan kurang baik, gigi tiruan yang kurang baik (Airlangga,
Univ. Press, 1985).
Fungsi hormon estrogen yaitu meningkatkan proliferasi seluler,
diferensiasi dan menurunkan keratinisasi, sedangkan progesterone
berfungsi mempengaruhi permeabilitas darah kecil (meningkatkan
permeabilitas kapiler), meningkatkan proliferasi pembentukan kapiler-
kapiler baru di jaringan gingival, menyebabkan kenaikan cairan

12
krevikular, pola produksi kolagen dan meningkatkan kerusakan folat
(dibutuhkan dalam pemeliharaan jaringan) (Depi, 2005).
Baik estrogen maupun progesterone menstimulasi produksi
prostaglandin khususnya PGE1 dan PGE2 yang merupakan mediator poten
pada respon inflamasi. Kedua hormone ini mempunyai reseptor spesifik
pada jaringan gingival, sehingga secara otomatis peningkatan kedua
hormone ini akan mempengaruhi kesehatan jaringan gingival. Jaringan
gingival menjadi lebih sensitive terhadap bakteri pathogen, pendarahan
dan rasa sakit Hal ini dianggap sebagai factor eksternal yang dapat
mempengaruhi wanita hamil untuk menjadi takut menggosok gigi. Kondisi
ini menyebabkan bertambah dalamnya poket periodontal serta didukung
oleh perubahan pH saliva akibat efek dari gejala muntah selama masa awal
kehamilan sehingga mendukung terjadinya peningkatan frekuensi karies
pada ibu hamil. Karena besarnya pengaruh peningkatan hormone seksual
terhadap jaringan gingival, saliva, serum dan cairan krevikular, maka akan
tersedia tempat pertumbuhan mikroorganisme pathogen periodontal, hal
ini akan diawali dengan mudah terbentuknya plak dalam rongga mulut.
Mikroflora normal rongga mulut juga akan berubah menjadi agresif
anaerobic pada masa kehamilan, hal inilah yang menyebabkan
metabolisme jaringan berubah dan respon imun berkurang selama
kehamilan (Airlangga Univ. Press, 1985).
Selain itu, pada masa kehamilan terjadi perubahan fisiologis yang
disertai dengan perubahan sikap, suasana atau perilaku yang tidak biasa.
Perubahan perilaku yang terjadi ini pada umumnya adalah mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut yang menyebabkan karies dan penyakit
periodontal seperti dalamnya poket periodontal (Natalia, 2005).

2.7. Kelainan- Kelainan Rongga Mulut pada Ibu Hamil

13
Adanya perubahan hormonal dan kebiasaan yang sangat
berpengaruh pada kavitas rongga mulut, memungkinkan munculnya
berbagai kelainan- kelainan dalam rongga mulut. Kelainan- kelainan
tersebut antara lain :
o Gingivitis
Gingiva adalah salah satu bagian dari periodonsium yang
mempunyai fungsi utama untuk melindungi jaringan
dibawahnya.
Jaringan ini bisa mengalami inflamasi yang disebut
gingivitis.
Gingivitis adalah suatu penyakit dimana terjadi inflamasi
pada jaringan gingiva. Kehadiran penyakit ini sering kurang
disadari oleh penderita karena pada tahap awal penyakit ini
jarang memberikan keluhan pada penderita dan tanda
klinisnya kurang menjadi perhatian karena tidak nampak.
Inflamasi atau radang merupakan salah satu mekanisme
pertahanan alami yang penting bagi tubuh dan merupakan
respon tubuh terhadap luka jaringan. Menurut Yuwono et al
(2001), radang merupakan respon tubuh yang umum dan
menguntungkan terhadap suatu iritan atau mikroorganisme.
Sedangkan menurut Adam (1992), radang merupakan
reaksi tubuh yang bersifat lokal dan berbeda dengan infeksi
yang bersifat difuse atau menyebar.
Perubahan warna merupakan tanda klinis yang penting
pada penyakit gingiva. Secara normal, warna gingiva
adalah ’coral pink’ tergantung pada vaskularisasi jaringan
dan modifikasi susunan sel epitel.
Radang gingiva yang menyerang ibu hamil disebut dengan
gingivitis gravidarum/ pregnancy gravidarum/ hyperplasia
gravidarum (Natalia, 2005).

14
 Gingivitis karena faktor lokal (Penyebab Primer)
Gingivitis yang diinduksi plak gigi merupakan bentuk
paling umum dari penyakit gingiva dengan karakterisitik
adanya tanda- tanda inflamasi pada gingiva tanpa adanya/
kehilangan perlekatan. Plak gigi merupakan suatu biofilm
ayng melekat secara kuat pada permukaan keras dalam
rongga mulut gigi, termasuk restorasi cekat dan lepasan
dengan bakteri sebagai kompisis utamanya. Inflamasi
gingiva biasanya diawali dengan terjadinya pemupukan
mikroorganisme dalam sulkus gingiva, mikroorganisme
tersebut mampu mensintesis produk- produk berbahaya
yang dapat menyebabkan kerusakan sel- sel epitel dan sel
jaringan ikat, serta bahan interseluler seperti kolagen,
substansi dasar dan glikolitik. Kerusakan ini menyebabkan
melebarnya ruang interseluler antara sel- sel junctional
epithelium sehingga bakteri dan produknya dapat dengan
mudah masuk dan menyebar ke gingiva yang lebih dalam.
Hal ini dapat menyebabkan distensi dan dilatasi kapiler
serta penipisan dan ulserasi dari epitel sulkus. Sehingga
mikroorganisme patogen tersebut tidak langsung merusak
gingiva, melainkan merusak gingiva secara tidak langsung
melalui hasil sintesis produk- produk berbahaya
mikroorganisme yang dapat merusak jaringan gingiva. Hal
ini merupakan penyebab gingivitis melalui faktor lokal,
yakni adanya koloni bakteri atau mikroorganisme patogen
pada rongga mulut (Natalia, 2005)

 Gingivitis karena faktor sistemik (Penyebab Sekunder)


Pada inflamasi kronis terjadi perubahan warna menjadi
merah atau merah kebiruan, hal ini disebabkan oleh
proliferasi vaskuler dan penurunan keratinisasi. Pada orang

15
yang mengalami perubahan klinis pada kondisi
sistemiknya, misalnya gingivitis pada saat kehamilan
merupakan contoh inflamasi sebagai pencetus gingivitis.
Peningkatan hormon estrogen dan perogesteron pada
wanita hamil, mempengaruhi respon vaskular dari jaringan
hingga mengalami iritasi atau awal gingivitis.
Perubahan hormonal yang menyebabkan gingivitis ini
merupakan faktor sistemik penyebab gingivitis.
Pada masa kehamilan terjadi perubahan hormon, sehingga
peradangan yang ringan sekalipun yang sebenarnya sulit di
deteksi dapat menjadi hebat, serta kadang- kadang disertai
dengan pembesaran dan pendarahan pada gingiva.
Pembesaran yang terbatas dapat terjadi pada papilla dari
satu atau dua gigi dan dapat mengganggu proses
pengunyahan, karena menimbulkan pendarahan. Walaupun
disebut tumor kehamilan, tetapi sebenarnya tumor ini terdiri
dari jaringan peradangan. Keadaan ini tidak akan terjadi
bila sudah dilakukan pengontrolan plak yang teliti.
Gingivitis dilaporkan memuncak pada bulan ke-6
kehamilan (trimester kedua dan trimester ketiga) dan
kemudian menurun diakhir kehamilan seiring dengan
penurunan tingkat hormon estrogen dan progesteron. Hal
ini menunjukkan bahwa menunjukkan bahwa
meningkatnya level estrogen dan progesterone yang terjadi
selama kehamilan meningkatkan sensitifitas pada gingiva
dan mengiritasi (Natalia, 2005).

Keadaan klinis jaringan gusi selama kehamilan tidak


berbeda jauh dengan jaringan gusi wanita yang tidak hamil,
di antaranya (Depi, 2005) :

16
a. Warna gusi, jaringan gusi yang mengalami peradangan
berwarna merah terang sampai kebiruan, kadang-
kadang berwarna merah tua.
b. Kontur gusi, reaksi peradangan lebih banyak terlihat di
daerah sela-sela gigi dan pinggiran gusi terlihat
membulat.
c. Konsistensi, daerah sela gigi dan pinggiran gusi terlihat
bengkak, halus dan mengkilat. Bagian gusi yang
membengkak akan melekuk bila ditekan, lunak, dan
lentur.
d. Risiko perdarahan, warna merah tua menandakan
bertambahnya aliran darah, keadaan ini akan
meningkatkan risiko perdarahan gusi.
e. Luas peradangan, radang gusi pada masa kehamilan
dapat terjadi secara lokal maupun menyeluruh. Proses
peradangan dapat meluas sampai di bawah jaringan
periodontal dan menyebabkan kerusakan lebih lanjut
pada struktur tersebut.

o Dalamnya poket periodontal


Perilaku wanita hamil dalam menjaga kesehatan gigi dan
mulut sangat berhubungan dengan kedalaman poket
periodontal. Penyakit periodontal ini umumnya mulai
menyerang wanita hamil pada usia kehamilan dua bulan
dan akan mencapai puncaknya pada usia kedelapan
kehamilan.
Hal ini disebabkan karena meningkatnya permeabilitas
dinding pembuluh darah gingiva terhadap faktor iritasi,
terutama disebabkan oleh plak (Natalia, 2005).
Menurut Carranza (1996), kehamilan tidak menyebabkan
penyakit periodontal melainkan adanya faktor iritasi lokal

17
yaitu plak yang dipicu dengan perubahan hormonal,
sehingga menyebabkan perubahan metabolisme jaringan.

o Mudahnya terserang karies


Kebiasaan buruk pada ibu hamil, terutama pada kehamilan
usia muda, adalah kebiasaan muntah- muntah di pagi hari
atau morning sickness. Eisenberg et al (1996) menyatakan
bahwa titik perintah rasa mual dan muntah terletak di otak.
Beberapa alasan fisik yang dapat merangsang titik tersebut
selama kehamilan diantaranya, tingginya kadar hormon
kehamilan human Chorionik Gonadotropin dalam darah,
peregangan otot- otot rahim, relaksasi yang relatif dari
jaringan otot pada saluran dan berlebihnya asam lambung
yang disebabkan tidak makan atau salah makan.
Cairan lambung dengan pH optimum 2-4 yang ikut keluar
pada saat muntah dapat menyebabkan rongga mulut
menjadi asam, turunnya pH saliva dibawah 5 dan dapat
pula mencapai nilai kritis derajat keasaman yang dapat
melarutkan gigi dengan mudah.
Perubahan keasaman saliva dan rongga mulut inilah yang
menyebabkan mudahnya wanita hamil mengalami karies.
Selain faktor perubahan keasaman tersebut, faktor
perubahan perilaku, seperti semakin berkurangnya
perhatian terhadap kebersihan gigi dan mulut pada masa
hamil, juga merupakan faktor pendorong mudah
terserangnya karies pada wanita hamil. Saat kehamilan
terjadi perubahan dalam pemeliharaan kebersihan gigi dan
mulut yang bisa disebabkan oleh timbulnya perasaan mual,
muntah, perasaan takut ketika menggosok gigi karena
timbul perdarahan gusi atau ibu terlalu lelah dengan

18
kehamilannya sehingga ibu malas menggosok gigi.
Keadaan ini dengan sendirinya akan menambah
penumpukan plak sehingga memperburuk keadaan
(Winkjosastro, 1999).

o Berubahnya sifat bakteri atau mikroflora rongga mulut


Selama kehamilan, bakteri subgingiva berubah menjadi
bakteri anaerob yang progresif seiring kemajuan masa
hamil.
B. Melaninogenus ss intermedius naik secara signifikan dan
sesuai dengan kenaikan tingkat estradiol dan progesteron.
Terjadi perubahan perbandingan koloni bakteri anaerob
terhadap bakteri aerob, merupakan hasil dari perubahan
lingkungan subgingiva selama kehamilan.
Estradiol dan progesteron dapat menggantikan menadione
(vitamin K) yang merupakan faktor pertumbuhan yang
esensial untuk P. Intermedia tetapi tidak untuk P gingivalis
atau B. Coherence. Peningkatan P. Intermedia merupakan
indikator yang sensitif terhadap adanya perubahan
hormonal (Airlangga Univ. Press, 1985).

o Respon berlebihan terhadap iritan – iritan lokal


Peningkatan hormon estrogen dan progesteron yang tinggi
ditemukan dalam jaringan gingiva, saliva, serum dan cairan
krevikular gingiva yang menyebabkan respon berlebihan
terhadap iritan – iritan lokal (Airlangga Univ. Press, 1985).

o Mudahnya pendarahan dan edema


Peningkatan hormon progesteron yang mempengaruhi
pembuluh darah kecil, meningkatkan permeabilitas
pembuluh darah kapiler dan peningkatan vaskularisasi,

19
sehingga jaringan akan lebih sensitif, lebih mudah
mengalami peradangan serta mudah mengalami
pendarahan.
Peradangan ini akan jelas terlihat pada gingiva. Gingiva
terlihat semakin merah dengan permukaan mengkilap dan
ada kecenderungan untuk berdarah apabila penderita
menyikat gigi atau mengunyah makanan, kadang- kadang
juga ditemukan halitosis (Airlangga Univ. Press, 1985).

2.8. Dampak Buruk Kurangnya Perhatian terhadap Kesehatan Rongga


Mulut pada Masa Kehamilan

Peningkatan hormone estrogen dan progesterone pada masa


kehamilan akan menghasilkan berbagai dampak buruk pada kavitas rongga
mulut, seperti yang telah dijelaskan pada point 2.5 hingga menyebabkan
menurunnya daya imun ibu yang sedang mengandung tersebut.
Menurunnya daya imun seorang wanita yang sedang mengandung, sangat
berdampak negative dalam kesehatan orang tersebut, terutama kesehatan
rongga mulut.
Penyakit periodontal yang dibiarkan akan dapat mengubah
kesehatan sistemik pasien dan menyebabkan efek terhadap fetus yang
sedang berkembang dengan meningkatkan resiko bayi premature dan berat
bayi lahir rendah. Bakteri patogen periodontal tidak langsung menyerang
janin, namun menghambat pertumbuhan janin dengan cara melepaskan
toksin ke dalam aliran darah yang dapat mencapai plasenta dan ikut
mempengaruhi perkembangan janin. Penyakit periodontal juga
merangsang produksi bahan- bahan kimia peradangan yang mirip dengan
bahan yang digunakan untuk aborsi, yang dapat menyebabkan cervix
melebar dan mencetuskan kontraksi uterus (Airlangga Univ. Press, 1985).

20
2.9. Upaya Pencegahan Kelainan Rongga Mulut pada Masa Kehamilan

Upaya pencegahan yang dapat dilakukan oleh ibu hamil agar tidak
terjadi gingivitis, serta penyakit lainnya yang dapat menyerang kavitas
rongga mulut saat hamil, yaitu dengan menciptakan kebersihan rongga
mulut yang optimal, seperti :
2. Penekanan tentang pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut yang
dapat dilakukan di rumah, seperti :
a. Penyikatan gigi secara teratur dan benar.
Karena gingiva menjadi lebih sensitif, maka lebih baik
menggunakan sikat gigi dengan bulu sikat yang halus dan
menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride.
Penyikatan gigi ini minimal dilakukan dua kali sehari, dengan
tujuan untuk mengurangi penumpukan sisa makanan sehingga
bisa meminimalisir munculnya plak serta dapat mencegah
peradangan gingiva dan munculnya karies pada ibu hamil.
b. Membersihkan sela- sela gigi dengan dental floss, dengan
tujuan untuk menghilangkan sisa- sisa makanan dan timbunan
plak pada sela- sela gigi.
c. Penggunaan obat kumur antiseptic secara teratur apabila
sering mengalami morning sickness atau muntah- muntah di
pagi hari, manfaat obat kumur antiseptic, antara lain :
i. Obat kumur membantu membersihkan gigi dan jaringan
lunak, sehingga mampu mengurangi dan meminimalisir
penimbunan sisa- sisa makan dan mencegah munculnya
plak yang merupakan tempat pertumbuhan mikoorganisme
patogen dalam rongga mulut. Sehingga karies akan semakin
berkurang.
ii. Membantu meniadakan bau- bau yang tidak enak. Aroma
segar dari obat kumur tersebut memberikan aroma yang

21
segar pula pada rongga mulut. Sehingga halitosis bisa
teratasi.
iii. Obat- obat kumur mempunyai daya antiseptic yang dapat
membunuh atau mengurangi pertumbuhan kuman- kuman
mikroorganisme.
iv. Penambahan rasa pada obat kumur mengakibatkan perasaan
enak dan segar.

3. Kunjungan ke dokter gigi guna pembersihan karang gigi yang


dapat dilakukan secara aman pada trimester kedua. Pelaksanaan
program kontrol plak penting dilakukan untuk mencegah
peradangan pada gingiva akibat iritasi lokal, gangguan
keseimbangan hormonal dan kelainan-kelainan di rongga mulut
selama masa kehamilan.

4. Tindakan penanggulangan/ perawatan radang gusi pada ibu hamil


dibagi dalam 4 tahap, yaitu:
a. Tahap jaringan lunak, iritasi lokal merupakan penyebab
timbulnya gingivitis. Oleh karena itu, tujuan dari
penanggulangan gingivitis selama kehamilan adalah
menghilangkan semua jenis iritasi lokal yang ada seperti plak,
kalkulus, sisa makanan, perbaikan tambalan, dan perbaikan gigi
tiruan yang kurng baik.
b. Tahap fungsional, tahap ini melakukan perbaikan fungsi gigi dan
mulut seperti pembuatan tambalan pada gigi yang berlubang,
pembuatan gigi tiruan, dll.
c. Tahap sistemik, tahap ini sangat diperhatikan sekali kesehatan
ibu hamil secara menyeluruh, melakukan perawatan dan
pencegahan gingivitis selama kehamilan. Keadaan ini penting
diketahui karena sangat menentukan perawatan yang akan
dilakukan.

22
d. Tahap pemeliharaan, tahap ini dilakukan untuk mencegah
kambuhnya penyakit periodontal setelah perawatan. Tindakan
yang dilakukan adalah pemeliharaan kebersihan mulut di
rumah dan pemeriksaan secara periodik kesehatan jaringan
periodontal.

5. Apabila penderita sering mengalami muntah- muntah atau morning


sickness, dianjurkan bagi penderita untuk membiasakan diri,
berkumur- kumur setelah muntah. Tujuan dari aktivitas berkumur-
kumur ini adalah mengembalikan keasaman pH saliva ke keadaan
normal, sehingga mampu mengurangi kemungkinan terjadinya
karies karena adanya perubahan keasaman pH rongga mulut dan
saliva akibat muntahan (asam lambung yang terdapat dalam rongga
mulut).

6. Mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi disertai dengan


mengkonsumsi susu khusus untuk ibu hamil yang terpenuhi gizi
didalamnya (Moestopo).

7. Apabila pasien membutuhkan pencabutan gigi, maka dokter gigi


harus memperhatikan apakah kondisi pasien memungkinkan untuk
dilakukan pencabutan, sebab kondisi pasien saat hamil sangat
rentan dengan stress. Pencabutan gigi tersebut baik dilakukan pada
trimester kedua atau saat usia kehamilan 4-6bulan (Pujiastuti,
2003).

8. Alangkah lebih baik, apabila upaya menjaga kebersihan rongga


mulut tersebut dilakukan sebelum seseorang tersebut mengandung.
Pemeriksaan gigi dan mulut pada ibu hamil lebih baik
dilaksanakan pada usia kehamilan minggu ke-4-6. Hal ini
disebabkan karena apabila pemeriksaan pasien tersebut

23
membutuhkan penyinaran radiografi, maka hal ini sangat
berbahaya bagi si janin. Sinar radiograf tersebut mampu
menyebabkan janin tersebut mengalami keguguran, perubahan
bentuk atau kelainan pertumbuhan pada janin. Pengaruh obat-
obatan yang diberikan oleh dokter gigi, apabila dokter gigi
membreikan obat dengan ceroboh tanpa memperhatikan kondisi
pasien yang sedang hamil, maka akan mengganggu pertumbuhan
fetus didalamnya (Pujiastuti, 2003).

24
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN

a. Kehamilan adalah kejadian fisiologis normal yang menyebabkan


perubahan dalam keseimbangan hormonal.

b. Pada masa kehamilan, terjadi perubahan hormonal, antara lain


meningkatnya hormone progesterone dan estrogen.

c. Hormone estrogen berperan dalam meningkatkan proliferasi


seluler, diferensiasi dan menurunkan keratinisasi.

d. Hormon progesterone mempengaruhi permeabilitas darah kecil


(meningkatkan permeabilitas kapiler), meningkatkan proliferasi
pembentukan kapiler- kapiler baru di jaringan gingival,
menyebabkan kenaikan cairan krevikular, pola produksi kolagen
dan meningkatkan kerusakan folat (dibutuhkan dalam
pemeliharaan jaringan).

e. Peningkatan hormone estrogen dan progesterone menyebabkan:


i. Permeabilitas pembuluh darah kapiler meningkat
ii. Meningkatnya sensitivitas jaringan gingival
iii. Meningkatnya karies pada gigi, karena adanya perubahan
pH saliva akibat terlalu sering muntah
iv. Meningkatnya plak pada kavitas rongga mulut
v. Mikroflora normal rongga mulut berubah menjadi agresif
anaerob

25
vi. Metabolisme jaringan rongga mulut terganggu
vii. Sistem imun menurun

f. Dampak buruk dari kurangnya perhatian terhadap kesehatan


rongga mulut pada masa kehamilan ini dapat menyebabkan
kematian bayi atau keguguran, dan penurunan berat badan bayi
(bayi lahir dengan berat badan rendah).

g. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengurangi


penyakit rongga mulut pada masa kehamilan:
i. Menggosok gigi dengan rutin
ii. Setelah muntah, diharuskan untuk berkumur-kumur
iii. Mengunjungi dokter gigi (terutama pada trimester kedua)
untuk melakukan pembersihan karang gigi
iv. Makan makanan sehat dan mengonsumsi susu
v. Pencabutan gigi lebih dilakukan pada trimester kedua.

26
DAFTAR PUSTAKA

Dorland. 1998. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC

Ekaputri, Natalia dan F. Loes D. Sjahruddin. 2005. “ Hubungan Perilaku Wanita


Hamil Dalam Membersihkan Rongga Mulut Dengan Kedalaman Poket
Periodontal Selama Masa Kehamilan.” Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi

Guyton, Arthur and John Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Praharani, Depi. 2005. “Pengaruh Perubahan Hormonal Selama Siklus Menstruasi


Terhadap Jaringan Gingiva.” Stomatognatic, Jurnal Kedokteran Gigi Universitas
Jember Vol. 2

Pujiastuti, Peni. 2003. “Perbedaan Jumlah Koloni Bakteri Plak Subgingiva Wanita
Hamil dan Tidak Hamil.” Majalah Kedokteran Gigi ( Dental Journal). Surabaya:
Airlangga University Press

Moestopo, “ Pemeliharaan Gigi Dimulai Sejak dari Kandungan Sang Ibu”. Jakarta
Timur: Ghalia Indonesia

27
1985. “Pemeliharaan Kesehatan Gigi Keluarga”. Airlangga University

28

Anda mungkin juga menyukai