Anda di halaman 1dari 73

APLIKASI SIG UNTUK PENYUSUNAN BASISDATA

JARINGAN JALAN DI KOTA MAGELANG

Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
mencapai derajat Ahli Madya – D3
Program Studi Survei dan Pemetaan Wilayah

Diajukan oleh :
Intan Permanasari
3252304007

Kepada
JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tugas Akhir ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan kesidang

ujian Tugas Akhir pada :

Hari : Rabu

Tanggal : 25 Juli 2007

Pembimbing

Drs. Hariyanto, M.Si


NIP. 131813657

Mengetahui

Ketua Jurusan Geografi

Dra. Erni Suharini, M. Si


NIP. 131764047
PENGESAHAN KELULUSAN

Tugas Akhir ini telah dipertahankan didepan sidang panitia ujian Tugas

Akhir Fakultas Ilmu Sosial pada

Hari : Senin

Tanggal : 20 Agustus 2007

Penguji Tugas Akhir

Penguji I Penguji II

Drs. Hariyanto, M.Si Rahma Hayati, S.Si, M.Si


NIP. 131813657 NIP.132215110

Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Drs. Sunardi, M.M


NIP. 130367998
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memproleh gelar ahli madya di suatu

Perguruan tinggi dan yang tertulis didalam Tugas Akhir ini benar-benar hasil

karya saya sendiri bukan karya orang lain, pendapat atau temuan orang lain dalam

Tugas Akhir ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, Juli 2007

Intan Permanasari
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

1. Hidup ini penuh arti dan sangat berharga.......semua yang telah kita jalani ini ada karena

rahmat Illahi, semua berawal dari ketidakadaan walaupun telah digariskan takdir untuk

kita, tapi itu semua tidak akan tercapai manakala kita tak berusaha untuk mengapainya.

2. Keberadaan seseorang disuatu tempat itu ada maknanya dan sudah ditentukan maka

jangan putus asa tatkala kita berada pada tempat yang tidak kita inginkan karena

semua itu pasti ada hikmahnya, jika kita memaksakan hal yang tidak semestinya maka

ketidakbaikanlah yang akan kita tuai.

3. Kunci pertolongan dan keberhasilan adalah sabar. Kunci kebahagiaan adalah taqwa.

Kunci bertambahnya nikmat adalah bersyukur.

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

1. Ayah & bundaku tercinta terimakasih atas kasih

sayang dan dukungan yang telah diberikan.

2. Adik-adikku Nurdin & Haris terimakasih

3. Pak Mbali dan Lek Sop

4. Mas Endri terimakasih atas perhatian dan

motivasinya.

5. Para pengajarku

6. Temen-temen SPW ’04

7. Generasi penerusku
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

dengan kekuatan dari-Nyalah penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Terwujudnya Tugas Akhir ini tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan dari

segala pihak, ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada pihak-pihak

yang berpartisipasi memberikan dukungan dan bantuan dalam penyusunan Tugas

Akhir ini, yaitu:

1. Prof. Dr. H Sudijono Sastroatmodjo, M. Si, selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Sunardi, M. M, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Dra. Erni Suharini, M. Si, selaku Ketua Jurusan Geografi yang telah

memberikan ijin kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Drs. Suroso, M. Si selaku Kaprodi Survei dan Pemetaan Wilayah.

5. Drs. Hariyanto, M. Si, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

pengarahan, bimbingan dan motivasi dalam penulisan Tugas Akhir ini.

6. Ibu Rahma Hayati, S.Si, M.Si selaku dosen penguji, terimakasih atas

masukannya yang sangat berguna.

7. Yusuf I, SH selaku Kasie Lalu Lintas Kota Magelang yang telah memberikan

pengarahan dan kesempatan untuk pengambilan data.

8. Ayah dan Ibuku tercinta atas kasih sayang, doa, dukungan, materi dan

bimbingannya.
9. Pak Mbali, Lek Sop, Nurdin dan Haris yang telah memberikan motivasi dan

doa.

10. Mas Nanang E yang telah banyak membantu dan memberikan motivasi dan

doa selama penyusunan Tugas Akhir ini.

11. Mas Herman, Umi, Nadzir, Yulir, Yulis, Kisni, De’ Dair, yang telah

memberikan semangat dalam penyusunan Tugas Akhir ini.

12. Temen-temen seperjuangan SPW ’04

13. M Novi, M Hesti, Santi, Ulfi dan temen-temen Pioner

14. Semua pihak yang telah membantu penyusunan Tugas Akhir ini yang tidak

dapat disebutkan satu demi satu.

Semarang, Juli 2007

Penulis
SARI

Permanasari, Intan. 2007. Aplikasi SIG untuk Penyusunan Basisdata Jaringan


Jalan di Kota Magelang. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Semarang.
Kata Kunci : Aplikasi SIG, Penyusunan basisdata

Dalam dunia yang serba modern ini informasi memegang peranan yang sangat
penting. Kota Magelang yang terletak diantara kota-kota orde I yaitu Semarang
dan Jogjakarta dan sebagai kota tempat beradanya AKMIL (Akademi Militer)
sangat membutuhkan adanya informasi yang akurat dan dapat diperoleh dengan
mudah terutama informasi tentang jalan yang merupakan sarana lalu lintas yang
sangat vital karena keberadaannya membantu pendistribusian barang dan jasa,
jalan juga sebagai indikator kemajuan suatu wilayah.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: kurangnya informasi
mengenai jalan yang berada di Kota Magelang dan penyusunan basisdata yang
kurang termanajemen dengan baik karena data yang ada berada pada masing-
masing sektor yang memegang kendali sehingga data tidak bisa diperoleh dengan
mudah dan cepat. Penelitian ini bertujuan: (1) Membuat dan menyusun database
tentang jalan di Kota Magelang dengan tampilan yang sesuai, (2) Mengetahui pola
jaringan jalan yang ada di Kota Magelang, (3) Memetakan jaringan jalan dengan
data yang ada pada database. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi dokumentasi dan observasi. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini meliputi: (1) Kelas jalan berdasarkan daya beban/tonase, fungsi jalan dan
wewenang pengelolaan jalan, (2) Nama jalan, (3) Panjang jalan, (4) Kondisi jalan,
(5) Tingkat pelayanan jalan (LOS), (6) Volume lalu lintas, (7) Sistem arus lalu
lintas, (8) Jalan yang dilalui angkutan umum, (9) Daerah rawan macet, (10)
Daerah rawan kecelakaan.
Dari hasil penelitian dengan pembuatan database dapat diketahui kondisi
jalan di Kota Magelang dapat ditampilkan sesuai dengan kebutuhan dan
permintaan. Pola jaringan jalan di Kota Magelang cenderung berpola spine. Peta
jaringan jalan yang dapat dibuat sesuai dengan database yang ada meliputi Peta
Administrasi Kota Magelang, Peta Kelas Jalan Berdasarkan Daya Dukung, Peta
Kelas Jalan Berdasarkan Fungsi Jalan, Peta Kelas Jalan Berdasarkan Kondisi
Jalan, Peta Kelas Jalan Berdasarkan Wewenang Pengelolanya, Peta Rawan
Kemacetan, Peta Rawan Kecelakaan, Peta Trayek Angkutan Umum, Peta Arus
Lalu Lintas dan Peta Kepadatan Lalu Lintas Jalan Utama.
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN................................................. iii

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................. v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

SARI................................................................................................................. viii

DAFTAR ISI.................................................................................................... ix

DAFTAR TABEL............................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang............................................................................ 1

B. Permasalahan ............................................................................. 4

C. Manfaat Penelitian ..................................................................... 4

D. Tujuan Penelitian....................................................................... 5

E. Penegasan Istilah........................................................................ 6

F. Sistematika Tugas Akhir ............................................................ 9


BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 11

A. Jaringan Jalan ............................................................................. 11

B. Basisdata..................................................................................... 12

C. Sistem Informasi Geografi (SIG) ............................................... 16

D. Lalu Lintas.................................................................................. 18

E. Klasifikasi Jalan.......................................................................... 20

F. Kondisi Jalan .............................................................................. 22

G. Sistem Arus Lalu Lintas ............................................................. 23

H. Jalan Yang Dilalui Angkutan Umum ......................................... 23

I. Daerah Rawan Kecelakaan......................................................... 23

J. Peta ............................................................................................. 24

K. Pemetaan..................................................................................... 26

L. Proses Pemetaan ......................................................................... 26

BAB III METODE SURVEI DAN PEMETAAN .......................................... 28

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .......................................... 28

B. Variabel Penelitian .................................................................... 32

C. Jenis Data.................................................................................... 33

D. Metode Pengumpulan Data ........................................................ 34

E. Tahapan Pemetaan dan Analisis SIG.......................................... 35

BAB IV HASIL DAN ANALISIS PEMBAHASAN ..................................... 36

A. Hasil Penelitian........................................................................... 36

B. Pembahasan ................................................................................ 48
BAB V PENUTUP......................................................................................... 57

A. Simpulan..................................................................................... 57

B. Saran ........................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 59

LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 60
DAFTAR TABEL

Tabel : Halaman

1. Tabel Flat File................................................................................... 13

2. Tabel Relational................................................................................ 15

3. Karakteristik Tingkat Pelayanan Jalan ............................................. 19

4. Panjang Jalan Kota Magelang .......................................................... 37

5. Volume Lalu Lintas Kota Magelang ................................................ 40

6. Jalur yang Dilalui Angkutan Umum................................................. 42

7. Kepadatan Lalu Lintas...................................................................... 45

8. Level Of Service Kota Magelang...................................................... 46


DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Gambar 1 Pola Jaringan Jalan ........................................................ 12

2. Gambar 2 Hirarki Jalan .................................................................... 14

3. Gambar 3 Network Jalan .................................................................. 15

4. Peta Administrasi Kota Magelang.................................................... 30

5. Gambar 4 Jalan A Yani ................................................................... 38

6. Gambar 5 Jalan Veteran .................................................................. 39

7. Gambar 6 Jalan Botton .................................................................... 39

8. Gambar 7 Pasar Rejowinangun ....................................................... 41

9. Gambar 8 Terminal Kebonpolo........................................................ 43

10. Gambar 9 Shopping Center Kota Magelang .................................... 44


DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran 1 Volume Lalu Lintas Jl Gatot Subroto .................................... 60

2. Lampiran 2 Volume Lalu Lintas Jl A Yani ............................................... 61

3. Lampiran 3 Volume Lalu Lintas Jl Soekarno Hatta .................................. 62

4. Lampiran 4 Volume Lalu Lintas Jl Sudirman............................................ 63

5. Lampiran 5 Volume Lalu Lintas Jl Pemuda .............................................. 64

6. Lampiran 6 Volume Lalu Lintas Jl Urip Sumoharjo ................................. 65

7. Lampiran 7 Volume Lalu Lintas Jl Tidar .................................................. 66

8. Lampiran 8 Volume Lalu Lintas Jl Tentara Pelajar................................... 67

9. Lampiran 9 Volume Lalu Lintas Jl Yos Sudarso...................................... 68

10. Lampiran 10 LOS Jl Gatot Subroto ........................................................... 69

11. Lampiran 11 LOS Jl A Yani ...................................................................... 70

12. Lampiran 12 LOS Jl Sudirman .................................................................. 71

13. Lampiran 13 LOS Jl Soekarno Hatta ......................................................... 72

14. Lampiran 14 LOS Jl Pemuda..................................................................... 73

15. Lampiran 15 LOS Jl Urip Sumoharjo........................................................ 74

16. Lampiran 16 LOS Jl Tidar ......................................................................... 75

17. Lampiran 17 LOS Jl Tentara Pelajar ......................................................... 76

18. Lampiran 18 LOS Jl Yos Sudarso ............................................................. 77

19. Lampiran 19 Kepadatan Lalu Lintas.......................................................... 78

20. Lampiran 20 Sistem Arus Lalu Lintas Kota Magelang ............................. 87

21. Lampiran 21 Kondisi Jalan Umum Provinsi.............................................. 91


22. Lampiran 21 Kondisi Jalan Umum Kota ................................................... 91

23. Lampiran 23 Kondisi Jalan Lingkungan.................................................... 93

24. Lampiran 24 Panjang Jalan Provinsi ......................................................... 95

25. Lampiran 25 Panjang Jalan Antar Lingkungan ......................................... 95

26. Lampiran 26 Panjang Jalan Lingkungan ................................................... 97

27. Lampiran 27 Klasifikasi jalan di Kota Magelang ...................................... 99

28. Lampiran 28 Peta Jaringan Jalan Kota Magelang

29. Lampiran 29 Peta Kelas Jalan Berdasarkan Daya Dukung

30. Lampiran 30 Peta Kelas Jalan Berdasarkan Fungsi Jalan

31. Lampiran 31 Peta Kelas Jalan Berdasarkan Kondisi Jalan

32. Lampiran 32 Peta Kelas Jalan Berdasarkan Wewenang Pengelolanya

33. Lampiran 33 Peta Rawan Kemacetan

34. Lampiran 34 Peta Rawan Kecelakaan

35. Lampiran 35 Peta Trayek Angkutan Umum

36. Lampiran 36 Peta Kepadatan Lalu Lintas Jalan Utama

37. Lampiran 37 Arus Lalu Lintas Kota Magelang


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kota Magelang mempunyai letak yang strategis karena terletak

diantara kota–kota orde I, yaitu Semarang dan Jogjakarta. Kota Magelang

juga mempunyai letak dekat dengan Borobudur dan keberadaannya

ditengah–tengah Kabupaten Magelang, memiliki luas 18,120 Km².

Berdasarkan Perda No. 6/2005 tentang pembentukan pemekaran tiga

kelurahan baru dan Perda No. 7/2005 tentang pembentukan satu kecamatan

baru diwilayah Kota Magelang. Pemekaran wilayah ini mengacu pada UU

No. 32/2004 tentang pemerintahan, dalam undang–undang ini dijelaskan

bahwa pemerintah daerah tk II harus memiliki wilayah kecamatan minimal

3 (tiga) kecamatan. Kota Magelang yang tadinya terdiri dari dua kecamatan

yaitu Magelang Utara dan Magelang Selatan sejak Januari 2007 resmi

menjadi tiga Kecamatan (Magelang Utara, Magelang Tengah dan Magelang

Selatan) dan memiliki tujuh belas (17) kelurahan, meskipun wilayah Kota

Magelang tidak mengalami perubahan secara geografis tapi mengalami

perubahan secara administrasi. Sebagian besar wilayah Kota Magelang

merupakan daerah terbangun dengan fungsi sebagai lingkungan binaan

(lingkungan terbangun) dengan peruntukan lahan sebagai kawasan

perdagangan dan jasa komersial, pusat pemerintahan kota dan pusat

pelayanan kota (dalam RTRW Kabupaten Magelang : 93).

1
2

Transportasi berperan penting sebagai sarana penunjang,

pendorong dan juga penggerak bagi daerah–daerah yang mempunyai potensi

tetapi belum optimal dalam pemanfaatannya dikarenakan kurang tersedianya

sarana dan prasarana yang memadai. Jalan merupakan suatu sarana

penghubung yang sangat efisien untuk membantu pendistribusian barang

dan jasa. Jalan merupakan suatu penghubung dalam bentuk apapun baik

manusia, barang dan jasa yang meliputi segala bagian jalan termasuk

perlengkapannya yang ditujukan bagi lalulintas (UU No. 13 Th 1990

tentang jalan dalam Rikie Artianto tahun 2005). Pembangunan sektor

transportasi merupakan unsur vital dalam pertumbuhan ekonomi, persatuan

dan kesatuan bangsa serta upaya pemerataan dan penyebaran hasil–hasil

pembangunan agar dapat dinikmati oleh segala lapisan masyarakat yang

berada didaerah yang sangat terpencil sekalipun, hal ini merupakan salah

satu dari tujuan PELITA yang pernah dicanangkan pada masa Orde baru.

Dengan berlakunya undang–undang otonomi daerah yang mulai

berlaku sejak tahun 1999 memberikan kebebasan pada daerah untuk

mengelola potensi yang ada pada daerahnya sendiri. Untuk itu, keberadaan

jalan dan prasarana transportasi yang memadai sangat dibutuhkan untuk

mengoptimalkan pendistribusian potensi yang ada. Kemudahan dalam

pengaksesan juga merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan

untuk menilai suatu daerah itu apakah pembangunan yang sudah

dilaksanakan itu berhasil atau belum, dapat juga menjadi indikator kemajuan

suatu daerah.
3

Untuk mengetahui tentang keadaan jalan dan perkembangannya

maka diperlukan database tentang jalan yang nantinya digunakan untuk

inventarisasi bagi Pemda setempat (DPU, Dishub) dan bila menginginkan

adanya perbaikan atau pembangunan jalan baru. Database yang ada harus

bisa di–update dengan mudah dan cepat. Tampilan database yang ada (peta

jalan, kondisi jalan dan lain-lain) juga harus mengikuti kondisi yang ada saat

ini (yang sudah eksiting). Untuk mempermudah dalam penyusunan

basisdata dan model tampilan yang sesuai maka diperlukan satu manajemen

data yang sesuai, hal ini bisa dilakukan oleh Sistem Informasi Geografis

(SIG) atau Geographical Information Sistem (GIS) karena merupakan suatu

sistem (berbasis komputer) yang digunakan untuk menyimpan dan

memanipulasi informasi–informasi geografis. Sistem Informasi Geografis

sendiri terdiri dari bermacam–macam perangkat lunak yaitu ArcView,

AutoCAD MAP, Map Info dan lain-lain. Masing–masing dari perangkat

lunak tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan yang berbeda–beda

antara yang satu dengan yang lain dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Karena latar belakang seperti yang telah diungkapkan diatas maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul "APLIKASI SIG

UNTUK PENYUSUNAN BASISDATA JARINGAN JALAN DI KOTA

MAGELANG".
4

B. Permasalahan

Masalah pokok yang akan diambil oleh penulis yaitu kurangnya

informasi mengenai jalan yang berada di Kota Magelang, data yang ada

berupa peta yang tidak disertai dengan keterangan–keterangan lain misalnya

: keterangan mengenai kelas jalan, kepadatan lalu lintas, fungsi jalan dan

lebar jalan. Hal ini disebabkan tidak adanya penyusunan basisdata yang

termanajemen dengan baik. Data yang tersedia ada pada masing–masing

sektor yang memegang kendali sehingga informasi yang ada tidak bisa

diakses dengan mudah dan cepat.

C. Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini dapat dikelompokkan

menjadi tiga yaitu bagi mahasiswa, pembangunan wilayah dan ilmu

pengetahuan, yang masing – masing yaitu :

1. Bagi Mahasiswa

a. Membantu mahasiswa dalam menerapkan ilmu yang telah diperoleh

dengan apa yang ada dilapangan.

b. Memberikan sumbangan pada kemajuan ilmu pengetahuan terutama

yang berhubungan dengan transportasi dan jaringan jalan.

c. Mengembangkan kreatifitas mahasiswa untuk menggunakan ilmu

yang sesuai dengan keahliannya tersebut.


5

2. Bagi Pembangunan Wilayah

a. Memberikan informasi bagi masyarakat mengenai nama jalan,

panjang jalan, kondisi jalan, daerah rawan kecelakaan, daerah rawan

kemacetan, dan trayek angkutan umum kota.

b. Memberikan informasi yang berguna bagi Pemda untuk digunakan

dalam pertimbangan pengambilan keputusan terutama yang

berhubungan dengan jalan (perencanaan jalan).

3. Bagi Ilmu Pengetahuan

a. Mengaplikasikan ilmu yang ada saat ini dan menyesuaikan dengan

perkembangan zaman yang ada.

b. Mengembangkan ilmu yang ada sehingga mempermudah dan

mempercepat proses pekerjaan.

D. Tujuan

Tujuan yang ingin penulis peroleh dengan pembuatan Tugas Akhir

ini meliputi :

1. Membuat dan menyusun database yang ada tentang jalan di Kota

Magelang dengan tampilan yang sesuai kebutuhan.

2. Mengetahui pola jaringan jalan yang ada di Kota Magelang.

3. Memetakan jaringan jalan dengan data yang ada pada database.


6

E. Penegasan Istilah

Penegasan istilah yang akan penulis paparkan disini ialah tentang

komponen yang akan penulis gunakan dalam pembuatan Tugas Akhir ini

agar tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran juga menjadi batasan agar

hasil tulisan yang dibuat menjadi lebih jelas. Istilah yang akan penulis

gunakan yaitu antara lain :

1. Jalan

Adalah sarana penghubung dalam bentuk apapun, meliputi segala

bagian jalan termasuk perlengkapan dan pelengkapnya yang ditujukan

bagi lalu lintas (UU No. 13 th 1980 dalam Agus Handoyo tahun 2005)

2. Jaringan Jalan/Network

Adalah desain stuktur untuk bersama–sama mengikat node melalui

rute/link, apapun yang menjadi arus pergerakannya, seperti pergerakan

orang, barang, uang, informasi, atau sesuatu yang lain yang bergerak

dari suatu tempat ketempat lainnya (Maghribi, 1999 : 16)

Link/ruas/rute menghubungkan dua simpul/node. Link disini dapat

diartikan jalan raya.

Node/simpul dapat diartikan kota, terminal atau sub terminal.

3. Basisdata

Dilihat dari sisi sistem merupakan kumpulan tabel–tabel atau file

yang saling berelasi.


7

Adalah himpunan data (file/arsip) yang saling berhubungan dan

diorganisasi sedemikian rupa tanpa pengulangan yang tidak perlu

(redudancy) untuk memenuhi berbagai kebutuhan.

Dengan basisdata perubahan, editing, dan updating data dapat

dilakukan tanpa mempengaruhi komponen–komponen lainnya

didalam sistem yang bersangkutan. Perubahan ini mencakup

perubahan format data (konversi), struktur file atau relokasi data dari

satu perangkat keperangkat lainnya.

4. Sistem Informasi Geografis (SIG)

Adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer,

perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara

efisien untuk memperoleh, menyimpan, mengolah, memanipulasi,

menganalisis dan menampilkan semua bentuk informasi yang

bereferensi geografis (Esri 90 dalam Eddy Prahasta).

5. Panjang Jalan

Panjang jalan adalah jarak jauh antara jalan yang mempunyai satu

nama tertentu.

6. Lalu lintas

Adalah gerakan perpindahan semua barang dan jasa melalui suatu

jalur jalan tertentu (Marjono, 1975 : 36 dalam Saptono Putro, 2002 :

12).

Adalah gerakan perpindahan semua barang/makhluk hidup melalui

satu jalur tertentu.


8

Berdasarkan undang–undang lalu lintas dan angkutan jalan th 1992

dalam pasal 1 ayat 2 yang dimaksud dengan lalu lintas adalah gerakan

kendaraan, orang dan hewan dijalan (UU No. 14 Th 1992 dalam Agus

Handoyo tahun 2005).

Adalah kegiatan lalu lalangnya manusia/kendaraan. Lalu lintas

yang digunakan sebagai sarana lalu lalangnya manusia/kendaraan

disebut jaringan jalan (Warpani , 1990 : dalam Agus Handoyo tahun

2005).

7. Klasifikasi Jalan

Klasifikasi yang digunakan yaitu klasifikasi jalan berdasarkan

tujuan yang terbagi menjadi 4 (empat) kelas yaitu :

1. Klasifikasi berdasarkan daya beban (tonase)

2. Klasifikasi berdasarkan fungsi jalan.

3. Klasifikasi berdasarkan wewenang pengelolannya.

4. Klasifikasi berdasarkan kecepatan rencana (design speed).

8. Kondisi Jalan

Adalah keadaan jalan saat ini atau keadaan jalan yang terakhir.

Biasanya data yang diperoleh bisa dari data statistik yang ada.

9. Sistem Arus Lalu lintas

Adalah arah kendaraan yang melalui satu ruas jalan apakah

berbeda arah (dua arah) atau hanya satu arah saja.


9

10. Jalan yang dilalui Angkutan Umum

Adalah suatu ruas jalan yang dilalui angkutan umum berdasarkan

pada trayek yang telah ditetapkan oleh dinas terkait misalnya Dinas

Perhubungan.

11. Daerah Rawan Kecelakaan

Ruas jalan yang sangat berpotensi terjadi kecelakaan yang lebih

disebabkan oleh kondisi jalan ataupun stuktur geometrisnya (bukan

karena faktor manusia).

F. Sistematika Tugas Akhir

Penulisan Tugas Akhir ini menggunakan sistematika penulisan

Tugas Akhir sesuai dengan yang telah ditentukan. Untuk mempermudah

pemahaman bagi pembaca dan agar pembaca juga memperoleh gambaran

dengan baik dan jelas. Untuk itu penulis memberikan sistematika

penulisan Tugas Akhir sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab I ini berisi latar belakang permasalahan,

manfaat, tujuan, penegasan istilah dan sistematika

penulisan Tugas Akhir.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II ini berisi tentang variabel yang digunakan untuk

pengisian database yang meliputi varibel jalan, jaringan

jalan/bentuk jaringan jalan, basisdata, Sistem Informasi


10

Geografi, lalu lintas, klasifikasi jalan, kondisi jalan, sistem

arus lalu lintas, jalan yang dilalui angkutan umum, daerah

rawan kemacetan dan kecelakaan.

BAB III METODE SURVEI DAN PEMETAAN

Bab III ini berisi tentang lokasi penelitian yang mencakup

tentang keadaan geografis Kota Magelang, kependudukan

dan sosial. Variabel penelitian, jenis data yang digunakan,

metode pengumpulan data dan terakhir berisi tentang tahap

pemetaan dan analisis SIG.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV ini terdiri dari penelitian yang telah dilakukan dan

hasilnya baik berupa data yang terdapat dalam tabel

maupun berbagai macam peta yang sesuai dengan database

yang ada.

BAB V PENUTUP

Penutup berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari

tulisan yang dibuat oleh penulis dan saran yang ditujukan

pada berbagai pihak yang bersangkutan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Jaringan jalan

Pada prinsipnya membangun jaringan jalan tentunya cenderung untuk

mengambil rute terpendek yang menghubungkan suatu tempat dengan tempat

lainnya. Kenyataannya tidaklah selalu mudah untuk menghubungkan suatu

tempat dengan tempat lainnya bila terdapat hambatan–hambatan fisik diatas

permukaan bumi ini seperti pegunungan, bangunan–bangunan sejarah, laut

dan lain-lain. Untuk mengatasi masalah tersebut maka ada beberapa pola

jaringan transportasi yang dibuat, diantaranya :

a. Pola Radial, dapat dilihat pada kawasan kota–kota lama seperti Boston

atau beberapa negara Eropa.

b. Pola Ring Radial.

c. Pola Grid, dapat dilihat pada negara–negara Amerika Utara.

d. Pola Spine.

e. Pola Hexagonal.

f. Pola Delta.

11
12

Gambar 1 Pola Jaringan Jalan

Pola Radial Pola Ring – Radial Pola Grid

Pola Spine Pola Hexagonal Pola Delta

B. Basisdata

Salah satu metode basisdata yang dapat digunakan adalah DBMS

(Database Manajement System/Sistem Manajemen Basisdata).

Dalam DBMS terdapat beberapa model basisdata yang digunakan. Model

ini menyatakan hubungan antara record–record yang ada didalam basisdata.

Model basisdata tersebut adalah :

1) Flat File (tabular)

Yaitu tabel yang datanya terletak didalam tabel tunggal (tidak

terdapat kaitan antara tabel satu dengan tabel lainnya).

Tabel ini dapat digunakan untuk pembuatan basisdata kelas jalan,

nama jalan, panjang jalan, kondisi jalan dan lain-lain dalam bentuk tabel

tunggal.
13

Tabel 1 Tabel Flat File (Tabular)

No Nama jalan Kelas jalan Kondisi Lebar Panjang Kepadatan

2) Hirarki

Model ini sering disebut sebagai model pohon atau hirarki karena

mirip dengan struktur pohon terbalik. Model ini menggunakan hubungan

parent–child. Setiap simpul yang memiliki hubungan dengan simpul lain

yang berada diatasnya disebut child. Setiap parent dapat memiliki child

lebih dari satu, sementara child hanya memiliki satu parent. Simpul yang

tidak memiliki parent disebut sebagai root, sedangkan simpul yang tidak

memiliki child (bagian bawah) disebut leaft.

Pada model basisdata ini, file menyimpan data–datanya didalam

lebih dari satu tipe/record (bisa juga disebut sebagai tabel). Field kunci

digunakan juga sebagai pointer atau link untuk menghubungkan semua

atribut yang dimilikinya beserta record yang bersangkutan, tetapi data-

data lainnya tidak boleh berulang (redudancy).

Model ini baik digunakan untuk membuat basisdata dengan

komponen kelas jalan, nama jalan, kondisi jalan, panjang jalan, dan lain-

lain yang mempunyai hubungan keterkaitan antara yang satu dengan yang

lain.
14

Gambar 2 Hirarki Jalan

Kelas jalan

Nama jalan Nama jalan

Panjang jalan Panjang jalan

Kondisi jalan Kondisi jalan

Sumber : Prahasta, 2002 & modifikasi

3) Network

Model ini sering disebut juga sebagai model DBTG (database task

group) atau CODASYL (conference on systems languages) karena model

ini telah distandarisasi oleh DBTG (yang merupakan bagian dari

CODASYL) pada 1971. Model ini sangat mirip dengan model

hirarchical, tetapi pada model network dapat memiliki lebih dari satu

parent. Dengan demikian, baik parent maupun child memiliki relasi (N-

M), demikian juga sebaliknya.

Model database ini sesuai digunakan untuk variabel kelas jalan,

nama jalan, panjang jalan, kondisi jalan.


15

Gambar 3 Network Jalan

Kelas jalan Kelas jalan

Nama jalan Nama jalan Nama jalan Nama jalan

Rute bis/ Rute bis/ Rute bis/ Rute bis/


angkot angkot angkot angkot

Simpul transportasi Simpul transportasi Simpul transportasi

Sumber : Prahasta, 2002 & modifikasi

4) Relasional

Model ini terdiri dari tabel–tabel (data direpresentasikan dalam

tabel yang terdiri dari baris–baris dan kolom–kolom) ternormalisasi

dengan field–field kunci sebagai penghubung relasional antar tabel.

Model database ini sesuai digunakan untuk variabel nama jalan,

kelas jalan, (daya beban, fungsi jalan, wewenang pengelolanya), panjang

jalan, kondisi jalan.

Tabel 2 Tabel Relasional

Kelas jalan
Sesuai/tidak
No Nama jalan Lebar
Fungsi jalan Daya beban sesuai
jalan
16

C. Sistem Informasi Geografi (SIG)

Adalah kumpulan yang terorganisir dari perangkat keras komputer,

perangkat lunak, data geografi dan personil yang dirancang secara efisien

untuk memperoleh, menyimpan, mengolah, memanipulasi, menganalisis dan

menampilkan semua bentuk informasi yang bereferensi geografis (Esri 90

dalam Eddy Prahasta).

Dalam beberapa literatur SIG dipandang sebagai hasil dari perkawinan

antara sistem komputer untuk bidang kartografi (CAC) atau sistem komputer

untuk bidang perencanaan (CAD) dengan teknologi basisdata (database).

Sub sistem SIG terdiri dari :

a) Data input

Sub sistem ini bertugas untuk mengumpulkan dan mempersiapkan

data spasial dan data atribut dari berbagai sumber. Sub sistem ini pula

yang bertanggungjawab dalam mengkonversi atau mentransformasikan

format data asli ke dalam format yang dapat digunakan oleh SIG.

Data input yang digunakan meliputi kelas jalan, nama jalan,

panjang jalan, kondisi jalan, tingkat pelayanan (level of service), volume

lalu lintas, jalan yang dilalui angkutan umum, daerah rawan kecelakaan,

daerah rawan kemacetan.

b) Data management

Sub sistem ini mengorganisasikan baik data spasial maupun data

atribut kedalam sebuah basisdata sedemikian rupa sehingga mudah

dipanggil, di–update dan lain–lain.


17

Data input yang telah dimasukkan kemudian dikelompokkan dan

disesuaikan dengan jenis datanya baik data spasial maupun data atribut.

c) Data manipulation and analysis

Sub sistem ini menentukan informasi–informasi yang dapat

dihasilkan oleh SIG. Selain itu, sub sistem ini juga melakukan manipulasi

dan pemodelan data untuk menghasilkan informasi yang diharapkan.

Data yang telah termanajemen dengan baik diolah dan dianalisis

sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pembuat maupun pengguna.

d) Data output

Sub sistem ini menampilkan atau menghasilkan keluaran seluruh

atau sebagian basisdata baik dalam bentuk softcopy maupun hardcopy

seperti : tabel, grafik, peta dan lain–lain.

Kelompok basisdata yang akan digunakan kemudian dicetak

dalam bentuk :

¾ Tabel (berisi kelas jalan, nama jalan, panjang jalan, kondisi jalan,

tingkat pelayanan (LOS), volume lalu lintas, sistem arus lalu

lintas, jalan yang dilalui angkutan umum, daerah rawan

kecelakaan, daerah rawan kemacetan).

¾ Grafik berupa grafik volume lalu lintas.

¾ Peta yaitu peta tematik skala 1 : 30.000 berupa peta kelas jalan,

nama jalan, panjang jalan, kondisi jalan, sistem arus lalu lintas,

daerah rawan kecelakaan, daerah rawan macet.


18

D. Lalu lintas

Adalah gerakan perpindahan semua benda dan jasa melalui suatu jalur

jalan tertentu (Marjono, 1975 : 36 dalam Saptono Putro, 2002 : 12).

Adalah gerakan perpindahan semua barang/makhluk hidup melalui satu

jalur tertentu.

Berdasarkan undang–undang lalu lintas dan angkutan jalan tahun 1992

dalam pasal 1 ayat 2 yang dimaksud dengan lalu lintas adalah gerakan

kendaraan, orang dan hewan dijalan (UU No. 14 Th 1992 dalam Agus

Handoyo tahun 2005).

Adalah kegiatan lalu lalangnya manusia/kendaraan. Lalu lintas yang

digunakan sebagai sarana lalu lalangnya manusia/kendaraan disebut jaringan

jalan (Warpani, Suwardjoko, 1990 : dalam Agus Handoyo tahun 2005).

Variabel lalu lintas yang bersangkutan yaitu meliputi :

1) Volume lalu lintas

Adalah jumlah kendaraan yang melalui satu garis melintang

disuatu ruas jalan persatuan waktu (jam).

Q= n/t

Keterangan Q : Volume

n : Jumlah kendaraan yang lewat

t : Waktu (jam)

Pada saat jalan sepi volume lalu lintas rendah, pada saat macet

volume lalu lintas juga rendah. Volume maksimal ini yang disebut

dengan kapasitas jalan.


19

2) Kepadatan lalu lintas

Adalah jumlah kendaraan persatuan panjang pada saat arus lalu

lintas berjalan (Morlok, 1985 : 190 dalam Haryanto). Kepadatan lalu

lintas sering disebut juga kerapatan atau konsentrasi lalu lintas.

K = Q / Vu

Keterangan K : Kepadatan lalu lintas

Q : Volume lalu lintas

Vu : Kecepatan rata–rata ruang

3) Tingkat pelayanan (level of service)

Adalah perbandingan antara volume lalu lintas dengan kapasitas

jalan tersebut. Tingkat pelayanan merupakan suatu konsep yang

memadukan dua buah variabel yang berlawanan yakni kecepatan rata–

rata dengan variabel volume lalu lintas. Pada kecepatan tinggi volume

lalu lintas pasti rendah sebaliknya pada volume tinggi kecepatan akan

menurun.

Tabel 3 Karakteristik Tingkat Pelayanan Jalan

Tingkat
Nilai V / C Karakteristik Lalu Lintas
Pelayanan
A 0,0 – 0,19 Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi,
volume lalu lintas rendah. Pengemudi bebas
memilih kecepatan yang diinginkan (tanpa
hambatan)
B 0,2 – 0,44 Arus stabil, pengemudi memiliki kebebasan untuk
beralih jalur (manuver)
C 0,45 – 0,69 Dalam zona ini arus stabil, pengemudi dibatasi
dalam memilih kecepatan
D 0,70 – 0,84 Arus tidak stabil, hampir semua pengemudi
dibatasi kecepatannya. Volume lalu lintas
mendekati kapasitas jalan tetapi masih dapat
ditolerir (diterima)
20

E 0,85 – 1,0
Arus tidak stabil, sering berhenti. Volume lalu
lintas mendekati atau berada pada kapasitas jalan
F >1 Arus lalu lintas macet, atau kecepatan sangat
rendah atau merayap, antrian kendaraan panjang.
Sumber : DLLAJR Tahun 1987

E. Klasifikasi jalan

Klasifikasi yang digunakan yaitu klasifikasi jalan berdasarkan tujuan yang

terbagi menjadi 4 (empat) kelas, yaitu :

¾ Klasifikasi berdasarkan daya beban (tonase)

Yaitu berdasarkan kemampuan jalan menahan beban kendaraan

persatuan luas. Klasifikasi ini biasanya digunakan oleh PU. Klasifikasi ini

membagi jalan menjadi 5 (lima) kelas, yakni :

1) Jalan klas I tekanan maksimum 7 ton/m²

2) Jalan klas II tekanan maksimum 5 ton/m²

3) Jalan klas III tekanan maksimum 3,5 ton/m²

4) Jalan klas IV tekanan maksimum 2 ton/m²

5) Jalan klas V tekanan maksimum 1,5 ton/m²

¾ Klasifikasi berdasarkan fungsi jalan

1) Jalan raya utama (arterial road), menyalurkan lalu lintas antar kota.

2) Jalan utama kota (major road), menyalurkan arus lalu lintas dari luar

kota kedalam kota atau sebaliknya.


21

3) Jalan antar lingkungan (minor road), menyalurkan arus lalu lintas

antar wilayah kota atau antar lingkungan atau arus dari lingkungan

kejalan utama kota.

4) Jalan lingkungan, jalan yang melayani lingkungan tertentu seperti

lingkungan industri, lingkungan pemukiman dan lain–lain.

¾ Klasifikasi berdasarkan wewenang pengelolanya

Klasifikasi ini ditentukan berdasarkan anggaran pembangunan.

1) Jalan Negara, pengelola dari APBN.

2) Jalan Propinsi, pengelola dari APBD Propinsi.

3) Jalan Protokol, pengelola dari Pemkot/Kabupaten.

4) Jalan Lingkungan, pengelola Pemkot/Kabupaten dan swadaya

masyarakat.

¾ Klasifikasi berdasarkan kecepatan rencana (design speed)

1) Jalan Tol/By Pass, kecepatan rata–rata 80 km/jam.

2) Jalan Arteri, kecepatan rata–rata 65 km/jam.

3) Jalan Kolektor, kecepatan rata–rata 40 km/jam.

4) Jalan Lokal, kecepatan rata–rata 25-30 km/jam.

5) Jalan Akses, kecepatan rata–rata 10-15 km/jam.

Disamping itu juga ada klasifikasi berdasarkan daya dukung jalan

diatur dalam berbagai kelas yaitu :

¾ Jalan kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor

termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,


22

ukuran panjang tidak boleh melebihi 18.000 milimeter, dan muatan

sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton.

¾ Jalan kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor

termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter,

ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu

terberat yang diizinkan 10 ton.

¾ Jalan kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui

kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak

melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000

milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari

8 ton.

¾ Jalan kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan

bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500

milimeter.

¾ Jalan kelas III C, yaitu jalan lokasi yang dapat dilalui kendaraan

bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.100

milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 9.000 milimeter dan muatan

sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 8 ton.

(Warpani, Suwardjoko P, 2002 : 85).

F. Kondisi jalan

Adalah keadaan jalan saat ini atau keadaan jalan yang terakhir (eksiting).

Biasanya data yang diperoleh bisa dari data statistik yang ada.
23

G. Sistem arus lalu lintas

Adalah arah kendaraan yang melalui satu ruas jalan apakah berbeda arah

(dua arah) atau hanya satu arah saja.

Termasuk didalamnya trayek/rute/jalur yang sering digunakan oleh

angkutan kota untuk beroperasi.

H. Jalan yang dilalui angkutan umum

Yang dimaksud adalah kendaraan yang diperbolehkan lewat/melewati

suatu ruas jalan, karena tidak setiap kendaraan boleh melewati ruas jalan,

misalnya kendaraan pengangkut barang terutama barang tambang/galian tidak

boleh melewati jalan yang berada ditengah kota. Hal ini juga ditentukan

berdasarkan pada klasifikasi jalan menurut daya beban (tonase) dan sesuai

dengan peruntukannya.

I. Daerah rawan kecelakaan

Daerah rawan kecelakaan disebabkan oleh berbagai faktor baik yang

disebabkan oleh manusia maupun oleh kondisi jalan. Salah satu penyebab

kecelakaan adalah kemacetan lalu lintas. Kemacetan lalu lintas disebabkan

oleh berbagai faktor, yaitu :

¾ Faktor manusia sebagai penyebab kemacetan adalah adanya penyebrangan

jalan, parkir ditepi jalan, pasar tumpah, kerumunan massa ditepi jalan

seperti anak sekolah, pekerja pabrik dan lain–lain.


24

¾ Faktor fisik jalan sebagai penyebab kemacetan lalu lintas yaitu kondisi

jalan buruk, jalan menyempit, struktur jaringan jalan terlalu memusat pada

satu ruas jalan, struktur geometris jalan yang tidak baik, terlalu banyak

persimpangan dan sebagainya.

¾ Kemacetan lalu lintas oleh kendaraan tidak bermotor (becak dan lain–

lain), banyak kendaraan besar (bus, truk).

Lokasi yang rawan terhadap kemacetan lalu lintas adalah persimpangan

jalan, pasar, pusat–pusat kegiatan (sekolah, pabrik, pasar), simpul transportasi

(pertemuan arus lokal dan arus antar kota) .

J. Peta

Adalah suatu representasi atau gambaran unsur–unsur atau kenampakan

abstrak yang dipilih dari permukaan bumi atau benda–benda angkasa dan

umumnya digambarkan pada satu bidang datar dan diperkecil atau diskalakan

(ICA, 1973 dalam Juhadi dan Dewi LS). Dengan kalimat sederhana,

pengertian peta merupakan pengecilan dari permukaan bumi atau benda

angkasa yang digambarkan pada bidang datar, dengan menggunakan ukuran,

simbol dan sistem generalisasi (penyederhanaan).

Klasifikasi peta menurut Bos, Es 1977 dalam Juhadi dan Dewi LS

dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu :

a. Penggolongan peta menurut isi (content)

¾ Peta umum atau peta Rupa Bumi atau dahulu disebut peta Topografi

yaitu peta yang menggambarkan bentang alam secara umum


25

dipermukaan bumi, dengan menggunakan skala tertentu. Peta–peta

yang bersifat umum masuk dalam kelompok ini seperti peta dunia,

atlas, dan peta geografi yang berisi informasi umum.

¾ Peta Tematik adalah peta yang memuat tema–tema khusus untuk

kepentingan tertentu, yang bermanfaat dalam penelitian, ilmu

pengetahuan, perencanaan, pariwisata, dan sebagainya.

¾ Peta Navigasi (Chart) adalah peta yang dibuat secara khusus atau

bertujuan praktis untuk membantu para navigasi laut, penerbangan

maupun perjalanan. Unsur yang digambarkan dalam, chart meliputi

rute perjalanan dan faktor–faktor yang sangat penting sebagai panduan

perjalanan seperti lokasi kota–kota, ketinggian daerah atau bukit–

bukit, maupun kedalaman laut.

Komponen peta tematik merupakan informasi tepi peta, meliputi judul

peta, skala peta, orientasi peta, garis tepi peta, letak koordinat, sumber

peta, inset peta dan legenda peta. Biasanya komponen peta tematik ini

diatur sedemikian rupa dengan memperhatikan aspek selaras, serasi,

seimbang atau disingkat 3S.

b. Penggolongan peta berdasarkan skala (scale)

¾ Peta skala sangat besar : > 1 : 10.000

¾ Peta skala besar : < 1 : 100.000–1 : 10.000

¾ Peta skala sedang : 1 : 100.000–1 : 1.000.000

¾ Peta skala kecil : > 1 : 1.000.000


26

c. Penggolongan peta berdasarkan kegunaan (purpose)

Meliputi peta pendidikan, peta ilmu pengetahuan, informasi umum,

turis, navigasi, aplikasi teknik dan perencanaan.

B. Pemetaan

Pemetaan adalah proses pembuatan peta.

C. Proses Pemetaan

Proses pemetaan yaitu tahapan yang harus dilakukan dalam pembuatan

peta. Pada tahap proses pemetaan yang dilakukan yaitu :

a) Tahap pengumpulan data

Langkah awal dalam proses pemetaan dimulai dari pengumpulan

data. Data merupakan suatu bahan yang diperlukan dalam proses

pemetaan. Keberadaan data sangat penting artinya, dengan data seseorang

dapat melakukan analisis evaluasi tentang suatu data wilayah tertentu.

Data yang dipetakan dapat berupa data primer atau data sekunder. Data

yang dapat dipetakan adalah data yang bersifat spasial, artinya data

tersebut terdistribusi atau tersebar secara keruangan pada suatu wilayah

tertentu. Pada tahap ini data yang telah dikumpulkan kemudian

dikelompokkan dahulu menurut jenisnya seperti kelompok data kualitatif

atau data kuantitatif.

Pengenalan sifat data sangat penting untuk simbolisasi atau

penentuan dan pemilihan bentuk simbol, sehingga simbol tersebut akan


27

mudah dibaca dan dimengerti. Setelah data dikelompokkan dalam tabel–

tabel, sebelum diolah ditentukan dulu jenis simbol yang akan digunakan.

Untuk data kuantitatif dapat menggunakan simbol batang, lingkaran, arsir

bertingkat dan sebagainya, lakukan perhitungan–perhitungan untuk

memperoleh bentuk simbol yang sesuai.

b) Tahap penyajian data

Langkah pemetaan kedua berupa panyajian data/tahap pemetaan/

pembuatan peta. Tahap ini merupakan upaya melukiskan atau

menggambarkan data dalam bentuk simbol, supaya data tersebut menarik,

mudah dibaca dan dimengerti oleh pengguna (users). Penyajian data pada

sebuah peta harus dirancang secara baik dan benar supaya tujuan

pemetaan dapat tercapai.

c) Tahap penggunaan peta

Tahap penggunaan peta merupakan tahap penting karena

menentukan keberhasilan pembuatan suatu peta. Peta yang dirancang

dengan baik akan dapat digunakan/dibaca dengan mudah. Peta merupakan

alat untuk melakukan komunikasi, sehingga pada peta harus terjalin

interaksi antar pembuat peta (map maker) dengan pengguna peta (map

users). Pembuat peta harus dapat merancang peta sedemikian rupa

sehingga peta mudah dibaca, diinterpretasi dan dianalisis oleh pengguna

peta. Pengguna harus dapat membaca peta dan memperoleh gambaran

informasi sebenarnya dilapangan (real world).


BAB III

METODE SURVEI DAN PEMETAAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Kota Magelang merupakan salah satu kota di Propinsi Jawa

Tengah yang keberadaannya di tengah–tengah wilayah Kabupaten

Magelang dengan letak antara 110°12ʹ30ʹʹ dan 110°12'52'' BT dan antara

7°26'18'' dan 7°30'9'' LS. Kota Magelang terletak diketinggian 380 meter

dpal dengan titik tertinggi terdapat di Gunung Tidar yaitu dengan

ketinggian 503 m dpal, keberadaan Gunung Tidar juga berfungsi sebagai

paru–paru kota yang menjadikan Kota Magelang beriklim sejuk. Fungsi

yang paling menonjol dan penting yang dimiliki oleh Kota Magelang yaitu

keberadaan AKMIL (Akademi Militer) dan SMA Taruna Nusantara yang

merupakan satu-satunya di Indonesia. Hal tersebut menjadi daya tarik

tersendiri bagi orang-orang untuk datang ke Kota Magelang. Batas Kota

Magelang secara administrasi yaitu :

¾ Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Secang Kab. Magelang.

¾ Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tegalrejo Kab.

Magelang.

¾ Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mertoyudan Kab.

Magelang.

28
29

¾ Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bandongan Kab.

Magelang.

Selain berbatasan dengan batas administrasi diatas, Kota

Magelang juga dibatasi dengan batas alam berupa Sungai Elo di sebelah

timur dan Sungai Progo disebelah barat.

Luas Kota Magelang yaitu 18,120 Km² yang terbagi dalam tiga

Kecamatan dan tujuh belas kelurahan, yang masing-masing meliputi :

¾ Kecamatan Magelang Utara (5,447 Km²)

Terdiri dari Kelurahan Kramat Utara, Kramat Selatan, Kedungsari,

Wates dan Potrobangsan.

¾ Kecamatan Magelang Tengah (5,423 Km²)

Terdiri dari Kelurahan Magelang, Cacaban, Kemirirejo, Gelangan,

Panjang dan Rejowinangun Utara.

¾ Kecamatan Magelang Selatan (7,250 Km²)

Terdiri dari kelurahan Tidar Selatan, Tidar Utara, Rejowinangun,

Magersari, Jurangombo Utara dan Jurangombo Selatan.

2. Kependudukan

Pada tahun 2006 jumlah penduduk Kota Magelang sebesar 117.744

jiwa dengan laju pertumbuhan 0,46 %, kepadatan penduduk 6.498 jiwa

Km². Dilihat dari tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan terbanyak

adalah pada tingkat SMA dan terendah pada tingkat perguruan tinggi/

universitas. Mata pencaharian terbanyak terdapat pada sektor perdagangan


30

(23,18%), buruh (20,45%), PNS/ABRI (19,64%), Pensiunan (13,24%),

dan pertanian (4,67%). Dari bidang keagamaan penduduk Kota Magelang

paling banyak memeluk agama Islam 82,67%, Kristen 10,15%, Katolik

6,34%, Hindu 0,42%, Budha 0,39% dan sisanya adalah penganut agama/

kepercayaan lain.

3. Sosial

Keberadaan AKMIL (Akademi Militer) di Kota Magelang yang

merupakan satu-satunya di Indonesia yang digunakan untuk tempat

pendidikan calon-calon TNI angkatan darat mempunyai pengaruh yang

sangat besar. Kota Magelang juga mempunyai banyak fasilitas pendidikan

baik yang formal maupun non formal. Pada tahun 2006 telah tersedia

fasilitas pendidikan TK sebanyak 69, SD 78, SLTP 23, SMU 33 dan

Universitas 6 buah. Dilihat dari murid atau mahasiswa yang ada maka

fasilitas pendidikan yang ada di Kota Magelang juga banyak diminati oleh

mereka yang berasal dari luar Kota Magelang. Untuk memberikan

kesempatan kepada masyarakat yang masih berkeinginan untuk belajar

maka telah banyak pula berdiri Kelompok Belajar (kejar) antara lain kejar

paket A (15 buah), B (5 buah), dan kejar paket C (2 buah).

Untuk pendidikan non formal juga banyak didirikan oleh

masyarakat yaitu 14 buah play group dan sebanyak 70 TPQ/TPA

sedangkan kursus pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan oleh

masyarakat sebanyak 44 buah lembaga dengan berbagai jenis kegiatan

kursus.
31

Dibidang kesehatan telah banyak berdiri berbagai fasilitas

kesehatan yang tersebar diberbagai kelurahan antara lain RSU 5, RSJ 2,

RS paru–paru 1, RS bersalin 2, Puskesmas 5 dan Puskesmas pembantu 11

buah, begitu juga dengan keberadaan tempat ibadah yang terdiri dari 128

masjid, 181 mushola, 27 gereja kristen, 4 gereja katolik dan 1 buah vihara.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mengerjakan tugas

akhir ini meliputi variabel

¾ Kelas jalan, disini kelas jalan berdasarkan daya beban/tonase, fungsi jalan,

dan wewenang pengelolaan jalan.

¾ Nama jalan.

¾ Panjang jalan.

¾ Kondisi jalan.

¾ Tingkat pelayanan/Level of Service (LOS).

¾ Volume lalu lintas.

¾ Sistem arus lalu lintas.

¾ Jalan yang dilalui angkutan umum/pembagian moda angkutan kota.

¾ Daerah rawan kecelakaan.

¾ Daerah rawan kemacetan.

C. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam pembuatan tugas akhir ini meliputi :
32

1. Data Spasial

Adalah data yang memiliki aspek kewilayahan. Data dapat

diperoleh dari peta yang dapat dijadikan acuan, misalnya peta–peta yang

dibuat oleh Bakosurtanal.

2. Data Atribut

Adalah data pelengkap dan tidak memiliki aspek kewilayahan.

Data ini diperoleh baik dari dinas terkait maupun survei langsung di

lapangan, misal data panjang jalan, nama jalan dan lain-lain.

3. Data Primer

Adalah data yang diambil dari survei langsung di lapangan. Hal ini

dilakukan apabila tidak ada data yang dibutuhkan pada dinas terkait. Data

yang bisa diambil dari survei langsung di lapangan meliputi data keadaan

jalan/kondisi jalan.

4. Data Sekunder

Adalah data yang diperoleh dari instansi terkait tanpa perlu terjun

langsung kelapangan. Data ini diperoleh dari Bapeda, Dinas Perhubungan

dan DPU. Data sekunder ini mempermudah penelitian.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data meliputi :

1. Dokumentasi yaitu mengumpulkan data yang telah ada dan yang telah

dikumpulkan oleh dinas terkait. Data yang langsung bisa diambil misalnya

data tentang kelas jalan (sesuai dengan daya beban/tonase, rungsi jalan,
33

wewenang pengelolanya), panjang jalan, nama jalan, sistem arus lalu

lintas, distribusi moda angkutan kota, daerah rawan kemacetan, daerah

rawan kecelakaan dan lain–lain.

2. Observasi, pengumpulan data dengan cara terjun langsung kelapangan

meneliti objek yang dikaji atau dapat dilakukan sebagai pengukuran

lapangan, kegiatan lapangan yang dilakukan adalah survei tentang kondisi

jalan saat ini, daerah rawan kecelakaan dan daerah rawan macet.

Observasi ini dilakukan apabila data yang dibutuhkan tidak bisa/tidak ada

pada dinas yang bersangkutan.

E. Tahapan Pemetaan dan Analisis SIG

1. Tahapan Pemetaan

Tahapan yang harus dilakukan untuk pemetaan yaitu meliputi :

a. Menentukan daerah dan tema peta yang akan dibuat.

b. Menentukan data yang akan digunakan.

c. Mendesain simbol data dan simbol peta.

d. Membuat peta dasar.

e. Mendesain komposisi peta/layout peta, unsur–unsur peta dan ukuran

kertas.

f. Lettering/penulisan geografi.

g. Reviewing, editting dan finishing.

2. Tahap Analisis SIG


34

Analisis SIG digunakan untuk pengolahan data yang didapat. Data

yang telah dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan dalam bentuk

basisdata. Data atribut dari pemetaan jaringan jalan ini berupa kelas jalan,

nama jalan, panjang jalan, kondisi jalan, tingkat pelayanan jalan, volume

lalu lintas, sistem arus lalu lintas jalan yang digunakan angkutan umum,

daerah rawan kemacetan dan daerah rawan kecelakaan. Dalam pembuatan

basisdata ini digunakan alat bantu berupa perangkat lunak SIG.


BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Database Jalan Kota Magelang

a. Klasifikasi jalan

Klasifikasi jalan yang ada di Kota Magelang dibedakan menjadi

empat, yaitu : klasifikasi jalan berdasarkan daya dukung, tonase, fungsi

jalan dan wewenang pengelolanya. Klasifikasi berdasarkan daya dukung

dikelaskan menjadi jalan kelas II, IIIA dan IIIC. Klasifikasi berdasarkan

tonase dibedakan menjadi dua yaitu dengan muatan sumbu terberat yang

diijinkan lewat sebesar 10 untuk jalan kelas II dan 8 ton untuk jalan kelas

IIIA dan IIIC. Fungsi jalan dibedakan menjadi tiga, yaitu jalan utama kota,

jalan antar lingkungan dan jalan lingkungan.

¾ Jalan utama kota (Major Road) merupakan jalan yang menyalurkan

lalu lintas dari luar kota kedalam kota atau sebaliknya, contoh Jalan A

Yani, Gatot Subroto dan Jalan Sokarno Hatta.

¾ Jalan antar lingkungan (Minor Road) merupakan jalan yang

manyalurkan arus lalu lintas antar lingkungan atau arus dari

lingkungan kejalan utama kota, jalan yang termasuk dalam klasifikasi

ini adalah Jalan Sunan Giri, Sutopo dan Jalan P Diponegoro.

35
36

¾ Jalan lingkungan merupakan jalan yang melayani lingkungan tertentu

seperti lingkungan industri, lingkungan pemukiman dan lain-lain,

seperti Jalan Lamtoro, Manggis dan Jalan Kahendran.

Sedangkan wewenang pengelolanya dibedakan menjadi tiga yaitu

jalan kelas II dikelola oleh APBD Provinsi, jalan kelas IIIA dikelola oleh

PEMKOT dan jalan kelas IIIC dikelola oleh PEMKOT dan swadaya

masyarakat.

Panjang jalan yang dimiliki oleh Kota Magelang secara

keseluruhan yaitu 73,14 Km.

Tabel 4 Panjang Jalan di Kota Magelang

Kelas Panjang Kondisi


No Persentase Persentase
Jalan (Km) Baik Sedang Rusak
1 II 19,855 27,15 15,492 78,03
4,363 21,97
2 IIIA 36,201 49,5 18,596 51,37
17,605 48,63
3 IIIC 17,084 23,35 3,142 18,39
13,942 81,61
Jumlah 73,14 18,634 32,538 21,968
Persentase 100 25,48 44,49 30,03
Sumber : DPU Kota Magelang, tahun 2006

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa kondisi jalan di Kota

Magelang secara keseluruhan berada dalam kondisi agak baik atau sedang

dengan panjang 32,538 Km (44,49%), sedangkan jalan dalam keadaan

rusak mencapai 21,968 Km (30,03%) atau menempati urutan kedua jalan

terpanjang di Kota Magelang hal ini hendaknya menjadi perhatian bagi

pemerintah karena jalan yang rusak tersebut ada yang merupakan jalan

utama kota yang keberadaannya sangat penting untuk menyalurkan lalu

lintas dari kota keluar kota atau sebaliknya, demikian juga dengan jalan
37

dalam kondisi agak baik harus ditingkatkan lagi agar kondisinya menjadi

baik. Sedangkan jalan yang memiliki kondisi baik panjangnya 18,634 Km

(25,48%).

Dari Peta Kondisi Jalan (terlampir) dapat diketahui bahwa jalan

kelas II rata-rata dalam keadaan baik dan terjaga hal ini dipengaruhi oleh

biaya pemeliharaan dan pengelolaan jalan. Jalan kelas II dikelola oleh

APBD Provinsi oleh sebab itu keadaan jalannya selalu dalam keadaan

baik. Berbeda dari jalan kelas IIIA dan jalan kelas IIIC yang

pengelolaannya dibebankan pada PEMKOT dan dana swadaya

masyarakat yang jumlahnya relatif sedikit.

Gambar 4 Jalan A Yani merupakan jalan utama kota (jalan kelas II)

Gambar 5 Jalan Veteran merupakan jalan antar lingkungan (jalan kelas IIIA)
38

Gambar 6 Jalan Botton merupakan jalan lingkungan (jalan kelas IIIC)

b. Volume lalu lintas

Volume lalu lintas di ruas jalan akan naik pada jam–jam sibuk

seperti jam berangkat kantor dan jam sekolah (jam 06.00–08.00), jam

pulang sekolah dan jam pulang kantor. Namun tidak semua ruas jalan

memiliki volume yang tinggi pada jam–jam tersebut diatas, hal tersebut

diakibatkan oleh berbagai faktor misalnya jalan tersebut merupakan jalan

yang menuju pasar maka kepadatan tertinggi akan diperoleh pada saat

yang berbeda dari jalan yang menghubungkan kesekolah atau kantor.


39

Tabel 5 Volume Lalu Lintas Kota Magelang

Volume Lalu
No Nama Jalan Waktu
Lintas
1 Jl. Gatot Subroto 06.00-07.00 18.873
13.00-14.00 1.667
16.00-17.00 1.474
2 Jl. A Yani 07.00-08.00 3.363
09.00-10.00 3.148
10.00-11.00 3.221
3 Jl. Soekarno Hatta 10.00-11.00 1.580
11.00-12.00 1.631
12.00-13.00 1.643
4 Jl. Sudirman 09.00-10.00 2.872
10.00-11.00 3.247
11.00-12.00 3.368
5 Jl. Pemuda 09.00-10.00 2.341
10.00-11.00 2.304
11.00-12.00 2.275
6 Jl. Urip Sumoharjo 07.00-08.00 1.371
13.00-14.00 1.780
16.00-17.00 1.219
7 Jl. Tidar 10.00-11.00 2.789
11.00-12.00 2.617
14.00-15.00 2.640
8 Jl. Tentara Pelajar 06.00-07.00 2.956
07.00-08.00 2.735
15.00-16.00 2.703
9 Jl. Yos Sudarso 06.00-07.00 231
07.00-08.00 355
14.00-15.00 183
Sumber : Dinas Perhubungan Tahun 2005

Gambar 7 Pasar Rejowinangun Kota Magelang


40

c. Sistem arus lalu lintas

Sistem arus lalu lintas di Kota Magelang rata–rata merupakan jalan

dengan sistem satu arah terutama jalan–jalan utama seperti Jalan

Sudirman, Ikhlas, Pemuda, A Yani dan lain–lain.

Sistem manajemen arus lalu lintas satu arah yang diterapkan di

Kota Magelang terutama di jalan-jalan utama atau jalan tengah kota

menjadikan Kota Magelang bebas dari kemacetan walaupun memiliki

panjang jalan yang relatif pendek. Manajemen ini juga yang membedakan

Kota Magelang dengan kota-kota yang lain.

d. Jalan yang dilalui angkutan umum

Jalan diKota Magelang terbagi menjadi dua jalur yaitu jalan yang

dapat dilalui oleh kendaraan umum/semua jenis kendaraan termasuk

kendaraan berat/kendaraan pengangkut barang dan jalan yang tidak boleh

dilalui kendaraan berat. Jalan yang dilalui kendaraan pengangkut barang

hanya pada jalan tertentu seperti Jalan Sukarno Hatta dan Jalan Urip

Sumoharjo. DiKota Magelang terdapat angkutan kota (angkot) yang

terbagi menjadi 12 Jalur yang masing–masing mempunyai jalur trayek

sendiri–sendiri.

Tabel 6 Jalur yang diLewati Angkutan Kota

No Jalur Rute
1 1 Sub Terminal Bonpolo – Jl A Yani – Jl Alun-Alun Selatan – Jl Mayjen Sutoyo
– Cacaban – Jl P Diponegoro – Taman Kyai Langgeng – SMA 4 – Jl P
Senopati – Pakelan – Jl Gatot Subroto – AKMIL – Jl Tentara Pelajar – Jl
Alun-Alun Utara – Jl Yos Sudarso – Jl Veteran – Jl Pahlawan – SMP 1 –
Taman Badaan – Tuguran – Menowo – Jl A Yani – Sub Terminal Kebonpolo
2 2 Sub Terminal Ikhlas – Jl Ikhlas – Shopping Center – Jl Tidar – Jl Gatot
Subroto – Jl Pakelan – Jl Panca Arga – Jl Sudirman – Sub Terminal Ikhlas
41

3 3 Sub Terminal Ikhlas – Jl Ikhlas – Shopping Center – Jl Tidar – RSU –


Universitas Muhammadiyah - Jl Tentara Pelajar – Jl Alun-Alun Barat – Jl Yos
Sudarso – Jl Veteran – Jl Pahlawan – SMP 1 – Taman Badaan – Tuguran –
Jl Kapt S Parman – Jl Perintis Kemerdekaan – Perum KORPRI (Ngembik) –
Jl Rambutan – Kupatan – Jl A Yani – Jl Majapahit – Jl Sriwijaya – Jl
Singosari – Jl Beringin I – Jl Beringin IV – Pasar Gotong Royong – Jl
Sudirman – Sub Terminal Ikhlas
4 4 Terminal Tidar – Jl Soekarno Hatta – Canguk – Jl Urip Sumoharjo – RST –
Sub Terminal Kebonpolo – Jl A Yani – Jl Alun-Alun Selatan – Jl Pemuda –
Shopping – Jl Sudirman – Jl Soekarno Hatta – Terminal Tidar
5 5 Terminal Tidar – Jl Soekarno Hatta – Jl Sarwo Edi – Pakelan – Jl Mayor
Human – Jl Sultan Agung – Jl P Senopati – SMA 4 – Taman Kyai Langgeng
– Jl Cempaka – Jl Diponegoro – Jl Pahlawan – SMP 1 – Taman Badaan –
Tuguran – Jl Kapt Suparman – Universitas Tidar – SMP 11 – GOR Samapta
– Jl Jeruk – Jl A Yani – Menowo – Sub Terminal Kebonpolo – Jl A Yani – Jl
Majapahit – Jl Sriwijaya – Jl Singosari – Jl Beringin I – Jl Beringin IV – Pasar
Gotong Royong – Jl Sudirman – Jl Sukarno Hatta – Terminal Tidar
6 6 Terminal Tidar – Jl Soekarno Hatta – Jl Sudirman – Sub Terminal Ikhlas – Jl
Ikhlas – Shopping – Jl Tidar – RSU – Universitas Muhammadiyah – Jl
Tentara Pelajar – Jl alun-Alun Barat – Jl Yos Sudarso – Jl Veteran – Jl
Pahlawan – SMP 1 – Taman Badaan – Tuguran – Menowo – Jl A Yani –
Sub Terminal Kebonpolo – Jl A Yani – Sub Terminal Kebonpolo – Jl A Yani
– Jl Pemuda – Jl Sriwijaya – Jl Singosari – Jl Sudirman – Jl Soekarno Hatta
– Terminal Tidar
7 7 Terminal Tidar – Jl Soekarno Hatta – Jl Sarwo Edi – Pakelan – Jl Gatot
Subroto – AKMIL – Jl Tentara Pelajar – Jl Sutopo – Jl Diponegoro –
Cacaban – Jl Veteran – Jl Majapahit – Jl Sriwijaya – Jl Medang – SMA 3 – Jl
Kalingga – Jl Tarumanegara – Jl Sriwijaya – Jl Telaga Warna – Jl Gelangan
(Ngentak) – Komplek RINDAM – Jl Kesatrian Kulon – RST – Jl A Yani – Jl
Pemuda – Shopping – Jl Sudirman – Jl Soekarno Hatta – Terminal Tidar
8 8 Terminal Tidar – Jl Soekarno Hatta – Canguk – Jl Telaga Warna – Jl
Sriwijaya – Jl Singosari – Jl Beringin I – Jl Beringin IV – Pasar Gotong
Royong – Sub Terminal Ikhlas – Jl Ikhlas – Shopping – Jl Tidar – RSU –
Universitas Muhammadiyah – Jl Tentara Pelajar – Jl DI Panjaitan – Cacaban
– Jl Diponegoro – Jl Pahlawan – SMP 1 – Taman Badaan – Tuguran –
Menowo – Jl A Yani – Pasar Kebonpolo – Jl Urip Sumoharjo – Canguk –
Terminal Tidar
9 9 Sub Terminal Kebonpolo – Jl A Yani – Jl Majapahit – Jl Sriwijaya – Jl
Singosari – Jl Beringin I – Jl Beringin IV – Pasar Gotong Royong – Jl
Sudirman – Jl Soekarno Hatta – Terminal Tidar – Canguk – Jl Urip
Sumoharjo – RST – Sub Terminal Kebonpolo
10 10 Terminal Tidar – Jl Soekarno Hatta – Jl Sudirman – Sub Terminal Ikhlas – Jl
Ikhlas – Shopping – Jl Tidar - RSU – Universitas Muhammdiyah – Jl Tentara
Pelajar – Jl Alun-Alun Barat – Jl Yos Sudarso – Jl Veteran – Jl Pahlawan –
SMP 1 – Taman Badaan – Tuguran – Menowo – Jl A Yani – Kupatan – RSJ
– Sambung – Jl A Yani – Menowo – Sub Terminal Kebonpolo – Jl A Yani –
Jl Majapahit – Jl Sriwijaya – Jl Singosari – Jl Beringin I – Jl Beringi III – Jl
Soekarno Hatta – Terminal Tidar
42

11 11 Terminal Tidar – Jl Soekarno Hatta – Canguk – Jl Urip Sumoharjo – RST –


Sub Terminal Kebonpolo – Jl Sumba – Jl Buton – Jl Kalimas – Menowo – Jl
A Yani – Kupatan – Perum ARMADA Estate – Perum Depkes Kramat –
Perum ARMADA Estate – Kupatan – Jl A Yani – Jl Majapahit – Jl Sriwijaya –
Jl Singosari – Jl Beringin I – Jl Beringin V – Jl Soekarno Hatta – Terminal
Tidar
12 12 Sub Terminal Ikhlas – Jl Ikhlas – Jl Suprapto – Perum Tidar Indah – Hero
Swalayan – Jl Tidar – Jl Tentara Pelajar – Jl Alun-Alun Barat – Jl Alun-Alun
Utara – Jl Pemuda – Shopping – Jl Sudirman – Jl Soekarno Hatta – Jl Tidar
Campur – Jl Tidar Salakan – Dampit – Tidar Salakan – Jl Tidar Campur – Jl
Beringin II – Jl Beringin IV – Pasar Gotong Royong – Sub Terminal Ikhlas
Sumber : Dinas Perhubungan tahun 2005

Gambar 8 Terminal Tidar Kota Magelang

e. Daerah rawan kecelakaan

Daerah rawan kecelakaan di Kota Magelang terdapat pada ruas

jalan yang terbagi dalam beberapa titik. Jalan yang rawan terhadap

kecelakaan biasanya perempatan jalan, pertemuan antara jalan utama

dengan jalan antar lingkungan/jalan lingkungan dan pertemuan antara arus

satu arah dengan arus dua arah. Jalan yang rawan terhadap kecelakaan

yaitu Jalan A Yani, Sukarno Hatta, Jendral Sudirman dan titik–titik

tertentu yang berada dalam ruas–ruas jalan.


43

Gambar 9 Shopping Center Kota Magelang

f. Daerah rawan kemacetan

Daerah rawan kemacetan di Kota Magelang terdapat pada ruas

Jalan A Yani dekat pasar Bonpolo, Jalan Tidar dekat Rs Tidar dan

Universitas Muhammadiyah Magelang, Jalan Pemuda terutama depan

pasar Rejowinangun, Jalan Ikhlas, pertemuan Jalan alun-alun selatan

dengan Jalan A Yani dan pertemuan Jalan Jend Sudirman dan Jalan

Soekarno-Hatta. Jalan yang rawan terhadap kemacetan yang lain biasanya

jalan dengan sistem arus lalu lintas dua arah, pertemuan antara jalan utama

dengan jalan antar lingkungan/jalan lingkungan ataupun perempatan jalan

sekaligus sistem arus lalu lintasnya dua arah seperti perempatan Canguk.

g. Kepadatan lalu lintas


44

Tabel 7 Kepadatan Lalu Lintas diJalan Utama Kota

No Nama Jalan Waktu Kepadatan


1 Jl Gatot Subroto 06.00-07.00 46,34
2 Jl A Yani 06.00-07.00 79,58
3 Jl Soekarno Hatta 12.00-13.00 30,4
4 Jl Sudirman 11.00-12.00 87,66
5 Jl Pemuda 09.00-10.00 58,73
6 Jl Urip Sumoharjo 07.00-08.00 31,71
7 Jl Tidar 10.00-11.00 72,12
8 Jl Tentara Pelajar 06.00-07.00 68,81
9 Jl Yos Sudarso 07.00-08.00 9,30
Sumber : Dinas Perhubungan Tahun 2005

Kepadatan lalu lintas dijalan utama kota rata-rata terjadi pada

pukul 06.00-08.00 dikarenakan pada saat itu merupakan jam-jam orang

berangkat ketempat kerjanya atau jam anak-anak berangkat sekolah.

Kepadatan akan terjadi pada pukul 08.00-10.00 bila jalan tersebut

merupakan akses menuju pasar. Kepadatan tertinggi terjadi di jalan

Sudirman yaitu mencapai 87,66 karena jalan ini merupakan pertemuan

dengan Jalan Soekarno Hatta yang merupakan jalan utama kota dan

jalan utama yang dilewati oleh kendaraan berat yang tidak diizinkan

untuk lewat tengah kota dan Jalan Sudirman juga memiliki sistem arus

lalu lintas dua arah. Jalan Yos Sudarso merupakan jalan dengan

kepadatan yang paling kecil diantara jalan utama kota yang ada yaitu

9,30.

h. Tingkat pelayanan jalan (LOS)


45

Tabel 8 Level of Service di Kota Magelang

No Nama Jalan LOS Keterangan


1 Jl Gatot Subroto B Arus stabil, pengemudi memiliki kebebasan untuk
beralih jalur (manuver).
C Dalam zona ini arus stabil, pengemudi dibatasi
dalam memilih kecepatan
2 Jl A Yani F Arus lalu lintas macet, atau kecepatan sangat
rendah atau merayap, antrian kendaraan panjang.
3 Jl Soekarno Hatta B Arus stabil, pengemudi memiliki kebebasan untuk
beralih jalur (manuver).
C Dalam zona ini arus stabil, pengemudi dibatasi
dalam memilih kecepatan.
D Arus tidak stabil, hampir semua pengemudi dibatasi
kecepatannya. Volume lalu lintas mendekati
kapasitas jalan tetapi masih dapat ditolerir
(diterima).
E Arus tidak stabil, sering berhenti. Volume lalu lintas
mendekati atau berada pada kapasitas jalan
4 Jl Sudirman B Arus stabil, pengemudi memiliki kebebasan untuk
beralih jalur (manuver).
C Dalam zona ini arus stabil, pengemudi dibatasi
dalam memilih kecepatan.
D Arus tidak stabil, hampir semua pengemudi dibatasi
kecepatannya. Volume lalu lintas mendekati
kapasitas jalan tetapi masih dapat ditolerir
(diterima).
E Arus tidak stabil, sering berhenti. Volume lalu lintas
mendekati atau berada pada kapasitas jalan.
5 Jl Pemuda D Arus tidak stabil, hampir semua pengemudi dibatasi
kecepatannya. Volume lalu lintas mendekati
kapasitas jalan tetapi masih dapat ditolerir
(diterima).
E Arus tidak stabil, sering berhenti. Volume lalu lintas
mendekati atau berada pada kapasitas jalan.
F Arus lalu lintas macet, atau kecepatan sangat
rendah atau merayap, antrian kendaraan panjang.
6 Jl Urip Sumoharjo B Arus stabil, pengemudi memiliki kebebasan untuk
beralih jalur (manuver).
C Dalam zona ini arus stabil, pengemudi dibatasi
dalam memilih kecepatan.
7 Jl Tidar C Dalam zona ini arus stabil, pengemudi dibatasi
dalam memilih kecepatan.
46

D Arus tidak stabil, hampir semua pengemudi dibatasi


kecepatannya. Volume lalu lintas mendekati
kapasitas jalan tetapi masih dapat ditolerir
(diterima).
E Arus tidak stabil, sering berhenti. Volume lalu lintas
mendekati atau berada pada kapasitas jalan.
F Arus lalu lintas macet, atau kecepatan sangat
rendah atau merayap, antrian kendaraan panjang.
8 Jl Tentara Pelajar C Dalam zona ini arus stabil, pengemudi dibatasi
dalam memilih kecepatan.
D Arus tidak stabil, hampir semua pengemudi dibatasi
kecepatannya. Volume lalu lintas mendekati
kapasitas jalan tetapi masih dapat ditolerir
(diterima).
E Arus tidak stabil, sering berhenti. Volume lalu lintas
mendekati atau berada pada kapasitas jalan.
F Arus lalu lintas macet, atau kecepatan sangat
rendah atau merayap, antrian kendaraan panjang.
9 Jl Yos Sudarso A Kondisi arus bebas dengan kecepatan tinggi,
volume lalu lintas rendah. Pengemudi bebas
memilih kecepatan yang diinginkan (tanpa
hambatan).
B Arus stabil, pengemudi memiliki kebebasan untuk
beralih jalur (manuver).
Sumber : Dinas Perhubungan tahun 2005

Jalan utama Kota Magelang mempunyai LOS tertinggi yaitu A yang

berarti pelayanan yang diberikan oleh jalan tersebut sangat baik dimiliki oleh

Jalan Yos Sudarso sedangkan yang lain hanya memiliki LOS jalan dengan kelas

B, C, D, E dan F. Jalan yang memiliki pelayanan terburuk yaitu Jalan A Yani

karena LOSnya F yang merupakan LOS terendah, hal ini menunjukkan bahwa

tingkat pelayanan Jalan A Yani tidak baik karena arus lalu lintasnya macet atau

kecepatannya sangat rendah atau merayap dan antrian kendaraannya panjang.

Secara keseluruhan tingkat pelayanan jalan di Kota Magelang sudah baik karena

sebagian besar jalan utama kota sudah memiliki LOS B yang berarti arus stabil,

pengemudi memiliki kebebasan untuk beralih jalur atau manuver.


47

2. Pola Jaringan Jalan di Kota Magelang

Jaringan jalan di Kota Magelang memiliki pola grid dan pola

spine. Pola spine ini memiliki ciri bentuk seperti duri ikan dengan jalan

utama berupa garis vertikal dan disisinya terdapat garis horisontal yang

menempel dan bersinggungan. Yang termasuk kedalam pola spine ini

meliputi Jalan A Yani dengan Jalan Rambutan, Nanas, Jeruk, Barito dan

Jalan Progo. Pola grid berada di pusat kota yaitu daerah alun-alun sampai

pasar Rejowinangun (Lampiran 28).

3. Pemetaan Jaringan Jalan di Kota Magelang

Peta yang dapat dibuat dari database yang ada meliputi Peta

Administrasi, Peta Kelas Jalan Berdasarkan Daya Dukung, Peta Kelas Jalan

Berdasarkan Fungsi Jalan, Peta Kelas Jalan Berdasarkan Kondisi Jalan, Peta

Kelas Jalan Berdasarkan Wewenang Pengelolanya, Peta Rawan Kemacetan,

Peta Rawan Kecelakaan, Peta Trayek Angkutan Umum dan Peta Sistem

Arus Lalu Lintas (Lampiran 28-36).

B. Pembahasan

Dalam penelitian didapat bermacam–macam data yang diperoleh dari

berbagai instansi. Volume lalu lintas didapat dari dinas Perhubungan sehingga

tidak melakukan perhitungan volume lalu lintas begitu juga dengan panjang

dan lebar jalan yang ada semuanya didapat dari dinas Perhubungan dan DPU.

Sedangkan untuk kepadatan lalu lintas dilakukan penghitungan dengan

menggunakan rumus K = Q/Vu dengan nilai Q (volume lalu lintas) dan Vu


48

(kecepatan rata–rata ruang) yang sudah diketahui nilainya sehingga tinggal

memasukkan data yang sudah ada pada rumus tersebut. Jalan yang ada di

Kota Magelang juga dimasukkan kedalam klasifikasi sesuai dengan klasifikasi

jalan berdasarkan tujuan yaitu meliputi klasifikasi berdasarkan daya beban,

fungsi jalan dan klasifikasi berdasarkan wewenang pengelolanya.

a. Pemetaan menggunakan SIG

1. Membuka ArcView

Untuk mengoperasikan perangkat lunak SIG pertamakali pengguna

harus membuka program tersebut dengan cara "Start|Programs|ESRI|

ArcView GIS version 3.3.


ArcView GIS 3.3

2. Membuka project

Setelah pengguna mengaktifkan ArcView maka pilihlah "with a

new view" kemudian klik tombol "OK" atau dengan memilih pulldown

"file|New Project" maka pengguna akan mendapatkan sebuah project baru

dengan sebuah view (dengan nama "View 1") yang baru pula.

3. Menampilkan peta dasar

Setelah memperoleh view baru maka pengguna dapat memanggil

peta dasar yang akan digunakan dengan cara memilih pulldown "View |
49

Add Theme" kemudian pilihlah peta dasar yang akan dibuat pada folder

yang telah dibuat. Kemudian simpanlah project tersebut dengan cara

mengklik menu pulldown "File|Save Project" atau "File|Save Project As"

kemudian tulislah nama dan lokasi project pada directori kerja yang

dikehendaki, dan tekan tombol OK.

4. Mengaktifkan Thema pada view

Untuk mengaktifkan Theme yang telah dipanggil maka pengguna

harus mengklik check box pada window view sehingga peta dasar/theme

yang diinginkan akan terlihat.

5. Memasukkan koordinat peta dasar

Hal yang paling penting untuk dilakukan setelah Theme terpanggil

adalah memeriksa apakah peta tersebut sudah memiliki koordinat atau


50

belum. Jika belum maka kita harus memasukkan koordinat peta dengan

cara mengklik "View|Graticule and Measurment|Data Source" kemudian

masukkan data pada kolom sesuai dengan koordinat yang telah dipilih

kemudian kliklah "Write World File" kemudian OK.

6. Melakukan pendigitan peta dasar

Setelah peta dasar ditampilkan maka hal yang harus dilakukan

selanjutnya adalah melakukan pendigitan peta dasar. Untuk melakukan


51

pendigitan tersebut kita harus memisahkan antara yang polygon dan yang

berbentuk garis. Untuk batas luar wilayah digunakan polygon sedangkan

untuk jalan digunakan bentuk garis.

7. Megubah properties Theme

Untuk merubah simbol dan warna, pengguna dapat melakukan

double–click terhadap simbol (legenda) yang lama hingga muncul dialog


52

"legend Editor" yang dapat digunakan untuk meng–custumize properties

simbol dan warna theme yang bersangkutan. Pada dialog "legend editor",

double click simbol theme yang akan di–customize hingga muncul dialog

"Pan Palette". Pada dialog yang terakhir inilah dapat dilakukan perubahan

ukuran, bentuk dan warna simbol.

8. Membuat Layout

Untuk membuat sebuah layout dari sebuah view, pengguna dapat

melakukan langkah–langkah sebagai berikut : tampilkan (aktifkan) view

(berikut themes yang terdapat didalamnya) yang akan dibuat layoutnya.

Gunakan menu pulldown "View|Layout" hingga muncul kotak dialog

"Template Manager". Kemudian, pilihlah (klik icon) template yang akan

digunakan sebagai bentuk dasar dari layout yang akan dibuat (misalnya

klik icon "Landscape–Neatlines). Setelah memilih template–nya, tekanlah

button OK untuk keluar dari kotak dialog yang bersangkutan dan segera

mendapatkan layout baru.


53

9. Menentukan Ukuran Kertas

Gunakan menu pulldown "Layout|Page setup" hingga muncul

kotak dialog "Page Setup". Setelah dialog "Page Setup" muncul, dari list

"Page Size", pilihlah ukuran kertas yang akan digunakan dan akhirnya

pilihlah resolusi hasil cetakan.

10. Mencetak layout

Untuk mencetak layout yang telah jadi sebelumnya layout yang

bersangkutan diaktifkan dulu. Gunakan menu pulldown "File|Print"


54

hingga muncul kotak dialog "Print". Pada kotak dialog yang baru muncul

ini pada dropdown list "Print", pilihlah nama layout yang akan dicetak,

kemudian kliklah botton OK untuk keluar kotak dialog dan segera

mencetak layout kedalam media hardcopy. Jika ingin mencetak layout

kedalam file (file cetakan), pengguna dapat meng–klik chekbox "Print to

File" sehingga muncul kotak dialog "Print to File" untuk menentukan

nama file dan directori dinama file tersebut akan disimpan. Kemudian klik

botton OK untuk keluar kotak dialog dan segera mencetak kedalam media

softcopy.

b. Simbol yang digunakan dalam pemetaan

Simbol yang digunakan untuk pemetaan jaringan jalan di Kota Magelang

meliputi simbol garis dan simbol dot atau titik. Simbol garis menggunakan

warna untuk membedakan antara jalan yang satu dengan yang lain,

disamping itu juga digunakan gradasi ukuran. Untuk penyimbulan dot atau

titik digunakan warna dan jenis dotnya.


55

: Jalan kelas II

: Jalan kelas IIIA

: Jalan kelas IIIC

: Jalan yang dilalui bis

: Jalan yang dilalui Angkutan Kota

: Rawan kecelakaan

: Rawan kemacetan

c. Pola jaringan jalan

Pola jaringan jalan di Kota Magelang yang berbentuk spine memiliki efek

yang baik karena jalan yang berada ditengah-tengah Kota Magelang atau

jalan utama adalah jalan dengan sistem arus lalu lintas satu arah sehingga

jalan yang berpotongan ataupun menyinggung jalan utama tersebut dapat

digunakan sebagai jalur alternatif. Selain itu terdapat pola grid yang terdapat

dipusat Kota Magelang yaitu antara alun-alun sampai pasar Rejowinangun.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh

kesimpulan bahwa Kota Magelang memiliki jaringan jalan yang tidak

terlalu panjang dan keberadannya sangatlah penting karena menjadi

penghubung antara Semarang dan D.I Yogyakarta. Kondisi jalan di Kota

Magelang rata–rata dalam keadaan baik dan agak baik tidak terdapat jalan

dalam kondisi yang jelek/rusak. Jaringan jalan di Kota Magelang memiliki

tiga kelas yaitu jalan kelas II, III A dan III C.

Volume lalu lintasnya merupakan volume yang tergolong padat

karena memiliki nilai tingkat pelayanan jalannya berada pada nilai B, C, D,

E dan F yang mempunyai karakteristik lalu lintas macet atau kecepatan

sangat rendah atau merayap, antrian kendaraan panjang, apalagi pada jam–

jam sibuk, hal ini lebih disebabkan karena lebar jalan yang kurang terutama

dijalan-jalan utama.

Sistem arus lalu lintas jalan di Kota Magelang rata–rata merupakan

jalan dengan sistem arus lalu lintas satu arah. Angkutan kota (Angkot)

terbagi kedalam 12 jalur yang masing–masing memiliki trayek jalur yang

berbeda dan memiliki tempat pemberhentian/simpul yaitu terminal Tidar,

terminal Bonpolo dan terminal Ikhlas. Daerah rawan kecelakaan terdapat di

ruas jalan besar yaitu seperti Jalan A Yani, Sukarno Hatta, Jendral Sudirman

56
57

dan tiap–tiap titik ruas jalan. Kemacetan juga timbul pada simpul seperti

pasar yaitu pasar Rejowinangun dan pasar Bonpolo dan tempat pendidikan

yaitu depan Universitas Muhammadiyah Magelang yang kebetulan juga

berhadapan dengan Rumah Sakit Tidar, pertemuan jalan Alun-alun selatan

dengan Jalan A Yani dan Pertemuan Jalan Jendral Sudirman dengan Jalan

Soekarno Hatta

Dari hasil pemetaan yang telah dilakukan maka jaringan jalan di

Kota Magelang memiliki pola spine.

B. Saran

¾ Bagi instansi

1. Data yang telah ada dimanfaatkan dengan baik sehingga mudah dalam

pencarian baik oleh petugas sendiri maupun pencari data yang berasal

dari luar instansi tersebut.

2. Koordinasi antara instansi/dinas yang menangani soal jalan harus dijalin

dengan baik sehingga tidak terjadi perbedaan dalam penafsiran.

3. Database yang ada atau yang berbentuk hard copy bisa diletakkan

ditempat-tempat strategis seperti pintu masuk kota dan tempat umum

lainnya.

¾ Bagi Masyarakat

1. Pemakai jalan atau masyarakat hendaknya ikut memelihara rambu atau

mark jalan yang telah dipasang oleh pemerintah.


58

Daftar Pustaka

Artianto, Rikie. 2005. Pemetaan Jalur Hijau di Kec. Pati Kab. Pati Berbasis
Sistem Informasi Geografis (SIG). Tugas akhir.

Juhadi dan Dewi LS. 2001. Desain dan Komposisi Peta Tematik. Semarang :
BP2SIG.

Handoyo, Agus. 2005. Pemetaan Titik Kemacetan Arus Lalu Lintas Jalan di Kec.
Ambarawa Kab. Semarang. Tugas Akhir.

Hariyanto. Paparan Mata Kuliah Analisis Jaringan Jalan dan Transportasi

Hobs, FD. 1995. Perencanaan dan Teknik Lalu Lintas. Yogjakarta : Gajahmada
University Press.

Magribi, La Ode Muhammad. 1999. Geografi Transportasi. Fakultas Pascasarjana


UGM.

Morlok, Edward K. 1978. Introduction to Transportation Enginering and


Planning. Tokyo : McGraw – Hill Kogakusha, Ltd.

Prahasta, Eddy. 2002. Konsep–Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis.


Bandung : Informatika.

Prahasta, Eddy. 2002. Sistem Informasi Geografis Tutorial ArcView. Bandung :


Informatika.

Putro, Saptono. 2002. Kajian Kemacetan Lalu Lintas Pada Jaringan Jalan
Ditinjau dari Tingkat Pelayanan Jalan (Kasus di Semarang).
Tesis.

RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Magelang.

Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta :
LP3ES.

Survei LLAJ Kota Magelang Tahun 2005. Dinas Perhubungan.

Warpani, Suwardjoko. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.


Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai