Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus
Disusun oleh :
Lusiana Winarni
(05020)
TA. 2007/2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini umumnya masih banyak gaya hidup masyarakat yang masih belum memahami tentang pentingnya kesehatan. Mereka pada
umumnya mengkonsumsi segala jenis makanan, seperti : makanan tinggi lemak dan kolesterol tanpa diimbangi dengan olahraga atau aktifitas fisik untuk membakar lemak
dan gaya hidup yang salah, seperti : kebiasaan merokok dan minum - minuman keras ataupun mengkonsumsi narkoba yang kesemuanya itu dapat menimbulkan dampak
yang buruk bagi kesehatan. Diantara masalah kesehatan tersebut akan mengakibatkan timbulnya penyakit Reumatik, Diabetes Mellitus, Jantung, Ginjal dan sebagainya.
Dari berbagai penyakit diatas diantaranya adalah Diabetes Mellitus. Diabetes Mellitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smeltzer C, Suzanne, 2001). Diabetes Mellitus mempunyai dua tipe yang pertama Diabetes Mellitus tipe I (IDDM) yaitu diabetes
mellitus yang tergantung insulin dan yang kedua Diabetes mellitus tipe II (NIDDM) yaitu diabetes mellitus yang tidak tergantung insulin. Diabetes mellitus tipe I biasanya
terjadi pada usia kurang dari 30 tahun dengan persentase 5% - 10% dari seluruh penderita diabetes mellitus. Sedangkan pada kasus diabetes mellitus tipe II sering
ditemukan pada usia lebih dari 30 tahun dengan persentase 90% - 95% seluruh penderita diabetes mellitus, obesitas 80% dan non obesitas 20% (Smeltzer C. Suzanne,
2001).
Menurut riset, penderita diabetes mellitus di Indonesia mencapai 12 juta jiwa atau 5% dari seluruh penduduk. Sekitar 30% dari penderita mengalami kebutaan
akibat komplikasi retinopati dan 10% harus menjalani amputasi. Untuk resiko kematiannya 4 – 5 kali lebih tinggi dari pada non diabetes dengan sebab akibat 50% jantung
koroner dan 30% akibat gagal ginjal (www.google.com).
Penyakit diabetes mellitus memerlukan penatalaksanaan medis dan keperawatan untuk mencegah komplikasi akut seperti ketoasidosis dan sindromkoma
hiperglikemik hiperosmolar non ketotik yang dapat menyebabkan koma. Kematian dan juga dapat menimbulkan komplikasi jangka panjang, seperti penyakit
makrovaskuler, penyakit mikrovaskuler dan penyakit oftamologi lainnya.
Penyakit diabetes mellitus perlu mendapat perhatian dan penanganan yang baik oleh perawat. Secara kuratif dan rehabilitatif seperti pengontrolan kadar gula
darah, melakukan perawatan luka dan mengatur diet makanan yang harus dimakan sehingga tidak terjadi peningkatan kadar gula darah. Selain itu perawat juga berperan
secara preventif yaitu dengan cara memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakit diabetes mellitus untuk meningkatkan pemahaman klien dan mencegah terjadinya
komplikasi.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka kelompok tertarik untuk mengangkat makalah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn A dengan Gangguan Sistem
Endokrin : Diabetes Mellitus Tipe I dan Gangren” di ruangan perawatan Penyakit Dalam Pulau Sangeang RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta.
B. Tujuan Penulisan2
Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini meliputi tujuan umum dan tujuan khusus
1. Tujuan Umum
a. Diperoleh pengalaman secara nyata dalam merawat klien dengan gangguan sistem endokrin : diabetes mellitus tipe I dan gangren
b. Diperoleh informasi / gambaran pelaksanaan Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan sistem endokrin diabetes mellitus tipe I dan
gangren di ruang pulau Sangeang RSAL Dr. Mintohardjo
2. Tujuan Khusus
Agar mahasiswa / i mampu :
a. Melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan sistem endokrin : diabetes mellitus tipe I dan gangren
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin : diabetes mellitus tipe I dan gangren
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin : diabetes mellitus tipe I dan gangren
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin : diabetes mellitus tipe I dan gangren
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin : diabetes mellitus tipe I dan gangren
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat serta mencari solusinya pada klien dengan gangguan sistem endokrin : diabetes
mellitus tipe I dan gangren
h. Mendokumentasikan semua tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin : diabetes mellitus tipe I dan gangren
C. Ruang Lingkup3
Adapun ruang lingkup makalah ini yaitu penulis membatasi hanya pada asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem endokrin : diabetes mellitus tipe
I dan gangren yang dilakukan selama 3 x 24 jam di ruang perawatan Pulau Sangeang RSAL Dr. Mintohardjo Jakarta sejak tanggal 4 sampai tanggal 6 Juni 2008.
D. Metode Penulisan3
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah menggunakan metode deskriptif yaitu metode yang bersifat mengumpulkan data, menganalisa dan
menarik kesimpulan yang disajikan dalam bentuk naratif. Adapun teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan yaitu mengumpulkan beberapa referensi dari buku-buku yang berhubungan dengan gangguan sistem endokrin : diabetes mellitus tipe I
dan gangren
2. Studi dokumentasi, yaitu mempelajari catatan keperawatan dan media pada status klien
3. Wawancara yaitu secara langsung dengan klien maupun keluarga
5. Pemeriksaan fisik pada klien meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
E. Sistematika Penulisan4
Adapun sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 5 bab sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Terdiri dari : latar belakang, tujuan penuisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika penulisan.
BAB IV : PEMBAHASAN
Terdiri dari : pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
BAB V : PENUTUP
Terdiri dari : kesimpulan dan saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN TEORI6
1. Konsep Dasar
1. Pengertian
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein, lemak, dan berkembangnya
komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan neurologis. (Barbara C. Long, 1996)
Diabetes mellitus adalah penyakit karena kekurangan hormon insulin sehingga glukosa tidak dapat diolah tubuh dan kadar glukosa dalam darah meningkat
lalu dikeluarkan kemih yang menjadi merasa manis (Ahmad Ramali, 2000)
Diabetes mellitus adalah masalah yang mengancam hidup atau kasus darurat yang disebabkan oleh defisiensi insulin relatif atau absolut (Mariyinn E.
Donges, 2000)
Diabetes mellitus adalah kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Smletzer C. Suzanne, 2001).
2. Patofisiologi6
a. Etiologi
Etiologi dari diabetes mellitus tergantung pada tipenya, tipe I yaitu Diabetes mellitus yang tergantung insulin (IDDM) Insulin dan Tipe II yaitu
diabetes mellitus yang tidak tergantung oleh insulin (non IDDM)
1) Diabetes mellitus tipe I (IDDM) yaitu disebabkan oleh genetik, faktor imunologi, lingkungan dan virus
2) Diabetes mellitus tipe II (NIDDM) penyebabnya belum diketahui dengan pasti namun ada beberapa faktor risiko : yaitu usia, obesitas,
herediter, kurang gerak badan dan diit tinggi lemak rendah karbohidrat
c. Proses
Diabetes mellitus tipe I (IDDM) disebabkan oleh genetik, faktor imunologi, lingkungan, virus. Pada diabetes mellitus tipe I terdapat pankreas untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak
terukur oleh hati. Disamping itu, glukosa dari makan tidak dapat disimpan dalam hati meskipun tidak tetap berada dalam darah dan menimbulkan hiperglikemia
post prandial (sesudah makan). Jika konsentrasi glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut keluar dalam urine (glukosuria). Ketika glukosa yang
berlebihan diekskresikan ke dalam urine, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan (diuresis osmotik). Sebagai akibat dari
kehilangan cairan yang berlebihan (polidipsi). Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan penurunan berat badan,
pasien dapat mengalami peningkatan selera makan (poligfagia) akibat menurunannya simpanan kalori. Gejala lain dari tipe diabetes mellitus mencakup
kelelahan dan kelemahan.
Diabetes mellitus tipe II (NDDM) belum diketahui penyebabnya dengan pasti namun ada beberapa faktor risiko yaitu usia, obesitas, herediter, diit
tinggi lemak rendah karbohidrat dan kurang gerak badan. Diabetes mellitus tipe II terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe II disertai penurunan reaksi intrasel. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Pada orang yang terkena diabetes mellitus tipe II dimana produksi insulin tidak sesuai dengan kebutuhan,
maka selalu mengalami kekurangan glukosa dan glukosa tersebut menumpuk di pembuluh darah sehingga ginjal tidak mampu menyerap glukosa yang harusnya
di saring oleh ginjal, keluar melalui urine atau disebut glukosaria sehingga mengakibatkan diuresis osmotik (pengeluaran cairan dan elektrolit). Jika tidak
ditangani segera akan menyebabkan dehidrasi dimana dari dehidrasi akan mengakibatkan syok hipovolemik.
d. Manifestasi klinik
Adapun manifestasi klinik pada penyakit diabetes mellitus yaitu :
1) Diabetes mellitus tipe I yaitu : hiperglikemia post prandial (peningkatan kadar glukosa dalam darah sesudah makan, glukosuria
(glukosa muncul dalam urine), diuretik osmosis (pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan), poliuria (peningkatan rasa haus), penurunan berat
badan, kelelahan dan kelemahan, nafas bau keton serta hiperventilasi, nyeri abdomen, mual, muntah, perubahan kesadaran, koma.
2) Diabetes mellitus tipe II yaitu : kelelahan, iritabilitas, poliuria (peningkatan dalam berkemih), polidipsi (peningkatan rasa haus), bila
terjadi luka pada kulit, lama sembuhnya
e. Komplikasi
Komplikasi diabetes mellitus dibagi menjadi tiga kategori yaitu:
1) Komplikasi akut
Komplikasi akut antara lain hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal rendah), ketoasidosis diabetik, dan sindrom HHNK
(hiperosmolar non ketotik)
a) Hipoglikemia terjadi jika kadar glukosa darah turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3 mmol/1) akibatnya karena pemberian insulin atau
preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berlebihan.
b) Ketoasidosis diabetik terjadi oleh tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata, mengakibatkan gangguan pada metabolisme
karbohidrat, protein dan lemak.
c) Sindrom hiperglikemia hiperosmoler non ketosis (HHNK) yaitu keadaan yang dideminasi oleh hiperosmolaritas dan hiperglikemia dan disertai
perubahan tingkat kesadaran.
2) Komplikasi jangka panjang
a) Komplikasi makrovaskuler seperti penyakit arteri koroner / jantung koroner yang disebabkan perubahan arterosklrerotik dalam pembuluh arteri
koroner, pembuluh darah serebral atau pembentukan embolus ditempat lain dalam sistem pembuluh darah dan penyakit vaskuler perifer disebabkan
perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar pada ekstremitas bawah.
b) Komplikasi mikrovaskuler seperti retingpati diabetik disebabkan oleh perubahan pembuluh-pembuluh darah pada retina mata, dan juga terdapat 3
stadium utama neuropati yaitu Retinopati non proliferatif dan retinopati praproliferatif dan retinopati proliferatif.
3) Komplikasi oftalmologi
Komplikasi oftalmologi antara lain : katarak dikarenakan opasitas lensa mata, perubahan lensa dikarenakan kadar glukosa darah meningkat
sehingga meningkat, hipoglikemia dikarenakan kadar glukosa darah yang abnormal rendah dibawah 50 – 60 mg/dl (2,7 – 3,3 mmol/L). Glukoma terjadi
dengan frekuensi yang agak lebih tinggi pada populer diabetik. Kelumpuhan ekstra okuler jadi akibat neuropati diabetik, neuropati dikarenakan kadar
glukosa darah meninggi, maka mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stres terjadi kebocoran protein darah ke dalam urine dan neropati dabetik
menyerang semua tipe saraf termasuk saraf perifer (sensori motor) otonom dan spinal.
3. Penatalaksanaan
a. Pemeriksaan Diagnostik
Lab darah
d) Trombosit : Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis, hemokonsentrasi merupakan respon terhadap stres atau infeksi
e) GDA : Biasanya menunjukkan PH rendah dan penurunan HCO3 (asidosis metabolik dengan kompresi, alkalosis,
respiraturik)
f) Insulin darah : Mungkin menurun bahkan sampai tidak ada (pada diabetes mellitus tipe I) dan meningkat (pada diabetes
mellitus tipe II)
g) Amilase darah : Mungkin meningkat
h) Hemoglobin glikosilat : Kadarnya meningkat 2 – 4 kali lipat dari normal yang mencerminkan kontrol diabetes mellitus yang
kurang selama 4 bulan terakhir (lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam membedakan
DKA dengan kontrol tidak adekuat versus DKA yang berhubungan dengan insiden
i) Aseton plasma (Keton) : Positif secara mencolok
j) Asam lemak bebas : Kadar lipid dan kolesterol meningkat
k) Osmolaritas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari mOSm/L
Elektrolit
Natrium : mungkin normal, meningkat / menurun
b) Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler) selanjutnya menurun
c) Fosfor : lebih sering menurun
Urine
4) Pemeriksaan fungsi tiroid : peningkatan aktifitas hormon tiroid dapat meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan insulin
b. Terapi
1) Farmakologi
Terapi insulin
b) Obat hipoglikemia ringan : pemberian 10 hingga 15 gram gula yang bekerja cepat peroral, 2 – 4 tablet glukosa yang dapat dibeli diapotik,
4 – 6 ons sari buah atau teh manis, 6 – 10 butir permen khusus / permen manis lainnya, 2 – 3 sendok teh sirup atau madu.
Hipoglikemia berat : preparat glukogen 1 mg dapat disuntikan secara subkutan atau intramuskular
2) Non Farmokalogi
Diet
b) Komposisi seimbang karbohidrat 60% - 70%, protein 10% 15% dan lemak 20% - 25%
c) Jumlah kalori disesuaikan dengan penghitungan status gizi, umur, kegiatan jasmani dan berat badan
a. Aktivitas / istirahat
Lemah, letih, sulit bergerak / berjalan, kram otot, gangguan istirahat / tidur, letargi, koma, penurunan kekuatan otot
b. Sirkulasi
Takikardi, hipertensi, nadi yang menurun, disritmia, kulit panas, kering dan kemerahan, bola mata cekung
c. Integritas ego
Stres, ansietas, peka rangsang
d. Eliminasi
Poliuria, nokturia, kesulitan berkemih, infeksi saluran kemih (ISK) baru / berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urin berkabut dan bau busuk (infeksi)
e. Makanan/cairan
Mual muntah , tidak nafsu makan, kulit kering / bersisik, turgor jelek, kekakuan / distensi abdomen, pembesaran tiroid, nafas bau aseton
f. Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, parastesia, gangguan penglihatan, letargi, koma
g. Nyeri / kenyamanan
Abdomen yang tegang / nyeri, wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
2. Diagnosa Keperawatan
b. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh b/d penurunan masukan oral : anoreksia, mual
c. Resiko tinggi infeksi b/d kadar glukosa tinggi
d. Resiko tinggi terhadap perubahan sensori persepsi b/d ketidakseimbangan glukosa / insulin
3. Intervensi
a. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan gastrik berlebihan : diare, muntah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalahkekurangan volume cairan teratasi
KH : TTV (DBN < 120 mmHg, suhu 36 – 37 oC, nadi 60 – 100 x/m, nafas 16 – 20 kali/m, turgor kulit dan pengisian kapiler baik (< 3 detik) keluar
urin tepat secara individual
Intervensi mandiri :
b. Perubahan nutrisi kurang dan kebutuhan tubuh b/d penurunan masukan oral : anoreksia, mual
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tuubh teratasi
KH : BB stabil / meningkat
Intervensi mandiri :
1) Timbang BB setiap hari atau sesuai dengan indikasi
R/ : mengkaji pemasukan makanan yang adekuat
2) Tentukan program diet dan pola makan klien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan klien
R/ : Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpanan dari kebutuhan terapeutik
3) Berikan makanan yang mengandung nutrient dan elektrolit
R/ : pemberian makanan melalui oral lebih baik jika klien sadar dan fungsi gastrointestinal baik
4) Identifikasi makanan yang disukai / tidak disukai termasuk kebutuhan etnik / kultural
R/ : jika manan yang disukai klien dapat dimasukkan dalam perencanaan pulang
Kolaborasi :
5) Lakukan pemeriksaan gula darah dengan menggunakan finger stick
R/ : Analisa ditempat tidur terhadap gula darah, lebih akurat
6) Berikan larutan glukosa, misalnya dextrose dan stengah salin normal
R/ : larutan glukosa ditambahkan setelah insulin dan cairan membawa gula darah kira-kira 250 mg/dl
4. Evaluasi
a. Kekurangan volume cairan teratasi
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi
c. Resti infeksi perubahan sensori persepsi teratasi
d. Resti infeksi b/d kadar glukosa tinggi teratasi
Patoflow
Genetik
Autoimun
Infeksi virus
Kemampuan sel beta pankreas menurun Peningkatan glikogenesis (pemecahan glikogen glukosa)
Pada bab ini kelompok akan laporan kasus pada Tn A. dengan diabetes mellitus dengan gangren yang dirawat
di ruang pulau Sangeang RSAL Dr. Mintohardjo. Kelompok melakukan pengkajian dari tanggal 3 Juni 2008 dengan
memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara langsung yang meliputi tahapan : pengkajian, analisis data, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Pengkajian19
Pada pengkajian kelompok mendapatkan data-data dari klien, keluarga, status dan perawat ruangan.
Adapun hasil pengkajian tanggal 3 Juni 2008 sebagai berikut:
1. Identitas klien
Klien bernama Tn A usia 47 tahun jenis kelamin laki-laki, status perkawinan kawin, agama Islam,
pendidikan SMA, pekerjaan anggota TNI AL, suku Palembang, bahasa yang digunakan bahasa Indonesia,
alamat Jl Soekarno Hatta, panjang Bandar Lampung. Klien masuk rumah sakit tanggal 29 Mei 2008, nomor RM
207834, sumber biasa ASKES AL dengan diagnosa medis Diabetes mellitus gangren.
2. Resume
Klien dengan nama Tn A umur 47 tahun, datang ke UGD pada tanggal 29 mei 2008 dengan keluhan
luka kaki kanan terasa baal, bengkak sejak 1 bulan yang lalu. Diagnosa medis di UGD yaitu gangguan
deabetikum. Kemudian klien dipindahkan ke ruang rawat pulau Sangeang sebelumnya klien dilakukan
pemeriksaan lab GDS yaitu 311 gr%, serta hasil pemeriksaan kimia darah antara lain Trgiliserida 357 mg/dl,
Cholesterida 128 mg/dl, asam urat 9,8 mg/dl, ureum I 92 mg/dl, creatinin I 4,3 mg.dl. pemeriksaan darah
lengkap dengan leukosit 12.800 /u, Hb 10,5 g/dl, Ht 30,8 %, trombosit 492.000 ribu/mm 3. pada tanggal 30 Mei
2008 klien dilakukan operasi dan pemeriksaan kimia darah albumin 3,1 g/dl, paket darah lengkap leukosit
10.900 /uL, Hb 9,4 g/dl, Ht 28,4 %, trombosit 422,00 ribu/mm3 . Pemeriksaan gula 311 mg/%. Pukul 16.19 wib
paket darah lengkap klien dengan leukosit 11.499/uL, Hb ,9 g/dl, Ht 28,8%, Trobosit 429.000 ribu/mm 3, LED
60 mm/gram. Diagnosa pre operasi yang ditemukan adalah gangguan rasa nyaman nyeri intoleransi aktivitas
dan ansietas.
3. Riwayat Keperawatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Keluhan utama klien saat ini adalah luka dikaki kanan, bengkak dan jari telunjuk telah
diamputasi karena telah dilakukan tindakan operasi.
: Laki-laki
: Perempuan
: Menikah
: Klien
: Tinggal 1 rumah
2) Bila interaksi dalam keluarga pola komunikasi yang diinginkan dalam keluarga adalah
komunikasi dua arah, pengambilan keputusan dalam keluarga adalah klien sebagai kepala keluarga,
klien mengikuti kegiatan di masyarakat.
3) Dampak penyakit klien pada keluarga, klien mengatakan semua keluarga menganggap hal
yang biasa dan tidak terlalu memikirkannya dan klien yakin akan sembuh.
4) Masalah yang mempengaruhi klien, klien mengatakan tidak terlalu berat masalahnya
hanya saja saya diperlakukan seperti masih anak kecil, tapi memang harus begitu, karena saya sakit
dengan kondisi yang butuh orang lain.
Klien masih melakukan mandi, hanya memakai waslap saja dengan air.
4) Pola istirahat dengan tidur
Klien tidur 6 – 8 jam per hari, tidur siang 4 jam
5) Pola aktivitas dan latihan
Aktivitas sehari-hari seperti mandi, Bak dan BAB masih dibantu oleh keluarga dan
perawat klien tidka bisa berjalan ke kamar mandi karena baru postap pada kaki kanannya.
4. Pengkajian Fisik
a. Pemeriksaan umum
Berat badan klien sekarang 59 kg, BB sebelum sakit 64 kg, tinggi badan klien 167 cm, tekanan darah
130/90 mmHg, nadi 78 kali permenti, frekuensi nafas 18 x/menit, suhu tubuh 36,5 oC. keadaan umum klien
sakit sedang, tidak ada pembesaran kelenjar getah bening.
b. Sistem penglihatan
Sisi mata klien simetris, kelopak mata normal, pergerakan bola mata normal, konjungtiva merah muda,
kornea normal, sklera an ikterik, pupil isokar, otot mata tidak ada kelainan, fungsi penglihatan baik, tidak
ada tanda-tanda radang. Klien tidak menggunakan kaca mata, tidak menggunakan kontak lensa, reaksi
terhadap cahaya positif.
c. Sistem pendengaran
Fungsi pendengaran baik, klien tidak memakai alat bantu pendengaran
d. Sistem wicara
Klien tidak mengalami kesulitan atau gangguan dalam wicara
e. Sistem pernafasan
Jalan nafas, klien tidak mengeluh sesak, bernafas tidak menggunakan alat bantu pernafasan, frekuensi
nafas 18 x/menit, irama teratur, nafas dalam, tidak batuk, suara nafas vasikuler, tidak menggunakan alat
bantu nafas.
f. Sistem kardiovaskuler
Sirkulasi perifer nadi 78x/menit, irama teratur, denyut kuat, TD 130/90 mmHg, tidak ada distensi vena
jugularis, temperatur kulit hangat, warna kulit kemreahan, pengisian kapiler kurang dari 3 detik, tidak ada
edema, sirkulasi jantung : kecepatan denyut apical 84 x/menit, irama teratur, tidak ada kelainan bunyi
jantung, tidak ada keluhan sakit dada.
g. Sistem hematologi
Kulit klien tidak pucat, tidak ada tanda-tanda pencarahan
h. Sistem syaraf pusat
Tidak ada keluhan sakit kepala, tingkat kesadaran compos mentis, GCS 15, tidak ada tanda-tanda
peningkatan TIK, tidak ada gangguan sistem persyarafan, reflek tandon positif dan reflek babinsky positif.
i. Sistem pencernaan
Tidak terdapat caries pada gigi, klien tidak menggunakan gigi palsu, tidak ada stomatis, lidah kotor, saliva
normal, klien muntah, tidak nyeri penant, bising usus 8x/menit, tidak diare atau konstipasi, hepar tidak
teraba, abdomen lembek
j. Sistem endokrin
Klien mengatakan pembesaran tiroid, nafas tidak bau keton
k. Sistem urogenital
Klien mengatakan tidak ada keluhan dalam kandung kemihnya
l. Sistem integumen
Turgor kulit klien buruk, temperatur kulit kurang, keadaan kulit ada luka post op pada kaki kanannya yaitu
jari telunjuk
m. Sistem muskuluskeletal
Tidak ada kelainan bentuk sendi dan struktur tulang belakang, keadaan tonus otot baik, kekuatan otot
normal
n. Data tambahan (pemahaman tentang penyakit)
Klien mengatakan tahu tentang penyakit yang dialaminya
5. Data penunjang
Pada tanggal 2 Juni 2008
Pemeriksaan kimia darah :
a. Alkali phosphatase 198 u/L 42 – 141
b. Creatinin I 2,3 mg/dl 0,8 – 1,6
Paket darah lengkap :
6. Penatalaksanaan
a. Actapid scleding scale mulai 200 – 250 SUI (Kelipatan 5)
b. Ceftrixone / bifotik 2 x 1 gr
c. Ranitidin2 x 1
d. Vit C 1 x 400
e. Lonturol 1 x 1
f. Agravan 2 x 50
g. Metronidazol 3 x 1
Resume
Pada tanggal 29 Mei Os 2008 datang dari UGD dengan diagnosa yaitu gangren diabetikum. Os
rencana akan diamputasi pada jari jempol kaki kanan. Pada waktu pertama kali Os datang keadaan umum dan
kesadaran klien tampak sakit sedang dan compos mentis. Dilakukan tekanan darah 130/90 mmHg, S : 36 o C, N :
80 x/m, dan pada tanggal 29 Mei 2008 dilakukan juga pemeriksaan lab GDS yaitu 311 gr/% serta hasil
pemeriksaan kimia darah antara lain :
d. Ureum I 92 mg/dl 20 – 50
c. Ht 30,8% P : 43 – 51%, W : 38 – 46
a. Ciprofloxacin 3 x 500 mg
b. Metronidazol 3 x 500 mg
c. Glibenklamid 1x1
d. Actapid scleding scale kelipatan 5 (200 – 250)
Dan pada tanggal 30 mei 2008 dilakukan operasi di RSAL sampai pukul 13.00. Os mendapat terapi yaitu :
a. Bedrest total 24 jam
b. IVFD RL 30 tpm
c. Terapi obat : ceftriaxone 2 x 1
Metronidazol drip 2 x 500 mg
Ketese 3 x 1 amp
Pada tanggal 30 mei 2008, 16.13 dilakukan pemeriksaan kimia darah : albumin 3,1 g/dl 3,5 – 5
Paket darah lengkap : Leukosit 10.900 /uL 5000 – 1000
Hb 10,5 P : 14-18 g/fl W : 12 – 16 g/dl
Ht 30,8% P : 43 – 51%, W : 38 - 46
Trombosit 492.000 ribu/mm3 150 - 400
Pemeriksaan gula pada tanggal 30 Mei 2008 puku; 16.19 yaitu : Glukosa 311 mg% 80 – 125
Pemeriksaan kimia darah
Analisa Data
Nama/Umur : Tn. A/ 47 tahun
Ruang : P. Sangerang
1 DS : Perubahan nutrisi kurang Penurunan masukan oral :
- Klien mengatakan seluruh badannya lemas dari kebutuhan tubuh anoreksia, mual
1 Perubahan nutrisi kurang dari Setelah dilakuan tindakan Mandiri 4-6-08 Mandiri Tgl. 4-6-08
kebutuhan tubuh b/d penurunan keperawatan selama 3 x 24 1. Timbang BB setiap hari/ 1) Menimbang BB klien Prwt jaga/ S: Prwt
masukan : oral, mual, anoreksia jam diharapkan terpenuhi sesuai indikasi 10.00 RH: BB : 58 kg lain - Klien mengatakan jaga
yang dimanifestasikan dengan KH R/ : mengkaji pemasukan perutnya masih
DS : - Konjungtiva ananemis makan yang Mengobverasi tanda-tanda Prwt lain terasa mual
- Klien mengatakan seluruh - Klien tidak mual adekuat 2) hipoglikmeia - Klien mengatakan
badannya lemas - Nafsu makan 2. Observasi tanda-tanda 11.00 RH: klien tampak sakit kalau makan tidak
- Klien mengatakan BB bertambah hipoglikemia seperti : sedang, kesadaran pernah habis
sebelum sakit 64 kg dan - BB meningkat 0,5-1 perubahan tingkat klien compos O:
setelah sakit BB menjadi 58 kg/mgg) kesadaran, kulit dingin, mentis, nadi 98x/mnt - BB klien 58 kg
kg - Hb normal 14-189/dl denyut cepat - Kien tampak sakit
- Klien mengatakan tidak nafsu - Mukosa bibir lembek R/ : karena metabolisme Melibatkan keluarga klien sedang
makan - GDH < normal 200 karbohidrat mulai pada perencanaan makan - Kesadaran compos
- Klien mengatakan mual terjadi < gula dan sesuai dengan indikasi Prwt lain mentis
mg/dl
- Klien mengatakan mulutnya akan berkurang dan RH: klien mendapat diiet - Nadi 98x/m
- Wajah tidak pucat
terasa pahit bila makan sementara 3) DM - Klien mendapat diit
- Klien mengatakan selama di diberikan insulin 13.11 DM
RS makan habis 4 – 5 sendok maka hipoglikemia Kolaborasi : - Hasil gula darah
saja dapat terjadi Melakukan pemeriksaan klien pada tanggal
DO : 3. Libatkan keluarga klien gula darah 4-6-08 283 gr%
- Konjungtiva anemis pada perencanaan makan RH: Hasil GD 283 gr%, A:
- Badan klien tampak kurus sesuai indikasi normal GD 80- Prwt lain Masalah perubahan
- Bising usus klien + 8 x/mnt R/ : meningkatkan rasa 120gr% nutrisi kurang dari
keterlibatannya Mengobservasi tanda- kebutuhan tubuh belum
- Klien makan habis 4-5
memberikan 4) tanda hipoglikemia teratasi
sendok
informasi pada 16.00 RH: kulit klien tampak P:
- Wajah klien tampak pucat
keluarga untuk hangat, denyut ntervensi dilanjutkan
memahami nadi dangkal,
kebutuhan nutrisi kesadaran compos Lusi 5-6-08
4. Lakukan mentis S: Lusi
pemeriksaan gula darah - Klien mengatakan
dengan menggunakan Melibatkan keluarga klien
makanan
finger stick 5-6-08 pada perencanaan makan
tambahannya yaitu
R/ : analisa ditempat tidur 5) sesuai dengan indikasi
roti / biskuit
gula darah lebih 21.00 RH: klien masih
O:
adekuat dari pada mendapat diit DM
- Kulit klien tampak
memantau gula
hangat
urin Menganjurkan klien untuk
- Denyut nadi
5. Pantau pemeriksaan makan yang disukainya
dangkal
sesuai aturan
laboratorium PH, HCO3, - Kesadaran klien
RH: Klien mengatakan Lusi
glukosa darah dll compos mentis
makanan
R/ : gula darah akan - Klien masih
tambahannya
menurun perlahan mendapat diit DM
yaitu roti/biskuit
dengan pergantian - Klien masih
6)
cairan dan terapi 21.30 Memberikan obat ranitidin mendapat obat
insulin terkontrol 2x1 amp ranitidin 2x lamp
ii. RH: obat masuk melalui A:
venvlon sebanyak Masalah perubahan
1 amp Lusi nutrisi kurang dari
kebutuhan tuubh belum
Menimbang BB teratasi
RH: BB klien 55 kg P:
7) intervensi dilanjutkan Lusi
21.45 Mengobservasi tanda-
tanda hipoglikemia S:-
RH: Kesadaran klien O:
compos mentis - Klien BBnya 55 kg
Denyut nadi klien
- Kes CM
tampak dangkal
- Denyut nadi klien
Lusi
tampak dangkal
Melakukan pemeriksaan
gula darah - Hasil GD 250 gr%
RH: Hasil GD nya 250gr% A:
8) Masalah perubahan
05.00 nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh belum
teratasi
Lusi P:
Intervensi dilanjutkan di
ruangan oleh petugas
9)
07.00
10)
Petugas
Lab
11)
10.00
2 Intoleransi aktivitas fisik b/d Setelah dilakukan kegiatan Mandiri : 4-6-08 Mandiri : 4-6-08
ketidaknyamanan akibat adanya keperawatan selama 3x 24 1. Kaji keterbatasan aktivitas 20.00 1) mengkaji keterbatasan Lusi S: Lusi
luka gangren yang jam masalah gangguan perhatikan adanya aktivitas, - Klien mengatakan
dimanifestasikan dengan mobilitas fisik teratasi keterbatasan fisik klien memperhatikan masih dibantu oleh
DS : KH : R/ : membantu dalam adanya keterbatasan istri jika ingin
- Klien mengatakan selama di b. respon fisiologi fisik berjalan ke kamar
RS kebutuhan sehari-hari Klien mudah memenuhi terhadap stress RH : Klien mandir
seperti BAK dan mandi kebutuhan sehari-hari aktivitas mengatakan O:
masih dibantu oleh keluarga c. 2. Ubah posisi secara masih - Klien terlihat dapat
- Klien mengatakan kaki Klien tidak terlihat sering bila berbaring, dibantu oleh mengubah posisinya
kanannya sulit digerakan dari gelisah sokong bagian yang sakit istri jika tanpa bantuan
sudah, tidak ada rasa / baal menggunakan bantal ingin istrinya
karena adanya luka gangren R/ : Meningkatkan berjalan ke - Klien tampak rilek
- Klien dapat turun jika ingin relaksasi kamar pada saat istrinya
BAB saja 3. Berikan pijatan kulit pada mandiri memijat kulit pada
DO : daerah yang tidak luka, daerah yang tidak
- Kebutuhan sehari-hari klien pertahankan kebersihan 2) Ubah posisi secara luka
sebagian masih dibantu oleh linen tempat tidur sering bila A:
keluarga R/ : Memberikan berbaring, sokong Masalah intoleransi
- Klien tampak gelisah kenyamanan bagian yang sakit aktivitas fisik belum
20.15 menggunakan bantal Lusi teratasi
i. RH : Klien terlihat P:
dapat Intervensi dilanjutkan di
mengubah ruangan
posisinya
tanpa
bantuan
istrinya
1) Menganjurkan klien
untuk menggunakan
kursi saat mandi
supaya dapat
menghemat energi
dan luka pada kaki
klien ditutup dengan
plastik agar luka 5-6-08
tidak basah saat S:-
mandi/ BAK O:
RH : Klien terlihat - Klien terlihat
mampu mampu
melakukann melakukannya yaitu
ya membungkus luka
dengan plastik jika
5-6-08 2) Mengkaji respon Lusi ingin ke kamar
21.05 aktivitas, mandi
memperhatikan - Nadi klien 76x/m
frekuensi nadi lebih A:
dari 20x/m diatas Masalah intoleransi
frekuensi istirahat aktivitas fisik belum
RH : nadi klien teratasi
76x/mnt P:
Intervensi dilanjutkan
1) Mengevaluasi respons
klien terhadap
aktivitas dan
mencatat adanya
perubahan tanda
vital setelah aktivitas
RH: Klien
mengatakan
sudah tidak
dibantu oleh
istrinya jika
21.15 ingin Prwt jaga 6-6-08
berjalan ke S:
kamar - Klien mengatakan
mandir sudah tidak dibantu
oleh istrinya jika
2) Mencatat adanya ingin berjalan ke
perubahan tanda kamar mandi
vital setelah aktivitas O:
RH: TD klien - TD klien 110/90
110/80 mmHg
mmHg - Klien tampak
tenanga
3) Memberikan Reni A:
6-6-08 lingkungan tenang Masalah intoleransi
09.10 dan batasi aktivitas fisik teratasi
pengunjung selama P:
fase akut sesuai Intervensi dihentikan
indikasi
RH: Klien
mengatakan
selama di
rawat di
ruangan ini,
klien merasa
lebih tenang
Reni
11.30
12.00
3 Risiko penyebaran infeksi b/d Setelah dilakukan tindakan Mandiri 4-6-08 Mandiri Prwt jaga 4-6-08 Prwt
tingginya kadar gula darah yang keperawatan selama x 24 1. Observasi 09.00 1) Mengobservasi tanda- S:- jaga
dimanifestasikan dengan jam diharapkan penyebaran tanda-tanda infeksi seperti tanda infeksi pada O:
DS : infeksi tidak terjadi demam, kemerahan adanya luka seperti adanya - Luka tampak ada
- Klien mengatakan terdapat KH: pus dan luka kemerahan dan pus, cairan dan
luka di kaki kanannya - Luka kering, tidak R/ : Memungkinkan untuk adanya pus sedikit basah
- Klien mengatakan jari jempol keluar pus dan darah, masuk dengan RH : Luka klien - Luka masih basah,
pada kakinya telah tidak bau infeksi yang tmapak ada bau
diamputrasi pada tanggal 30 biasanya telah pus, cairan - GD : 283 gr%
Mei 2008 mencetuskan dan sedikit A:
DO : keadaan darah Masalah risiko
- Tampak ada luka dikaki ketoasidosis atau penyebaran infeksi belum
kanan bekas diamputasi pada dapat mengalami 2) Melakukan perawatan teratasi
jari jempol dan telunjuk kaki infeksi nasokomial luka dengan P:
- Luka tampak basah, bau, 2. Pertahankan teknik aseptik menggunakan H2O2, Intervensi dilanjutkan
keluar pus/cairan dan sedikit pada prosedur invasif, NaCl betadin,
darah serta panjang luka + 10 pemberian obat IV dan albotyl salep Prwt jaga
cm memberikan perawatan 10.00 RH : Luka terlihat
- Pemeriksaan paket darah pemeliharaan masih
R/ : Kadar glukosa yang basah, bau,
lengkap pada tanggal 2 Juni
tinggi dalam darah pus dan
2008 yaitu leukosit 14.400
akan menjadi sedikit
/mm3 5000 – 10000/mm3
media terbaik bagi darah
GDH : 311 g%
pertumbuhan
kuman 3) Memantau hasil gula
3. Tingkatkan upaya darah
pencegahan dengan RH : GD : 283 gr%
melakukan cuci tangan
sebelum dan setelah 1) Memberikan obat
melakukan tindakan antibiotik ceftriazon
R/ : Mencegah timbulnya 2x1 gr melalui
infeksi silang venvlon Prwt jaga
(infeksi RH : Obat masuk
nosokomial) 12.00 melalui
4. Lakukan perawatan luka venulon
tiap pagi dengan teknik
2) mengobservasi tanda- Lusi
asepik dengan
tanda infeksi spt : 5-6-08
menggunakan H2H2, NaCl
demam, kemerahan S:-
albotyl salep
5-6-08 adanya pus dan O:
R/ : Menurunkan
05.00 darah - Terapi dilanjutkan/
kemungkinan
RH : Klien tampak
terjadinya infeksi ceptriaxon masuk ke
tidak
lebih luas. venvlon 1 gr
demam Reni
Kolaborasi : - Klien tmapak tidak
Luka klien
5. Berikan antibiotik sesuai tampak demam dengan suhu
indikasi kering Lusi 367oC
R/ : Mencegah timbulnya Luka masih - Luka tampak kering
sepsis ada pus, - Luka masih ada pus,
10.10 darah darah
Luka - Luka tidak bau
tampak - Luka tampak
kemerahan
kemerahan
Luka
tampak luka - Luka masih ada
jahitan jahitan + 10 cm
Reni
BAB IV
PEMBAHASAN43
Pada bab ini, penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan kasus yang ditemukan dalam memberikan
Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Gangguan Sistem Endokrin : Diabetes Mellitus Tipe I dan Gangren di ruang
Perawatan Pulau Sangeang. Pembahasan dibuat menggunakan tahap-tahap proses keperawatan melalui pengkajian
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
A. Pengkajian43
Secara teori, penyebab dari diabetes mellitus yaitu genetik, imunologik, lingkungan dan virus, sedangkan
secara kasus ditemukan penyebabnya dari faktor genetik yaitu dari kakak laki-laki klien (anak ke 3). Tanda dan gejala
secara teori dari diabetes mellitus tipe I adalah penurunan berat badan, polifagia (peningkatan selera makan),
polidipsi (peningkatan rasa haus), poliuri (peningkatan dalam berkemih), kelemahan, kelelahan, mual, muntah,
perubahan tingkat kesadaran (koma), diuresis osmotik (pengeluaran cairan dan elektrolit berlebihan) dan seterusnya.
Sedangkan pada saat pengkajian kasus Tn A ditemukan tanda dan gejala, seperti : penurunan berat badan, kelemahan,
terdapat luka gangren diameter 5 x 10 cm kondisi : pus, bengkak, kemerahan dan ekstremitas bawah pada jari jempol,
hangat dan terasa baal pada kaki kanan tepatnya di jari jempol, mual, aktivitas sehari-hari dibantu oleh keluarga.
Data-data diatas baik secara teori maupun kasus hampir sama, tetapi ada data-data pada teori yang tidak
muncul pada kasus yaitu poliuria, polifogia, polidipsi dan muntah. Hal ini disebabkan karena selama dirawat di rumah
sakit 2 hari sebelum penulis melakukan pengkajian, klien tidak nafsu makan karena mual, klien minum 2 gelas/ hari,
tidak ditemukan muntah.
Pemeriksaan penunjang yang terdapat pada teori adalah pemeriksaan glukosa darah, aseton plasma
(keton), asam laktat bebas, osmolalitas, serum elektrolit, pemeriksaan urin dan fungsi tiorid. Sedangkan tanda kusus
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan pada Tn A adalah pemeriksaan gula darah, pemeriksaan laboratorium
darah dan pemeriksaan urin. Selain itu pemeriksaan fungsi tiroid, urine, aseton plasma (keton) tidak dilakukan pada
kasus dikarenakan menurut dokter, pemeriksaan tersebut dianggap tidak perlu.
Pada teori penatalaksanaan medis dan keperawatan yang dilakukan pada klien adalah diet, olahraga,
pemantauan gula darah, obat hipoglikemia oral dan pemberian insulin. Sedangkan pada kasus penatalaksanaan yang
telah dilakukan adalah diet 1600 kalori, pemberian insulin 3x sehari sesuai protokol gula darah, dan pemantauan gula
darah 3x sehari pada jam 06.00 wib, jam 11.00 wib dan jam 16.00 wib.
Faktor pendukung pada pengkajian antara lain sikap kooperatif klien dan kemampuan klien untuk
mengungkapkan semua keluhan kepada kelompok.
Faktor penghambat proses pengkajian ini adalah waktu yang diberikan untuk melakukan pengkajian
sangat singkat, namun penulis dapat mengatasi hal tersebut dengan cara membina hubungan saling percaya dengan
klien dan keluarga / bekerja sama dengan perawat ruangan dan memanfaatkan waktu seefektif mungkin.
B. Diagnosa Keperawatan44
Secara teori diagnosa keperawatan yang muncul pada klien dengan diabetes mellitus ada 4 diagnosa, dan
ke 4 diagnosa tersebut secara teori hanya 2 diagnosa yang muncul pada kasus dan 2 diagnosa lainnya tidak ada di
kasus
Diagnosa yang muncul sesuai teori yaitu kekurangan volume cairan b/d kehilangan gastrik berlebihan,
diare, muntah. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan masukan oral : anoreksia, mual. Resiko
tinggi infeksi b/d kadar glukosa tinggi, resiko tinggi terhadap perubahan sensori persepsi b/d ketidakseimbangan
glukosa / insulin. Sedangkan didalam kasus diagnosa yang didapat yaitu perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d penurunan masukan oral, anoreksia, mual. Intoleransi aktivitas b/d ketidaknyamanan luka gangren. Resiko
penyebaran infeksi b.d tingginya kadar gula darah.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d penurunan masukan oral, anoreksia, mual didapatkan
data : klien mengatakan seluruh badannya lemas, klien mengatakan Bb sebelum sakit 64 kg dan setelah sakit BB
menjadi 58 kg, konjungtiva anemis, Hb , badan lien tampak kurus, klien makan habis 4 – 5 sendok, wajah klien
tampak pucat.
Intoleransi aktivitas b/d ketidaknyamanan luka gangren didapatkan data : klien mengatakan selama di RS
kebutuhan sehari-hari seperti : Bak dan mandi masih dibantu oleh keluarga, klien mengatakan kaki kanannya sulit
digerakkan dan sudah tidak ada rasa / baal, klien dapat turun jika ingin BAB, klien tampak gelisah.
Risiko penyebaran infeksi b.d tingginya kadar gula darah didapat kan data : klien mengatakan terdapat
luka dikaki kanannya, klien mengatakan jari jempol telah diamputasi , klien tampak ada luka basah, bau, kokar pus,
darah, panjang luka + 10 cm.
Faktor pendukung yang penulis temukan dalam mengangkat diagnosa keperawatan adalah data yang
lengkap yang diperoleh dari klien, keluarga, perawat ruangan dan status kesehatan klien. Tidak ada faktor
penghambat yang ditemukan dalam mengangkat diagnosa keperawatan.
C. Perencanaan45
Dalam teori kebutuhan dasar manusia berdasarkan Maslow dan Handerson adalah masalah nutrisi sebagai
prioritas utama, namun pada kasus Tn. A penulis memprioritaskan masalah yang sama juga yaitu perubahan nutrisi
karena jika kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi akan membuat kondisi klien tidak stabil akibatnya klien mengalami
kemunduran pada imunnya sehingga kuman / virus akan mudah masuk kedalam tubuh klien dan dapat memperluas
luka klien atau infeksi lebih luas. Selain prioritas tersebut penulis membuat perencanaan yang disesuaikan dengan
kondisi dan situasi ruangan.
Dalam mengikuti perencanaan keperawatan, penulis tidak banyak mengalami kesulitan karena terdapat
banyak literatur yang berhubungan dengan kasus Tn. A. Faktor penghambat yang ditemukan adalah kurangnya
pendokumentasian yang lengkap dikarenakan waktu yang tidak mencukupi untuk dilakukan perencanaan
keperawatan.
D. Pelaksanaan46
Setelah menyusun rencana keperawatan, selanjutnya dalam pelaksanaan keperawatan penulis dapat
melaksanakan semua rencana keperawatan yang telah penulis susun. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan
penulis bekerja sama dengan baik dengan klien, keluarga dan perawat ruangan. Selain itu disesuaikan dengan kondisi
dan fasilitas yang ada di ruangan.
Faktor penghambat yang penulis temukan dalam melaksanakan tindakan keperawatan setelah set
perawatan luka yang ada di ruangan pulau Sangeang kurang lengkap dan terbatasnya sarung tangan steril di ruangan.
E. Evaluasi46
Pada teori proses evaluasi terbagi dalam dua komponen evaluasi proes (formatif) dan evaluasi hasil
(sumatif) dan pada kasus kedua komponen evaluasi tersebut dilaksanakan.
Dari ke empat diagnosa keperawatan yang diangkat pada kasus Tn A hanya 2 diagnosa keperawatan yang
tujuannya tidak tercapai yaitu perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh soal dikaji kembali klien mengatakan
masih mual dan tidak nafsu makan dan pada diagnosa keperawatan. Risiko penyebaran infeksi saat dilakukan
mengganti perban, luka klien tampak masih ada pus dan darah sedikit. Pada diagnosa keperawatan dengan tujuan
tercapai sebagian yaitu intoleransi aktifitas saat di lakukan evaluasi yaitu klien mengatakan sudah dapat berjalan
sendiri jika ingin kekamar mandi, klien tampak tidak cemas.
Faktor pendukung dalam melakukan evaluasi adalah adanya kerjasama yang baik antara penulis dan klien,
keluarga dan perawat ruangan. Faktor penghambat selama evaluasi tidak temukan adanya hambatan.
BAB V
PENUTUP48
B. Kesimpulan48
Secara teori etiologi diabetes mellitus yaitu faktor imunologi, herediter, lingkungan dan virus, sedangkan
pada kasus diabetes mellitus disebabkan oleh faktor genetik. Pengkajian tidak selalu ditemukan tanda dan gejala
yang sama antara teori dan kasus. Tanda dan gejala yang sama antara teori dan kasus adalah mual, luka sulit sembuh,
kelemahan, penurunan BB. Untuk pemeriksaan penunjang pada kasus hanya dilakukan pemeriksaan urin, gula darah
dan laboratorium. Penatalaksanaan medis klien diberikan insulin 2x sehari dan pada penatalaksanaan keperawatan
diberikan diit 1600 kalori diabetes mellitus, pemeriksaan gula darah.
Secara teori terdapat 4 diagnosa keperawatan, sedangkan pada kasus di temukan 2 diagnosa keperawatan
sesuai dengan teori dan 1 diagnosa keperawatan tidak sesuai dengan kasus.
Pada tahap perencanaan sesuai teori prioritas masalah keperawatan adalah perubahan nutrisi, namun pada
kasus juga kelompok mengangkat diagnosa pertama adalah perubahan nutrisi, sesuai dengan konsep kebutuhan
manusia berdasarkan maslow. Kelompok rencana tersebut meliputi 4 komponen yaitu : nursing treatment, observasi,
pendidikan kesehatan dan kolaborasi dengan tim medis.
Pada pelaksanaan keperawatan semua rencana yang disusun pada kasus Tn A pendekatan tindakan
keperawatan yang telah mencakup yang muncul ada 2 diagnosa dengan tujuan tidak tercapai, 1 diagnosa dengan
tujuan tercapai.
C. Saran49
Doenges, Marylinn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Klien. Edisi 3. Jakarta : EGC
Long, Barbara C. 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran
(IAPK)
Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Jakarta : Media Aesculapilus
Nettina, Sandra M. 2001. Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta : EGC