HADIS-HADIS
TENTANG URGENSI PENDIDIKAN
2
Ibn Manzhūr, Lisān al-’Arab, jilid V, Beirut: Dār al-Turāts
al-’Arabiy, 1992, h. 5. Juga; Al-Munawwir, Kamus al-
Munawwar Arab Indonesia, Yogyakarta, Pustaka Progersif,
1997, h. 1062
3
Yaitu: Q.S al-Al-An’ām/6: 14, 79; Q.S al-Rūm/30: 30; Q.S
al-Isrā`/17: 51; Q.S Thāha/20: 72; Q.S Hūd/11: 52; Q.S Yāsin/36:
22; Q.S al-Zukhrūf/43: 22; Q.S al-Anbiyā`/21: 56; Q.S
Maryam/19:90; Q.S al-Syūra/42: 5, 11; Q.S al-Infithār/82: 1; Q.S
Yūsuf/12: 101; Q.S Ibrāhīm/14: 10; Q.S al-Fāthir/35: 1; Q.S al-
Zumar/39: 46; Q.S al-Muluk/67: 3, dan Q.S al-Muzammil/73: 18.
Lihat, Muhammad Fu`ad ’Abd al-Bāqi`, Al-Mu’jam al-Mufahras
li al-fāzh al-Qur`an al-Karīm, ttp: Makabah Dahlan Indonesia, tth,
h. 163-164
Hadis Tematik Tarbawi
7
Selanjutnnya, dalam doa berbuka puasa tersebut:
Dari uraian di atas setidaknya ada dua hal utama yang patut
dicermati. Pertama, kata khalaqa dan ansya`a menunjukkan
pencip-taan manusia yang baru merupakan pernyataan
(informasi) pendahuluan, belum final. Kemudian baru
sempurna setelah diikuti dengan kata ja’ala. Kedua, kata
fathara digunakan untuk menunjukkan bahwa proses
penciptaan telah final. Tinggal lagi manusia memelihara dan
mengembangkan fitrah yang sudah ada dalam dirinya
4
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka
Pelajar, 2005, h. 41
Hadis Tematik Tarbawi
9
Seperti apakah kekhususan (spesifikasi) fitrah (blue print/ pola
dasar) asal penciptaan manusia.? Jawaban atas pertanyaan ini
patut diurai mengingat demikian beragamanya pendapat para
ahli ketika memberikan pengertian atau konsep tentang fitrah
secara termi-nologis. Beberapa pendapat yang menjelaskan
terminologi Islam tentang fitrah sebagaimana terdapat dalam al-
Qur’an dan hadis adalah sebagai berikut.
Pertama, fitrah berarti suci bersih. Menurut Achmadi 5,
fitrah berarti suci kurang tepat, mengingat dari segi bahasa,
sebagaimana telah dijelaskan, ialah asal atau pola dasar (blue
print) kejadian manusia. Namun demikian, jika dilihat secara
teologis, setiap manusia menurut ajaran Islam, yang lahir
dalam keadaan suci, bersih tidak berdosa. Hal yang mendukung
makna ini, misalnya pernyataan al-Qur’an yang menyatakan
bahwa ruh yang ada dalam diri manusia adalah berasal dari Zat
Yang Maha Suci.
5
Ibid., h. 46
10 Hadis Tematik
Tarbawi
6
Syed Muhammad Husein Al-Thbathā`iy, Tafsīr al-Mizān,
jilid VIII, Beirut: Muassasah al-’Alami li al-Mathbū’āt, 1991, h.
315
7
Abu Bakar Muhammad bin ’Abd Allah bin ’Arabiy (Ibn
’Arabiy), Ahkām al-Qur’an, jilid II, Dār al-Kutub al-’Ilmiyyah,
1988, h. 2051
8
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir, Nuansa-Nuansa Psikologi
Islam, Jakarta: Raja Grafindo, 2002, h. 80
12 Hadis Tematik
Tarbawi
11
Yang dimaksud dengan secara didaktis adalah periodesasi
perkembangan anak dilihat dari segi keperluan/materi apa yang
kiranya yang tepat diberikan kepada anak pada masa tertentu, serta
memikirkan tentang kemungkinan metode yang paling efektif untuk
diterapkan di dalam mengajar dan mendidik anak pada masa tertentu
tersebut. Lihat, Abu Ahmadi, Psikologi Perkembangan, Jakarta:
Rineka Cipta, 1991, h. 38.
Hadis Tematik Tarbawi
15
ُعنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَ لَّى اللَّه
َ ٍعبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي رَافِع
ُ ْعن
َ
.ِلَاة َّعلَيْهِ وَسَلَّمَ أَذَّنَ فِي أُذُنِ الْحَسَنِ بْنِ عَلِيٍّ حِينَ وَلَدَتْهُ فَاطِمَةُ بِالص
َ
رواه الترمذى
“Dari Ubaid Allah bin Abi Rafi’, dari ayahnya berkata, aku
melihat Rasulullah SAW melakukan adzan di telinga Hasan bin
‘Aliy ketika Fatimah melahirkannya, dengan adzan sholat.”
(H.R Turmudziy)12
oleh Nabi SAW karena anak yang baru lahir fungsi indra
pendengaran telah berfungsi. Telah berfungsinya indra anak
yang baru lahir ini dinyatakan oleh al-Qur’an dan terbukti pula
secara ilmiah.
َ ْدعَوْ نJُلَّ َم إِنَّ ُك ْم تJ ِه َو َسJصلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي َ َع َْن أَبِي ال َّدرْ دَا ِء قَا َل ق
َ ِ ال َرسُو ُل هَّللا
رواه أحمد. أَ ْس َما َء ُك ْمJيَوْ َم ْالقِيَا َم ِة بِأ َ ْس َمائِ ُك ْم َوأَ ْس َما ِء آبَائِ ُك ْم فَ َح ِّسنُوا
14
CD Maktabah al-Syamilah, Musnad Abu Ya’la, Juz XIV, h.
20
Ahmad bin Hanbal, Al-Musnad, Juz. XVI , Kairo: Dār al-
15
Husna, 1994, h. 89
Hadis Tematik Tarbawi
19
demikian untuk memper-kokoh tali cinta dan sayang di antara
sesama masyarakat. Dengan keberkahannya Allah
menghindarkan bayi dan keluarganya dari malapetaka. Tentunya
dengan pengharapan semoga Allah menum-buhkannya dengan
baik. Demikian, meski anak di usia bayi belum dapat berfikir
dan berbicara tapi secara psikologis anak di usia bayi telah dapat
merasakan segala sesuatu yang barasal dari luar dirinya,
termasuk apa yang dilakukan orang tuanya.Memberi nama yang
baik, mencukur rambut dan mengakikahkannya secara implisit
mengajarkannya untuk menjadi anak yang baik, suka kebersian,
bersykur dengan ketaatan serta memiliki sifat kepedulian sosial
dan kasih sayang kepada orang lain.
18
Kartini Kartono, Op. Cit, h. 28-29
20 Hadis Tematik
Tarbawi
قد علمنا حق الوالد على، يا رسول اهلل: أنهم قالوا، عن ابن عباس
ويحسن، مه أن يحسن اس: فما حق الولد على الوالد ؟ قال، الولد
رواه البيهقي.أدبه
XVIII, h. 173
20
Abū ‘Abd Allah Ibn Muhammad ibn Yazīd Ibn Mājah,
selanjutnya ditulis Ibn Mājah, Sunan Ibn Mājah, Juz IV,
Lebanon, Beirut: Dar al-Fikr, 2004, h. 54
Hadis Tematik Tarbawi
21
o Meminta izin sebelum berpergian
o Mengucapkan salam saat pergi dan akan masuk rumah
o Makan dengan tangan kanan dan duduk
o Sebelum dan sesudah makan minum membaca do’a
o Memakai pakain (celana, baju, sendal, sepatu) mulai
dengan tangan atau kaki kanan
o Melepas pakaian dimulai dengan tangan atau kaki kiri
o Membaca doa saat akan memakai dan membuka
pakaian
o Belajar dan tidur sesuai dengan waktu yang dijadual-
kan
o Menggosok gigi dan wudhu’ sebelum tidur
o Membaca doa sebelum dan sesudah bangun tidur
o Dan lain sebagainya.
عنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُرُوا
َ
ُأَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ وَاضْ رِبُوهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَ اء
رواه أبو داود.ِعشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِع
َ
عن بكر بن عبد اهلل بن الربيع األنصارى قال رسول اهلل صلى
رواه ابن منده. علموا أوالدكم السباحة والرماية:اهلل عليه وسلم
25
Nājib Khālid al-‘Amir, Min Asalibir Rasul SAW fi
Tarbiyah, terj. Tarbiyah Rasulullah, Jakarta: Gema Insani Press,
1996, h. 65-65
26
CD Maktabah al-Syamilah, Jami’ al-Ahadis Ibn Mandah,
Juz IXV, h. 229
Hadis Tematik Tarbawi
25
Islam, dengan konsep fitrah manusia terlahir telah memiliki
banyak potensi, diantaranya adalah bakat minat.
Bakat merupakan kecenderungan khas yang terdapat pada
setiap orang. Bakat yang ada pada diri seseorang umumnya
karena faktor genetis, namun adakalanya terbentuk melalui
faktor proses pendidikan. Hadis di atas mengisyaratkan bahwa
orang tua, termasuk pendidik, harus menumbuh kembangkan
bakat minat yang ada pada anak. Oleh karenanya orang tua
dan harus dapat mengunggkap potensi bakat dan minat yang
ada pada anak serta mengem-bangkan dan mengarahkan bakat
minat itu sesuai dengan jalurnya. Jika demikian, maka
pemahaman hadis di atas jangan dilihat secara tekstual akan
tetapi secara kontekstual. Keterampilan berenang dan
memanah dapat dipahami sebagai simbol bakat minat yang
dikembangkan.
Juz IX, h. 17
30 Hadis Tematik
Tarbawi
36
Abu Ahmadi, Op. Cit, h. 89-92
32 Hadis Tematik
Tarbawi
عبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدُّنْيَا
َ ْعن
َ
رواه مسلم.ُمَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَة