Oleh:
Nama : Margi Setiyono
NIM : 5351303007
Prodi : Teknik Elektro Diploma III
Jurusan : Teknik Elektro
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
BAB I
PENDAHULUAN
B. Permasalahan
Permasalahan yang dikaji adalah bagaimana karakter tahanan pentanahan
tower SUTT 150 KV.
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang akan dikaji secara mendalam dalam penelitian ini
adalah pengukuran tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi
Ungaran sampai Krapyak pada bulan Februari tahun 2007.
D. Penegasan Istilah
Pengukuran berarti proses, cara, perbuatan mengukur (Balai Pustaka,
2002:1239)
Tower berarti tiang konstruksi baja yang digunakan sebagai penyangga pada
saluran transmisi.
Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) adalah sarana di atas tanah untuk
menyalurkan tenaga listrik dari Pusat Pembangkit ke Gardu Induk (GI) atau
dari GI ke GI lainnya yang terdiri dari kawat/konduktor yang direntangkan
antara tiang – tiang melalui isolator – isolator dengan sistem tegangan tinggi
(30 KV, 70 KV, dan 150 KV). (PLN,1981)
E. Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk:
1. Mengetahui kondisi tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi
Ungaran sampai Krapyak pada bulan Februari tahun 2007.
2. Mengetahui hasil pengukuran tahunan tahanan pentanahan tower SUTT
150 KV transmisi Ungaran sampai Krapyak pada bulan Februari tahun
2006 dan bulan Februari tahun 2007.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dapat memberikan informasi tambahan tentang hasil
pengukuran tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi Ungaran
sampai Krapyak kepada pihak PT. PLN (Persero) Unit Pelayanan Transmisi
(UPT) Semarang.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Sistem Transmisi
Pusat listrik atau sentral umumnya terletak jauh dari pemakai tenaga
listrik. Karena itu tenaga listrik disalurkan melalui kawat transmisi ke pemakai
tenaga listrik. Bagian dari sistem tenaga listrik adalah:
1. Pembangkit Tenaga Listrik
Tenaga listrik dibangkitkan oleh generator pada pusat listrik tenaga
(PLT). Macam – macam PLT yang ada dan dikembangkan di Indonesia
seperti:
a. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA),
b. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU),
c. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP),
d. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG),
e. Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU),
f. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD).
2. Transformator Daya
Tegangan listrik yang dibangkitkan pada pusat pembangkit pada
umumnya antara 6 KV sampai 24 KV (T.S. Hutauruk, 1985:1). Untuk
menaikkan tegangan tersebut menjadi 30 KV sampai dengan 500 KV,
dibutuhkan transformator daya yaitu transformator penaik tegangan (step
up). Tujuan dari penggunaan tegangan yang lebih tinggi ini adalah untuk
memperkecil rugi daya dan jatuh tegangan pada saluran.
3. Jaring/Saluran Transmisi
Ada dua kategori saluran transmisi, yaitu: saluran udara (overhead
lines) dan saluran kabel tanah (underground cable). Saluran udara
menyalurkan tenaga listrik melalui kawat telanjang yang digantung pada
menara atau tiang transmisi dengan perantara isolator, sedangkan kabel
tanah menyalurkan tenaga listrik melalui kabel yang ditanam di bawah
permukaan tanah.
4. Gardu Induk
Gardu induk digunakan sebagai transformasi tenaga listrik tegangan
tinggi 500 KV menjadi tegangan tinggi 150 KV atau dari tegangan tinggi
150 KV menjadi tegangan menengah 20 KV. Proses transformasi ini
menggunakan transformator penurun tegangan (step down).
5. Jaring Distribusi Primer
Digunakan untuk menyalurkan tenaga listrik dengan tegangan
menengah 20 KV.
6. Transformator Distribusi
Transformator distribusi menggunakan transformator jenis step down
untuk menurunkan tegangan menengah 20 KV menjadi tegangan rendah
220 V. Transformator distribusi ini terpasang sepanjang jaring distribusi
primer.
7. Jaring Distribusi Skunder
Berfungsi menyalurkan tegangan rendah 220 V untuk digunakan
oleh konsumen (masyarakat perumahan).
Yang termasuk dalam sistem transmisi adalah nomor 2, 3, dan 4,
sedangkan yang termasuk dalam sistem distribusi adalah nomor 5, 6, dan 7.
Tugas sistem transmisi adalah menyalurkan tenaga listrik dalam jumlah
besar ke pusat beban atau perusahaan – perusahaan pemakai tenaga listrik
dalam jumlah besar. Sedangkan sistem distribusi adalah menyalurkan tenaga
listrik dari gardu induk ke pemakai tenaga listrik dalam jumlah yang lebih
kecil dari sistem transmisi.
Sistem transmisi yang biasa dipakai untuk menyalurkan tenaga listrik
dalam jumlah besar adalah sistem transmisi arus bolak – balik 3 fasa, saluran
udara. Pada sistem transmisi saluran udara, kawat – kawat digantung pada
suatu tiang atau menara. Tegangan sistem transmisi adalah 30 KV sampai 700
KV. Adapun tegangan transmisi yang banyak digunakan di Indonesia adalah
dengan tegangan tinggi 150 KV dan dan tegangan ekstra tinggi 500 KV.
Dalam membuat rencana penyaluran tenaga listrik, harus diperhatikan:
1. pemilihan tegangan
2. pemilihan jenis kawat dan penampang kawat
3. pemilihan sistem perlindungan terhadap gangguan – gangguan
4. kontinuitas penyaluran tenaga listrik
5. pembebasan tanah yang dilalui
Namun, dari semua faktor tersebut, masih ada faktor yang menentukan
yaitu faktor ekonomis. (Soepartono & A. Rida Ismu, 1980:2)
2. Isolator - isolator
Isolator yang digunakan pada SUTT adalah dari bahan porselen atau
gelas dan berfungsi sebagai isolasi tegangan listrik antara kawat
penghantar dengan tiang. Jenis isolatornya adalah jenis isolator piring,
yang digunakan sebagai isolator penegang dan isolator gantung, dimana
jumlah piringan isolator disesuaikan dengan tegangan sistem SUTT
tersebut. Satu piring isolator untuk isolasi sebesar 15 KV, jika tegangan
yang digunakan adalah 150 KV, maka jumlah piring isolatornya adalah 10
piringan.
3. Kawat Penghantar
Kawat penghantar berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari suatu
tempat tempat ke tempat lainnya. (PLN, 1981)
Jenis – jenis kawat penghantar yang biasa digunakan pada saluran
transmisi adalah tembaga dengan konduktivitas 100% (CU 100%),
tembaga dengan konduktivitas 97,5% (CU 97,5%) atau aluminium dengan
konduktivitas 61% (Al 61%). Kawat penghantar aluminium terdiri dari
berbagai jenis dengan lambang sebagai berikut:
AAC = ”All-Aluminium Conductor”, yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari aluminium.
AAAC = ”All-Aluminium-Alloy Conductor”, yaitu kawat penghantar yang
seluruhnya terbuat dari campuran aluminium.
ACSR = ”Aluminium Conductor, Steel-Reinforced”, yaitu kawat
panghantar aluminium berinti kawat baja.
ACAR = ”Aluminium Conductor, Alloy-Reinforced”, yaitu kawat
penghantar aluminium yang diperkuat dengan logam campuran.
Kawat penghantar tembaga mempunyai beberapa kelebihan
dibandingkan dengan kawat penghantar aluminium karena konduktivitas
dan kuat tariknya lebih tinggi. Tetapi kelemahannya ialah, untuk besar
tahanan yang sama, tembaga lebih berat dari aluminium, dan juga lebih
mahal. Oleh karena itu, kawat penghantar aluminium telah menggantikan
kedudukan tembaga. Penghantar dengan campuran aluminium (aluminium
alloy) digunakan karena dapat memperbesar kuat tarik dari kawat
aluminium. Sebagaimana diketahui bahwa letak antar tiang/menara saluran
transmisi yang jauh (ratusan meter), maka dibutuhkan kuat tarik yang
tinggi. Penghantar aluminium alloy yang digunakan adalah dari jenis
ACSR. (T.S. Hutauruk, 1985:4)
4. Kawat tanah
Kawat tanah atau ground wires juga disebut sebagai kawat
pelindung, gunanya untuk melindungi kawat – kawat penghantar atau
kawat – kawat fasa terhadap sambaran petir. Jadi kawat tersebut dipasang
di atas kawat fasa. Sebagai kawat tanah umumnya dipakai kawat baja
(steel wires) yang lebih murah, tetapi tidaklah jarang digunakan ACSR.
(T.S. Hutauruk, 1985: 4)
Pada SUTT, jumlah kawat tanah yang digunakan ada yang
menggunakan satu kawat tanah dan ada yang menggunakan dua kawat
tanah. Agar dapat memenuhi fungsi kawat tanah sebagai pelindung
terhadap sambaran langsung (direct stroke), kawat tanah tersebut harus
memenuhi syarat sebagai berikut:
a. Harus cukup tinggi di atas fasa konduktor dan agar dapat menangkap
(intercept) pukulan langsung.
b. Harus mempunyai jarak aman (clearance) yang cukup terhadap
konduktor pada tengah – tengah rentangan.
c. Tahanan kaki tower harus cukup rendah untuk memperkecil tegangan
yang melintas pada isolator.
Gambar 2.4. SUTT dengan dua kawat tanah
R= ρ
2πL
( d)
ln 2 L (2.1)
dimana:
R = tahanan pentanahan tower, Ohm
ρ = tahanan jenis tanah, Ohm-m
L = panjang ground rod, m
d = diameter ground rod, m
Berdasarkan persamaan tersebut, tahanan pentanahan tower SUTT 150
KV tergantung dari:
1. Tahanan jenis tanah
Tahanan pentanahan sangat tergantung pada tahanan jenis tanah
yaitu tahanan pentanahan berbanding lurus dengan tahanan jenis tanah.
Tahanan jenis tanah bervariasi dari 10 sampai dengan 10.000 Ohm per-m3,
kadang – kadang harga ini dinyatakan dalam Ohm-m. Pernyataan Ohm-m
merepresentasikan tahanan di antara dua permukaan yang berlawanan dari
suatu volume tanah yang berisi 1 m3.
Faktor – faktor yang menentukan besarnya tahanan jenis tanah
adalah sebagai berikut:
a. Jenis tanah
Jenis tanah dapat mempengaruhi tahanan jenis tanah. Kesulitan
yang biasa dijumpai dalam mengukur tahanan jenis tanah adalah
bahwa dalam kenyataannya komposisi tanah tidaklah homogen pada
seluruh volume tanah, yang bervariasi secara vertikal maupun
horizontal, sehingga pada lapisan tertentu mungkin terdapat dua atau
lebih jenis tanah dengan tahanan jenis yang berbeda. Untuk
memperoleh harga yang sebenarnya dari tahanan jenis tanah, harus
dilakukan pengukuran langsung di tempat dengan memperbanyak titik
pengukuran.
Besarnya tahanan jenis tanah berdasarkan jenis tanah dapat dilihat
dalam tabel 2.1.
Tabel 2.1. Tahanan jenis tanah pada jenis tanah yang berbeda
(www.elektroindonesia.com/elektro/ener24b.html)
Tahanan Jenis
No. Jenis Tanah
(Ohm-m)
1. Tanah rawa 10 s.d. 40
2. Tanah liat dan ladang 20 s.d. 100
3. Pasir basah 50 s.d. 200
4. Kerikil basah 200 s.d. 3.000
5. Pasir dan kerikil kering <10.000
6. Tanah berbatu 2.000 s.d. 3.000
7. Air laut dn tawar 10 s.d. 100
Usaha – usaha yang dilakukan oleh PT. PLN (Persero) UPT Semarang
untuk dapat memperbaiki nilai tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV yaitu
dengan cara:
1. Menambah jumlah arde baru, pada kaki lain tetapi tetap berlawanan
2. Menambah jumlah arde baru dan menghubungkan secara paralel dengan
arde yang lama
Kawat Counterpoise
Arah saluran
Radial Paralel
Dasar menara
di mana:
R = tahanan pentanahan tower, Ohm
r = tahanan kawat, Ohm/meter
ρ = tahanan jenis tanah, Ohm-meter
L = panjang kawat, meter
Tujuan desain counterpoise adalah mancapai tahanan yang tetap dari
counterpiose sebelum tegangan pada puncak tower mencapai pada tingkat
loncatan api dari isolator. Panjang minimum counterpoise, dapat dihitung
menggunakan rumus:
L= ρ Coth −1 ( R ) (2.6)
r rρ
Tembaga
Klem
terminal
pentanahan
Pelat tembaga
Tiang
Ground rod
Pondasi
Pelat Tembaga
500 s.d. 600 mm
Pondasi
Ground rod
150 cm
Kawat GSW 55 mm
Klem penjepit
150 cm
120 cm
Ground rod 5/8” X 240
20 cm
Gambar 2.10. Konstruksi pentanahan SUTT 150 KV dengan ground rod yang
biasa digunakan
1350 cm
Ground Bus
(Kawat GSW)
Tower SUTT
900 cm
Gambar 2.11. Pentanahan SUTT 150 KV dengan driven ground dan ground bus
G. Pengukuran Tahanan Pentanahan Tower SUTT 150 KV
1. Aspek Pengukuran
Pengukuran tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV merupakan
bagian dari pemeliharaan tahunan tower SUTT 150 KV yang dilakukan
oleh PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Transmisi (UPT) Semarang.
Pengukuran ini terdiri dari berbagai aspek, yaitu meliputi: tahanan
pentanahan kaki tower bersama dengan pentanahan (arde), tahanan
pentanahan kaki tower sendiri (tanpa arde), dan tahanan pentanahan arde
masing – masing sisi kaki tower (sisi AB dan sisi CD). Alat yang
digunakan adalah earth-meter/earth resistance test, dengan dua elektrode
bantu.
Keterangan:
1. Terminal E untuk kaki tower atau arde yang akan diukur
2. Terminal P untuk elektrode bantu 1
3. Terminal C untuk elektrode bantu 2
4. Jarum penunjuk kondisi batere dan besarnya tegangan yang timbul
5. Saklar Batere, Tegangan, dan Hambatan (R)
6. Push-button
7. Penunjuk besarnya hambatan (R) pentanahan
P C
Earth Resistance Test E
l l
Arde/kaki l = 5 s.d. 10 m
tower
Gambar 2.13. Rangkaian pengukuran tahanan pentanahan
Gambar 2.16. Nama kaki tower SUTT 150 KV transmisi Ungaran – Krapyak
BAB III
METODE PENELITIAN
B. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada pengukuran harga tahanan pentanahan
tower SUTT 150 KV transmisi Ungaran – Krapyak pada bulan Februari 2007.
C. Metode Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto, metode penelitian diartikan sebagai cara
yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.
Metode yang digunakan adalah:
1. Wawancara
Wawancara atau sering disebut juga dengan interviu adalah sebuah
dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi
dari terwawancara.
2. Observasi
Dalam pengertian psikologik, observasi atau yang disebut juga
pengamatan adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu objek
dengan menggunakan seluruh alat indra. Termasuk dalam proses observasi
ini adalah dengan cara mengukur langsung objek yang diteliti dengan
menggunakan alat ukur.
3. Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah dengan menggunakan tulisan sebagai
sumber penelitian, misalnya buku – buku penunjang, dokumen, dan
sebagainya.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen diartikan sebagai alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga
mudah diolah. Dalam hal ini instrumen yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Earth-meter/Earth Resistance Test sebanyak satu buah
2. Elektrode Bantu sebanyak dua buah
3. Kabel penghubung (20 s.d. 30 m) sebanyak tiga buah
4. Kunci pas/ring nomor 17 sebanyak dua buah
5. Kunci pas/ring nomor 19 sebanyak dua buah
6. Kunci pas/ring nomor 21 sebanyak dua buah
7. Kunci Inggris sebanyak satu buah
8. High grade panatrating oil sebanyak satu buah
9. Tabel hasil pengukuran
Tabel 3.1. Hasil Pengukuran Tahanan Pentanahan
Tahanan Pentanahan Tower (Ohm)
Kaki Arde Kaki
No. Gabungan
No. Tower A B C D
Tower
Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007 2006 2007
1
2
3
4
5
6
7
8
9
E. Langkah Pengukuran
Cara pengukuran tahanan pentanahan kaki tower SUTT 150 KV dengan
Earth-meter/Earth Resistace Test, merk Yokogawa,
1. Mempersiapkan alat ukur earth-meter/earth resistance test
2. Menanam 2 buah elektrode bantu dengan jarak antar elektrode maupun
dengan kaki tower yang akan diukur masing – masing 5 s.d. 10 m dan
mengusahakan membentuk sudut 600
3. Memasang/menghubungkan elektrode tersebut dengan kabel ke earth-
meter sesuai gambar 2.12 dan 2.13
4. Cara mengukur tahanan pentanahan adalah dengan menempatkan posisi
saklar pada bagian Ω , menekan push-button, bersamaan dengan memutar
penunjuk besaran sampai didapat posisi jarum penunjuk tegangan pada
angka nol (0).
5. Mengecek batere dari earth-meter, agar diketahui kondisinya baik atau
tidak, dengan cara menempatkan saklar pada posisi B, kondisi batere dapat
diketahaui baik jika menekan push-button dan posisi jarum penunjuk ke
arah kiri (Batt)
6. Memasang/menghubungkan kaki tower dan arde yang akan diukur dengan
kabel ke earth-meter sesuai gambar 2.12 dan 2.13
7. Mengukur tahanan pentanahan tower yaitu gabungan antara kaki dan
semua arde
8. Mencatat hasil pengukuran dalam tabel hasil pengukuran
9. Melepas arde dari kaki tower dengan kunci yang diperlukan
10. Memasang/menghubungkan kaki tower dengan kabel ke earth-meter
sesuai gambar 2.12 dan 2.13
11. Mengukur tahanan pentanahan dari kaki tower sendiri tanpa arde
12. Mencatat hasil pengukuran dalam tabel hasil pengukuran
13. Memasang/menghubungkan arde kaki dengan kabel ke earth-meter sesuai
gambar 2.12 dan 2.13
14. Mengukur tahanan pentanahan dari arde kaki dari masing – masing sisi
secara berlawanan dan atau keseluruhan dan mencatat hasil pengukuran
dalam tabel hasil pengukuran
F. Analisis Data
Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian komparasi non-
hipotesis yaitu mengadakan komparasi status fenomena dengan standarnya.
Adapun langkah analisis data yang dilakukan terhadap hasil penelitian
ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui standar PLN tentang tahanan pentanahan tower SUTT 150
KV maksimum 10 Ohm.
2. Analisis tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi Ungaran –
Krapyak pada bulan Februari 2006 dan pada bulan Februari 2007.
A. Analisis Data
Besarnya tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV sebagaimana
diketahui semakin kecil semakin baik, namun ada batas maksimum yang
diperbolehkan oleh PLN, sebagai pihak yang mengelola SUTT 150 KV yaitu
sebesar 10 Ohm. Kecilnya tahanan pentanahan ini berguna untuk
mempercepat mengalirnya arus akibat potensial tegangan yang besar ke bumi
bila terjadi sambaran petir pada kawat tanah, sehingga tidak membahayakan
SUTT 150 KV. Sebagaimana diketahui, ground rod pentanahan tower
tertanam dalam tanah, sehingga kondisi ground rod tidak dapat diketahui
secara visual, tapi hanya kondisi tahanan pentanahannya yang bisa diketahui.
Berdasarkan tabel 3.2. dapat diperoleh hasil bahwa besarnya tahanan
pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi Ungaran – Krapyak sebagai
wilayah kerja PT. PLN (Persero) Unit Pelaksana Transmisi (UPT) Semarang
pada bulan Februari 2007 hampir keseluruhan masih dalam kondisi baik,
walaupun terdapat beberapa tower yang mengalami kenaikan tahanan
pentanahan sampai melebihi batas yang diperbolehkan.
Analisis kondisi tahanan pentanahan dari tower SUTT 150 KV transmisi
Ungaran – Krapyak yang terbagi dalam tiga macam pengukuran adalah
sebagai berikut:
1. Pengukuran tahanan pentanahan keseluruhan (gabungan) antara kaki tower
dan semua arde.
Berdasar tabel 3.2. pada pengukuran tahun 2007, kondisi tahanan
pentanahannya masih baik karena masih di bawah standar maksimum yang
diperbolehkan oleh PLN dengan persentase mencapai 100 %. Jika
dibandingkan antara periode pengukuran tahun 2006 dan tahun 2007,
karakteristik tahanan pentanahannya mengalami kenaikan dengan
persentase 46,38 %, penurunan dengan persentase 40,58 %, dan tetap
dengan persentase 13,04 %.
2. Pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde.
Berdasar tabel 3.2. pada pengukuran tahun 2007, kondisinya masih
baik karena masih di bawah standar maksimum yang diperbolehkan oleh
PLN dengan persentase 85,51 % dan tidak bisa diukur dengan persentase
14,49 %. Jika dibandingkan antara periode pengukuran tahun 2006 dan
tahun 2007, karakteristik tahanan pentanahannya mengalami kenaikan
dengan persentase 49,28 %, penurunan dengan persentase 26,09 %, dan
nilainya tetap dengan persentase 10,14 %, serta tidak bisa dibandingkan
dengan persentase 14,49 %.
3. Pengukuran tahanan pentanahan arde kaki tower dari dua sisi yang
berlawanan.
Berdasar tabel 3.2. kondisi tahanan pentanahan arde kaki tower yang
masih baik memiliki persentase 84,78 %, kondisi awas dengan persentase
1,45 %, kondisi buruk dengan persentase 7,97 %, dan kondisi tidak dapat
diukur dengan persentase 7,25 %. Apabila dibandingkan antara hasil
pengukuran tahun 2006 dan hasil pengukuran tahun 2007, mengalami
kenaikan sebanyak 59,42 %, penurunan sebanyak 24,64 %, dan tetap
sebanyak 4,35 %, serta tidak bisa dibandingkan sebanyak 11,59 %.
B. Pembahasan
1. Karakteristik tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi Ungaran
– Krapyak pada bulan Februari 2007
Karakteristik tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi
Ungaran – Krapyak pada bulan Februari 2007 adalah sebagai berikut:
1. Kondisi baik
Kondisi tahanan pentanahan yang masih baik terjadi pada ketiga
macam pengukuran, yaitu:
a. Pengukuran tahanan pentanahan gabungan
Kondisi tahanan pentanahan gabungan masih baik semua,
tidak ada yang buruk atau melebihi standar yang diperbolehkan.
Faktor yang menyebabkan adalah karena banyak sistem
pentanahan yang terhubung dengan tower SUTT, antara lain dari
arde kaki tower dan kawat tanah yang terhubung dengan
pentanahan pada semua SUTT dan juga digabung dengan
pentanahan Gardu Induk yang terhubung. Jika kedua faktor ini
digabungkan untuk sistem pentanahan tower SUTT, maka akan
diperoleh hasil tahanan pentanahan yang baik.
b. Pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde
Kondisi tahanan pentanahan kaki tower tanpa arde masih
baik semua, tidak ada yang buruk atau melebihi standar yang
diperbolehkan Faktor yang menyebabkan adalah karena pada
waktu pengukuran tower masih terhubung dengan kawat tanah
yang terhubung dengan sistem pentanahan Gardu Induk. Padahal
ketentuannya, pengukuran tahanan pentanahan kaki tower tanpa
arde seharusnya tanpa kawat tanah. Pada prakteknya kawat tanah
tidak dilepas karena dikhawatirkan membahayakan jaringan SUTT
150 KV, yaitu dapat menyebabkan gangguan hubung tanah antara
kawat fasa yang bersentuhan dengan kawat tanah.
c. Pengukuran tahanan pentanahan arde masing - masing sisi yang
berlawanan
Kondisi tahanan pentanahan arde kaki tower tidak semuanya
baik. Kondisi tahanan pentanahan arde yang baik dapat terjadi
dimungkinkan karena:
1). Kondisi ground rod dan kontak pada klem masih baik
Kondisi ini disebabkan karena ground rod belum terkena
korosi setelah lama terpendam dalam tanah, sehingga kontak
dengan tanah masih tetap baik. Sebab lain yang mungkin
terjadi karena kontak antara ground rod dan penghantar
pentanahan yang terdapat dalam klem juga masih baik
2). Kondisi kelembaban tanah masih tinggi
Kelembaban tanah yang masih tinggi merupakan salah
satu faktor penentu besarnya tahanan pentanahan. Semakin
lembab tanah, maka tahanan jenisnya semakin baik dan tentu
semakin baik pula nilai tahanan pentanahan pada tanah
tersebut.
3). Kondisi air tanah tetap
Sebagaimana diketahui, pentanahan yang baik mencapai
air tanah. Bila kondisi air tanah tetap, yang dimungkinkan
karena faktor turunnya hujan yang tinggi pada saat pengukuran,
maka nilai tahanan pentanahannya cenderung stabil.
2. Kondisi awas
Kondisi tahanan pentanahan pada posisi awas ini tidak terjadi
pada tahanan pentanahan gabungan dan tahanan pentanahan kaki tower
tanpa arde, namun hanya terjadi pada pengukuran tahanan pentanahan
untuk arde masing – masing sisi yang berlawanan. Tower dengan
tahanan pentanahan arde yang berada dalam kondisi ini ada 2 buah
tower.
Tabel 4.1. Tahanan Pentanahan Arde Kaki Tower SUTT 150 KV
Transmisi Ungaran – Krapyak tahun 2007 dengan Kondisi Awas
No. Nama Tower Arde Kaki Tower Tahanan Pentanahan
1. D03 A 9,2 Ohm
2. D23 C 9,5 Ohm
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap tahanan pentanahan
tower SUTT 150 KV transmisi Ungaran – Krapyak, dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi Ungaran
– Krapyak pada bulan Februari tahun 2007 relatif dalam kondisi baik.
2. Karakteristik nilai tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi
Ungaran – Krapyak dalam waktu satu tahun yaitu tahun 2006 sampai
tahun 2007 ada sedikit kenaikan.
3. Perubahan nilai tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV disebabkan:
a. Perubahan kondisi ground rod
b. Perubahan kondisi tanah (perubahan kelembaban dan air tanah)
c. Perubahan kondisi kontak pada klem pentanahan (antara ground rod
dengan penghantar pentanahan).
B. Saran
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap tahanan pentanahan
tower SUTT 150 KV transmisi Ungaran – Krapyak, dapat disampaikan saran:
1. Pengukuran tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV yang merupakan
bagian dari pemeliharaan tahunan tower SUTT 150 KV pada PT. PLN
(Persero) UPT Semarang tidak boleh dilakukan secara asal, karena dapat
berakibat fatal nantinya.
2. Harus dilakukan perbaikan segera oleh pihak PT. PLN (Persero) UPT
Semarang terhadap pentanahan tower SUTT 150 KV transmisi Ungaran –
Krapyak yang telah melebihi standar.
3. Penambahan ground rod sebagai upaya perbaikan nilai tahanan
pentanahan harus memperhatikan faktor – faktor yang menentukan
besarnya nilai tahanan pentanahan.
DAFTAR PUSTAKA
Pengukuran tahanan pentanahan gabungan arde dan kaki tower SUTT 150 KV
transmisi Ungaran – Krapyak
Dua arde yang dipasang paralel pada salah satu kaki tower SUTT 150 KV
transmisi Ungaran – Krapyak
Petugas PLN pada pengukuran tahunan tahanan pentanahan tower SUTT 150 KV
transmisi Ungaran – Krapyak
9 GI Ungaran
U Siwarak
Lerep Candirejo
Genuk
Sendangrejo
Kalisidi
Gunungpati
66 63 31
Cepoko
Ngalian
Kedungpani Jatibang
53