Disusun Oleh :
Npm : 00.0342 Pr
Nama : TSV (Taura syndrome virus), Taura Syndrome (TS), TS desease, Red tail
desease.
Family : Picornaviridae
Genus : Cripavirus
Partikel TSV berbentuk icosahedral (segi 6 tiga )dengan diameter 31- 32 nm dan
mempunyai buoyant density 1.338g/ml. Kapsidnya terbuat dari protein, mengandung
3 polipedtida utama (24,40, dan 55 kDa) dan 1 polipedtida minor (58 kDa). Genom
TSV mengandung sigle stranded RNA, polyadenilated nya berada pada ujung ahir
yang ke 3 dengan panjang 9 kb. (Bonami et al., 1997). TSV dapat hidup diluar inang
dan dapat hidup pada suhu 0– 1210C.
RNA TSV memiliki kemampuan spontaneous mutation. Virus ini berada pada
sitoplasma sel epithel yang terinfeksi pada kutikula udang. Sejauh ini, telah dikenal 4
genetik kluster dari virus TSV : Belize (TSV-BZ), Amerika (TSV-HI), Asia tenggara,
dan Venezuela. Strain BZ adalah yang paling virulen.
Metode Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) merupakan
metode untuk mendeteksi infeksi TSV yang sangat sensitif dan merupakan metode
yang umum digunakan. Metode lainnya seperti MAbs (monoclonal antibodies), RNA-
based methode,
Karakteristik Host
Virus taura baru diketahui menyerang udang dari jenis penaeid, seperti udang
Penaeus setiferus,
Penaeus stylirostris, Penaeus schmitt, Metapenaeus ensisdan Litopenaeus
vannamei. Menyebabkan penyakit yang serius pada PL, juvenil dan udang vannamei
dewasa. Ada variasi resistensi spesies yang terinfeksi TS dan kasus penyakit yang
ditemukan di alam liar jarang sekali. Belum ditemukan menyerang udang windu (P.
monodon). Penyakit TS menginfeksi juvenil udang Litopenaeus vannamei (0.1– 5 gr)
umur 2– 4 minggu pemeliharaan pada kolam atau tambak pembesaran. Angka
mortalitas udang yang terinfeksi mencapai 80-90%. Apabila penyakit terjadi pada
umur 30 hari pertama, berarti infeksi berasal dari induk (vertikal), jika lebih dari 60
hari berarti infeksi berasal dari lingkungan (horisontal).
Udang vaname dewasa dapat terinfeksi TSV, namun tingkat kematiannya relatif
rendah. Infeksi TSV ada 2 (dua) fase, yaitu fase akut dan kronis. Pada fase akut
akan terjadi kematian massal. Udang yang bertahan hidup dari serangan penyakit
TSV, akan mengalami fase kronis. Pada fase kronis, udang mampu hidup dari
tumbuh relatif normal, namun udang tersebut merupakan pembawa (carrier) TSV
yang dapat ditularkan ke udang lain yang sehat.
Gambar 2. Pembesaran pada ekor salah satu udang terinfeksi pada gambar 1.
Menggunakan kaca pembesar menunjukan penggir epithelium kutikula uropoda
kasar yang dimungkinkan karena nekrosis (anak panah).
Gambar 3. Juvenile udang putih (3:Ekuador & 4:Texas) dalam tahap pemulihan.
Terdapat bintik - bintik hitam (akibat melanisasi) tidak beraturan pada kutikula
epithelium udang karena infeksi TSV.
Beberapa gejala berikut ini dapat digunakan sebagai indikator kemungkinan adanya
infeksi TSV,
antara lain:
1. Pada infeksi berat (akut) sering mengakibatkan kematian massal, udang yang
mengalami kematim didominasi oleh udang yang sedang/baru selesai proses
pergantian kulit (moulting), saluran pencemaan kosong dan warna tubuh
kemerahan. Warna merah yanglebih tegas dapat dilihat pada ekor kipas
(telson) seperti pada Gambar 2.
2. Udang yang selamat dari fase akut, umurnnya mampu hidup dan tumbuh
normal dengantanda bercak hitam (melanisasi) yang tidak beraturan di bawah
lapisan kutikula sepertiterlihat pada Gambar 3.
Pengendalian
Rekomendasi strategi pengendalian penyakit TSV adalah memadukan antara aspek
teknis dan regulasi secara sinergis yang disepakati oleh seluruh komponen
(asosiasi), dilengkapi dengan prosedur operasional baku (Standard Operational
Procedure, SOP), disosialisasikan secara rutin, dikawal oleh pemerintah dan
dilakukan secara bersama-sama.
Pemahaman yang sama oleh seluruh komponen bahwa penyakit tersebut sangat
berbahaya karena masuknya satu virion TSV ke dalam unit budidaya akan menjadi
ancaman serius bagi keberhasilan budidaya. Strategi pengendalian penyakit TSV
harus didasarkan pada upaya mencegah masuknya virus tersebut melalui berbagai
jalur (konsepbi osec uri t y).
Langkah pencegahan TSV antara lain :
1. Skrining induk
2. Kepadatan yang tidak terlalu tinggi
3. Eradikasi TSV di Air pada Wadah Budidaya
4. Memperhatikan media pembawa TSV, sepert udang yang terinfeksi biota
akuatik, hewan dan tumuhan air, peralatan dan personal
5. Pengelolaan kesehatan lingkungan budidaya (ex: bahan organik, polikultur)
6. Pengelolaan pakan
7. Monitoring kesehatan udang
Beberapa tindakan harus dilakukan segera apabila terjadi tanda-tanda wabah
dengan cara sebagai
berikut:
1. Menutup aliran air masuk maupun keluar (isolasi).
2. Melaporkan sesegera mungkin ke petugas dinas perikanan atau instansi
terkait
3. setempat/terdekat.
4. Memperbaiki kualitas air dengan penambahan aerasi.
5. Memberi pakan yang mengandung imunostimulan atau vitamin C dosis tinggi.
Menyebarluaskan informasi kejadian wabah ke petani atau kelompok tani
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.gsmfc.org/
http://ikanmania.wordpress.com/
http://en.wikipedia.org/wiki/Taura_syndrome#
http://www.daff.gov.au/animal-plant-health/pests-diseases-
http://www.tpwd.state.tx.us