Anda di halaman 1dari 6

TAURA SYNDROME VIRUS (TSV)

Disusun Oleh :

Adi Teguh Setiawan

Npm : 00.0342 Pr

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS PEKALONGAN
2010
Taura syndrome pertama kali ditemukan di Ekuador selama musim panas tahun
1992. Maret 1993, TS menjadi penyakit epidemik dan mendapat perhatian luas dari
media. Antara tahun 1992 dan 1997 penyakit ini menyebar luas di daerah Amerika
dimana L. vannamei dibudidayakan. Selama tahun 1983-1995, lebih dari 15 kasus
penyakit virus pada udang penaeid ditemukan. Satu dari penyakit yang berbahaya
dan penyebarannya luas adalah pada udang vannaei yang dikenal dTaura
Syndrome Virus (TSV). Saat penyakit ini terjadi, udang yang hidup tidak lebih dari
20%. Kerugian yang ditimbulkan akibat penyakit TSV diperkirakan lebih dari 2 milyar
$US.
Karakteristik virus

Nama : TSV (Taura syndrome virus), Taura Syndrome (TS), TS desease, Red tail
desease.
Family : Picornaviridae
Genus : Cripavirus

Partikel TSV berbentuk icosahedral (segi 6 tiga )dengan diameter 31- 32 nm dan
mempunyai buoyant density 1.338g/ml. Kapsidnya terbuat dari protein, mengandung
3 polipedtida utama (24,40, dan 55 kDa) dan 1 polipedtida minor (58 kDa). Genom
TSV mengandung sigle stranded RNA, polyadenilated nya berada pada ujung ahir
yang ke 3 dengan panjang 9 kb. (Bonami et al., 1997). TSV dapat hidup diluar inang
dan dapat hidup pada suhu 0– 1210C.
RNA TSV memiliki kemampuan spontaneous mutation. Virus ini berada pada
sitoplasma sel epithel yang terinfeksi pada kutikula udang. Sejauh ini, telah dikenal 4
genetik kluster dari virus TSV : Belize (TSV-BZ), Amerika (TSV-HI), Asia tenggara,
dan Venezuela. Strain BZ adalah yang paling virulen.
Metode Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) merupakan
metode untuk mendeteksi infeksi TSV yang sangat sensitif dan merupakan metode
yang umum digunakan. Metode lainnya seperti MAbs (monoclonal antibodies), RNA-
based methode,
Karakteristik Host
Virus taura baru diketahui menyerang udang dari jenis penaeid, seperti udang
Penaeus setiferus,
Penaeus stylirostris, Penaeus schmitt, Metapenaeus ensisdan Litopenaeus
vannamei. Menyebabkan penyakit yang serius pada PL, juvenil dan udang vannamei
dewasa. Ada variasi resistensi spesies yang terinfeksi TS dan kasus penyakit yang
ditemukan di alam liar jarang sekali. Belum ditemukan menyerang udang windu (P.
monodon). Penyakit TS menginfeksi juvenil udang Litopenaeus vannamei (0.1– 5 gr)
umur 2– 4 minggu pemeliharaan pada kolam atau tambak pembesaran. Angka
mortalitas udang yang terinfeksi mencapai 80-90%. Apabila penyakit terjadi pada
umur 30 hari pertama, berarti infeksi berasal dari induk (vertikal), jika lebih dari 60
hari berarti infeksi berasal dari lingkungan (horisontal).
Udang vaname dewasa dapat terinfeksi TSV, namun tingkat kematiannya relatif
rendah. Infeksi TSV ada 2 (dua) fase, yaitu fase akut dan kronis. Pada fase akut
akan terjadi kematian massal. Udang yang bertahan hidup dari serangan penyakit
TSV, akan mengalami fase kronis. Pada fase kronis, udang mampu hidup dari
tumbuh relatif normal, namun udang tersebut merupakan pembawa (carrier) TSV
yang dapat ditularkan ke udang lain yang sehat.

Faktor Penyebab Timbulnya Penyakit dan Penyebarannya


Faktor mayoritas yang menyebabkan penyebaran penyakit TSV adalah kanibalisme
yaitu udang non-infeksi memakan udang mati yang terinfeksi. Virus TS dapat
menyebar dari satu kolam ke kolam yang lain melalui perantara burung camar dan
serangga air. TSV dilaporkan ditemukan pada feses burung camar, Larus atricilla,
yang memakan udang terinfeksi selama periode epizootic di Texas. Analisa
laboratorium membuktikan bahwa infeksi TSV tetap ada setelah 1 hari melewati
usus burung. Burung juga mengandung partikel virus contohnya burung camar,
sehingga burung tersebut merupakan hewan perantara penyebaran virus pada
udang vannamei.
Diperkirakan TSV masuk ke Asia Tenggara melalui introduksi induk yang terinfeksi
dari Western Hemisphere. Kemampuan TSV untuk bertahan hidup pada produk
beku meski telah mengalami lebih dari 1 tahap pembekuan menjadi faktor penyebab
virus ini dapat menyebar pada produk udang ekonomis penting internasional.
Selain itu, infeksi melalui induk (secara vertikal) merupakan faktor penyebab utama
lainnya yang menyebabkan meluasnya virus ini. Induk yang terinfeksi memiliki
peluang besar menularkan virus taura kepada larva yang dihasilkan.
Masuknya patogen ini dapat berasal dari induk, benur, air, carrier, pakan, pelaku
budidaya, dan seluruh komponen produksi udang.
Gejala Klinis

1. Berenang lemah, naik ke permukaan dan berada di pinggir pematang;


2. Tubuh berwarna kemerahan pada bagian kipas ekor udang yang terinfeksi;
3. Cangkang lunak;
4. Lambung kosong;
5. Kematian umumnya pada saat moulting;
6. Banyak bercak hitam tidak beraturan pada kutikula udang terinfeksi.
Gambar 1. Juvenil udang vannamei terinfeksi TSV, terlihat lemah, cangkakg lunak,
dengan ekor merah.

Gambar 2. Pembesaran pada ekor salah satu udang terinfeksi pada gambar 1.
Menggunakan kaca pembesar menunjukan penggir epithelium kutikula uropoda
kasar yang dimungkinkan karena nekrosis (anak panah).
Gambar 3. Juvenile udang putih (3:Ekuador & 4:Texas) dalam tahap pemulihan.
Terdapat bintik - bintik hitam (akibat melanisasi) tidak beraturan pada kutikula
epithelium udang karena infeksi TSV.

Beberapa gejala berikut ini dapat digunakan sebagai indikator kemungkinan adanya
infeksi TSV,
antara lain:
1. Pada infeksi berat (akut) sering mengakibatkan kematian massal, udang yang
mengalami kematim didominasi oleh udang yang sedang/baru selesai proses
pergantian kulit (moulting), saluran pencemaan kosong dan warna tubuh
kemerahan. Warna merah yanglebih tegas dapat dilihat pada ekor kipas
(telson) seperti pada Gambar 2.
2. Udang yang selamat dari fase akut, umurnnya mampu hidup dan tumbuh
normal dengantanda bercak hitam (melanisasi) yang tidak beraturan di bawah
lapisan kutikula sepertiterlihat pada Gambar 3.

Pengendalian
Rekomendasi strategi pengendalian penyakit TSV adalah memadukan antara aspek
teknis dan regulasi secara sinergis yang disepakati oleh seluruh komponen
(asosiasi), dilengkapi dengan prosedur operasional baku (Standard Operational
Procedure, SOP), disosialisasikan secara rutin, dikawal oleh pemerintah dan
dilakukan secara bersama-sama.
Pemahaman yang sama oleh seluruh komponen bahwa penyakit tersebut sangat
berbahaya karena masuknya satu virion TSV ke dalam unit budidaya akan menjadi
ancaman serius bagi keberhasilan budidaya. Strategi pengendalian penyakit TSV
harus didasarkan pada upaya mencegah masuknya virus tersebut melalui berbagai
jalur (konsepbi osec uri t y).
Langkah pencegahan TSV antara lain :
1. Skrining induk
2. Kepadatan yang tidak terlalu tinggi
3. Eradikasi TSV di Air pada Wadah Budidaya
4. Memperhatikan media pembawa TSV, sepert udang yang terinfeksi biota
akuatik, hewan dan tumuhan air, peralatan dan personal
5. Pengelolaan kesehatan lingkungan budidaya (ex: bahan organik, polikultur)
6. Pengelolaan pakan
7. Monitoring kesehatan udang
Beberapa tindakan harus dilakukan segera apabila terjadi tanda-tanda wabah
dengan cara sebagai
berikut:
1. Menutup aliran air masuk maupun keluar (isolasi).
2. Melaporkan sesegera mungkin ke petugas dinas perikanan atau instansi
terkait
3. setempat/terdekat.
4. Memperbaiki kualitas air dengan penambahan aerasi.
5. Memberi pakan yang mengandung imunostimulan atau vitamin C dosis tinggi.
Menyebarluaskan informasi kejadian wabah ke petani atau kelompok tani
lainnya.

Apabila tidak dapat dikendalikan, petak tambak segera didesinfeksi, dibiarkan


selama 1 minggu, selanjutnya dikeringkan minimal selama 1minggu. Bangkai udang
segera diangkat dan dimusnahkan dengan dibakar.
1. Tidak menggunakan air, peralatan dan sarana lain yang berasal dan lokasi
wabah.
2. Membatasi lalu lintas orang dari dan ke lokasi wabah dalam rangka
mengisolasi daerah wabah.
3. Penggunaan organisme udang transgenik seperti udang TSV coat protein
(TSV-CP) dapat menigkatkan kelulushidupan terhadap infeksi penyakit TSV.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.gsmfc.org/
http://ikanmania.wordpress.com/
http://en.wikipedia.org/wiki/Taura_syndrome#
http://www.daff.gov.au/animal-plant-health/pests-diseases-
http://www.tpwd.state.tx.us

Anda mungkin juga menyukai