Anda di halaman 1dari 4

SECERCAH ASA

Panas siang begitu menyengat. Fika mempercepat


langkahnya untuk sampai dirumah. Hari ini kegiatannya
disekolah memang sangat padat. Mulai dari rapat OSIS, latihan
drama, dan kegiatan lainnya. Sampai-sampai hal itu menyita
waktunya beberapa jam di luar waktu pembelajaran sekolah.
“ Huhhh, akhirnya sampai juga …” katanya sambil membuang
napas.
Fika segera melepas sepatunya dan berjalan masuk kedalam
rumah. namun, baru beberapa langkah ia meninggalkan teras
depan rumahnya, terdengar suara seseorang memanggil-
manggil namanya dari belakang.

“ Fika…. Fika ……” kata seseorang itu memanggil berulang-


ulang.
Fika yang mendengarnya langsung membalikkan badan. Dan
ketika melihat orang yang memanggilnya barusan, ia langsung
membalasnya dengan senyuman.

“ Oh Disa, ada apa Dis ?, mari duduk… “ katanya ramah


sambil mempersilahkan Disa duduk di kursi yang ada di teras
rumahnya.
Setelah berbincang-bincang cukup lama, Disa pun pamit
pulang. Ternyata Disa hanya membicarakan tentang
pementasan Seni Kebudayaan Melayu untuk minggu depan.
Sebagai orang yang paling bertanggung jawab dalam
pementasan Seni Kebudayaan Melayu tersebut, Disa lah yang
selalu mengkoordinir teman-temannya dengan baik.
Hari demi hari, Fika mengisinya dengan latihan untuk
persiapan pentas Seni Kebudayaan Melayu. Ditemani dengan
teman-teman yang selalu mendukungnya. Setelah latihan hari
itu usai, Fika pulang melewati jalan yang berbeda dari teman-
temannya yang lain. Entah kenapa hari ini ia melewati jalan
yang berbeda dari biasanya.
Fika berjalan dengan gontai. Hingga ia tak sadar bahwa di
depannya ada mobil yang melaju dengan kencangnya.
“ARGGHHK………” terdengar teriakan Fika hingga menyedot
perhatian semua orang yang berada di sekitar tempat kejadian.
Kejadian selanjutnya Fika tidak tahu lagi. Ia tak sadarkan
diri. Orang-orang yang ada di sekitar tempat kejadian langsung
membawanya ke rumah sakit terdekat. Pihak rumah sakit
langsung menghubungi keluarga Fika yang di ketahui dari kartu
identitasnya. Selang beberapa menit, mama Fika datang dengan
muka yang panik. Ia menunggui putrinya hingga sadarkan diri.
Disa yang diberi tahu mama Fika tentang kecelakaan yang di
alami Fika, langsung menjenguk Fika kerumah sakit dengan
beberapa orang teman lainnya. Mereka turut prihatin atas apa
yang menimpa Fika. Tapi sekaligus mereka semua juga gusar
karena pementasan Seni Kebudayaan Melayu tinggal dua hari
lagi.
Disa dan teman-teman yang lain hanya bisa berharap
semoga Fika lekas sembuh.
Keesokan harinya, Fika keluar dari rumah sakit. Keadaan nya
kian membaik. Walaupun kakinya harus menggunakan ‘kruk’.
Alat Bantu jalan. Karena tulang kakinya masih dalam proses
pemulihan.
Dirumah, Fika mencoba berlatih keras untuk persiapan
pementasan Seni Kebudayaan Melayu yang akan digelar besok
pagi jam sepuluh. Semangat nya tidak pernah sulut sedikitpun.
Ia akan memberikan penampilan yang maksimal. Ia juga tidak
mau mengecewakan teman-temannya yang selalu
mendukungnya.
Pagi ini, Fika dan teman-temannya yang lain bersiap-siap
mengenai semua hal yang berhubungan dengan pementasan.
Mereka latihan sekali lagi sebelum nanti tepat jam sepuluh akan
menyuguhkan penampilan yang spektakuler.
Tampak Fika yang berusaha sekuat tenaga akan
menunjukkan penampilan terbaiknya walaupun harus
menggunakan kruk. Latihan untuk terakhir kalinya pun selesai
tepat pukul delapan. Ini berarti pementasan akbar itu akan
dimulai dalam hitungan dua jam kedepan.
Seluruh orang yang terlibat dalam pementasan Seni
Kebudayaan pun sudah bersiap-siap. Mereka semua hanya
tinggal menunjukkan penampilan terbaiknya.
Tepat pukul sepuluh, pementasan Seni Kebudayaan dimulai.
Semua penonton yang hadir menyaksikannya di buat terpukau
oleh penampilan yang dikemas secara apik . Tiba giliran Fika
menunjukkan penampilannya. Ia membawakan Gurindam Dua
Belas karya Raja Ali Haji. Gurindam Dua Belas merupakan salah
satu seni budaya Melayu yang ditulis pada tahun 1847 Masehi.
Gurindam Dua Belas ini terdiri dari 12 pasal dan berisikan
nasihat serta petunjuk agar selamat dunia akhirat.
‘’ …………Barang siapa tiada memegang agama, sekali-kali
tiada boleh dibilangkan nama. Barang siapa mengenal yang
empat, maka ia itulah orang yang ma’rifat …………..”
Fika membawakannya dengan logat melayu yang kental.
Dengan suara yang merdu. Penampilannya barusan mampu
membius semua penonton yang memadati gedung pertunjukan.
Penampilannya sangat-sangat sempurna. Kecelakaan
yang dialaminya tidak menyulutkan semangatnya untuk
memberikan penampilan yang terbaik.
Setelah pementasan Seni Kebudayaan Melayu usai, semua
orang yang terlibat dalam pementasan mengucapkan syukur
atas suksesnya acara ini. Mereka semua juga bangga
mempunyai teman seperti Fika yang tetap berusaha semaksimal
mungkin walaupun dan bagaimana pun kondisinya.

RETA RIAYU P

Anda mungkin juga menyukai