2009irm Abstract
2009irm Abstract
IRMANSYAH
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
PENDAHULUAN
Latar belakang
Pada rantai pasar modern, penjualan yang dilakukan oleh petani sistem penjualan per
kg. Pada sistem ini petani menjual ke pedagang besar kemudian penjualan
dilanjutkan ke pasar modern seperti supermarket atau hypermarket dan pasar buah.
Pada sistem penjualan per kg sudah dilakukan pengkelasan, harga relatif tinggi dan
stabil.
Selain itu, tantangan lain yang dihadapi dalam pengembangan produk
hortikultura adalah sistem perdagangan bebas dimana produk-produk hortikultura
dari negara lain dapat masuk secara bebas ke Indonesia. Dalam hal ini tentunya
diperlukan kebijakan pemerintah untuk mampu memberikan perlindungan kepada
petani lokal tanpa melanggar kesepakatan AFTA. Tantangan ini hendaknya dapat
mendorong petani Indonesia untuk menghasilkan komoditi holtikultur yang mampu
bersaing dengan produk hortikultura dari negara lain atau paling tidak dapat
menguasai pasar dalam negeri.
Pada saat ini Indonesia belum mampu meningkatkan volume ekspor buah-
buahan tropis karena kendala kurang terpenuhinya persyaratan mutu yang diminta
negara tujuan ekspor. Salah satu penyebabnya adalah selama ini sistem sortasi atau
pemilahan buah yang dilakukan secara visual dan manual, dimana sortasi visual
tersebut kurang mampu memisahkan buah-buahan tersebut mengikuti klasifikasi yang
ditentukan. Padahal konsumen di negara maju berani membeli dengan harga tinggi
untuk buah-buahan tropis yang dianggap eksotik asalkan mempunyai mutu prima.
Secara umum, produksi belimbing manis saat ini masih digunakan untuk
memenuhi permintaan dalam negeri dan belum mampu menembus pasar ekspor yang
mensyaratkan standar yang seragam untuk tingkat kematangan, kesegaran, warna,
berat, serta terbebas dari kerusakan. Dikarenakan sampai saat ini sortasi belimbing
masih dilakukan secara visual maka perlu kiranya dikembangkan suatu sistem sortasi
yang mampu meningkatkan kualitas dan efektifitas proses pemilahan sehingga dapat
mengklasifikasikan komoditi yang sesuai dengan standar mutu yang diinginkan.
Pengembangan alat sortasi secara otomatis mengarah kepada penilaian mutu
buah secara non destruktif. Alat sortasi mampu mengklasifikasi buah tidak saja
berdasarkan sifat fisik luar tetapi juga dapat menentukan kualitas dalam buah seperti
4
kadar gula, kadar asam, total padatan terlarut dan rasa buah. Abbott et al. (1997)
menyatakan beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas
dalam buah antara lain metode near infra merah, sinar-x, sinar gamma dan nuclear
magnetic resonance (NMR).
Munawar (2002) melakukan pendugaan kualitas dalam buah yaitu kadar gula
dan kekerasan buah belimbing manis menggunakan teknologi near infra merah.
Pendugaan menggunakan data absorbansi (log 1/R) mampu menganalisa kadar gula
dan kekerasan buah belimbing lebih baik dibandingkan data reflektansi. Panjang
gelombang terpilih untuk pendugaan kadar gula sejumlah 56 panjang gelombang dan
pendugaan kekerasan menggunakan 58 panjang gelombang terpilih.
Pada saat ini pengembangan teknologi image processing (pengolahan citra)
menjadi sangat populer dan secara tidak langsung dapat digunakan untuk menentukan
kadar gula buah. Kondo et al. (2000) mengevaluasi kualitas dalam jeruk iyokan
menggunakan pengolahan citra. Kadar gula dan pH jeruk iyokan diprediksi dengan
metode jaringan syaraf tiruan menggunakan masukan parameter pengolahan citra
berupa rasio komponen warna (R/G).
Abdullah et al. (2005) telah berhasil mengembangkan sistem sortasi buah
belimbing berdasarkan bentuk dan warna buah menggunakan pengolahan citra dan
jaringan syaraf tiruan. Sistem yang dibuat mampu mengklasifikasikan belimbing
berdasarkan tingkat ketuaan dengan tingkat keberhasilan 90.5 % dan membedakan
belimbing berdasarkan bentuk (jumlah segi) dengan tingkat keberhasilan 100 %.
Abdullah et al. (2006) menggunakan transformasi Forrier untuk membedakan bentuk
buah fresh-cut berdasarkan jumlah segi. Klasifikasi berdasarkan tingkat kematangan
meliputi mentah, belum matang, matang dan lewat matang dilakukan dengan
menggunakan parameter warna Hue (H) sebagai input pada multi layer perceptron.
Meskipun demikian kriteria ketuaan dan kematangan dalam penelitian ini masih
rancu.
Hubungan antara parameter warna dengan rasa sangat komplek, oleh karena itu
diperlukan suatu teknik yang dapat menggambarkan hubungan tersebut secara baik
seperti yang dilakukan oleh otak manusia. Du dan Sun ( 2004) menyatakan bahwa
5
metode statistika, teknik Jaringan Syaraf Tiruan dan metode logika fuzzy merupakan
metode yang umum digunakan untuk evaluasi kualitas bahan pangan. Metode
tersebut dapat disimulasikan sebagai perilaku pengambilan keputusan seperti
manusia, konsisten dan variabelnya dapat diperluas.
Metode logika fuzzy telah digunakan sebagai metode klasifikasi penentuan
kualitas buah selain metode jaringan syaraf tiruan. Model logika fuzzy adalah sistem
pengambilan keputusan yang non parametrik yang dapat menduga hubungan non
linier antara input dan output. Dalam bidang pertanian metode logika fuzzy telah
digunakan untuk klasifikasi mutu apel, mutu melon dan tingkat ketuaan kacang
tanah.
Kavdir dan Guyer (2003) mengembangkan model logika fuzzy untuk
klasifikasi mutu apel. Model logika fuzzy yang disusun menggunakan masukan
berupa parameter warna, kerusakan eksternal, berat dan ukuran. Keluaran dari model
berupa tiga klasifikasi mutu dan selanjutnya hasil predikasi model dibandingkan
dengan pemutuan yang dilakukan expert. Hasil prediksi model dibandingkan dengan
pemutuan expert dengan tingkat akurasi 89 %.
Kajian pengembangan system pemutuan kualitas eksternal melon dengan
menggunakan fuzzy inference dilakukan oleh Nakano et al. (2004). Dalam kajian ini
digunakan 30 melon untuk masing-masing 3 tingkat mutu melon (excellent, superior
dan good). Input yang digunakan dalam model adalah besaran pengolahan citra
berupa rasio net, warna, bentuk dan vine index. Algoritma yang dibuat dapt
mengklasifikasi melon dengan tingkat akurasi untuk excellent 80 %, superior 73.3 %
dan good 83.3 %.
Shahin et al. (2000) mengembangkan model logika fuzzy untuk pendugaan
tingkat ketuaan kacang tanah. Model logika fuzzy yang dikembangkan menggunakan
masukan hari setelah panen dan parameter FID (Free Induction Decay) yang
diperoleh dari pengukuran menggunakan NMR (Nuclear Magnetic Resonance).
Model logika fuzzy yang dikembangkan mengklasifikasi kacang menjadi 3 tingkat
ketuaan dan hasil pendugaan lebih akurat dibandingkan pendugaan dengan metoda
Linear Discriminant Analysis (LDA).
6
Permasalahan
Tujuan penelitian
Manfaat penelitian
Belimbing
Belimbing merupakan tanaman buah yang berasal dari kawasan Malaysia dan
kemudian menyebar luas ke berbagai negara yang beriklim tropis lainnya di dunia
termasuk Indonesia. Belimbing memiliki bentuk yang unik dimana jika diiris secara
melintang maka bentuknya akan seperti bintang. Oleh karenanya, orang barat
menyebut belimbing sebagai star fruit. Sewaktu muda warna buahnya adalah hijau
muda dan berubah menjadi kuning sampai kemerahan setelah tua . Di Indonesia,
pada umumnya belimbing ditanam dalam bentuk kultur pekarangan (home yard
gardening), yaitu ditanam sebagai tanaman peneduh di halaman rumah (Anonim,
2000).
Jenis belimbing manis yang diunggulkan ciri-cirinya adalah bentuknya besar,
warnanya menarik, seratnya halus, berair banyak, dan rasanya manis segar. Buah
belimbing manis sangat lezat jika dikonsumsi tidak hanya dalam keadaan segar akan
tetapi juga dalam bentuk produk olahan seperti juice atau yang lainnya. Adapun
kandungan gizi dalam 100 gram buah belimbing manis tampak seperti pada Tabel 1.
Disamping sebagai sumber nutrisi tubuh manusia, buah belimbing juga dapat
digunakan untuk pencegahan bahkan terapi berbagai macam penyakit, antara lain
bermanfaat dalam menurunkan tekanan darah, anti kanker, memperlancar
pencernaan, menurunkan kolesterol, dan membersihkan usus
Seperti dapat dilihat pada Tabel 2, buah belimbing manis merupakan sumber
vitamin C yang baik, juga zat besi dan zat kapur. Belimbing dapat digunakan sebagai
anti oksidan yang berfungsi mencegah penyebaran sel kanker. Selain itu, bagi yang
tahan terhadap makanan yang bersifat asam serta tidak mengidap penyakit maag,
juice belimbing sayur (belimbing wuluh) dapat digunakan untuk menurunkan tekanan
darah tinggi bila diminum sehari 1 sendok makan. Di Indonesia khasiat ini sudah
banyak dikenal sebagai obat tradisional.
Pada dinding sel belimbing terdapat pektin yang merupakan bahan pembentuk
gel di dalam usus. Terbentuknya gel tersebut mempunyai pengaruh menurunkan
kolesterol. Dalam hal ini pektin mengikat kolesterol dan asam empedu dalam usus
serta mendorong pengeluarannya.
Kualitas buah belimbing ditentukan oleh waktu dan cara pemetikan pada saat
panen dimana umur panen belimbing sangatlah dipengaruhi oleh geografi lokasi
penanaman yang meliputi faktor lingkungan dan iklim. Di dataran rendah dimana tipe
iklimnya bersifat basah, umur petik buah belimbing adalah sekitar 35 – 60 hari
setelah pembungkusan buah atau sekitar 65 – 90 hari setelah buah mekar. Ciri buah
belimbing yang sudah saatnya dipanen adalah ukurannya besar (maksimal), telah
matang dan warna buahnya berubah dari hijau menjadi putih atau kuning atau merah
atau variasi warna lainnya tergantung dari varietas belimbing. Cara panen buah
belimbing dilakukan dengan cara memotong tangkainya. Pemetikan buah
berlangsung secara kontinyu dengan memilih buah yang telah matang. Waktu panen
yang paling baik adalah pagi hari, saat buah masih segar dan sebelum cuaca terlalu
panas (terik). Buah belimbing yang baru dipetik segera dimasukkan (ditampung)
dalam suatu wadah secara hati-hati agar tidak memar atau rusak.
Perubahan warna merupakan indikator untuk menentukan tingkat kematangan.
Indeks kematangan berdasarkan warna dan tujuan pemasaran yang digunakan oleh