Anda di halaman 1dari 28

TUGAS KELOMPOK

SISTEM INFORMASI DAN GEOGRAFI

OLEH :

IIN PERTIWI A HUSAINI (M 121 07 005)

WINGRITH TANDI ABENG (M 121 07 017)

AKBAR SUTAJAB (M 121 07 043)

RIDWAN BAENUDDIN (M 111 08 345)

MULIADI MAKMUR (M 111 08 335)

FAKULTAS KEHUTANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2010
Pendahuluan

Sistem Informasi Geografis merupakan sistem berbasis computer yang didesain untuk

mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, dan menampilkan informasi spasial (keruangan)1. Yakni

informasi yang mempunyai hubungan geometric dalam arti bahwa informasi tersebut dapat dihitung,

diukur, dan disajikan dalam sistem koordinat, dengan data berupa data digital yang terdiri dari data posisi

(data spasial) dan data semantiknya (data atribut). SIG dirancang untuk mengumpulkan, menyimpan dan

menganalisis suatu obyek dimana lokasi geografis merupakan karakteristik yang penting, dan

memerlukan analisis yang kritis. Penanganan dan analisis data berdasarkan lokasi geografis merupakan

kunci utama SIG. Oleh karena itu data yang digunakan dan dianalisa dalam suatu SIG berbentuk data peta

(spasial) yang terhubung langsung dengan data tabular yang mendefinisikan bentuk geometri data spasial.

Misalnya apabila kita membuat suatu theme atau layer tertentu, maka secara otomatis layer tersebut akan

memiliki data tabular yang berisi informasi tentang bentuk datanya (point, line atau polygon) yang berada

dalam layer tersebut .

SIG juga merupakan sebuah alat bantu manajemen berupa informasi berbantuan komputer yang

berkait erat dengan sistem pemetaan dan analisis terhadap segala sesuatu serta peristiwa-peristiwa yang

terjadi di muka bumi. Teknologi SIG mengintegrasikan operasi pengolahan data berbasis database yang

biasa digunakan saat ini, seperti pengambilan data berdasarkan kebutuhan dan analisis statistik dengan

menggunakan visualisasi yang khas serta berbagai keuntungan yang mampu ditawarkan melalui analisis

geografis melalui gambargambar petanya. Kemampuan tersebut membuat SIG berbeda dengan system

informasi pada umumnya. Dengan SIG kita mampu melakukan lebih banyak dibanding hanya dengan

menampilkan data semata-mata. SIG menggabungkan semua kemampuan, baik yang hanya berupa

sekedar tampil saja, sistem informasi yang tersaji secara thematis, dan sistem pemetaan yang berdasarkan

susunan dan jaringan lalu-lintas jalan, bersamaan dengan kemampuan untuk menganalisa lokasi geografis

dan informasi-informasi tertentu yang terkait terhadap lokasi yang bersangkutan. Dan jangan lupa, SIG

adalah sebuah aplikasi dinamis yang akan terus berkembang. Peta yang dibuat pada aplikasi ini tidak
hanya akan berhenti dan terbatas untuk keperluan saat dibuatnya saja. Peremajaan terhadap informasi

yang terkait pada peta tersebut dapat dilakukan dengan mudah, dan secara otomatis peta tersebut akan

segera menunjukkan akan adanya perubahan informasi tadi. Semuanya itu dapat dikerjakan dalam waktu

singkat, tanpa perlu belajar secara khusus. SIG sangat memungkinkan untuk membuat tampilan peta,

menggunakannya untuk keperluan presentasi dengan menunjuk dan meng-kliknya, serta untuk

menggambarkan dan menganalisis informasi dengan cara pandang baru, mengungkap semua keterkaitan

yang selama ini tersembunyi, pola, beserta kecenderungannya.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG)

1.1 Pengertian

Sistem Informasi Geografis (SIG) / Geographic Information System (GIS) adalah suatu sistem

informasi berbasis komputer, yang digunakan untuk memproses data spasial yang ber-georeferensi
(berupa detail, fakta, kondisi, dsb) yang disimpan dalam suatu basis data dan berhubungan dengan

persoalan serta keadaan dunia nyata (real world). Manfaat SIG secara umum memberikan informasi yang

mendekati kondisi dunia nyata, memprediksi suatu hasil dan perencanaan strategis.

Secara umum SIG bekerja berdasarkan integrasi 5 Komponen, yaitu: Hardware, software, data,

manusia dan metode.

􀂙 Hardware

SIG membutuhkan hardware atau perangkat komputer yang memiliki spesifikasi lebih tinggi

dibandingkan dengan sistem informasi lainnya untuk menjalankan software-software SIG, seperti

kapasitas Memory RAM), Hard-disk, Prosesor serta VGA Card. Hal tersebut disebabkan karena data-data

yang digunakan dalam SIG baik data vektor maupun data raster penyimpanannya membutuhkan ruang

yang besar dan dalam proses analisanya membutuhkan memory yang besar dan prosesor yang cepat.

Perangkat keras: berupa komputer beserta instrumennya (perangkat pendukungnya)

Data yang terdapat dalam SIG diolah melalui perangkat keras. Perangkat keras dalam SIG terbagi

menjadi tiga kelompok yaitu:

a. Alat masukan (input) sebagai alat untuk memasukkan data ke dalam jaringankomputer. Contoh:

Scanner, digitizer, CD-ROM.

b. Alat pemrosesan, merupakan sistem dalam komputer yang berfungsi mengolah,menganalisis dan

menyimpan data yang masuk sesuai kebutuhan, contoh: CPU,tape drive, disk drive.

c. Alat keluaran (ouput) yang berfungsi menayangkan informasi geografi sebagai datadalam proses

SIG, contoh: VDU, plotter, printer.

Bila Anda ingin gambaran yang lebih jelas, perhatikan skema berikut:
􀂙 Software

Sebuah software SIG haruslah menyediakan fungsi dan tool yang mampu melakukan penyimpanan

data, analisis dan menampilkan informasi geografis. Dengan demikian elemen yang harus terdapat dalam

komponen software SIG adalah:

• Tools untuk melakukan input dan transformasi data geografis

• Sistem manajemen basis data

• Tool yang mendukung query geografis, analisis dan visualisasi

• Graphical User Interface (GUI) untuk memudahkan akses pada tool geografi

􀂙 Data

Hal yang merupakan komponen penting dalam SIG adalah data. Secara fundamental SIG bekerja dengan

dua tipe model data geografis yaitu model data vektor dan model data raster.

􀂙 Model Data Vektor

Informasi posisi point, garis dan polygon

disimpan dalam bentuk x,y koordinat. Suatu

lokasi point dideskripsikan melalui sepasang


koordinat x,y. Bentuk garis , seperti jalan dan sungai dideskripsikan sebagai kumpulan dari koordinat-

koordinat point. Bentuk poligon, seperti zona project disimpan sebagai pengulangan koordinat yang

tertutup.

􀂙 Model Data Raster

Model data ini erdiri dari sekumpulan grid/sel seperti peta hasil

scanning maupun gambar/image. Masing-masing grid/sel atau pixel

memiliki nilai tertentu yang bergantung pada bagaimana image

tersebut digambarkan. Sebagai contoh, pada sebuah image hasil

penginderaan jarak jauh dari sebuah satelit, masing – masing pixel

direpresentasikan sebagai panjang gelombang cahaya yang

dipantulkan dari posisi permukaan bumi dan diterima oleh satellit

dalam satuan luas tertentu yang disebut pixel.

Data raster, Citra Ikonos Bandung, Skala 1:5000 (viewsheet)

Pada image hasil scanning, masing – masing pixel merepresentasikan keterangan nilai yang berasosiasi

dengan point-point tertentu pada image hasil scanning

tersebut. Dalam SIG, setiap data Geografis memiliki data tabular yang berisi informasi spasial .

Data tabular tersebut dapat direlasikan oleh SIG dengan sumber data lain seperti basis data yang

berada diluar tools SIG.

􀂙 Manusia

Teknologi SIG tidaklah menjadi bermanfaat tanpa manusia yang mengelola sistem dan membangun

perencanaan yang dapat diaplikasikan sesuai kondisi dunia nyata. Sama seperti pada Sistem Informasi

lain pemakai SIG pun memiliki tingkatan tertentu , dari tingkat spesialis teknis yang mendesain dan

memelihara sistem sampai pada pengguna yang menggunakan SIG untuk menolong pekerjaan

mereka sehari-hari
􀂙 Metode

SIG yang baik memiliki keserasian antara rencana desain yang baik dan aturan dunia nyata, dimana

metode, model dan implementasi akan berbeda-beda untuk setiap permasalahan.

1.3 Proses Sistem Informasi Geografis

Sebelum data geografi digunakan dalam SIG, data tersebut harus dikonversi kedalam format digital.

Proses tersebut dinamakan digitasi. Proses digitasi memerlukan sebuah hardware

tambahan yaitu sebuah digitizer kengkap dengan mejanya. Untuk

mendigitasi peta harus dilekatkan pada peta digitasi titik dan

garis ditelusuri dengan kursor digitasi atau

keypad. Digitasi ini memerlukan software

tertentu seperti ARC/INFO Autocad, MapInfo

atau software lain yang dapat mensupport proses

digitasi tersebut. Untuk SIG dengan teknologi yang

lebih modern, proses konversi data dapat dilakukan

dengan menggunakan teknologi scanning.

Tipe data yang digunakan dalam SIG mungkin perlu ditransformasi atau dimanipulasi dengan beberapa

cara agar sesuai dengan sistem. Misalnya terdapat perbedaan dalam skala, sehingga sebelum dimasukkan

dan diintegrasikan harus ditransformasikan dahulu kedalam skala yang sama. Transformasi ini bisa

bersifat sementara untuk ditampilkan saja atau secara permanen untuk proses analisis. Transformasi juga

berlaku untuk system koordinat yang digunakan.

Tahapan selanjutnya adalah editing merupakan tahap koreksi atas hasil digitasi. Koreksi tersebut dapat

berupa penambahan atau pengurangan arc atau feature yaitu dengan mengedit arc yang berlebih

(overshoot) atau menambahkan arc yang kurang (undershoot). Editing juga dilakukan untuk

menambahkan arc secara manual seperti membuat polygon, line maupun point.
Setelah data keruangan dimasukkan maka proses selanjutnya beralih ke pengelolaan data – data

deskrptif , dalam hal ini meliputi annotasi (pemberian tulisan pada coverage) , labelling (pemberian

informasi pada peta bersangkutan) , dan attributing yaitu tahap dimana setiap Label ID hasil proses

labelling diberi tambahan atribut yang dapat memberikan sejumlah informasi tentang poligon atau arc

yang diwakilinya. Dalam proyek SIG yang kecil informasi geografi cukup disimpan sebagai file-file – file

komputer. Akan tetapi, jika volume data dan jumlah pemakai data besar, langkah terbaik yang harus

digunakan adalah dengan DBMS.

Query pada SIG pada dasarnya juga merupakan proses analisis tetapi dilakukan secara proses tabular.

Secara fundamental Analisis pada SIG menggunakan analisis spasial. SIG memiliki banyak kelebihan

dalam analisis spasial , tetapi dua hal yang paling penting yaitu :

• Analisis Proximity, Analisis proximity merupakan analisis geografis yang berbasis pada jarak antar

layer. Dalam analisis proximity SIG menggunakan proses yang disebut buffering (membangun

lapisan pendukung disekitar layer dalam jarak tertentu) untuk menetukan dekatnya hubungan antar

sifat bagian yang ada.

• Analisis overlay, Proses integrasi data dari lapisan layer-layer yang berbeda disebut overlay. Secara

sederhana, hal ini dapat disebut operasi visual, tetapi operasi ini secaraanalisa membutuhkan lebih

dari satu layer untuk dijoin secara fisik. Sebagai contoh overlay atau spasial join yaitu integrasi

antara data tanah, lereng dan vegetasi, atau kepemilikan lahan dengan nilai taksiran pajak bumi.

Untuk beberapa tipe operasi geografi, hasil akhir terbaik diwujudkan dalam peta atau grafik. Peta

sangatlah efektif m untuk menyimpan dan memberikan informasi geografis.

1.4 Permodelan Dunia Nyata (real world)

SIG merupakan bentuk pengejawantahan serta menyajikan persepsi tentang dunia nyata, sehingga

permodelan dunia nyata merupakan langkah awal untuk membangun SIG. Untuk menghasilkan persepsi

diperlukan proses-proses yang jarang sekali bersifat langsung dan mudah dipahami seketika (realitas)

yang bersifat tidak teratur (irregular), kompleks, dan secara kontinyu mengalami perubahan.
Berdasarkan hal tersebut, wajar apabila dalam memahami persepsi tentang permodelan suatu obyek pada

dunia nyata tergantung pada si pengamat secara subyektif.

Dunia nyata dapat dideskripsikan didalam pengertian model-model yang membatasi konsep-

konsep dan prosedur-prosedur yang diperlukan untuk mentransalasikan pengamatan-pengamatan. Proses

translasi model tersebut akan melibatkan unsur informasi terkecil yaitu entity. Satu entity terdiri dari

klasifikasi tipe, atribut dan relasi. Tipe entity mengansumsikan fenomena dunia nyata dapat

diklasifikasikan. Proses klasifikasi akan dilanjutkan dengan pendefinisian.

Setelah mendefinisi, kita perlu memberi

atribut untuk mendeskripsikan data dan

informasi. Deskripsi data akan

menentukan kuantitas dan kualitas data

sehingga memiliki tingkat akurasi data,

yaitu rasio (proporsional) (perhitungan

matematis dan obyektif, missal panjang

garis dari suatu titik koordinat), interval data

(pengelompokan data) dan ordinal (bilangan

berurutan) (representasi tingkat kualitas

dalam baik, sedang, buruk). Relasi entity dinyatakan dalam hubungan logika-logika. Jadi suatu model

obyek pada dunia nyata akan dinytakan sebagai tipe entity yang memiliki atribut data sebagai properties

dan berhubungan dengan suatu aturan logika tertentu dalam relationship.

1.4.1 Model Relationship

• Banyaknya hubungan yang terjadi didefinisikan sebagai tingkat relasi

• Tingkat relasi menyatakan batas maksimum entity yang terdapat dalam suatu set data yang berbeda

dan tingkat relasi merupakan permodelan relasi antar entity


• Beberapa jenis model relationship yaitu satu ke satu, satu ke banyak, banyak ke satu dan

banyak ke banyak

1.4.2 Model Data dan Atribut Obyek

• Model data: Kumpulan perangkat konseptual yang digunakan untuk mendeskripsikan dan

menggambarkan data, hubungan antar data, semantik/makna data, dan batasan data

• Satu obyek memiliki properties: tipe, atribut, relasi, geometri dan kualitas

• Satu model ata diidentifikasikan dalam internal ID

• Internal ID adalah pengkodean obyek yang sifatnya unik dan spesifik

• Contoh model data:

• Obyek fisik: jalan, pemukiman, saluran air, sungai dll

• Obyek terklasifikasi: vegetasi, zone iklim, kelompok usia dll

• Peristiwa/event: kecelakaan, kebocoran, tumpahan minyak, kekeringan dan longsor, dll

• Obyek buatan: kontur ketinggian, densitas populasi dll

• Atribut obyek merupakan representasi dari atribut data

• Atribut obyek dirancang dalam bentuk tabular (tabel) yang terdiri dari kolom (field) dan baris

(record)

• Satu obyek data yang diwakili oleh model data merupakan satu record yang unik dengan kode

pengenal ID dan terdiri dari beragam informasi yang terkumpul dalam kolom data
1.5 Representasi Data Grafis

􀂙 Dalam SIG representasi model dunia nyata dilakukan dalam tiga notasi yaitu data titik (point),

garis (line atau polyline) dan poligon (region/area).

􀂙 Data titik mewakili obyek benda tertentu dengan representasi koordinat posisi bumi tunggal

􀂙 Data garis terdiri dari beberapa data titik yang terhubung membentuk garis yang berarti

representasi data koordinat diskrit

􀂙 Data polygon terdiri dari beberapa line atau polyline yang berbentuk kurva tertutup

􀂙 Kelemahan representasi data grafis:

o Model diskrit sedikit banyak tidak mirip dengan data aslinya

o Untuk model data yang jelas batas-batasnya model data graphis cocok digunakan, tetapi

untuk data-data yang tidak jelas batas-batasnya data diskrit tingkat ketelitiannya

rendah, Untuk data kontinyu sebaliknya

􀂙 Kualitas Obyek:

o Ketelitian spasial (grafis dan geometrik), misal 1.0 meter


o Update data (time)

o Resolusi data dan Konsistensi logika

o Jenis representasi (diskrit atau kontinyu) dan Relevansi

􀂙 Basisdata dalam SIG meliputi:

o Akuisisi dan kontrol data

o Struktur data dan Penyimpanan data

o Perubahan dan updating

o Manajamen data dan Pemrosesan data

o Pemanggilan dan presentasi data

o Analisis data

2. Proyeksi dan Sistem Koordinat

Untuk menggambarkan obyek atau features permukaan bumi di atas layar komputer, kita

memerlukan suatu sistem penggambaran yang merepresentasikan keadaan bumi sebenarnya yang kita

sebut sebagai proyeksi. Proyeksi kita gambarkan dalam sistem koordinat cartesian, yang umumnya kita

kenal dalam unit X dan Y. Berikut akan kita bahas 2 sistem proyeksi yang sering digunakan dalam SIG

yaitu proyeksi Longitude Latitude (Longlat) dan Universal Tansverse Mercator (UTM).

2.1 Proyeksi Longitude Latitude (Geographic Coordinat Systems)

Proyeksi ini umum digunakan untuk menggambarkan keadaan global. Satuan units yang digunakan

adalah degree (derajat atau 0). Satuan derajat ini dilambangkan dengan satuan decimal degree, DMS

(degree minute second) dan DM (Degree minute decimals). Sebagai contoh:

􀂃 15,150 berarti 15,15 derajat (degree)

􀂃 150 301 2511 berarti 15 derajat (degree) 30 menit dan 25 detik. Pelambangan ini

digunakan dalam unit DMS

􀂃 150 30,51 berarti 15 derajat (degree) 30,5 menit


􀂃 15,350

Proyeksi longlat didasari dari bentuk bumi spheroid, yang dibagi atas garis tegak yang mengiris

bumi dari belahan bumi utara hingga ke kutub selatan yang dinamakan garis meridian dan garis-garis

melintang yang membagi bumi dari timur hingga ke barat yang dinamakan garis paralel. Garis 0 0

meridian melewati kota Grenwich, Inggris, implikasinya adalah adanya pembagian waktu yang berbeda

pada daerah-daerah di bumi bagian timur dan barat. Perubahan nilai garis merdian terjadi secara vertikal

sepanjang garis horizontal yang kita sebut sebagai longitude atau titik X. Sedangkan garis paralell

berubah secara horizontal sepanjang garis vertikal dan kita sebut sebagai Latitude atau titik Y. Akibat

dari adanya garis paralel adalah adanya perbedaan musim di daerah bagian selatan dan utara bumi.

Umumnya Indonesia menyebut Bujur Timur untuk menamakan eastern dan bujur barat untuk western,

sedangkan belahan bumi utara atau Northern disebut sebagai lintang utara dan sebaliknya belahan bumi

selatan atau Southern disebut sebagai lintang selatan.

Proyeksi ini akan dibaca sebagai proyeksi bumi spheroid oleh koordinat cartesian, yang memiliki

4 zone utama yaitu zone timur utara (North East) dengan koordinat (x,y) berupa nilai (+,+), zone timur

selatan (South East) sebagai (+,-), zone barat selatan (South Western) dengan (-.-) dan zone barat utara

(North Western) (-,+).

Berikut adalah contoh penerapan proyeksi longlat untuk negara-negara di seluruh dunia.
Proyeksi tersebut walaupun berlaku global tetapi karena bentuk bumi yang cenderung elips

menyebabkan adanya perbedaan jarak antar garis meridian dan paralel di setiap belahan bumi. Sebagai

contoh satu derajat jarak antar garis merdian di daerah khatulistiwa sama dengan kira-kira 110km

sedangkan pada jarak satu derajat yang sama di belahan bumi utara, misal di Jepang yang terletak di

tengah belahan bumi utara kira-kira sebanding dengan 90km, dan semakin ke utara dan selatan jaraknya

semakin mengecil, untuk itu diperlukan suatu sistem lokal yang akan memperkecil nilai kesalahan yang

mana setiap daerah memiliki sistem yang berbeda, misal antara Amerika Utara dan selatan memiliki

system berbeda, begitu pula dengan negara-negara di benua Asia, Eropa dan lain-lain. Indonesia

menggunakan sistem yang disebut World Geodetic System tahun 1984 (WGS 1984). Dengan demikian,

untuk menyatakan batas-batas koordinat Indonesia adalah sebagai berikut: Proyeksi Longitude Latitude

dalam system WGS 1984 dengan batas-batas koordinat sebagai berikut: 60 Northern (LU) - (-11)0

Southern (LS) dan 950 Eastern (BT) – 1410 Eastern (BT).

2.1 Proyeksi Universal Transverse Mercator (projected coordinat systems)

Untuk menyatakan proyeksi yang lebih detail dan bersifat lokal kita gunakan, salah satunya yaitu

proyeksi Universal Transverse Mercator. Satuan units yang digunakan adalah meter, proyeksi ini
didasarkan pada asumsi bahwa jarak datar di permukaan bumi akan homogen setiap lebar 6 0 antar garis

meridian dan 80 antar garis paralell. Dengan demikian apabila perhitungan dimulai dari titik -180 0W

hingga 180oE terdapat 60 zone, tiap zone dinamakan zone 1, zone 2, dan seterusnya hingga zone 60.

Kemudian untuk mengitung zone paralel, dimulai dari titik paling selatan yang dianggap masih

memungkinkan adalah 800S hingga 840N, tiap lebar 80 disebut sebagai satu zone dengan perlambangan

huruf, jadi dihitung dari paling selatan 80 0S adalah Zone A, zone B, dan seterusnya hingga zone X,

kecuali penamaan untuk huruf i dan O yang tidak digunakan. Sehingga semuanya ada 22 zone.

Umumnya software GIS akan menamakan secara sederhana, yaitu semua daerah di utara disebut

zone Northern Hemisphere, dan Southern Hemisphere untuk daerah selatan khatulistiwa. Walaupun

demikian, seperti yang telah di bahas sebelumnya, maka untuk tiap daerah tertentu memiliki system lokal

lagi seperti halnya proyeksi longitude latitude. Jadi untuk Indonesia, kita akan menggunakan UTM WGS

1984. Misal, untuk menyatakan sistem proyeksi untuk daerah Bandung yang terletak di (107 0, -60)

digunakan sistem proyeksi UTM WGS 1984 Zone 48S.

Perhitungan data yang digunakan adalah dalam satuan meter. Primary koordinat UTM dimulai

dari dua tempat, yaitu dari titik tengah equator dan dari titik pertama di selatan equator (80 0) . sehingga

nilai koordinat UTM umumnya hingga ratusan ribu dalam axis dan jutaan dalam ordinat.

Zone pada tiap daerah berbeda sehingga satu unit zone sistem yang berlaku di daerah tidak bisa

digunakan pada daerah lain. Untuk indonesia, zone UTM yang berlaku adalah seperti pada gambar

berikut. Untuk menyatakan satuan meter atau feet pada peta yang berlaku global kita dapat menggunakan

proyeksi lain seperti mercator, robinson, dan lain sebagainya tergantung karakteristik posisi merdian dan

paralall tiap daerah/negara.


Kemampuan SIG

Kemampuan SIG antara lain:

A. Memetakan Letak

Data realita di permukaan bumi akan dipetakan ke dalam beberapa layer dengan setiap layernya

merupakan representasi kumpulan benda (feature) yang mempunyai kesamaan, contohnya layer jalan,

layer bangunan, dan layer customer (gambar 1). Layer-layer ini kemudian disatukan dengan disesuaikan

urutannya.

Setiap data pada setiap layer dapat dicari, seperti halnya melakukan query terhadap database, untuk

kemudian dilihat letaknya dalam keseluruhan peta. Kemampuan ini memungkinkan seseorang untuk

mencari dimana letak suatu daerah, benda, atau lainnya di permukaan bumi. Fungsi ini dapat digunakan

seperti untuk mencari lokasi rumah, mencari rute jalan, mencari tempat-tempat penting dan lainnya yang

ada di peta.

Orang dapat pula melihat pola-pola yang mungkin akan muncul dengan melihat penyebaran letak-letak

feature, misalnya sekolah, pelanggan, daerah miskin dan sebagainya.

B. Memetakan Kuantitas

Orang sering memetakan kuantitas, yaitu sesuatu yang berhubungan dengan jumlah, seperti dimana

yang paling banyak atau dimana yang paling sedikit. Dengan melihat penyebaran kuantitas tersebut dapat

mencari tempat-tempat yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan digunakan untuk pengambilan
keputusan, ataupun juga untuk mencari hubungan dari masing-masing tempat tersebut. Pemetaan ini akan

lebih memudahkan pengamatan terhadap data statistik dibanding database biasa.

Sebagai contoh, sebuah perusahaan pakaian anak yang akan menyebarkan brosurnya akan terbantu

dengan mengetahui daerah-daerah mana yang punya banyak keluarga dengan anak kecil dan mempunyai

pendapatan yang tinggi. Contoh SIG pada gambar 2 memetakan jumlah penderita cancer di teluk Cod

direlasikan dengan penggunaan lahan. Pemetaan ini digunakan untuk menganalisa apakah penggunaan

pestisida dan bahan kimia lainnya berpengaruh terhadap kasus-kasus kanker yang terjadi.

C. Memetakan Kerapatan ( Densities )

Sewaktu orang melihat konsentasi dari penyebaran lokasi dari feature-feature, di wilayah yang

mengandung banyak feature mungkin akan mendapat kesulitan untuk melihat wilayah mana yang

mempunyai konsentrasi lebih tinggi dari wilayah lainnya. Peta kerapatan dapat mengubah bentuk

konsentrasi kedalam unit-unit yang lebih mudah untuk dipahami dan seragam, misal membagi dalam

kotak-kotak selebar 10 km2, dengan menggunakan perbedaan warna untuk menandai tiap-tiap kelas

kerapatan.

Pemetaan kerapatan sangat berguna untuk data-data yang berjumlah besar seperti sensus atau data

statistik daerah. Dalam data sensus seperti gambar 3 misalnya, sebuah unit sensus yang mempunyai

jumlah keluarga diatas 40 diberi warna hijau, 30-40 hijau muda dan seterusnya. Dengan cara ini orang

akan lebih mudah melihat daerah mana yang kepadatan penduduknya tinggi dan mana yang kepadatan

penduduknya rendah.

D. Memetakan Perubahan

Dengan memasukkan variabel waktu, SIG dapat dibuat untuk peta historikal. Histori ini dapat

digunakan untuk memprediksi keadaan yang akan datang dan dapat pula digunakan untuk evaluasi

kebijaksanaan. Pemetaan jalur yang dilalui badai, dapat digunakan untuk memprediksi kemana nantinya
arah badai tersebut (gambar 4). Seorang manajer pemasaran dapat melihat perbandingan peta penjualan

sebelum dan sesudah dilakukannya promosi untuk melihat efektivitas dari promosinya.

E. Memetakan Apa yang Ada di Dalam dan di Luar Suatu Area

SIG digunakan juga untuk memonitor apa yang terjadi dan keputusan apa yang akan diambil dengan

memetakan apa yang ada pada suatu area dan apa yang ada diluar area. Sebagai contohnya, pada gambar

4 adalah peta sekolah, jalan, sirene dan lainnya dalam jarak radius 10 mil dari pembangkit listrik tenaga

nuklir Palo Verde. Peta ini digunakan untuk dasar rencana apabila terjadi keadaan darurat. Adakalanya

perlu untuk menentukan daerah yang diluar kriteria, misalnya untuk menentukan lokasi pabrik dilakukan

di daerah dalam radius lebih dari 1 km.


Aplikasi Sistem Informasi Geografis

Pada sebuah aplikasi SIG, terdapat beberapa fasilitas yang merupakan standar untuk melengkapi peta

yang tampil di layar monitor. antara lain :

- Legenda

Legenda (legend) adalah keterangan tentang obyek-obyek yang ada di peta, seperti warna hijau

adalah hutan, garis merah adalah jalan, simbol buku adalah universitas, dan sebagianya.

- Skala

Skala adalah keterangan perbandingan ukuran di layar dengan ukuran sebenarnya.

- zoom in / out

Peta di layar dapat diperbesar dengan zoom in dan diperkecil dengan zoom out.

- Pan

Dengan fasilitas pan peta dapat digeser-geser untuk melihat daerah yang dikehendaki.

- Searching
Fasilitas ini digunakan untuk mencari dimana letak suatu feature. Bisa dilakukan dengan meng-

inputkan nama atau keterangan dari feature tersebut.

- Pengukuran

Fasilitas ini dapat mengukur jarak antar titik, jarak rute, atau luas suatu wilayah secara interaktif

- Informasi

Setiap feature dilengkapi dengan informasi yang dapat dilihat jika feature tersebut diKlik. Misal

pada suatu SIG jaringan jalan, jika diklik pada suatu ruas jalan akan memunculkan data nama

jalan tersebut, tipe jalan, desa-desa yang menjadi ujung jalan, dan jalan-jalan lain yang

berhubungan dengan jalan itu.

- Link

Selain informasi dari database, SIG memungkinkan pula meghubungkan data feature pada peta dengan

data dalam bentuk lain seperti gambar, video, ataupun web. Pada gambar 5 adalah contoh link dari peta

tentang probolingo yang jika di klik di bagian gunung Bromo akan memunculkan video, gambar-gambar,

dan web tentang gunung Bromo.

Aplikasi SIG dapat memvisualkan secara 2 dimensi ataupun 3 dimensi (gambar 7). Dapat berjalan di

desktop ataupun di web (gambar 8).


Manajemen Tata Guna Lahan

Pemanfaatan dan pembangunan lahan yang dimiliki oleh pemerintah daerah perlu dilakukan dengan

penuh pertimbangan dari berbagai segi. Wilayah pembangunan di kota biasanya dibagi menjadi daerah

pemukiman, industri, perdagangan, perkantoran, fasilitas umum dan jalur hijau. SIG dapat membantu

pembuatan perencanaan masing-masing wilayah tersebut dan hasilnya dapat digunakan sebagai acuan

untuk pembagunan utilitas-utilitas yang diperlukan.

Lokasi dari utilitas-utilitas yang akan dibangun didaerah perkotaan (urban) perlu dipertimbangkan agar

efektif dan tidak melanggar kriteria-kriteria tertentu yang bisa menyebabkan ketidakselarasan. Contohnya

pembangunan tempat sampah. Kriteria-kriteria yang bisa dijadikan parameter antara lain: diluar area

pemukiman, berada dalam radius 10 meter dari genangan air, berjarak 5 meter dari jalan raya, dan

sebagainya (gambar 9). Dengan kemampuan SIG yang bisa memetakan apa yang ada diluar dan didalam

suatu area, kriteria-kriteria ini nanti akan digabungkan sehingga memunculkan irisan daerah yang tidak

sesuai, agak sesuai, dan sangat sesuai dengan seluruh kriteria.

Untuk pembangunan pos polisi peta penyebaran penduduk, histori kecelakaan dan pelanggaran lalu-

lintas, histori kejahatan dan perampokan, peta penyebaran pertokoan dan bank, bisa dijadikan dasar
penentuan lokasi. Contoh lain misalnya lokasi pompa air untuk menyedot air sewaktu banjir, lokasi

pembangunan pabrik, pasar, fasilitas-fasilitas umum, lokasi jaringan-jaringan listrik, telpon, air dan

saluran pembuangan.

Setelah lokasi yang sesuai didapatkan, desain pembangunan utilitas tersebut dapat digabungkan dengan

SIG untuk mendapatkan perspektif yang lebih riil (gambar 10) .

Didaerah pedesaan (rural) manajemen tataguna lahan lebih banyak mengarah ke sektor pertanian. Dengan

terpetakannya curah hujan, iklim, kondisi tanah, ketinggian, dan keadaan alam, akan membantu

penentuan lokasi tanaman , pupuk yang dipakai, dan bagaimana proses pengolahan lahannya.

Pembangunan saluran irigasi agar dapat merata dan minimal biayanya dapat dibantu dengan peta sawah

ladang, peta pemukiman penduduk, ketinggian masing-masing tempat dan peta kondisi tanah. Penentuan

lokasi gudang dan pemasaran hasil pertanian juga dapat terbantu dengan memanfaatkan peta produksi

pangan, penyebaran konsumen, dan peta jaringan transportasi.

Sebelum aplikasi SIG digunakan untuk pembantu pengambilan keputusan, tugas dari daerah terlebih

dahulu memasukkan informasi sebanyak-banyaknya tentang kondisi dan potensi daerahnya. Data-data

yang perlu disiapkan antara lain data peta, data statistik daerah, dan. Data peta dapat menggunakan data

yang sudah ada yang disediakan oleh Bakosurtanal atau instansi lain. Jika data belum ada atau ingin
membuat data yang lebih baru, daerah bisa membuat peta baru berdasar foto satelit (gambar 11) atau foto

udara (gambar 12). Sedangkan data statistik diambil dari sensus, data daerah dalam angka, dan hasil

pendataan lainnya.

Manfaat Sistem Informasi Geografi (SIG)

Manfaat SIG dewasa ini khususnya dalam menyongsong pembangunan di masa mendatang

semakin penting. Informasi yang dihasilkan SIG merupakan informasi keruangan dan kewilayahan, maka

informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk inventarisasi data keruangan yang berkaitan dengan sumber
daya alam. Juga pembuatan rencana dan kebijakan dalam pembangunan. Berikut ini akan dibahas

mengenai manfaat SIG secara lebih terperinci.

1. Manfaat SIG dalam inventarisasi sumber daya alam

Pembangunan fisik dan sosial di Indonesia terus ditingkatkan sesuai dengan meningkatnya

jumlah penduduk dan berkembangnya kehidupan yang serba kompleks. Perkembangan tersebut

mendorong perlunya informasi yang rinci tentang data sumber daya alam, yang mungkin dapat

dikembangkan. Data aneka sumber daya alam hasil penelitian dijadikan modal sebagai bahan baku untuk

perencanaan pembangunan. Secara sederhana manfaat SIG dalam data kekayaan sumber daya alam

adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui persebaran berbagai sumber daya alam, misalnya minyak bumi, batubara, emas, besi

dan barang tambang lainnya.

b. Untuk mengetahui persebaran kawasan lahan, misalnya:

- kawasan lahan potensial dan lahan kritis.

- kawasan hutan yang masih baik dan hutan rusak.

- kawasan lahan pertanian dan perkebunan.

- pemanfaatan perubahan penggunaan lahan.

c. Untuk pengawasan daerah bencana alam, misalnya:

- memantau luas wilayah bencana alam.

- pencegahan terjadinya bencana alam di masa datang.

- menyusun rencana-rencana pembangunan kembali daerah bencana.

2. Manfaat SIG dalam Perencanaan Pola Pembangunan

SIG tidak hanya penting bagi pakar geografi, tetapi juga bagi pakar perencana pembangunan dan

perencana penataan ruang. Perencana atau penata ruang dengan berpola SIG tidak hanya melihat dari

sudut lingkungan fisik saja, tetapi juga lingkungan sosial, ekonomi dan kependudukan. Dalam penataan
ruang, SIG bermanfaat sebagai acuan perencanaan pembangunan, agar pembangunan dapat terencana

lebih awal dan tidak tumbuh semrawut (tidak teratur) serta tetap memperhatikan kelestarian lingkungan.

a. Pembangunan waduk PLTA Saguling

Dilihat dari lingkungan fisiknya, lokasi proyek PLTA Saguling sangat potensial dibangun waduk

(bendungan) raksasa. Dengan SIG, pembangunan waduk tidak hanya memperhatikan faktor kecocokan

fisik saja, tetapi juga faktor-faktor sosial ekonomi penduduk di sekitar proyek tersebut. Dengan

dibangunnya waduk raksasa, pola kehidupan masyarakat yang sebelumnya serba darat akan berubah

menjadi pola kehidupan darat dan air.

Melalui perencanaan yang matang, masyarakat harus dibina:

- cara dan teknik keselamatan transportasi melayari waduk.

- cara dan teknik pemanfaatan waduk sebagai sumber penghidupan (perikanan terapung).

- cara dan teknik membuat alat-alat penunjang sumber kehidupan dan teknik pemanfaatannya, contohnya

keramba, makanan ikan dan jarak keramba dengan keramba lainnya.

Peta lokasi dan situasi proyek Saguling hasil keluaran SIG menjadi sarana kunci dalam

perencanaan pembangunan PLTA tersebut. Dengan informasi SIG pembangunan waduk Saguling juga

tetap memperhatikan kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya.

b. Pemekaran Kota Bandung

Perluasan kota terutama di Jawa terus tumbuh, sehingga perluasan lahan tidak dapat dihindari.

Pemekaran kota di Jawa, terutama akibat arus urbanisasi dan perpindahan penduduk dari luar Jawa ke

Jawa. Salah satu kota yang mengalami pemekaran di antaranya Kotamadya Bandung Wilayah Kotamadya

Bandung dengan luas 8.098 hektar, tidak mampu lagi menampung penduduk sejumlah 1,5 juta jiwa.

Sementara arus urbanisasi dari daerah belakangnya (sekitarnya) terus mengalir. Permukiman kumuh

(slum area) yang semakin meluas dan kemacetan lalu-lintas menambah kesemrawutan kota, karena itu

usaha pemekaran kota tidak dapat dihindari.

Bertambahnya luas Kota Bandung dari 8.098 hektar menjadi sekitar 17.000 hektar tentu disertai

dengan perencanaan tata ruang. Penataan ruang tentu berkaitan dengan pembangunan sarana dan fasilitas
fisik, sosial, ekonomi dan kependudukan. Peta hasil keluaran SIG menjadi sarana kunci bagi pakar

perencana dan piñata ruang tersebut. Sehingga tercipta tata ruang yang dinamis dan tetap memelihara

kelestarian lingkungan hidup.

3. Manfaat SIG dalam Bidang Sosial

Selain dalam inventarisasi sumber daya alam dan perencanaan pola pembangunan, SIG juga

dapat dimanfaatkan dalam bidang sosial. Dalam bidang sosial SIG dapat dimanfaatkan pada hal-hal

berikut:

a. Mengetahui potensi dan persebaran penduduk. b. Mengetahui luas dan persebaran lahan pertanian serta

kemungkinan pola drainasenya.

c. Untuk pendataan dan pengembangan jaringan transportasi.

d. Untuk pendataan dan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pembangunan.

e. Untuk pendataan dan pengembangan permukiman penduduk, kawasan industri, sekolah, rumah sakit,

sarana hiburan dan rekreasi serta perkantoran.

DAFTAR PUSTAKA

Eddy Prahasta. 2001. Konsep-konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Bandung: Informatika Bandung.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_informasi_geografis

http://www.ittelkom.ac.id/library/index.php?
view=article&catid=25%3Aindustri&id=223%3Asig&option=com_content&Itemid=15
http://mbojo.wordpress.com/2007/04/08/sistem-informasi-geografi-sig/

Anda mungkin juga menyukai